BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Definisi Pelabuhan
Salah satu simpul dari Mata Rantai kelancaran Angkutan Laut dan Darat adalah
dengan adanya Pelabuhan. Secara Teknis, Bangunan Maritim yang dimungkinkannya
Kapal-kapal berlabuh atau bersandar dan kemudian dilakukan bongkar muat adalah
pelabuhan (Port).
Dalam definisi lain, Pelabuhan adalah daerah pelabuhan yang terlindung dari
gelombang/arus,sehingga kapal dapat berputar (Turnin basin),Bersandar atau membuang
sauh,demikian rupa sehingga bongkar muat atas barang dan perpindahan penumpang dapat
dilakasanakan; guna mendukung fungsi-fungsi tersebut dibangun dermaga, jalan, gudang,
fasilitas penerangan, telekomunikasi dan sebagainya. Sehingga fungsi pemindahan muatan
dari dan ke kapal yang bersandar di pelabuhan menuju tujuan selanjutnya dapat dilanjutkan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan suatu pelabuhan antara
lain adalah kebutuhan akan pelabuhan dan pertimbangan ekonomi volume perdagangan
melalui laut dan adanya hubungan dengan daerah pedalaman baik melalui darat maupun dari
laut. Oleh karena itu pelabuhan harus memenuhi beberapa persyaratan atau kriteria berikut :
BUDIMAN
1
PERENCANAAN PELABUHAN
BUDIMAN
2
PERENCANAAN PELABUHAN
Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dan daratan.
Pemilihan lokasi tergantung dari beberapa faktor seperti kondisi tanah dan geologi,
kedalaman dan luas perairan, perlindungan pelabuhan terhadap gelombang, arus dan
sedimentasi, daerah daratan yang cukup luas untuk menampung barang yang akan dibongkar
muat, jalan-jalan untuk transportasi, dan daerah industi di belakangnya. Berbagai faktor yang
berpengaruh terhadap penentuan lokasi pelabuhan adalah sebagai berikut :
Biaya operasi dan pemeliharaan, terutama pengerukan endapan di alur dan kolam
pelabuhan.
Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk membangun
suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di masa mendatang. Daerah daratan
harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti dermaga, jalan, gudang,
dan juga daerah industri. Kondisi geologi juga perlu diteliti mengenai sulit tidaknya
melakukan pengerukan daerah perairan dan kemungkinan menggunakan hasil pengerukan
tersebut untuk menimbun tempat lain.
Pelabuhan harus dibuat sedemikian rupa sehingga sedimentasi yang terjadi harus
sesedikit mungkin. Proses erosi dan sedimentasi tergantung pada sedimen dasar dan
pengaruh hidrodinamika gelombang dan arus. Proses sedimentasi ini sulit ditanggulangi,
oleh karena itu masalah ini harus diteliti dengan baik untuk dapat memprediksi resiko
pengendapan.
harus sekecil mungkin agar tidak mengganggu bongkar muat kapal di pelabuhan.
BUDIMAN
3
PERENCANAAN PELABUHAN
kedaerah atau Negara lain. Pelabuhan Pabrik Aluminium Asahan di Kuala Tanjung
Sumatra Utara digunakan untik melayani impor bahan baku bauksit dan ekspor
alminium ke daerah atau Negara lain.
BUDIMAN
4
PERENCANAAN PELABUHAN
nelayan-nelayan dengan menggunakan perahu kecil. Jenis kapal ikan ini bervariasi,
dari yang sederhana berupa jukung sampai kapal motor.Jukung yang biasanya
mempunyai ukuran lebar sekitar 1m dan panjang 6-7 m. Kapal yang lebih besar
terbuat dari papan atau fiberglass dengan lebar 2,0-2,5 m dan panjang 8-12 m, di
gerakkan oleh motor. Kapal Ex-Trawl mempunyai lebar 4,0-5,5 dengan panjang
mencapai 30-40 m. pelabuhan ikan dibuat disekitar pekampungan nelayan.
Perkampungan ini harus dilengkapi dengan pasar lelang, pabrik/gudang
BUDIMAN
5
PERENCANAAN PELABUHAN
es,persediaan bahan bakar, dan jug tempat cukup luas utuk perawatan alat-alat
penangkap ikan.
2. Pelabuhan minyak
Untuk keamanan, pelabuhan minyak harus diletakkan agak jauh dari keperluan
umum. Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan
yang harus dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup membuat
jembatan peranch atau tambatan yang dibuat menjaorok ke laut unutk mendapatkan
kedalaman air yang cukup besar. Bongkar muat dilakukan dengan pipa-pipa dan
pompa-pompa.
Perkembangan ukuran kapal yang cukup besar mempunyai konsekuensi draft
kapal melampaui kedalaman air pelabuhan sehingga kapal tidak bisa berlabuh.
Untuk itu kapal tangker membuang sauh dilaut dalam dan mengeluarkan minyak
denan menggunakan pipa bawah laut, atau memindahkan minyak ke kapal yang
lebih kecil dan mengangkutnya ke pelabuhan.
3. Pelabuhan barang
Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas bongkar
muat barang. Pelabuhan dapat berada di pantai atau estuary dari sungai besar.
Daerah perairan pelabuhan harus cukup tenang sehingga memudahkan bomgkar
muat barang. Pelabuhan baran ini dibuat oleh pemerintah sebagai pelabuhan niaga
atau perusahaan swasta untuk keperluan transport hasil produksinya seperti baja,
aluminium, pupuk, batu bara, minyak, dan sebagainya. Sebagai contoh Pelabuhan
Kual Tanjung di Sumatra Utara adalah pelabuhan milik pabrik aluminium Asahan.
Pabrik pupuk Asean dan Iskandar Muda juga mempunyai pelabuhan sendiri.
4. Pelabuhan penumpang
Pelabuhan penumpang tidak banyak berbeda dengan pelabuhan barang. Pada
pelabuhan barang di belakang dermaga terdapat gudang-gudang sedang untuk
BUDIMAN
6
PERENCANAAN PELABUHAN
2. Pelabuhan buatan
Pelabuhan buatan adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari pengaruh
gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang (breakwater).
Pemecahgelombang ini nmembuat daerahperairan tertutup dari laut hanya
dihubungkan oleh suatu celah (mulut pelabuhan) untuk keluar masuknya kapal. Di
dalam daerah tersebut dilengkapi denganalat penambat. Bangunan ini dibuat mulai
dari pantai dan menjorok kelaut sehingga gelombang yang menjalar ke pantai
terhalang oleh bangunan tersebut. Contoh dari pelabuhan ini adalah pelabuhan
Tanjung Priok, Tanjung Mas, dsb.
3. Pelabuhan semi alam
BUDIMAN
7
PERENCANAAN PELABUHAN
Pelabuhan ini merupakan campuran dari kedua tipe di atas. Misalnya suatu
pelabuhan yang terlindungi oleh lida pantai dan perlindungan buatan hanya pada
alur masuk. Pelabuhan Bengkulu adalahcontoh dari pelabuhan ini. Pelabuhan
Bengkulu memanfaatkan teluk yang terlindungi oleh lidah pasir untuk kolam
pelabuhan. Pengerukan dilakukan pada lidah pasir untuk membentuk saluran
sebagai jalan masuk/keluar kapal. Contoh lain adalah muara sungai yang kedua
sisinya dilindungi oleh jettuy. Jetty tersebut berfungsi untuk menahan masuknya
transport pasir sepanjang pantai ke muara sungai, yang dapat menyebabkan ter-
jadinya pendangkalan pada alur dan kolam pelabuhan.
BUDIMAN
8
PERENCANAAN PELABUHAN
garis pantai mempunyai kedalaman terbesar menjorok ke laut dan tidak ter-atur
khususnya dibangun untuk melayani kapal dengan muatan umum (general cargo).
3. Penahan gelombang ( Breakwater)
Penahan gelombangmempunyaifungsiyang sangat penting penting bagi
pelabuhan laut, karena keadaan perairandalam pelabuhan akan menjadi tenang dan
dapat mempermudah dari segi operasional pelabuhan. Penahan gelombang atau
breakwater merupakan bagian fasilitas pelabuhan yang di bangun dengan bahan
batu kali dengan berat tertentu atau dengan bahan buatan tertentu seperti tetraods,
quadripods, hexapods atau dengan dinding tegak (caisson).
Breakwater mempunyai fungsi untuk melindungi daerah pelabuhan dari
gelombang dan dedimentasi, yaitu dengan memperkecil tinggi gelombang laut
sehingga kapal dapat berlabuh dengan tenang dan melakukan bongkar muat dengan
lancar serta mengurangi tingkat pengendapan pada alur dan kolam pelabuhan.
3.1. Jenis peanahan gelombang.
Penahan gelombang (breakwater)mempunyai bentukdan model yang
bermacam-macam, baik dari bentuk maupun bahan penyusunnya.
3.1.2. Penahan gelombang berdasarkan bahan penyusunnya
1. Penahan gelombang batu alam (rubble mounds breakwater)
Penahan gelombang jenis ini menahan gaya-gaya horizontal yang di
timbulkan akibat gelombang-gelombang statis dan dinamis. Dasar konstruksinya
terdiri dari inti di tengah dan di sekelilingnya dipasang batu-batu besar sebagai
pelindung
terhadap gerakan dan sapuan (wash away) akibat gelombang. Pelindung ini
terdiri dari beberapa lapis dengan kemiringan tertentu.
2. Pemecah gelombang batu buatan
Pemecah gelombangbatu buatan mempunyai beberapa macam bentuk seperti
tetrapods, quadripods, tribar. Pemakaian batu buatan ini digunakan bila dilokasi
yang diinginkan batu-batu alam tidak tersedia.
3.1.3. Penahan gelombang berdasarkan bentuknya
1. Pemecah gelombang sisi miring
Pemecah gelombang tipeini bamyak digunakan di Indonesia, mengingat
dasar laut di perairan Indonesia kebanyakan dari tanah lunak. Selain itu batu
alam sebagai bahan utama banyak tersedia. Pemecah gelombangsisi miring
mempunyai sifat fleksibel. Kerusakan yang terjadi karena serangan gelombang
tidak secara tiba-tiba (tidak fatal). Meskipun beberapa batu longsor, tapi
BUDIMAN
9
PERENCANAAN PELABUHAN
tetapi karena terjadinya erosi pada kaki bangunan, tekanan yang terlalu besar
dan tergesernya tanah fondasi.
Di dalam perencanaan pemecah gelombang sisi tegak perlu di perhatikan
hal-hal berikut ini.
1. Tinggi gelombang maksimum harus di tentukan dengan baik, karena tak
seperti pada pemecah gelombang sisi miring, stabilitas terhadap penggulingan
merupakan faktor penting.
2. Tinggi dinding harus cukup untuk memungkinkan terjadinya klapotis.
3. Fondasi bangunan harus dibuat semakin rupa sehingga tak terjadi erosi pada
kaki bangunan yang dapat membahayakan stabilitas bangunan.
3. Pemecah gelombang campuran
Pemecah gelombang campuran terdiri dari pemecah gelombang sisi tegak
yang dibuat atas pemecahgelombang tumpukan batu. Bangunan ini dibuat
apabila kedalaman air sangat besar dan tanah dasar tidak mampu menahan
gelombang dari pemecah gelombang sisi tegak. Pada waktu air surut bangunan
BUDIMAN
10
PERENCANAAN PELABUHAN
berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi miring,sedang pada waktu air pasang
berfungsi sebagi pemecah gelombang sisi tegak. Secara umum pemecah
gelombang campuran harus mampu menahan serangan gelombang pecah.
Tipe pemecah gelombang campuran memerlukan pertimbangan lebih lanjut
mengenai perbandingan sisi tegak dengan tumpukan batunya. Pada dasarnya ada
tiga macam, yaitu ;
1. tumpukan batu dibuat sampai setinggi air yang tertinggi, sedang bangunan
sisi tegak hanya sebagai penutup bagian atas.
2. Tumpukan batusetinggi air terendah sedang bangunansisi tegak harus me-
nahan air tertinggi (pasang).
3. Tumpukan batu hanya merupakan tambahan pondasi dari bangunan sisi
tegak.
4. Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambat kapal yangmelakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan
penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal
yangmerapat dan bertambat pada dermaga tersebut. Dalampertimbangan ukuran
dermaga harus berdasarkan pada ukuran-ukuran minimal sehingga kapal dapat
bertambat atau meninggalkan dermaga maupun melakukan bongkar muat barang
dengan aman, cepat dan lancar. Di belakang dermaga terdapat halaman cukup luas.
Di dalam dermaga ini terdapat aprom, gudang transit, tempat bongkar muat barang
dan jalan. Apron adalah daerah yang terletk antara sisi dermaga dan sisi depan
gudang dimana terdapat pengalihan kegiatan angkutan laut (kapal) ke kegiatan
angkutan darat (kereta api, truk, dsb). Gudang transit digunakan untuk menyimpan
barang sebaelum bisa diangkut oleh kapal, atau setelah dibongkar dari kapal dan
menunggu pengangkutan barang kedaerah yang dituju.
Dermaga dapat di bedakan menjadi dua tipe yaitu wharf atau quai dan jetty atau
pier atau jembatan.
a. Wharf
BUDIMAN
11
PERENCANAAN PELABUHAN
Wharf adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan dapat dibuat berimpit
dengan garis pantai atau agak menjorok kelaut. Wharf dibangun apabila garis
kedalamanlaut hampir merata dan sejajar dengangaris pantai. Wharf biasanya
digunakan untuk pelabuhanbarang potongan atau petikemas dimana dibutuhkan
suatu halaman terbuka yang cukup luas untuk menjamin kelancaran angkutan
barang. Perencanaan wharf harus memperhitungkan tambatan kapal, peralatan
bongkar muat barang dan fasilitas transportasi darat. Karakteristik kapal yang
berlabuh mempengaruhi panjang wharf dan kedalaman yang diperlukan untuk
merapatnya kapal.
Menurut strukturnya wharf dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu ;
1. dermaga konstruksi terbuka dimana lantai dermaga didukung oleh tiang-
tiang pancang.
2. Dermaga konstruksi tertutup atu solid, seperti dinding massa, kaison, turap,
dan dinding penahan tanah.
BUDIMAN
12
PERENCANAAN PELABUHAN
1. Apron
Apron adalah halaman diatas dermaga yang terbentang dari sisi muka
dermaga sampai sampai gudang laut atu lapangan penumpukan terbuka. Aprom
digunakan untuk menempatkan barang yang akan dinaikkan di kapal atau
barang yang baru saja diturungkan dari kapal. Bentuk aprom tergantung pada
jenis muatan , apakah barang potongan, curah atu peti kemas.
Lebar aprom tergantung pada fasilitas yang ditempatkan di atasnya, seperti
jalang untuk truk atau kereta api, kran, alat pengngkut lainnya seperti forklift,
kran mobil, gerobak yang di tarik traktor, dan sebagainya.
2. Gudang laut dan lapangan penumpukan terbuka
Gudang laut (disebut juga gudang pabean, gudang linea ke I, gudang transit)
adalah gudang yang berada di tepi perairan pelabuhan dan hanya dpisahkan dari
air laut oleh dermaga pelabuhan. Gudang ini menyimpan barang-barangyang
baru
saja di turngkan dari kapal dan yang akan dimuat ke kapal, sehinggga barang
terlindung dari hujan dan terik matahari. Untukbarang yang tidakmemerlukan
perlindungan, seperti mobil, truk, besi beton, dan sebagainya dapat ditempatkan
pada lapangan penumpukan terbuka. Barang-barang tersebutharusdi selesaikan
urusan adminitrasinya, seperti pengecekan untukmenyelesaikan antarbarang dan
packinglist, pembayaran bea masuk (import) ataubea eksport dan biaya-biya
lainnya.
Gudang laut hanya menyimpan barang-barang sementara waktu sambil
menunggu pengangkutan lebih lanjut ke tempat lain tujuan terakhir. Masa
penyimpanan barang-barang dalamgudang laut adalahmaksimal 15 hari untuk
barang-barang yangakandimasukkan kedalamperedaranbebas setempat
(denganangkutan darat) dan maksimal 30 hari untukbarang-barang yang akan
diteruskan kepelabuhan lain (dengan kapal lain). Apbila sampai batas waktu
tersebut barang belumbisa dikirim ketempat tujuan akhir maka barang harus
dipindahkan ke gudang lini ke II (warehouse). Fasilitas yang ada di gudang laut
biasanya tidak dipungut biaya untuk pemakaian antara 3 sampai5 hari. Tetapi
apabila lebih dariwaktu tersebut akan dikenakan biaya.
3. gudang
Gudang atau werehouse digunakan untuk menyimpang barang dalam waktu
lama. Gudang ini di buat agak jauh daridermaga. Hal ini mengingatbeberap hal
berikut ini.
BUDIMAN
13
PERENCANAAN PELABUHAN
4. Bangunan pendingin
Apabila barang yang memerlukan pendinginan dikapalkan oleh kapal
pendingin dan didistribusikan ke daerah tujuan dengan kereta api atau truk,
baka diperlukan bangunan pendingin (cold storage buiding) di dermaga
sedemikian sehingga barang-barang beku tersebut dapat dipindahkan dari kapal
di bangunan cold storage dalam waktu yang sesingkat mungkin. Dengan
demikian kerusakanmakanan yang terjadi dapat ditekan. Bahanmakanan yang
memerlukan pendingin adalah daging, ikan, buah-buahan sayur-sayuran.
5. Fasilitas penampungan barang potongan
Ada beberapa alat yang digunakan untuk melakukan bongkar muat barang
potongan, seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
1. Derek kapal (ship’s derricks)
Alat ini digunakan untuk mengangkat muatn yang tidak terlalu berat dan
pengangkatan berlaku untuk radius kecil, yaitu sekitar 6 meter dari lambung
kapal. Derek kapal ini terdiri lengan, kerekandan kabel baja yang digerakkan
(dilepasdan ditarik) denganbantuan pesawat lain yang disebut winch. Pasa
sebuah kapal biasanyaterdapatbeberapa buah derek yang bisa berkapasitas
0,5 ton, 2,5 ton, 5 ton; yang tergantung dari besar kecilnya kapal. Untuk
kapal-kapal besar biasanya mempunyai satu atau beberapa buah derek berat
(heavy derrick) yang berkapasitas 10 ton, 20 ton dan bahkan ada yang 50 ton
sampai 70 ton. Radius pengangkatan derek kapal ini biasanya kecil, sebab
apabila terlalu panjang bisa mengganggu stabilitas kapal.
2. Kran darat
BUDIMAN
14
PERENCANAAN PELABUHAN
Kran darat adalah pesawat untuk bomkar muat dengan lengan lengan
cukup panjang yang ditempatkan di atas dermaga pelabuhan, dipinggir
permukaan perairan pelabuhan. Kran inimempuyai roda dan dapat berpindah
sepanjang relkereta api. Daya angkat kran darat bermacam-macam, bisa 2,5
ton, 5 ton, 10 ton, 20 ton atau lebih. Sesui dengan besar kecildaya angkat,
jangkauan lengan kran juga dapat diatur.
3. Kran terapung (floating crane)
Kran terapung adalahpesawatbongkar muat yang mempunyai mesin
sendiri untuk bergerak dari suatu tempat ketempat lainnya. Tetepi ada juga
pesawat jenis ini yang tidak dilengkapi mesi sendiri, dan perpindahan tempat
BUDIMAN
15
PERENCANAAN PELABUHAN
a. Muatan lepas yang berupa hasil tambang seperti batu bara, biji besi, bouxit,
dan hasil pertanian seperti beras, gula, jagung dan sebagainya.
b. Muatan cair yang diangkut dalam kapal tangki seperti minyak bumi,
minyak kelapa sawit, bahan kimia cair dan sebagainya.
Terminal muatan curah harus dilengkapi dengan fasilitas penyim-panan
muatan. Tipe penyimpanan tergantung pada jenis muatan, yang bisa berupa
lapangan untuk mengankut muatan, tangki-tangki untuk minyak, silo atau gudang
untuk material
BUDIMAN
16
PERENCANAAN PELABUHAN
Untuk biji-bijian seperi beras, gula, tepung dan sebagainya; bong-muat barang
dapat dilakukan dengan alat khusus berupa alat penghisap atau dengan elevator.
Muatan tersebut kemudian di simpan dalam silo, yatu suatu tabung besar yang
tinggi yang terbuat dari beton. Silo ini di hubungkan dgn peralatan yang ada
didermaga denag menggunakan belt conveyor atu bucket elvator. Dari silo ini
muatan di pindahkan ke truk atau gerbong kereta api.
3. Terminal minyak
Pada terminal minyak pada umumnya menggunakan fasilitas penambatan
berupa jetty menjorok ke laut yang dilengkapi dolpin penahan dan dolpin
penambat. Bongkar muat dilakukan dengan tenaga pompa me-lalui pia-pipa yang
dipasang pada jetty dan menghubungkan kapal dengan tangki penyimpa-nan. Tanki
ini terbuat dari baja yang dibangun diatas tanah.
Untuk kapal tangker raksasa yang mempunyai draf besar sehingga tidak bsa
masuk ke pelabuhan yang ada, mak penambatan dilakukan di lepas pantai. Bongkar
muat muatan dilakukan dengan menggunakan pipa bawah laut, atau dengan
memindahkan muatan ke dalam kapal yang lebih kecil kemudian membawanya ke
pelabuhan.
1.3. Terminal Peti Kemas
Pengiriman barang dengan menggunakan peti kemas telah banyak dilakukan,
dan volumenya terus meningkat dari tahu ke tahun. Beberapa pelabuhan terkemuka
telah mempunyai fasilitas-fasilitas pendukungnya yang berupa terminal peti kemas
seperti Pelabuhan Tanjung Priok, tanjung Mas, Tanjung Perak, Beawan dan Ujung
Pandang.
Pengangkutan dengan menggunakan peti kemas memungkinkan barang-
barang digabung menjadi satu dalam peti kemas sehingga aktivitas bongkar muat
dapat di mekanisasikan. Hal ini dapat meningkatkan jumlah muatn yang bisa di
tangani sehingga waktu bongkar muat menjadi lebih cepat.
Pengiriman barang dengan menggunakan peti kemas dapat dibeda-kan
menjadi dua macam yaitu full container load (CFL) dan less than container load
(LCL). Pada CFL seluruh isi peti kemas milik seorang pengirim atau penerima
muatan, sedang dalam LCL peti kemas yang berisi beberapa pengiriman yang
masing-masing pengirim terdiri dari sejumlah muatan yang volumenya kurang dari
satu peti kemas.
BUDIMAN
17
PERENCANAAN PELABUHAN
sehingga sistem ini disebut intermodal. Pada pengiriman door to door ini muatan
dimasukkan ke peti kemas di gudang eksportir dan peti kemas itu tidak dibuka
sampai menyelesaikan seluruh rangkain perjalanannya sampai di gudang importir
untuk kemudian dibongkar isinya. Dinegara-negara maju pemeriksaan pabean
dilakukan pada waktu barang dimasukkan di peti kemas di gudang eksportir dan
pada waktu pembongkaran barang di gudang importir, sehingga proses
pengangkutan peti kemas menjadi lancar dan cepat. Di Indonesia hal sperti itu
belum bisa dilaksanakan karena berbagai hambatan administratif, psikologis dan
mental. Oleh karena itu pengiriman door to door ke dan dari indonesia tetap
mengalami pemeriksaan pabean pelabuhan.
1. Penanganan Peti kemas
Penanganan bongkar muat di terminal peti kemas dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu lift on/lift off (Lo/Lo) dan roll on/roll off (Ro/Ro). Pemakain kedua
metode tersebut tergantung pada cara kapal dimuati dan dibongkar muatannya.
Metode Lo/Lo dapat dilakukan dua cara. Kapal peti kemas menggunakan
krannya untuk mengangkat peti kemas pada dan dari kapal.cara ini sudah banyak
ditinggalkan. Pada saat ini penanganan peti kemas banyak dilakukan dengan
peralatan yang ditempatkan di dermaga. Peralatan yang digunakan adalah gantry
crane, yaitu kran raksasa yang dipasang diatas rel disepanjang dermaga untuk
bongkar muat peti kemas dari dan ke kapal.
Pada metode Ro/Ro peti kemas berada di atas chasis atau trailer yang ditarik
traktor masuk kapal. Trailer dan peti kemas tersebut kemudian dilepaskan dari
traktor dan ditempatkan di geladak kapal. Selanjutnya traktor tersebut kembali
kedarat untuk mengambil trailer yang lain. Operasi bongkar muat ini dilakukan
secara simultan. Kapal tipe Ro/Ro mempunyai geladak yang bertingkat .kelebihan
dari pengoperasian Ro/Ro adalah dapat memuat jenis muatan lain seperti pipa dan
baja yang berukuran panjang, tangki-tangki besar, mobil, truk, dan sebagainya.
BUDIMAN
18
PERENCANAAN PELABUHAN
BUDIMAN
19
PERENCANAAN PELABUHAN
BUDIMAN
20
PERENCANAAN PELABUHAN
dalam enam sampai sembilan baris dan penumpukan sampai lima tingkat. Selain
itu tidak diperlukan gang, sehingga pemakaian lapangan dapt lebih efektif.
BUDIMAN
21
PERENCANAAN PELABUHAN
3. nun buoy.
4. pelampung bercahaya ( ligted buoy)
5. pelampung berbentuk bola (sphecial buoy)
6. pelampung dengan tanda suara (sound warning buoy)
BAB II
ANALISIS UKURAN UTAMA KAPAL
II.1. Tipe dan Ukuran Utama Kapal
II.1.1. Kapal
Panjang, lebar, sarat (draft), dan ukuran-ukuran lainnya kapal yang akan
menggunakan pelabuhan berhubungan langsung pada perencanaan pelabuhan dan fasilitas-
fasilitas yang harus tersedia di pelabuhan tersebut.
BUDIMAN
22
PERENCANAAN PELABUHAN
4. Sarat Kapal
Sarat (draft) adalah bagian kapal yang terendam air pada keadaan muatan
maksimum, atau jarak antar garis air pada beban yang direncanakan (designed load
water line) dengan titik terendah kapal.
5. Panjang Kapal
Panjang total (leng overall, Loa) adalah panjang kapal di hitung dari ujung
depan (haluan) sampai ujung belakang (buritan).
BUDIMAN
23
PERENCANAAN PELABUHAN
8. Displacement Tonage
Dispalasemeat tonnage, DPL (ukuran isi tolak) adalah volume air yang
dipindahkan oleh kapal, dan sama dengan berat kapal. Ukuran isi total kapal
bermuatan penuh disebut dengan displacement tonnage loaded, yaitu berat kapal
maksimum. Apabila kapal sudah mencapai displacement tonnage loaded masih
dimuati lagi, kapal akan terganggu stbilitasnya sehingga kemungkinan kapal
tenggelam menjadi besar. Ukuran isi tilak dalam keadaan kosong disebut dengan
displacement tonnage light, yaitu berat kapal tampa muatan. Dalam hal ini barat
kapal adalah termaksud perlengkapan berlayar, bahan bakar, anak buah kapal, dsb.
BUDIMAN
24
PERENCANAAN PELABUHAN
Dari Data Kapal Pembanding diatas, yang dipilih sebagai Kapal Pembanding
adalah Kapal MAKMUR SEJATI (8505 DWT) dan Kapal PANGESTU (331
GRT)
1. Penentuan Ukuran-ukuran Utama Kapal
a. Penentuan Lbp (Length between Perpendiculars)
** Makmur Sejati (8505 DWT)
= x 102
= 102 meter
** Pangestu (331 GRT)
= x 34
= 33 meter
BUDIMAN
25
PERENCANAAN PELABUHAN
B (R) = x BP
= x 18,7
= 18,7 meter
B (R) = x BP
= x 7,4
= 7,2 meter
= 11,89
HR =
= 8,57 meter
BUDIMAN
26
PERENCANAAN PELABUHAN
= 11,89
HR =
= 3 meter
TR = x TP
= x 7,68
= 7,68 meter
TR = x TP
= x 2,2
= 2,1 meter
Cb = 1,179 – 0,33
= 1,179 – 0,33
BUDIMAN
27
PERENCANAAN PELABUHAN
Cb = 1,179 – 0,33
= 1,179 – 0,33
Cb = 1,179 – 0,361
= 1,179 – 0,361
Cb = 1,179 – 0,361
= 1,179 – 0,361
h. Penentuan Displacement
** Makmur Sejati (8505 DWT)
Δ = Lwl . B . T. Cb
= 104,55. 18,7. 7,68. 0,769
= 11546,57 ton
** Pangestu (331 GRT)
Δ = Lwl . B . T. Cb
= 34,85 . 7,2 . 2,1 . 0,519
= 273,47 ton
BUDIMAN
28
PERENCANAAN PELABUHAN
a. Perbandingan L/B
Dari Buku ”Ship Design and Ship Theory”,hal 33 ditemukan Syarat L/B untuk
panjang kapal 30 < Lbp < 130 meter sebesar 4-6,5.
** Makmur Sejati (8505 DWT)
LbpR/BR = 102/18,7
= 5,4 (OK)
** Pangestu (331 GRT)
LbpR/BR = 34/7,2
= 4,7 (OK)
b. Perbandingan B/H
Dari Buku ”Teori Bangunan Kapal I”oleh Ir.Gusti Made Santoso dan Ir.J.J.
Sujdono ditentukan nilai B/H sebesar 1,54-2,2
** Makmur Sejati (8505 DWT)
BR/HR = 18,7/8,57
= 2,1 (OK)
** Pangestu (331 GRT)
BR/HR = 7,2/3
= 2,2 (OK)
c. Perbandingan H/T
Dari buku ”Element Design and Ship Design” oleh R Munro Smith Ditentukan
nilai H/T Sebesar 1,15-1,4.
** Makmur Sejati (8505 DWT)
HR/TR = 8,57/7,68
= 1,1 (OK)
** Pangestu (331 GRT)
HR/TR = 3/2,1
= 1,4 (OK)
d. Perbandingan B/T
Dalam Buku ” Ship Design and Ship Theory”hal 35 diperoleh nilai B/T sebesar
2-3.
** Makmur Sejati (8505 DWT)
BR/TR = 18,7/7,68
= 2,4 (OK)
BUDIMAN
29
PERENCANAAN PELABUHAN
3. Komponen-Komponen DWT
a. Muatan (Payload)
** 90%. DWT = 90% x 8505
= 7654,5 ton
Berat Perlengkapan
** 0,20%. DWT = 0,20% 8505
= 17,01 ton
BUDIMAN
30
PERENCANAAN PELABUHAN
DWT’ adalah jumlah keseluruhan dari berat-berat tersebut diatas, jadi DWT’ =
8509,2 ton.
4. Koreksi DWT
BUDIMAN
31
PERENCANAAN PELABUHAN
BUDIMAN
32
PERENCANAAN PELABUHAN
BAB III
ALUR PELAYARAN
III.1 Pendahuluan
Alur Pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke kolam
pelabuhan. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang terhadap pengaruh
gelombang dan arus. Dalam perjalanan masuk ke pelabuhan melalui alur pelayaran, kapal
mengurangi kecepatannya sampai kemudian berhenti di dermaga. Secara umum ada
beberapa daerah yang dilewati kapal menuju pelabuhan, yaitu daerah tempat kapal melempar
sauh di luar pelabuhan, daerah pendekatan di luar alur masuk, alur masuk di luar pelabuhan
dan kemudian di dalam daerah terlindung, dan kolam putar.
Untuk mendapatkan kondisi operasi yang ideal kedalaman air di alur masuk harus
cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada muka air terendah dengan kapal
bermuatan penuh. Dalam buku “Pelabuhan” oleh Bambang Triatmojdo hal. 112 diberikan
persamaan untuk menghitung kedalaman alur sebagai berikut :
HH==dd++GG++RR++PP++SS++KK
Dimana :
H: Kedalaman air total.
d: Draft kapal (7,68 m) dengan angka koreksi minimum sebesar 0,3, sehingga :
d = 0,3 + 7,68 = 7.98 m.
G: Gerak vertikal kapal karena gelombang dan squat (nilai G diasumsikan dari
pertambahan draft kapal akibat pengaruh gerakan kapal dan kecepatan kapal
sebesar 1,5 m).
R: Ruang kebebasan bersih 0,5 m (dasar laut berpasir)
P: Ketelitian pengukuran (0,75 m)
S: Pengendapan antara dua pengerukan ( 1 m )
K: Toleransi pengerukan ( 0,75 m)
Sehimgga,
BUDIMAN
33
PERENCANAAN PELABUHAN
H=d+G+R+P+S+K
= 12,48 meter
# SQUAT
Permanent International Association of Navigation Congresses (PIANC, 1997)
mendaftar 3 persamaan untuk memprediksi squat kapal yang dapat digunakan untuk
pembuatan alur pelayaran, yaitu Huuska (1976), Barrass (1979, 1981), dan Romisch
(1989). Squat kapal merupakan fungsi kedalaman angka Froude FR, dinyatakan
sebagai,
Huuska (1976)
BUDIMAN
34
PERENCANAAN PELABUHAN
Persamaan untuk memprediksi squat kapal oleh Huuska (1976) sebagai berikut :
Dimana
Δ = volume displasmen kapal (m3) = Cb*Lwl*B*T
T = sarat kapal (m)
B = lebar kapal (m)
dimana,
S2 = blockage ratio = As/Aw, Aw = Ach - As
VK = kecepatan relatif kapal (knots)
Smax = squat maksimum (m)
Romisch (1989)
Persamaan squat untuk bow atau stern maksimum dinyatakan sebagai berikut :
S = CV . CF . KΔT . T
dimana,
Koefisien Cv dinyatakan sebagai
BUDIMAN
35
PERENCANAAN PELABUHAN
(Charleston Harbor Ship Motion Data Collection and Squat Analysis, Hal.7-8)
Menurut Brumn (1981), bahwa nilai kebebasan Bruto adalah sebagai berikut :
a. Laut Terbuka 20% dari draft kapal
20% x 7,68 = 1,536 meter
Jadi,Kedalaman Alur di laut terbuka yaitu :
H = d + 1,536 + P + S + K
= 7,98 + 1,536 + 0,75 + 1 + 0,75
= 12,016 meter
b. Daerah Melempar Sauh 15% dari draft kapal
15% x 7,68 = 1,152 meter
Jadi, Kedalaman Alur di daerah melempar Sauh yaitu :
H = d + 1,152 + P + S + K
= 7,98 + 1,152 + 0,75 + 1 + 0,75
= 11,632 meter
c. Alur Di luar kolam 15% dari draft kapal
15% x 7,68 = 1,152 meter
BUDIMAN
36
PERENCANAAN PELABUHAN
H = d + 0,768 + P + S + K
= 7,98 + 0,768 + 0,75 + 1 + 0,75
= 11,428 meter
e. Kolam pelabuhan yang terlindung dari gelombang 15% dari draft kapal
15% x 7,68 = 1,152 meter
Jadi, Kedalaman alur di kolam pelabuhan yang terlindung dari gelombang yaitu :
H = d + 1,152 + P + S + K
= 7,98 + 1,152 + 0,75 + 1 + 0,75
= 11,632 meter
f. Kolam Pelabuhan yang terlindung 7% dari draft kapal
7% x 7,68 = 0,5637 meter
Jadi, Kedalaman Alur di kolam pelabuhan yang terlindung yaitu :
H = d + 0,5637 + P + S + K
= 7,98 + 0,5637 + 0,75 + 1 + 0,75
= 11,0437 meter
Dalam perencanaan ini digunakan lebar alur untuk dua jalur agak lebar dengan mulet
pelabuhan yang tidak terlalu besar.Dimensi alur yang direncanakan adalah sebagai berikut :
Lebar alur = (2 x 1,5)B + (2 x 1,8 )B +B …………(B = 18,7 m).
= (3 x B) + (3,6 x B) + B
= (3 x 18,7) + (3,6 x 18,7) + 18,7
= 56,1 + 67,32 + 18,7
= 142,12 meter
Rincian perencanaan sebagai berikut :
~ Lebar keamanan : 1.5 x B = 28,05 m
~ Jalur gerak : 1.8 x B = 33,66 m
BUDIMAN
37
PERENCANAAN PELABUHAN
Kolam pelabuhan yang direncanakan harus mempunyai luas dan kedalaman yang
cukup, sehingga memungkinkan kapal berlabuh dengan aman dan memudahkan bongkar
muat, selain itu suasana kolam pelabuhan juga harus tenang untuk menunjang proses
bongkar muat barang.
a. Kolam putar
Luas kolam putar yang digunakan untuk mengubah arah kapal dengan
menggunakan bantuan kapal tunda atau jangkar minimum adalah luasan lingkaran
dengan jari-jari (r) 1 kali panjang kapal total (Loa) dari kapal terbesar yang
menggunakannya.
Maka diperoleh :
r = 1,5 x Loa
BUDIMAN
38
PERENCANAAN PELABUHAN
= (1,5 x 112,2) m
= 168,3 m
Lebar mulut pelabuhan tergantung pada ukuran pelabuhan dan kapal-kapal yang
menggunakan pelabuhan dengan rincian sebagai berikut :
- lebar mulut pelabuhan kecil :100 meter.
- lebar mulut pelabuhan sedang :100-160 meter.
- lebar mulut pelabuhan besar :160-260 meter.
Dalam perencanaan ini, pelabuhan direncanakan berukuran sedang, sehingga dapat
ditentukan lebar mulut pelabuhan rancangan yaitu 160 meter.
(Bambang Triatmodjo, PELABUHAN, hal.41)
BUDIMAN
39
PERENCANAAN PELABUHAN
BAB IV
PERENCANAAN DERMAGA
4.1. Pemilihan Tipe Dermaga
Pemilihan tipe dermaga dipengaruhi oleh tinjauan topografi daerah pantai, jenis
kapal yang dilayani, daya dukung tanah, dan tinjauan ekonomis untuk mendapatkan
bangunan yang paling ekonomis.
a. Tinjauan topografi daerah pantai
Di perairan yang dangkal sehingga kedalaman yang cukup agak jauh dari darat,
penggunaan jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan pengerukan yang besar.
Sedang di lokasi di mana kemiringan dasar cukup curam, pembuatan pier dengan
melakukan pemancangan tiang di perairan yang dalam menjadi tidak praktis dan sangat
mahal. Dalam hal ini pembuatan wharf adalah lebih tepat.
b. Jenis kapal yang dilayani
Dermaga yang melayani kapal tanker dan kapal barang curah mempunyai konstruksi
yang ringan dibanding dengan dermaga barang potongan (general cargo), karena
dermaga tersebut tidak memerlukan peralatan bongkar muat yang besar, jalan kereta api,
BUDIMAN
40
PERENCANAAN PELABUHAN
gudang-gudang, dsb. Untuk pelabuhan yang melayani kapal general cargo, dermaga tipe
wharf lebih cocok digunakan. Untuk kapal tanker atau kapal barang curah yang sangat
besar, lebar dermaga dapat diperpendek dan di sisi-sisi dermaga dibuat dolphin guna
mengikat bagian haluan dan buritan kapal.
b Lebar dermaga
Lebar dermaga sangat tergantung dari peralatan bongkar muat yang digunakan.
Dalam perencanaan ini dipilih lebar apron depan sebesar 20 meter.
BUDIMAN
41
PERENCANAAN PELABUHAN
Dimana :
E : energi benturan kapal (ton meter)
V : komponen tegak lurus sisi dermaga dari kecepatan kapal pada
saatmembentur dermaga. Dari tabel 2, untuk DWT 8500 ton
diperoleh kecepatan merapat dipelabuhan adalah 0,15 m/d
W : Displacement (berat) kapal adalah 11546,56 ton
Sehingga,
BUDIMAN
42
PERENCANAAN PELABUHAN
didapat:
untuk Cb = 0,698 maka r/Loa = 0,245
jadi : r = 0,245 Loa
r = 27.489 meter
Ce = =
Ce = 0,489
Koefisien kekerasan (Cs) diambil =1
Koefisien bentuk (Cc) diambil =1
jadi, dengan demikian dapat diketahui bahwa besarnya energi benturan kapal
adalah :
E = (W.V2/2g).Cm . Ce . Cs . Cc
E = {11546,56(0,15)2/2.10}. 2,2 . 0,489 . 1 . 1
E = 13.875 ton meter
BUDIMAN
43
PERENCANAAN PELABUHAN
BUDIMAN
44
PERENCANAAN PELABUHAN
d =
dimana :
d : panjang gudang
Lp : panjang dermaga (543,8 m)
e : lebar jalan (10 m)
n : jumlah tambatan
Sehingga diperoleh :
d =
= 123,45 meter
Lebar Gudang
Dalam perencanaan ini ditentukan lebar gudang adalah b = 40
meter. Sehingga dengan demikian dapat dihitung luas gudang untuk satu
tambatan sebesar :
A=dxb
BUDIMAN
45
PERENCANAAN PELABUHAN
A = 123,45 x 40
= 4938. m2
BUDIMAN
46
PERENCANAAN PELABUHAN
DAFTAR PUSTAKA
Briggs, Michael J. dkk., 2004 , Charleston Harbor Ship Motion Data Collection and Squat
Analysis, US Army Corps of Engineers
Gaythwaite, John W., 1990, Design of Marine Facilities for Berthing, Mooring, and
Repair of Vessel, Van Nostrand Reinhold, New York.
BUDIMAN
47
PERENCANAAN PELABUHAN
DAFTAR NOTASI
DWT = Dead Weight Tonnage (ton)
Loa = Length over all (meter)
Lbp = Length between perpendicular (meter)
B = Lebar kapal (Breadth) (meter)
T = Sarat kapal (meter)
H = Tinggi kapal (meter)
v = Kecepatan kapal (knots)
Lp = Panjang dermaga (meter)
n = Jumlah kapal yang tambat
b apron = Lebar apron dermaga (meter)
d = Panjang gudang (meter)
e = Lebar jalan (meter)
A = Luas gudang (m2)
Ha = Kedalaman alur (meter)
G = Gerak vertikal kapal karena squat dan gelombang
R = Ruang kebebasan bersih
P = Ketelitian pengukuran
S = Pengendapan sedimen antara dua pengerukan
K = Toleransi pengerukan
r = Jari-jari kolam putar
L = Luas kolam pelabuhan
D = Diameter kolam putar
BUDIMAN
48
PERENCANAAN PELABUHAN
RANGKUMAN
1. Ukuran Utama Kapal
UKURAN UTAMA KAPAL MAKMUR SEJATI (8505 DWT) :
# DWTR ( Dead Weight Tonage ) = 8505 ton
# LbpR (Length Between Perpendiculars) = 102 meter
# LwlR (length Water line ) = 104,55 meter
# LoaR ( length overall ) = 112,2 meter
# BR ( Lebar kapal ) = 18,7 meter
# HR ( Tinggi Kapal ) = 8,57 meter
# TR (Sarat Kapal ) = 7,68 meter
# V (Kecepatan Kapal ) = 12,88 knot
# Cb ( Coefisien Block ) = 0,769
2. Alur Pelayaran
a. Kedalaman Alur di Laut terbuka = 12,016 m
b. Kedalaman Alur di daerah melempar sauh = 11,632 m
c. Kedalaman Alur Kolam Pelabuhan = 9,218 m
d. Lebar Alur = 142,12 m
e Luas Kolam Putar = 88940,15 m
3. Dermaga
A panjang dermaga
Panjang dermaga I dan II yang masing-masing melayani 6 kapal :
BUDIMAN
49
PERENCANAAN PELABUHAN
b Lebar dermaga
Lebar dermaga sangat tergantung dari peralatan bongkar muat yang digunakan.
Dalam perencanaan ini dipilih lebar apron depan sebesar 20 meter.
4. Gudang
a. Panjang Gudang = 123,45 meter
b. Lebar Gudang = 40 meter
BUDIMAN
50