Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
KELOMPOK 2 ASUS
2
KELOMPOK 2 ASUS
3
KELOMPOK 2 ASUS
4
KELOMPOK 2 ASUS
5
1. Harus ada hubungan yang mudah antara transportasi air dan darat seperti
jalan raya dan kereta api, sedemikian sehingga barang-barang dapat
diangkut ke dan dari pelabuhan dengan mudah dan cepat.
2. Pelabuhan berada di suatu lokasi yang mempunyai daerah belakang
(daerah pengaruh) subur dengan populasi pendukung yang cukup padat.
3. Pelabuhan harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup
padat.
4. Kapal-kapal yang mencapai pelabuhan harus bisa membuang sauh selama
menunggu untuk merapat ke dermaga guna bongkar muat barang atau
mengisi bahan bakar.
5. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang (crane, dan
sebagainya) dan gudang-gudang penyimpanan barang.
6. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas mereparasi kapal-kapal.
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, pada umumnya pelabuhan
mempunyai bangunan-bangunan berikut ini:
1. Pemecah Gelombang (Breakwater)
Pemecah gelombang berfungsi untuk melindungi daerah perairan
pelabuhan dari gangguan gelombang. Gelombang besar yang datang dari
laut lepas akan dihalangi oleh bangunan ini. Ujung pemecah gelombang
(mulut pelabuhan) harus berada di luar gelombang pecah. Apabila daerah
perairan sudah terlindung secara alami, misalnya berada di selat, teluk,
muara sungai, maka tidak diperlukan pemecah gelombang.
2. Alur Pelayaran
Alur pelayaran berfungsi untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan
keluar/masuk ke pelabuhan. Alur pelayaran harus mempunyai kedalaman
dan lebar yang cukup untuk bisa dilalui kapal-kapal yang menggunakan
pelabuhan. Apabila laut dangkal, maka harus dilakukan pengerukan untuk
mendapatkan kedalaman yang diperlukan.
3. Kolam Pelabuhan
Kolam pelabuhan merupakan daerah perairan dimana kapal berlabuh
untuk melakukan bongkar muat, melakukan gerakan untuk memutar (di
KELOMPOK 2 ASUS
6
KELOMPOK 2 ASUS
7
KELOMPOK 2 ASUS
8
BAB II
PARAMETER PERENCANAAN
KELOMPOK 2 ASUS
9
2. Impor
Volume arus barang ekspor tahun 2021 = 750.000 ton/tahun
Pertumbuhan ekspor = 1,7% / tahun
Fimpor = Pimpor × (1 + i)n
Fimpor = 750.000 × (1 + 1,7%)1
Fimpor = 762.750 ton
Hasil perhitungan untuk 29 tahun setelahnya akan ditabelkan.
KELOMPOK 2 ASUS
10
KELOMPOK 2 ASUS
11
Selain dimensi kapal, karakteristik kapal seperti tipe dan fungsinya juga
berpengaruh terhadap perencanaan pelabuhan. Tipe kapal berpengaruh pada
tipe pelabuhan yang akan direncanakan. Sesuai dengan fungsinya, kapal
dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu:
1. Kapal Penumpang
Di Indonesia, kapal penumpang masih mempunyai peran yang cukup
besar. Jarak antara pulau yang relatif dekat masih bisa dilayani oleh
kapal-kapal penumpang. Selain itu, dengan semakin mudahnya
hubungan antara pulau, semakin banyak beroperasi ferri-ferri yang
memungkinkan mengangkut mobil, bis, dan truk bersama-sama dengan
penumpangnya. Pada umumnya kapal penumpang mempunyai ukuran
relatif kecil.
KELOMPOK 2 ASUS
12
KELOMPOK 2 ASUS
13
KELOMPOK 2 ASUS
14
KELOMPOK 2 ASUS
15
KELOMPOK 2 ASUS
16
Tabel II.8 Karakteristik Kapal (Kapal Ferri dan Kapal Roro) (Buku
Perencanaan Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, 2010)
KELOMPOK 2 ASUS
17
KELOMPOK 2 ASUS
18
KELOMPOK 2 ASUS
19
Sehingga:
a) Jumlah kapal / tahun, setelah pelabuhan dibuka:
Jumlah barang pada tahun rencana
JKT = (80% × DWT)
1.060.756,880
JKT = 80
( × 10000)
100
KELOMPOK 2 ASUS
20
JK1H ≈ 1 kapal/hari
• Impor
Jumlah barang yang keluar pada tahun 2021 adalah 750.000 ton. Untuk
rencana 0 tahun mendatang dengan tingkat pertumbuhan 1,7% / tahun,
maka:
1,7 30
S30 = 750.000 × (1 + )
100
KELOMPOK 2 ASUS
21
KELOMPOK 2 ASUS
22
KELOMPOK 2 ASUS
23
5. Muka Air Laut Rerata (Mean Sea Level atau MSL) adalah muka air rerata
antara muka air tertinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini
digunakan sebagai referensi untuk elevasi di daratan.
6. Muka Air Tinggi Tertinggi (Highest High Water Level atau HHWL)
adalah air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
7. Muka Air Rendah Terendah (Lowest Low Water Level atau LLWL)
adalah air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
8. Higher High Water Level adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam
satu hari, seperti dalam pasang surut tipe campuran.
9. Lower Low Water Level adalah air terendah dari dua air terendah dalam
satu hari.
Beberapa definisi muka air tersebut banyak digunakan dalam
perencanaan bangunan pelabuhan, misalnya MHWL atau HHWL
digunakan untuk menentukan elevasi puncak pemecah gelombang,
dermaga, panjang rantai pelambung penambat, dan sebagainya. Sedangkan
LLWL diperlukan untuk menentukan kedalaman alur pelayaran dan kolam
pelabuhan.
Di dalam perencanaan pelabuhan, diperlukan data pengamatan pasang
surut minimal selama 15 hari yang digunakan untuk menentukan elevasi
muka air rencana. Dengan pengamatan selama 15 hari tersebut, telah
tercakup satu siklus pasang surut yang meliputi pasang purnama dan
perbani. Pengamatan lebih lama (30 hari atau lebih) akan memberikan data
yang lebih lengkap. Pengamatan muka air dapat dengan menggunakan alat
otomatis (automatic water level recorder) atau secara manual dengan
menggunakan bak ukur dengan interval pengamatan setiap jam, siang, dan
malam. Untuk dapat melakukan pembacaan dengan baik tanpa terpengaruh
gelombang, biasanya pengamatan dilakukan di tempat terlindung, seperti
muara sungai atau teluk.
KELOMPOK 2 ASUS
24
KELOMPOK 2 ASUS
25
daripada laut, udara di atas laut akan naik dan diganti oleh udara dari daratan
sehingga terjadi angin darat.
Kecepatan angin diukur dengan anemometer. Apabila tidak tersedia
anemometer, kecepatan angin dapat diperkirakan berdasarkan keadaan
lingkungan dengan menggunakan skala Beaufort, seperti Tabel II.10.
Kecepatan angin biasanya dinyatakan dalam knot (1 knot = 1,852 km/jam).
Tabel II.10 Skala Beaufort (Buku Perencanaan Pelabuhan, Bambang
Triatmodjo, 2010)
Kecepatan angin yang direncanakan pada tugas ini adalah 25 km/jam atau
13,499 knot.
KELOMPOK 2 ASUS
26
BAB III
PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN
KELOMPOK 2
27
KELOMPOK 2
28
KELOMPOK 2
29
KELOMPOK 2
30
KELOMPOK 2
31
Gambar III.5 Struktur Menara Suar pada Ujung Pemecah Gelombang (Buku
Perencanaan Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, 2010)
KELOMPOK 2
32
4. Mercu Suar
Mercu suar adalah konstruksi menara yang tinggi dengan lampu
suar ditempatkan di puncaknya. Bangunan ini biasanya didirikan di
suatu titik pantai guna memandu kapal yang akan menuju pelabuhan.
Mercu suar juga dapat ditempatkan di karang, gosong, atau di tempat
yang berbahaya untuk pelayaran. Mercu suar bisa dibuat dari pasangan
batu dan konstruksi baja, dan harus cukup kuat untuk bisa menahan
serangan gelombang.
Menara harus cukup tinggi sehingga lampu suar dapat dilihat oleh
kapal yang sedang mendekat, paling tidak jarak 32 km, dengan
memperhatikan bentuk bumi yang bulat. Tinggi mercu suar agar dapat
terlihat dari kapal yang berada pada suatu jarak tertentu dari mercu suar
dapat dihitung dengan rumus: D = 3,86 × (√H + √H1 )
Cahaya lampu suar bisa putih atau berwarna dan berkelap-kelip,
dan sumber tenaganya bisa berasal dari arus listrik, baterai, atau gas
acetyline. Berkelap-kelipnya cahaya dihasilkan oleh motor listrik yang
memutar lampu. Ada juga mercu suar yang dilengkapi dengan sinyal
yang memberikan berbagai macam suara. Sinyal ini digunakan apabila
cuaca berkabut. Kadang-kadang mercu suar juga dilengkapi dengan
stasiun radio yang dapat mengirimkan sinyal ke segala arah untuk
menuntun kapal.
KELOMPOK 2
33
5. Pelampung (Buoys)
Pelampung (buoys) diletakkan di suatu tempat tertentu.
Pelampung ini diberi alat pemberi tanda peringatan yang bisa berupa
lampu, pemantul gelombang radar (radar reflector), bel, atau bunyi
peringatan lainnya, yang tergantung pada penggunaannya. Sumber
cahaya berasal dari baterai listrik atau gas. Gas ini dimasukkan dalam
ruangan gas yang ada dalam pelampung dan cukup untuk menyalakan
lampu siang dan malam sampai beberapa bulan. Saat ini, penggunaan
panel energi surya digunakan sebagai sumber listrik. Pada tipe ini, alat
pemandu pelayaran dapat berupa kapal rambu suar atau pelampung
dengan bentuk yang telah distandarisasi.
Jenis-jenis pelampung (buoys) adalah sebagai berikut:
KELOMPOK 2
34
KELOMPOK 2
35
Rumus:
8
HL (Nautical Miles) = × BL
7
a) AE = 35 feet = 10,668 m
8 8
HE = 7 × AE = × 10,668 = 12,192 m
7
b) AE = 25 feet = 7,62 m
8 8
HE = × AE = × 7,62 = 8,709 m
7 7
KELOMPOK 2
36
7 7
BL = 8 × HL = 8 × 24.131,491 = 21.115,055 m
BL 21.115,055
= = 11,202 m
HE 1.885
Karena tinggi mercu suar tidak boleh lebih dari tinggi kapal variatif,
maka dapat diambil tinggi mercusuar 35 feet = 10,5 meter, dimana tinggi
kapal variatif adalah 11,200 meter
KELOMPOK 2
37
Pemecah gelombang bisa dibuat dari tumpukan batu, blok beton, beton
massa, turap, dan sebagainya. Tipe masing-masing pemecah gelombang
akan dibahas setelah ini. Dimensi pemecah gelombang tergantung pada
banyak faktor, diantaranya adalah ukuran dan layout perairan pelabuhan,
kedalaman laut, tinggi pasang surut dan gelombang, ketenangan pelabuhan
yang diharapkan (besarnya limpasan air melalui puncak bangunan yang
diizinkan), transpor sedimen di sekitar lokasi pelabuhan.
Pemecah gelombang harus mampu menahan gaya-gaya gelombang yang
bekerja. Pada pemecah gelombang sisi miring, butir-butir atau blok beton
harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tidak runtuh oleh serangan
gelombang. Demikian juga, pemecah gelombang dinding tegak harus
mampu menahan gaya-gaya pengguling yang disebabkan oleh gaya
gelombang dan tekanan hidrostatis. Resultan dari gaya berat sendiri dan
gaya-gaya gelombang harus berada pada sepertiga lebar dasar bagian
tengah. Selain itu, tanah dasar juga harus mampu mendukung beban
bangunan di atasnya.
Pemecah gelombang sendiri mempunyai beberapa bentuk dasar dan
syarat-syarat teknis, yaitu sebagai berikut :
a. Gelombang disalurkan melalui dinding batu miring atau pemecah
gelombang batu ( rabble hound )sehingga energi gelombang pecah di
permukaan batu atau melalui celah-celahnya.
KELOMPOK 2
38
a. Ketinggian Gelombang
Bobot kapal = 10.000 DWT
Tinggi gelombang laut(HL) = 2,00 m
Tinggi gelombang pada perairan pelabuhan (Hd) = 0,5 m
KELOMPOK 2
39
Dimana :
W = berat armor (ton)
H = tinggi gelombang rencana = 2,00 m
𝛾𝑟 = berat jenis armor (beton = 2,3 ton/m3)
KELOMPOK 2
40
Dengan
B = Lebar Puncak (m)
N = Jumlah butir batu (n min =3 )
𝐾∆ = koifisien lapis
W = berat butir pelindung
𝛾𝑟 = berat jenis batu pelindung
𝑊 1
B = n . 𝐾∆ . [ ]3
𝛾𝑟
0,70 1
= 3 .1,04 . [ ]3
2,3
= 2,10
b. Lebar Lapisan Lindung (T)
𝑊 1
t = n . 𝐾∆ . [ 𝛾𝑟 ]3
0,70 1
= 1 . 1,04 . [ ]3
2,3
= 0,70 m
KELOMPOK 2
41
𝐻𝑏 = 1,45 × 2
𝐻𝑏 = 2,90 m
➢ Kedalaman gelombang pecah
𝐻𝑏 2,90
= 9,81.102 = 0,0030
𝑔𝑇 2
Sehingga,
𝑑𝑏
= 0,8
𝐻𝑏
db = 2,90 × 0,8
= 2,32
𝐻𝑏
➢ SW = 0,19.[1 – 2,82√𝑔𝑇 2 ].Hb
2,90
= 0,19.[1 – 2,82√𝑔102 ].2,90
= 0,467 m
➢ SLR = 0,2 m
➢ DWL = HWL + SW + SLR
= 2 + 0,467 + 0,2
= 2,667
KELOMPOK 2
42
KELOMPOK 2