LANDASAN TEORI
Pelabuhan adalah daerah peraian yang terlindung dari gelombang, yang diengkapi dengan
fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat
barang kran-kran (crane) untuk bongkar muat barang,gudang laut(transito) dan tempat-tempat
penyimpanan dimana kapal membongkar muatannya, dan gudang-gudang dimana barang
dapat disimpan dalam waktu lama, selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau
pengapalan.
Pelabuhan dapat di bedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada sudut
tujuannya, yaitu dari segi penyelenggaraannya, pengusahannya, fungsi dalam perdagangan
nasional dan internasional, segi kegunaan dan letak geografisnya. Berikut ini adalah
klasifikasi dari pelabuhan dan beberapa macam pelabuhan.
c) Pelabuhan barang.Di pelabuhan ini terjadi perpindahan moda transportasi yaitu dari
angkutan laut ke angkutan darat dan sebaliknya.
2. Kapal Barang
Bongkar muat barang bisa dilakukan dengan dua cara yaitu secara vertikal
atau horisontal. Bongkar muat secara vertikal yang biasa disebut Lift On/Lift Off
(Lo/Lo) dilakukan dengan keran kapal, keran mobil dan/atau keran yang tetap ada
di dermaga. Pada bongkar muat secara horisontal yang juga disebut Roll On/Roll
Off (Ro/Ro) barang-barang diangkut dengan menggunakan truk.
Kapal ini juga dapat dibedakan menjadi beberapa macam sesuai dengan
barang yang diangkut, seperti biji-bijian, barang-barang yang dimasukkan dalam
peti kemas (container), benda cair (minyak, bahan kimia, gas alam, gas alam cair
dsb).
d. Kapal tanker
Kapal ini digunakan untuk mengangkut minyak, yang umunya mempunyai
ukuran sangat besar. Berat yang bisa diangkut bervariasi antara beberapa ribu ton
sampai ratusan ribu ton. Kapal tanker ada yang mempunyai kapasitas sampai
555.000 DWT yang mempunyai panjang 414 m, lebar 63 m dan serat 28,5 m.
Gambar 2.8 adalah kapal tanker yang sedang bertambat di jetty.
Karena barang cair yang berada di dalam ruangan kapal dapat bergerak
secara horisontal (memanjang dan melintang), sehingga dapat membahayakan
stabilitas kapal, maka ruangan kapal dibagi menjadi beberapa kompartemen (bagian
ruangan) yang berupa tangki-tangki. Dengan pembagian ini maka tekanan zat cair
dapat dipecah sehingga tidak membahayakan stabilitas kapal. Tetapi dengan
demikian diperlukan lebih banyak pompa dan pipa-pipa untuk menyalurkan minyak
masuk dan keluar kapal.
Gambar 2.14. Kapal tanker yang sedang bertambat di jetty
f. Kapal ikan
Kapal akan digunakan untuk menangkap ikan di laut. Ukuran kapal ikan
yang digunakan tergantung pada jenis ikan yang tersedia, potensi ikan di daerah
tangkapan, karakteristik alat tangkap, jarak daerah tangkapan, dsb. Ukuran kapal
yang singgah di pelabuhan bervariasi, mulai dari perahu motor tempel sampai
dengan kapal kapal motor berbobot puluhan sampai ratusan GT. Jarak jangkau dan
waktu atau durasi penangkapan ikan tergantung pada ukuran kapal. Perahu motor
tempel dapat menangkap ikan diperairan sampai sejauh 3-4 mil, yang berangkat
melaut pagi hari dan pulang siang/sore hari. Kapal-kapal dengan bobot lebih besar
bisa beroprasi di perairan lepas pantai (perairan nusantara), perairan ZEEI (zona
ekonomi eksklusif Indonesia), dan laut bebas (internasional). Tabel 1.1
menunjukkan ukuran kapal ikan sesuai dengan bobot kapal.
Panjang : L = 8 m
Lebar : B = 1 m
Draft : D = 0,5 m
Kapal tersebut dilengkapi dengan cerdik di kanan kirinya, yang berfungsi untuk
menjaga kestabilan perahu ketika terjadi gelombang besar. Lebar antar kedua cadik
adalah Lc = 3,5 m. Gambar 2.11 dan 2.12 adalah bentuk kapal ikan dan perahu
motor tempel.
Tipe dan bentuk pelabuhan tergantung pada jenis dan karakteristik kapal yang
akan berlabuh. Perencanaan pembangunan pelabuhan harus meninjau pengembangan
pelabuhan dimasa mendatang, dengan memperhatikan daerah perairan untuk alur
pelayaran, kolam putar, penambatan, dermaga, tempat pembuangan bahan pengerukan,
daerah daratan yang diperlukan untuk penempatan, penyimpanan dan pengangkutan dan
barang-barang. Kedalaman dan lebar alur pelayaran tergantung pada kapal terbesar yang
menggunakan pelabuhan. Kuantitas angkutan (trafik) yang diharapkan menggunakan
pelabuhan juga menentukan apakah alur untuk satu jalur atau dua jalur. Luas kolam
pelabuhan dan panjang dermaga harus dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran kapal yang
akan berlabuh.
Berikut adalah fasilitas-fasilitas yang umum dan harus tersedia pada pelabuhan:
1. Pemecah gelombang yang berfungsi untuk melindungi daerah perairan pelabuhan
dari gangguan gelombang. Ujung pemecah gelombang ( mulut pelabuhan ) harus
berada di luar gelombang pecah.
2. Alur pelayaran, berfungsi untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan keluar/masuk
ke pelabuhan. Alur pelayaran harus mempunyai kedalaman dan lebar yang cukup
untuk bisa dilalui kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan. Apanila laut dangkal
maka harus dilakukan pengerukan untuk mendapatkan kedalaman yang diperlukan.
3. Kolam pelabuhan, merupakan daerah perairan dimana kapal berlabuh untuk
melakukan bongkar muat, melakukan gerakan untuk memutar ( di kolam
putar ),dsb. Kolam pelabuhan harus terlindung dari gangguan gelombang dan
mempunyai kedalaman yang direncanakan.
4. Dermaga, adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatnya kapal dan
menambatkannya pada waktu bongkar muat barang. Ada dua macam dermaga yaitu
yang berada di garis pantai dan sejajar dengan pantai yang disebut wharf dan yang
menjorok ( tegak lurus ) pantai disebut pier atau jetty.
5. Alat penambat, digunakan untuk menambatkan kapal pada waktu merapat di
dermaga maupun menunggu diperairan sebelum bisa merapat ke dermaga. Alat
penambat bisa diletakkan di dermaga atau di perairan yang berupa pelampung
penambat. Pelampung penambat ditempatkan di dalam dan di luar pelabuhan.
6. Gudang Lini I dan lapangan penumpukkan terbuka, yang terletak di belakang
dermaga untuk menyimpan barang-barang yang harus menunggu pengapalan atau
yang dibongkar dari kapal sebelum dikirim ke tempat tujuan. Gudang lini I
digunakan untuk menyimpan barang-barang yang mudah rusak, mudah hilang dan
barang berharga yang memerlukan perlindungan terhadap cuaca dan hujan. Sedang
lapangan penumpukkan terbuka digunakan untuk menyimpan barang besar, berat
( mesin , besi , pipa , dll ) yang tidak mudah hilang dan rusak akibat cuaca dan
hujan. Untuk barang yang menggangu , berbahaya, mudah terbakar, beracun,
mudah meledak dll harus ditumpuk di gudang khusus,bahkan terhadap barang yang
berbahaya kelas I (bahan peledak ) , harus langsung dikeluarkan dari daerah kerja
pelabuhan.
7. Gedung terminal untuk keperluan administrasi
8. Fasilitas bahan bakar untuk kapal
9. Fasilitas pandu kapal, kapal tunda dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk
membawa kapal masuk/ keluar pelabuhan.
10. Peralatan bongkar muat barang seperti kran darat ( gantry crane ) , kran apung,
kendaraan untuk mengangkat/ memindahkan barang seperti forklift, straddle carrier
, sidelift truck , dsb.
11. Fasilitas-fasilitas lain untuk keperluan penumpang anak buah kapal dan muatan
kapal seperti terminal penumpang , ruang tunggu , karantina , bea cukai , imigrasi ,
dokter pelabuhan, keamanan, dsb.
1. Apron
Adalah halaman diatas dermaga yang terbentang dari sisi muka dermaga sampai gudang
laut atau lapangan penumpukan terbuka.
2. Gudang Laut Dan Lapangan Penumpukan Terbuka
Adalah gudang yang berada di tepi perairan pelabuhan dan hanya di pisahkan dari air
lautoleh dermaga pelabuhan.
3. gudang
gudang (warehouse) digunakan untuk menyimpan barang dalam waktu lama
Gambar 2.1 Terminal Barang Umum
c) Ekonomis , yakni besar biaya yang dibutuhkan baik dalam hal material maupun
pelaksanaannya, meliputi :
- Jenis Konstruksi
- Material konstruksi
- Peralatan konstruksi
- Kemampuan pelaksanaan konstruksi.
A. Perencanaan Alur
Secara umum ada beberapa daerah yang dilewati selama perjalanan tersebut
yaitu 1) daerah tempat kapal melempar sauh di luar pelabuhan 2) daerah pendekatan di
luar alur masuk, 3) alur masuk di luar pelabuhan dan kemudian di dalam daerah
terlindung, 4) saluran menuju ke dermaga, apabila pelabuhan berada di dalam daerah
daratan, dan 5) kolam putar.
Lebar alur biasanya diukur pada kaki sisi miring saluran atau pada kedalaman
yang direncanakan. Lebar alur tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
1,5 B + 1,8 B
dimana:
B = beam ( lebar kapal )
1. Hal yang diperhatikan dalam mebuat kolam pelabuhan adalah sebagai berikut:
a) Bathimetri laut (Kedalaman Perairan),
b) Elevasi muka air rencana yang ada (hasil analisa pasang surut),
c) Kondisi angin di perairan (arah dan kecepatan),
d) Arah kecepatan dan tinggi gelombang pada perairan (hasil peramalan
gelombang).
A = ATR + AB + AT
Dimana : ATR = Luas kolam putar / turning bensin (m2),
AB = Luas area bongkar muat (m2).
ATR = π (1,5) 2
Dimana : π = 3,14
Lpp = Panjang kapal maksimum (m)
AB = 3 (n.L.B)
Dimana : AB = Luas area bongkar muat yang dibutuhkan (m2)
n = Jumlah kapal yang berlabuh,
L = Panjang kapal (m),
B = Lebar kapal (m)
4) Area Tambat.
AT = n ( 1,5 . L ) x ( 4 /3 B )
Dimana : n = Jumlah Kapal,
B = Lebar Kapal (m),
L = Panajang Kapal (m).
5). Kedalaman kolam
D=d+s+c
Dimana: d = draft kapal (m)
s = squat kapal
c = angka cleareans
Kedalaman alur
H=d+G+R+P+S+K
dengan:
d = draft kapal
G= gerak vertikal
P= ketilitian pengukuran
K= toleransi pengerukan
I. Panjang Kapal
Panjang kapal pada umumnya terdiri dari Lenght Over All, Lenght on
designes Water Line dan Lenght Between Perpendicula. Ukuran lebih
jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
a). LOA ( Lenght Over All )
Secaradefinisi LOAadalahpanjang kapal yangdiukur dari haluan
kapalterdepansanpaiburitankapalpaling belakang.Merupakanukuran
utamayang diperlukandalamkaitannyadenganpanjangdermaga,
muatan,semakinpanjangLOA semakinbesarkapalberartisemakin besar
daya angkut kapal tersebut.
LWL adalah panjang kapal yang diukur dari haluan pada garis air
sampai buritan kapal pada garis air laut.
LBP adalah panjang kapal yang diukur dari haluan kapal pada garis
air sampai tinggi kemudi.
Panjang Dermaga
H = HHWL + hd + freeboard
1. Pemanduan
Dengan pertimbangan keselamatan bagi kapal dan muatannya, pada waktu
kapal masuk ke alur pelayaran menuju ke kolam pelabuhan,nahkoda kapal
memerlukan petunjuk dari seorang pandu. Pandu adalah seorang ahli yang sudah
berpengalamann layar dan mempunyai sertifikat pemanduan. Pandu hanya bertugas
sebagai penasehat/pengarah, sedangkan tanggung jawa keselamatan kapal tetap
pada nahkoda. Periran wajib pandu adalah perairan dimana kapal-kapal dengan
ukuran tertentu (diatas 150 GRT) yang akan masuk dan keluar pelabuhan harus
menggunakan bantuan jasa pandu.
Untuk dapat melaksanakan tugas pemanduan dengan baik diperlukan sarana
penunjang, yaitu kapal untuk mengantar jemput pandu di laut, kapal tunda untuk
membantu gerak kapal di alur pelayaran dan menyandarkan kapal di dermaga, dan
regu kepil ( regu yang membantu kapal untuk bertambat atau melepas tambatan )
untuk membantu mengikat dan melepas tali kapal.
2. Penundaan Kapal
Penundaan kapal adalah pekerjaan mendorong, menarik atau menggandeng
kapal yang beroleh gerak untuk masuk ke kolam pelabuhan, bertambat dan
bersandar di dermaga.
Pada waktu masuk dan keluar pelabuhan, kapal dengan ukuran tertentu harus
menggunakan kapal tunda sebagai sarana bantu pandu. Jumlah dan ukuran kapal
tunda tergantung pada panjang kapal seperti diberikan tabel berikut:
Waktu penggunaan kapal tunda dihitung sejak kapal tunda berangkat dari
pangkalan menuju ke lokasi kapal melepas jangkar di luar perairan pelabuhan
sampai lagi ke pangkalan setelah mengantar kapal keluar dari pelabuhan.
B. Labuh dan Tambat
Setelah masuk ke kolam pelabuhan, masih dengan bantuan pandu dan kapal tunda,
kapal bertambat dan bersandar di dermaga. Pandu akan meninggalkan kapal setelah
kapal tertambat dengan sempurna didermaga, setelah itu surveyor akan datang untuk
memeriksa tangki dan atau palka untuk menyatakan apakah palka/tangki siap
menerima muatan. Petugas imigrasi akan memeriksa dokumen awak kapal untuk
memastikan bahwa awak kapal memegang dokumen yang berlaku dan sah untuk
masuk ke negara, bila tidak mereka tidak diijinkan meninggalkan kapal.
Tambatan adalah fasilitas pelabuhan untuk merapatnya kapal, bisa berupa dermaga,
pelampung atau dolphin. Di tambatan ini kapal melakukan bongkar muat barang atau
menaik turunkan penumpang.
Kapal yang bertambat di beri batas waktu dan apabila melebihi batas waktu tersebut,
akan dikenakan tarif tambatan 200% dari tarif dasar. Batas waktu tambatan bobot
kapal yang diberikan adalah sebagai berikut:
(1 etmal = 24 jam)
Tabel 1.8. waktu tambat kapal
C. Penanganan Muatan
Di pelabuhan terjadi perpindahan moda transportasi, yaitu dari angkutan
laut ke angkutan darat dan sebaliknya. Agar perpindaha tersebut dapat berjalan dengan
lancar diperlukan kegiatan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dan
sebaliknya. Jenis peralatan tergantung dari jenis muatan yang ditangani. Jenis muatan
dapat dikelompokkan dalam bentuk 1). Muatan umum (general cargo), 2) muatan
curah dan 3) muatan peti kemas.
Penanganan muatan setelah dibongkar dari kapa dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Barang-barang dapat langsung diangkut ke tempat tujuan dengan
menggunakan angkutan darat ( truk, kereta api)
2. Disimpan di gudang pelabuhan (gudang lini I dan II)
3. Dsimpan di lapangan penumpukan terbuka
4. Barang-barang disimpan sementara di pelabuhan untuk selanjutnya akan
diangkut dengan menggunakan kapal lain menuju lokasi tujuan akhir.
Bongkar muat barang di pelabuhan dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai
berikut ini.
a) Bongkar muat barang umum ( general cargo )
Pekerjaan bongkar muat dari dan ke kapal dilakukan oleh perusahaan yang khusus
dibentuk untuk pekerjaan bongkar muat, yang bisa berupa perusahaan swasta atau
BHMN milik PT. Pelindo. Kegiatan bongkar muat barang umum dilaksanakan di
pelabuhan melalui kegiatan stevedoring, cargodoring dan receiving/delivery.
Pekerjaan stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari dek atau palka kapal
ke dermaga, tongkang, truk atau sebaliknya memuat barang dari dermaga, tongkang
dan truk ake dek atau palka kapal dengan menggunakan kran kapal dan atau kran
darat. Pekerjaan cargoding adalah pekerjaan mengeluarkan barang dari sling ( alat
pengangkat barang ) di atas dermaga, mengangkat dari lantai dermaga, mengangkut
dan menyusun barang di dalam gudang lini I atau di lapangan penumpukan terbuka
atau pekerjaan sebaliknya. Sedangkan receiving adalah pekerjaan menerima barang
dari atas truk untuk ditimbun di gudang atau lapangan penumpukan lini I. Alat-alat
yang diguanakan adalah sama dengan kegiatan Cargoding.
Pelaksanaan bongkar muat dapat dibagi menjadi dua macam seperti dijelaskan berikut
ini.
3. Bongkar muat secara langsung ke truk ( truk losing)
Bongkar muat barang dengan cara truck losing dilakukan terhadap barang-
barang tertentu seperti barang berbahaya yang tidak boleh di timbun di
gudang/lapangan penumpukan terbuka dan barang-barang strategis seperti
beras, gula, semen dll.
4. Bongkar muat barang dengan penimbunan
Barang-barang sebelum dimuat ke kapal, ditumpuk terlebih dahulu di
gudang lini I atau lapangan penumpukan terbuka dan disusun sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan rencana urutan pemuatan. Urutan pemuatan
diperlukan untuk memudahkan pembongkaran di pelabuhan tujuan.
Bongkar muat dengan cara penimbunan lebih cepat dibangdingkan dengan
truck losing yang sering mendapat hambatan, misalnya jumlah truck kurang
atau terlambat karena lalu lintas di jalan raya padat.
b) Bongkar muat barang curah
Muatan curah dapat dibedakkan menjadi muatan curah padat seperti batubara, semen,
tepung, beras jagung, kedelai dsb dan muatan curah cair seperti minyak bumi, air,
minyak nabati dsb. Penanganan muatan curah cair dilakukan dengan menggunakan
alat pompa di kapal yang mampu mendorong atau menghisap muatan curah cair dan
disalurkan melalui selang atau pipa ke dan dari kapal langsung ke tangki penyimpanan
atau ke tangki-tangki permanen di darat; atau sebaliknya yaitu dari tangki
penyimpanan di darat dimuat ke dalam kapal.
F. Nilai BOR
Nilai BOR dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut yang tergantung
pada jenis tambatan.
a. Tambatan Tunggal
Apabila dermaga hanya digunakan untuk satu tambatan, penggunaan dermaga tidak
dipengaruhi oleh panjang kapal, dan nilai BOR diberikan sebagai berikut.
dengan:
BOR = Berth Occupany Ratio (%)
Waktu tambat = waktu sejak kapal tertambat dengan
sempurna di dermaga sampai lepas sandar (hari)
Waktu Efektif= total waktu operasi pelabuhan dalam
satu periode satu tahun (hari).
Dengan:
Loa = Lenght Overall kapal (m)
Jagaan = jarak aman antar kapal di tamnbatan 10 m untuk kapal kecil dan 20 m untuk
kapal besar
Panjang tambatan = panjang permukaan dermaga yang bisa digunakan bagi untuk
bersandar dalam satuan meter.
Service time adalah waktu pelayanan kapal di tambatan, yang terdiri dari operating
time (waktu efektif untuk bongkar muat ) dan not operating time. Produktifitas
tergantung pada jenis alat bongkar muat dan keterampilan operator, yang berbeda
antarapelabuhan yang satu dengan yang lain. Not operating time adalah waktu tidak
produktif karena operator istirahat, pengurusan administrasi, menunggu buruh serta
waktu menunggu untuk lepas tambat kapal.
G. Berth Throughput
Berth throughput (BTP) adalah jumlah barang yang dibongkar muat di tambata. BTP
dapat dihitung dengan persamaan berikut ini.
Dengan:
BTP : berth throughput (m3, ton, box, atau TEUs/m/tahun)
H : jumlah hari kerja dalam satu tahun (hari)
BOR : berth occupany ratio (%)
J : jam kerja per hari
G : jumlah gang dala satu waktu
P : produktifitas B/M (m3, ton, box, atau TEUs/jam)
Loa: panjang kapal (m)
H. Kapasitas terpasang
Kapasitas terpasang dermaga adalah kemampuan dermaga untuk dapat menerima arus
bongkar muat peti kemas, yang diberikan oleh persamaan
I. Panjang Dermaga
Dalam perencanaan pengembangan pelabuhan, data arus kedatangan kapal dan arus
peti kemas dapat digunakan untuk menetukan panjang dermaga. Panjang dermaga
berdasar arus peti kemas dihitung dengan persamaan.
Tabel 1.11. Pertumbuhan arus kapal dan arus peti kemas