PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara yang memiliki13.487 pulau besar
dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni,yang menyebar disekitar
khatulistiwa. Posisi Indonesia di antara dua benuayaitu benua Asia dan benua
Australia/Oseania.Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra
Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km²dan luas
perairannya 3.257.483 km².
Pelabuhan merupakan tempat berlabuh dan atau tempat bertambatnya kapal laut serta
kendaraan air lainnya, menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat barang dan
hewan,serta tempat bertemunya suatu kegiatan perekonomian. Definisi pelabuhan adalah
tempat tempat yang terdiri atas daratan dan atau perairan dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan atau bongkar muat barang,
berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau yang tersebar
di wilayah Indonesia. Maka, kegiatan kelautan sangat perlu untuk kegiatan penghubung
antara pulau satu dengan pulau lainnya, penjagaan wilayah laut, penilitian kelautan, serta
pemberdayaan sumber daya kelautan. Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama
dalam memanfaatkan dan melestarikan potensi hasil industri tersebut secara optimal.
Karena, seperti yang diketahui sumber daya laut mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Sehingga diharapkan dapat mendongkrak sistem perekonomian Indonesia.
Kota Denpasar, Bali adalah salah satu wilayah yang mempunyai daerah kelautan yang
cukup besar. Dengan daerah kelautan yang cukup besar, diperlukan sarana dan prasarana
yang dapat menunjang pekerjaan kelautan tersebut, merupakan salah satu lokasi yang
memiliki potensi untuk dijadikan tempat berlabuh untuk kapal umum dan kebutuhan
logistik. Sebagian besar lokasinya merupakan pantai sehingga memungkinkan untuk
beroperasi.
Maka dari itu perlu diadakannya sebuah proyek pengembangan berupa pembangunan
dermaga, pemecah gelombang (breakwater), dan beberapa fasilitas umum
lainnya.Pembangunan breakwater diperlukan karena setelah diteliti, maka ditemukan
bahwa peramalan tinggi gelombang pada lokasi pendaratan dan pembongkaran kapal
adalah 2 meter dengan arah dominan gelombang yaitu Selatan. Sedangkan tinggi
gelombang yang diijinkan dalam kolam pelabuhan dengan kapal jenis kecil (bobot kurang
dari 500 GRT) adalah 0,3 meter (Triatmodjo : 1999). Oleh karena itu, maka diperlukan
sebuah breakwater untuk memecah gelombang sebelum sampai ke kolam pelabuhan
sehingga tidak mengganggu kegiatan bongkar muat barang. Selain untuk memecah
gelombang, breakwater juga dapat berfungsi sebagai pelindung kolam pelabuhan dari
sedimentasi yang mengakibatkan pendangkalan. Hal ini akan merugikan karena kapal-
kapal yang draftnya lebih besar dari kedalaman kolam pelabuhan, tidak dapat merapat ke
dermaga sehingga membutuhkan biaya tambahan untuk proses bongkar muat barang.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari tugas akhir ini adalah untuk menerapkan materi-materi yang
didapat dari perkuliahan dengan bentuk perencanaan pemecah gelombang Kota
Denpasar, Bali.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Pelabuhan khusus
b. Pelabuhan Pantai
Pelabuhan yang digunakan untuk perdagangan dalam negeri dan kapal asing tidak
bebas menyinggahi tanpa meminta ijin terlebih dahulu pada pihak yang berwenang.
Dalam hal memberikan pelayanan hasil penangkapan ikan dengan cepat, dermaga
pada pelabuhan ikan dibedakan menjadi 3 macam, antara lain :
b. Pelabuhan Minyak
Pelabuhan ini dibangun agak jauh dari lingkungan masyarakat demi terjaminnya
keamanan umum. Pelabuhan minyak biasnaaya tidak membutuhkan dermaga atau
pangkalan yang menahan muatan vertikal yang besar, melainkan membuat
tambatan atau jembatan perancah yang dibuat menjorok ke laut untuk mencapai
kedalaman air yang cukup besar.
c. Pelabuhan Barang
1. Dermaga dengan halaman yang cukup besar, dimana sebagai tempat kapal
untuk bertambat dan melakukan kegiatan bongkar muat barang
3. Tersediannya jalan raya dan/atau jalur kereta api untuk pengangkutan barang
dari pelabuhan ke tempat tujuan dan sebaliknya.
4. Peralatan bongkar muat barang untuk membongkar muatan dari dermaga ke
kapal dan sebaliknya serta untuk mengangkut barang ke gudang dan lapangan
penumpukan.
1. Barang umum (general cargo), yaitu barang-brang yang dikirim secara satuan
seperti motor, mobil, truk, dan barang-barang lain yang dibungkus dalam peti,
karung, drum, dan sebagainya.
2. Muatan curah/lepas (bulk cargo) yang dapat dibawa berupa muatan curah
kering (butiran padat) seperti pasir, semen, tepung, batu bara dan sebagainya
serta muatan curah cair seperti air, minyak bumi, dan lain-lain.
Gambar 2.4 Sket Terminal Curah Padat
3. Peti kemas (container), adalah suatu kotak besar berbentuk empat persegi
panjang yang dipakai untuk wadah dalam mengangkur sejumlah barang
dengan ukuran yang bervariasi, 20 kaki dan 40 kaki.
d. Pelabuhan Penumpang
Pelabuhan yang dilengkapi dengan stasiun penumpang dalam melayani segala
kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang berpergian, seperti
kantor maskapai pelayaran, kantor imigrasi, ruang tunggu, kantor bea cukai, direksi
pelabuhan, mushala, toilet, dan sebagainya.
Gambar 2.6 Pelabuhan Penumpang
e. Pelabuhan Campuran
Pelabuhan yang digunakan khusus keperluan minyak dan ikan secara terpisah
tetapi untuk pelabuhan kecil yang masih dalam tahap perkembangan, keperluan
bongkar muat minyak masih menggunakan dermaga atau jembatan yang sama
untuk keperluan barang dan penumpang.
f. Pelabuhan Militer
Pelabuhan yang mempunyai daerah perairan yang cukup luas sehingga gerakan
kapal-kapal perang dilakukan secara cepat dan letak bangunan yang cukup
terpisah.
b. Pelabuhan buatan
Pelabuhan semi alam merupakan campuran dari pelabuhan alam dan buatan.
Pelabuhan ini terlindungi oleh lidah pasir untuk membentuk saluran sebagai jalan
masuk/keluar kapal dan perlindungan buatan yang hanya pada laut masuk.
Gambar 2.9 Pelabuhan Semi Alam
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada
gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang angin yang dibangkitkan
oleh tiupan angin di permukaan laut, gelombang pasang surut yang diakibatkan oleh
gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi, gelombang
tsunami terjadi karena letusan gunung di laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal
yang bergerak dsb. Di antara beberapa bentuk gelombang tersebut yang paling penting
dalam bidang teknik pantai adalah gelombang pasang surut dan gelombang angin
(Triatmodjo, 1999:11).
Dalam anak sub bab ini hanya diberikan beberapa karakteristik gelombang air yang
nantinya banyak berkaitan dalam hitung-hitungan perencanaan Pelabuhan bagi
pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam tentang teori gelombang dapat
mempelajari dari buku-buku lain diantaranya adalah teknik pantai oleh penulis
yang sama.
Dalam gambar tersebut gelombang bergerak dengan cepat rambat C di air dengan
kedalaman d titik Dalam hal ini yang bergerak merambat hanya bentuk profil muka
air nya. tidak seperti dalam aliran air di sungai syair bergerak searah aliran pada
gelombang partikel air bergerak dalam suatu orbit tertentu sehingga tidak bergerak
maju ke arah sumbu x suatu pelampung yang berada di air laut hanya bergerak
naik-turun mengikuti gelombang dan tidak berpindah dalam arah perjalanan dari
tempatnya semula. posisi partikel setiap saat selama gerak orbital sebut diberikan
oleh koordinat x horizontal dan vertikal terhadap pusat orbit komponen kecepatan
vertikal pada setiap saat adalah A dan C dan elevasi muka air terhadap muka air
diam sumbu-x di setiap titik adalah η.
2 πd
C= ¿ tanh ...................................................................................................
2π L
(2.2)
g T2 2 πd
L= tanh .................................................................................................,
2π L
(2.3)
Dengan k = 2π/L
jika ke dalaman air dan periode gelombang diketahui maka dengan cara coba
banding literasi akan didapat panjang gelombang l.
Index 0 menunjukkan bahwa nilai-nilai tersebut adalah untuk kondisi di laut dalam
di laut dalam cepat rambat dan panjang gelombang hanya tergantung pada periode
gelombang T.
e. Perpindahan Partikel
koordinat horizontal dan vertikal dari gerak orbit partikel terhadap pusat orbit
diberikan oleh bentuk berikut ini
H cosh k (d + y )
ξ=−( ) sin (kx-σt) ..........................................................................
2 sin kd
(2.9)
H sinh k (d + y )
ε =( ) cos (kx-σt) ..........................................................................
2 sin kd
(2.10)
Selama perjalanan gelombang dari laut dalam Laut dangkal orbit partikel
mengalami perubahan bentuk seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.13 orbit
perpindahan partikel berbentuk lingkaran pada seluruh kedalaman di laut dalam
titik di laut transisi dan dangkal lintasan partikel berbentuk elips. semakin
kedalaman bentuk elips semakin pipih dan di dasar gerak partikel adalah
horizontal.
Gambar 2.14 Gerak orbit partikel air di laut dangkal, transisi dan dalam
f. Tekanan Gelombang
tekanan yang disebabkan oleh gelombang merupakan gabungan dari Tekanan
hidrostatis dan dinamis yang disebabkan oleh gelombang dan mempunyai bentuk :
berikut ini. gambar 2.15 menunjukkan distribusi tekanan tersebut.
pgh cosh k (d + y)
p=−pgy +( ) cos (kx-σt) ........................................................
2 sin kd
(2.11)
Tenaga Gelombang :
nE
P= ................................................................................................................(2.17)
T
Dengan :
1 2 kd
n= (1+ ) ..............................................................................................(2.18)
2 sin kd
2.2.2 Pembangkitan Gelombang
2.2.2.1 Angin
Angin yang berhembus mengakibatkan permukaan air laut yang mulanya
tenang menjadi timbul riak air atau gelombang kecil. Dengan
bertambahnya kecepatan dan durasi hembusan maka riak tersebut akan
menjadi semakin besar kemudian membentuk gelombang. Sirkulasi
udara yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi disebut angin
gerakan udara ini disebabkan oleh perubahan temperatur atmosfer pada
waktu udara dipanasi rapat massanya berkurang yang berakibat pada
udara tersebut yang kemudian diganti oleh udara yang lebih dingin di
sekitarnya. perubahan temperatur di atmosfer disebabkan oleh perbedaan
penyerapan panas oleh tanah dan air atau perbedaan panas di gunung dan
lembah atau perubahan yang disebabkan oleh siang dan malam atau
perbedaan suhu pada belahan bumi bagian utara dan selatan karena
adanya perbedaan musim dingin dan panas daratan lebih cepat menerima
panas daripada air dan sebaliknya daratan juga lebih cepat melepaskan
panas.
Oleh karena itu pada waktu siang hari daratan lebih panas daripada laut.
udara di atas daratan akan naik dan diganti oleh udara dari laut sehingga
terjadi angin laut. Sebaliknya pada waktu malam hari daratan lebih
dingin daripada laut udara di laut akan naik dan diganti oleh udara dari
daratan sehingga terjadi angin darat.
Tekanan udara di daratan Asia adalah lebih tinggi dari daratan Australia
sehingga angin berhembus dari Asia menuju Australia. tekanan udara di
belahan bumi utara lebih tinggi dari belahan bumi selatan sehingga angin
dari Samudra Pasifik yang basah berhembus dari timur laut dan karena
perputaran bumi di khatulistiwa dibelokkan menjadi dari arah barat laut
di Indonesia angin tersebut dikenal dengan angin musim barat dengan
arah dari barat laut.
Dengan:
U* : kecepatan geser
b. Data Angin
Data angin yang digunakan untuk peramalan gelombang adalah data
angin dipermukaan laut pada lokasi pembangkitan. Data tersebut
diperoleh dari pengukuran langsung di atas permukaan laut atau
pengukuran di darat kemudian di konversi menjadi data angin di laut.
Kecepatan angin di ukur dengan Anemometer, dan biasanya
dinyatakan dengan knot. Satu knot adalah panjang satu menit garis
bujur melalui khatulistiwa yang ditempuh dalam satu jam, atau 1 knot
= 1,852 km/jam = 0,5 m/d. Dengan pencatatan jam-jaman tersebut
akan diketahui angin dengan kecepatan tertentu dan durasinya,
keceptan angin maksimum, arah angin, dan dan dapat pula dihitung
kecepatan angin rerata harian.
RL =𝑈 𝑤/𝑈 𝐿..............................................................................
(2.21)
Dimana :
RL = faktor korelasi akibat perbedaan ketinggian
1,23
UA = 0,71 U …………………………………................(2.22)
2.2.2.2 Fetch
Dengan :
cos αo
Kr=
√ cos α
n0 L0
Ks=
√ nL
𝐻𝐴 = 𝐾′ 𝐻𝑃 ……………………………………........................(2.24)
Dengan :
Hr
X= ...............................................................................................,
Hi
(2.25)
𝑑𝑏/𝐻𝑏=1𝑏−(𝑎𝐻𝑏 /𝑔𝑇2)…………………………….....................(2.30)
𝑎 = 43,75/(1 – 𝑒^−19𝑚 )
𝑏 =1,56/(1 + 𝑒^−19,5𝑚 )
Dengan :
sebaliknya, maka dapat ditentukan nilai Hn yang merupakan rerata dari n persen
gelombang tertinggi. Dengan bentuk tersebut, maka akan diperoleh karakteristik
gelombang alam dalam bentuk gelombang tunggal. Misalnya H10 adalah tinggi
rerata dari 10 % gelombang tertinggi dari suatu pencatatan gelombang. Bentuk
yang paling banyak digunakan adalah H33 atau rerata dari 33 % gelombang
2.3 Arus
Arus adalah pergerakan air secara horizontal yang disebabkan adanya perubahan
ketinggian muka air laut. Arus lautan global merupakan pergerakan masa air yang sangat
besar dan arus ini yang mempengaruhi arah aliran air lautan dan terkait antara satu lautan
dengan yang lain di seluruh dunia. Adanya arus lautan ini disebabkan oleh perputaran
bumi, angin, dan suhu udara.
Gelombang yang menjalar menuju pantai membawa massa air dan momentum
dalam arah penjalaran gelombang. Transpor massa dan momentum tersebut
menimbulkan arus di daerah dekat pantai. Di beberapa daerah yang dilintasinya,
perilaku gelombang dan arus yang ditimbulkannya berbeda. Daerah yang dilewati
gelombang adalah daerah yang terbentang dari lokasi gelombang pecah ke arah
laut (offshore zone),daerah antara gelombang pecah dan garis pantai (surf zone)
dan daerah gelombang pecah (swash zone). Di daerah offshore zone, gelombang
menimbulkan gerak orbit partikel air. Orbit lintasan partikel tidak tertutup
sehingga menimbulkan transpor massa air. Transpor massa tersebut dapat disertai
dengan terangkatnya sedimen dasar dalam arah menuju pantai (onshore) dan
meninggalkan pantai (offshore). Pada daerah surf zone, gelombang pecah
menimbulkan arus dan turbulensi yang sangat besar yang dapat menggerakkan
sedimen dasar. Setelah pecah gelombang melintasi surf zone menuju pantai. Di
daerah ini kecepatan partikel air hanya bergerak dalam arah penjalaran
gelombang. Pada daerah swash zone, gelombang yang sampai di garis pantai
menyebabkan massa air bergerak ke atas dan kemudian turun kembali pada
permukaan pantai. Gerak massa air tersebut disertai dengan terangkutnya
sedimen.
Gelombang yang pecah pada pantai yang miring akan menyebabkan terjadinya
kenaikan gelombang (wave set-up) di pantai, yang menyebabkan naiknya elevasi
muka air di atas elevasi muka air diam. Kenaikan muka air di sepanjang pantai
adalah tidak sama karena tinggi gelombang pecah di sepanjang pantai berbeda.
Hal ini dapat menimbulkan aliran air sepanjang pantai menuju ke tempat dengan
muka air yang lebih rendah.
Arus sepanjang pantai (longshore current) dapat juga ditmbulkan oleh gelombang
yang pecah dengan membentuk sudut terhadap garis pantai. Arus ini terjadi di
daerah antara gelombang pecah dan garis pantai. Parameter terpenting di dalam
menentukan kecepatan arus sepanjang pantai adalah tinggi dan sudut datang
gelombang pecah.
Transpor sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama, yaitu
transpor sedimen dalam bentuk mata gergaji di garis pantai dan transpor
sepanjang pantai di surf zone. Pada waktu gelombang menuju pantai dengan
membentuk sudut terhadap garis pantai maka gelombang tersebut akan naik ke
pantai (uprush) yang juga membentuk sudut. Massa air yang naik itu kemudian
akan naik lagi dalam arah tegak lurus pantai. Gerak air tersebut membetuk
lintasan seperti mata gergaji, yang disertai dengan terangkutnya sedimen dalam
arah sepanjang pantai. Komponen kedua adalah transpor sedimen yang
ditimbulkan oleh arus sepanjang pantai yang dibangkitkan oleh gelombang pecah.
Transpor sedimen ini terjadi di surf zone.
Berikut ini akan dipelajari cara memprediksi transpor sedimen sepanjang pantai
dengan menggunakan rumus empiris. Rumus yang ada untuk menghitung
transpor sedimen sepanjang pantai dikembangkan berdasar data pengukuran
model dan prototip pada pantai berpasir. Sebagian rumus tersebut merupakan
hubungan sederhana antara transpor sedimen dan komponen fluks energi
gelombang sepanjang pantai dalam bentuk
𝑄𝑠 = 𝐾. 𝑃1𝑛 .....................................................................................................(2.31)
Dengan :
(Nm/d/m)
K, n : konstanta
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya menarik benda-benda di
langit, teutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Meskipun massa
bulan jauh lebih kecil daripada massa matahari, tapi karena jaraknya terhadap bumi jauh
lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi jauh lebih besar daripada
pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah
2,2 kali lebih besar daripada gaya tarik matahari.
Pengetahuan tentang pasang surut penting dalam perencaan bangunan pantai dan
pelabuhan. Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan elevasi muka air terendah (surut)
sangat penting untuk merencanakan bangunan-bangunan tersebut. Sebagai contoh,
elevasi puncak bangunan pemecah gelombang, dermaga, dsb ditentukan oleh elevasi
muka air pasang, sementara kedalaman alur pelayaran pada pelabuhan ditentukan oleh
muka air surut.
Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara
bumi, bulan dan matahari. Penjelasan terjadinya pasang surut dilakukan hanya
dengan memandang suatu sistem bumi-bulan. Dalam penjelasan ini, dianggap
bahwa permukaan bumi, yang apabila tanpa pengaruh gaya tarik bulan, tertutup
secara merata oleh laut (bentuk permukaan air adalah bundar).
Gaya tarik-menarik antara bumi dan bulan tersebut menyebabkan sistem bumi-
bulan menjadi satu sistem kesatuan yang beredar bersama-sama sekeliling sumbu
perputaran bersama. Sumbu perputaran bersama ini adalah pusat berat dari sistem
bumi-bulan. Selama perputaran tersebut, setiap titik di bumi beredar sekeliling
jari-jari dari revolusi pusat massa bumi sekeliling sumbu perputaran bersama.
Jari-jari orbit peredaran setiap titik yang ditinjau di bumi adalah sama, sehingga
gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh peredaran tersebut sama besar.
Dengan adanya perputaran tersebut maka pada setiap titik di bumi, bekerja gaya
sentrifugal yang sama besar dan arahnya. Arah gaya tersebut adalah berlawanan
dengan posisi bulan. Selain itu, karena pengaruh gravitasi bulan, setiap titik di
bumi mengalami gaya tarik dengan arah menuju massa bulan, sedang besar
gayanya tergantung pada jarak antara titik yang ditinjau dengan massa bulan.
Gaya pembangkit pasang surut adalah resultan dari kedua gaya tersebut. Pada
sumbu bumi gaya gravitasi dan gaya sentrifugal adalah seimbang. Suatu elemen
air yang letaknya pada sisi bumi yang terjauh dari bulan, memiliki gaya
sentrifugal yang lebih besar dari gaya gravitasi. Sebaliknya, pada sisi yang
terdekat dengan bulan, gaya gravitasi lebih besar dari gaya sentrifugal, sehingga
resultannya keluar dan akibatnya permukaan air tertarik keluar.
Gaya tarik bulan dan matahari menyebabkan lapisan air yang semula berbentuk bola
berubah menjadi elips. Karena perputaran bulan pada orbitnya, maka posisi bumi-
bulan-matahari selalu berubah setiap saat. Revolusi bulan terhadap bumi ditempuh
dalam waktu 29,5 hari. Pada setiap hari pertama dan ke-15, posisi bumi-bulan-
matahari berada dalam satu garis lurus, sehingga gaya tarik bulan dan matahari
terhadap bumi saling memperkuat. Dalam kondisi ini, terjadi pasang surut purnama
(spring tide) atau pasang besar, dimana tinggi pasang surut sangat besar
dibandingkan hari-hari yang lain. Sedangkan pada hari ke-7 dan ke-21, posisi bulan
dan matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi sehingga gaya tariknya
semakin mengurangi. Pada kondisi ini terjadi pasang surut perbani (neap tide) atau
pasamg kecil, dimana tinggi pasang surut lebih kecil dibandingkan hari-hari yang
lain.
Dalam analisa pasang surut diperlukan suatu elevasi yang dapat digunakan
sebagai pedoman dalam perencanaan suatu pelabuhan. Ada tiga macam elevasi
antara lain:
1. Muka air tinggi atau High Water Level (HWL), muka air tertinggi yang
dicapai pada saat air pasang dalam satu siklus pasang surut;
2. Muka air rendah atau Low Water Level (LWL), kedudukan air terendah yang
dicapai pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut;
3. Muka air tinggi rerata atau Mean High Water Level (MHWL), rerata dari
muka air tertinggi selama periode 19 tahun;
4. Muka air rendah rerata atau Mean Low Water Level (MLWL), adalah rerata
dari muka air rendah selama periode 19 tahun;
5. Muka air rata-rata atau Mean Sea Level (MSL), muka air rerata antara muka
air tinggi rerata dan muka air rendah rerata.
6. Muka air tinggi tertinggi atau Highest High Water Level (MHWL), air
tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati;
7. Air rendah terendah atau Lowest Low Water Level (LLWL), air terendah
pada saat pasang surut purnama atau bulan purnama.
Perencanaan bangunan pantai dibatasi oleh waktu, biasanya 6 bulan sampai satu
tahun atau lebih. Dengan demikian untuk mendapatkan data pasang surut dilokasi
pekerjaan sepanjang 19 tahun tidak dapat dilakukan. Dalam hal ini muka air laut
ditentukan berdasarkan pengukuran pasang surut selama minimum 15 hari.
Dengan pengamatan selama 15 hari tersebut, maka didapat siklus pasang surut
yang meliputi pasang purnama dan perbani. Pengamatan muka air ini dapat
menggunakan alat otomatis (automatic water level recorder) atau secara manual
dengan bak ukur dengan interval pengamatan setiap jam, siang dan malam. Untuk
dapat melakukan pembacaan dengan baik tanpa terpengarauh gelombang, maka
pengamatan dilakukan di tempat terlindung, seperti muara sungai atau teluk.
Dari data pengamatan selama 15 hari atau 30 hari dapat diramalkan pasang surut
untuk periode berikutnya dengan menggunakan metode Admiralty atau metode
kuadrat terkecil (least square method).
Elevasi muka air laut rencana merupakan parameter yang sangat penting di dalam
perencanaan bangunan pantai. Elevasi tersebut merupakan penjumlahan dari
beberapa parameter yaitu pasang surut, tsunami, kenaikan muka air karena
gelombang (wave set-up), dan kenaikan muka air karena angin (wind set-up) dan
kenaikan muka air karena perubahan suhu global. Namun kemungkinan
terjadinya semua parameter ini dalam waktu yang bersamaan adalah sangat kecil.
Penetapan berdasarkan MHWL atau HHWL tergantung pada kepentingan
bangunan yang direncanakan.
3. Breakwater ”dinding”
Breakwater ini biasanya dipakai bila keadaan tanah dasar laut
mempunyai daya dukung yang kuat (berlapis pasir), sehingga
kuat menahan muatan di atasnya. Bentuknya dapat berupa blok-
blok dinding, kaison yang berupa kotak atau silindris. Fungsi
dinding vertikal adalah merefraksi gelombang sampai energinya
hilang. Telah dinyatakan bahwa gelombang akan pecah pada
ketinggian (1,5-2) H. Dan dengan suatu asumsi faktor keamanan,
tinggi minimum dari dinding ini adalah 5 H. Pada keadaan dasar
laut dengan kondisi daya dukung yang kurang sempurna, dapat
dibuat suatu pondasi dari rubble mounds. Konstruksi semacam ini
disebut breakwater majemuk (composite break water). Perlu
diperhatikan bahwa dalam merenncanakan konstruksi semacam
ini, ada jaminan terhadap pergeseran blok dinding dan faktor
guling yang mungkin terjadi. (Kramadibrata : 2002).
3. Breakwater Campuran
Menurut Bambang Triatmodjo dalam bukunya Pelabuhan-1999,
breakwater campuran adalah breakwater yang terdiri dari
breakwater sisi tegak yang berdiri di atas breakwater sisi miring.
Bangunan ini digunakan jika kedalaman rencana cukup besar
namun kondisi tanah tidak dapat menahan beban bangunan
breakwater sisi tegak. Pada waktu air surut bangunan berfungsi
sebagai breakwater sisi miring sedangkan jika air sedang pasang,
maka bangunan tersebut berfungsi sebagai pemacah gelombang
sisi tegak.
Dengan :
Ir : bilangan Irribaren
2. Elevasi puncak
Elevasi puncak breakwater dihitung berdasarkan kenaikan (run-up)
gelombang yang tergantung pada karakteristik gelombang. Elevasi
puncak breakwater dapat dihitung dengan rumus :
Dengan :
𝐵 = 𝑛. 𝑘Δ [𝑊/𝛾𝑟] ^1/3………………………………...........................(2.34)
Dengan :
B : lebar puncak
kΔ : koefisien lapis
Dimana 𝑆𝑟 =𝛾𝑟𝛾𝑎
Dengan :
KD : koefisien stabilitas
𝑡 = 𝑛𝑘Δ[𝑊/𝛾𝑟}^1/3................................................................................(2.36)
Sedangkan jumlah armour unit yang dibutuhkan dalam perencanaan ini
adalah:
𝑁 = 𝐴 𝑛 𝑘Δ [1 –𝑃/100][𝛾𝑡/𝑊]^2/3...........................................................(2.37)
Dengan :
kΔ : koefisien lapis
A : luas permukaan
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.2 Tempat
Pelabuhan Umum Benoa yang terletak di Kota Deanpasar Bali. Tepatnya pada
posisi 8040’27” S dan 115012’35” E.
3.2 Metode Perencanaan
3.2.1 Pengumpulan Data
Data yang akan diolah pada studi perencanaan ini berupa data sekunder, antara
lain :
1. Data primer berupa data tinggi gelombang
2. Data Kecepatan Angin dan Arah angin
3. Pilih jenis stasiun, parameter yang diinginkan, provinsi, kabupaten, nama stasiun,
beserta rentan waktu data yang dibutuhkan, kemudian klik proses.
4. Setelah data pencarian di proses maka akan muncul gambar dibawah ini,
kemudian download data tersebut dalam format excel.
5. Buka data yang sudah di download tersebut, kemudian pindahkan ke excel baru
dengan format kolom seperti gambar dibawah ini :
Data Arah dan kecepatan di peroleh dari data bmkg yang sudah didownload tadi.
9. Pada first row to import, isi baris yang pertama kali dibutuhkan kemudian klik
set, dan untuk last row to import, pilih baris terakhir yang akan diinput kemudian
klik set.
10. Kemudian isi excel colum name, disesuaikan dengan excel. Conroh seperti
gambar dibawah ini :
11. Kemudian pilih station informatio, isi stasiun BMKG yg dipakai, kemudian Klik
import, muncul file baaru kemudian klik close.
12. Kemudian klik add file, kemudian atur format file seperti gambar dibawah,
kemudian klik file yang telah dibuat pada langkah 1, pilih file kemudian buka.
Jawab :
Dik : Kedalaman = -8 m
d = 0,5 m
r = 150 m
= 300
= 600
T = 7 detik
Hwl = 1,80 m
Mml = 1,10 m
Lwl = 0,4 m
Penyelesaian:
L0=1,56 T 2
¿ 1,56(7)2
¿ 76,44 m
L0
C 0=
T
76,44
¿
7
¿ 10,92 m/d
d 8
= =0,1047
L0 76,44
d d
=0,1050→ =0,14531
L0 L
X = 0,145
d 8
Maka =0,145 → L1= =55,17 m≈ 55,2 m
L1 0,145
L 55,2
C 1= = =7,88 m/d
T 7
C1
sin α 1= ( )
C0
sin α 0
7,88
sin α 1= sin17 °
10,92
sin α 1=0,21
α 1=12,12°
Koefisien Refraksi :
r 150
r =150 m; → = =2,72 m
L 55,2
¿ 0,204
HA 0,5
Hp= '
= =2,45 m
K 0,204
Kedalam air di lokasi bangunan berdasarkan HWL, LWL dan MWL adalah :
d HWL=1,80−(−8 ) =9,80 m
d LWL=1,10−(−8 )=9,10 m
H '0 2,43
2
= =0,00506
g.T 9,81 x 7 2
Dari gambar 3.22 didapat (m = 1:50) :
Hb
=1,2 → H b =1,2 x 2,43=2,92 m
H '0
Hb 2,92
2
= =0,0061
g.T 9,81 x 7 2
db
=1,19→ d b=1,19 x 2,92=3,47 m
H0
Jadi gelombang pecah akan terjadi pada kedalaman 3,47 m. Karena db < dLWL
dan db < dHWL, berarti dilokasi bangunan pada kedalaman -8 m gelombang
tidak pecah.
Bilangan Irribaren :
tgθ
I r=
1/2
( H /L ¿ ¿ 0)0,5 = =2,79 ¿
(2,45/76,44)0,5
Pada grafik 5.10 dihitung nilai run up. Untuk lapis lindung dari batu pecah :
Ru
=1,13 sehingga R u=1,13 x 2,45=2,76 m
H
2
37 2,65 3
[
N=10 x 2 x 1,15 1− ][ ]
100 1,25
=29,91 ≈ 30 buah
Data angin digunakan untuk menentukan arah dan tinggi gelombang. Data
yang diperlukan adalah data arah dan kecepatan angin dimana data tersebut
didapatkan dari Stasiun BMKG tahun 2019. Dari data tersebut dibuat dalam
bentuk gambar windrose menggunakan aplikasi WRPLOT seperti pada
Gambar berikut ini.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut cara perhitungan
Fetch.
Tabel 4.1 Perhitungan fetch rerata efektif
∑ Xi cos α 88,09
Feff = = =7,04 km
∑ cos α 12,5106
4.1.3 Gelombang
1. Mencari kecepatan dan arah angin maksimal dari arah angin tahun 2019
yang dapat menimbulkan gelombang. Contoh : Desember 2019
kecepatan angin 16 knot.
U w = U L x RL
= 8,22 x 1,0
= 8,22
4. Menghitung nilai UA
UA = 0,71 x Uw 1,23
= 0,71 x 8,221,23
= 9,474 m/dt
5. Dari nilai UA dan fetch, tinggi dan periode gelombang dapat dicari dengan
menggunakan grafik peramalan gelombang.
Maka dari grafik peramalan gelombang diperoleh tinggi dan periode gelombang
sebagai berikut :