Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapal Latih

Menurut Wikipedia, Kapal latih adalah sebuah kapal yang digunakan untuk melatih

siswa yang ingin menjadi pelaut. Kapal ini digunakan untuk kapal-kapal yang digunakan

oleh angkatan laut atau calon pelaut untuk melatih calon perwira dan awak

kapal.Selama ini sekolah pelayaran dihadapkan masalah taruna sulit untuk praktek atau

naik kapal dengan cepat karena keterbatasan kapal latih.Kapal latih adalah sebuah

kapal yang digunakan untuk melatih siswa yang ingin menjadi pelaut.Kapal ini digunakan

untuk kapal- kapal yang digunakan oleh angkatan laut untuk melatih calon opsir. Pada

dasarnya ada dua jenis kapal pelatihan: yang digunakan untuk pelatihan di laut dan besi

tua berbentuk kapal yang digunakan sebagai ruang kelas. Selain untuk pelatihan

berlayar, kapal jenis ini juga serba guna, mulai dari untuk mengajar tentang oseanografi,

biologi, ilmu kelautan, dan ilmu fisika; sampai pembangunan karakter.

Dengan alasan di atas Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDMP)

Kementerian Perhubungan berkoordinasi dengan Menteri Kemaritiman dan Menteri

Perhubungan telah memesan 6 (enam) unit kapal latih taruna yang masing-masing

ukurannya sekitar 1200 GT (Gross Tonage) dengan kapasitas mencapai 300 orang yang

mana dibangun digalangan kapal dan industri dalam negeri oleh PT Steadfast Marine

Pontianak. Kapal latih ini diperuntukan untuk sekolah pelayaran yang berada di bawah

naungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDMP)

KementerianPerhubungan.

Pembangunan 6 kapal latih dimulai sejak Desember 2015 dan selesai secara

bertahap selama 2 tahun dengan pembiayaan APBN secara multiyears sampai tahun

2019. Kepala BPSDM Kementerian Perhubungan, Dr. Wahju Satrio Utomo menjelaskan

bahwa pemesanan kapal latih itu sesuai kontrak kerja maka seluruh kapal latih harus
dikirim kepada pemerintah sampai akhir 2017 dengan rincian bulan Maret-April datang

dua kapal, bulan September dua kapal lagi dan Desember dua kapalsisanya.

Kapal latih ini dibangun dari bahan baja dengan las penuh, dua buah baling-baling,

dan digerakan oleh dua buah mesin diesel. Ukuran utama panjang kapal keseluruhan

sepanjang 63 meter dengan panjang garis tegak 59 meter, lebar 12 meter, tinggi 4

meter, dan syarat kedalaman air 2,8 meter. Kapal tersebut memiliki 115 ton tangki bahan

bakar dan 175 ton tangki air tawar.Kapal memiliki kecepatan minimal 12 knot dengan

daya maksimal 2x1000hp.

Kapal ukuran 1.200 GT dengan jenis multipurposes atau bisa digunakan untuk

mengangkut taruna praktek layar (prala), mengangkut penumpang dan membawa kargo.

Kapasitas kapal mampu menampung sekitar 21 orang ABK, 2 penumpang VVIP, 10

orang instruktur, 100 orang cadet/taruna, dan 100 orang penumpang.

2.2 Jenis – jenis Kapal

1. Kapal Tanker

Adalah kapal yang dirancang untuk mengangkut minyak atau produk

turunannya.Jenis utama kapal tanker termasuk tanker minyak, tanker kimia, dan

pengangkut LNG.Di antara berbagai jenis kapal tanker, super tanker dirancang untuk

mengangkut minyak sekitar Afrika dan Timur Tengah.Super tanker Knock Nevis

adalah jenis kapal tanker terbesar di dunia.

2. Kapal Kontainer

Adalah kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

Memiliki rongga (cells) untuk menyimpan peti kemas ukuran standar. Peti kemas

diangkat ke atas kapal di terminal peti kemas dengan menggunakan kran/derek

khusus yang dapat dilakukan dengan cepat, baik derekderek yang berada di

dermaga, maupun derek yang berada di kapal itu sendiri.

3. Kapal Barang (Cargo Ship)

Adalah segala jenis kapal yang membawa barang-barang dan muatan dari suatu
pelabuhan ke pelabuhan lainnya.Ribuan kapal jenis ini menyusuri lautan dan

samudra dunia setiap tahunnya dan memuat barang-barang perdagangan

internasional.Kapal kargo pada umumnya didesain khusus untuk tugasnya,

dilengkapi dengan crane dan mekanisme lainnya untuk bongkar muat, serta dibuat

dalam beberapa ukuran.

4. Kapal Bulk Carrier, Kargo Curah, atau Bulker

Adalah kapal dagang yang dirancang khusus untuk mengangkut kargo curah

unpackaged, seperti biji-bijian, batu bara, bijih, dan semen dalam kargo.

5. Kapal Pesiar

Adalah kapal penumpang yang dipakai untuk pelayaran pesiar.Penumpang menaiki

kapal pesiar untuk menikmati waktu yang dihabiskan di atas kapal yang dilengkapi

fasilitas penginapan dan perlengkapan bagaikan hotel berbintang.Sebagian kapal

pesiar memiliki rute pelayaran yang selalu kembali ke pelabuhan asal

keberangkatan. Lama pelayaran pesiar bisa berbeda-beda, mulai dari beberapa hari

sampai sekitar tiga bulan tidak kembali ke pelabuhan asal keberangkatan. Kapal

pesiar berbeda dengan kapal samudra (ocean liner) yang melakukan rute pelayaran

reguler di laut terbuka, kadang antar benua, dan mengantarkan penumpang dari

satu titik keberangkatan ke titik tujuan yang lain. Kapal yang lebih kecil dan sarat air,

kapal yang lebih rendah digunakan sebagai kapal pesiar sungai.

6. Kapal Ferry Ro-Ro (roll-on/roll-off)

Adalah kapal yang bisa memuat kendaraan yang berjalan masuk ke dalam kapal

dengan penggeraknya sendiri dan bisa keluar dengan sendiri juga, sehingga

disebut sebagai kapal roll on-roll off atau disingkat Ro-Ro. Oleh karena itu, kapal ini

dilengkapi dengan pintu rampa yang dihubungkan dengan moveable bridge atau

dermaga apung ke dermaga. Kapal Ro-Ro memiliki desain yang landai sehingga

memungkinkan muatan secara efisien “keluar-masuk” kapal saat di

pelabuhan.Kapal Ro-Ro biasanya memiliki pintu/rampa/ramp door di haluan dan

buritan, kendaraan. Feri mempunyai peranan penting dalam sistem pengangkutan


bagi banyak kota pesisir pantai, membuat transit langsung antar kedua tujuan

dengan biaya lebih kecil dibandingkan jembatan atau terowong. Feri juga digunakan

untuk angkutan barang (dalam truk dan kadang-kadang kontainer pengiriman

unpowered).Kapal feri biasanya beroperasi dengan rute antar pulau dalam jarak

yang dekat.

7. Kapal Tongkang (Barge)

Adalah kapal yang dibangun untuk transportasi sungai dan kanal dengan membawa

muatan seperti batu bara, kayu, dll. Beberapa tongkang tidak memiliki mesin

(Propelled) sehingga harus ditarik oleh kapal tunda atau didorong oleh tow boats.

Selain itu ada juga jenis Hopper Tongkang yaitu kapal yang tidak bisa bergerak

dengan sendirinya, tidak seperti beberapa jenis lain tongkang.Kapal ini dirancang

untuk membawa bahan-bahan seperti batu, pasir, tanah dan sampah, untuk

membuang ke laut, sungai atau danau untuk reklamasi tanah.

8. Kapal Tunda (Tug Boat)

Adalah kapal yang dapat digunakan untuk melakukan manuver/ pergerakan,

utamanya menarik atau mendorong kapal lainnya di pelabuhan, laut lepas, atau

melalui sungai atau terusan.Kapal tunda digunakan pula untuk menarik tongkang,

kapal rusak, dan peralatan lainnya.Kapal tunda memiliki tenaga yang besar bila

dibandingkan dengan ukurannya.

9. Semi-Submersible atau Kapal Angkat Berat

Adalah kapal yang dirancang untuk memindahkan beban yang sangat besar. Tipe

semi-submersible mampu mengangkat kapal lain keluar dari air dan

mengangkutnya untuk menambah fasilitas bongkar di pelabuhan.

10. Kapal Floating Production, Storage, and Offloading (FPSO)

Adalah sebuah fasilitas terapung berbentuk kapal yang dioperasikan di suatu

ladang minyak dan gas bumi lepas pantai. Unit tersebut melakukan proses

produksi, menyimpan, dan diturunkan ke kapal tanker atau diangkut melalui pipa.

11. Kapal Pasokan Platform (Platform Supply Vessel – PSV)


Adalah kapal yang dirancang khusus untuk memasok platform minyak lepas

pantai.Kapal ini memiliki panjang antara 65-350 meter dengan fungsi utama sebagai

transportasi barang dan personil dari dan ke platform/bangunan lepas pantai dan

struktur lepas pantai lainnya.

12. Kapal Derek (Floating Crane)

Adalah kapal yang khusus dalam mengangkat beban berat. Kapal derek sering

digunakan untuk konstruksi lepas pantai. Kapal derek berbeda dengan sheerleg

karena crane dapat berputar.

13. Drillship (Kapal Pengebor)

Adalah sebuah struktur apung berbentuk kapal konvensional yang berfungsi untuk

proses pengeboran dan penyelesaian sumur minyak lepas pantai. Drillship juga

dapat digunakan sebagai platform untuk melaksanakan pekerjaan pemeliharaan

atau penyelesaian seperti casing, tubing, dan instalasi bawah laut.Drillship hanya

salah satu alat untuk melakukan pengeboran eksplorasi.Fungsi ini juga dapat

dilakukan oleh Semi-submersible, tongkang jackup, tongkang, atau rig platform.

14. Kapal Keruk (Dreger)

Adalah kapal untuk kegiatan penggalian yang biasanya dilakukan di laut dangkal

atau daerah air tawar dengan tujuan mengumpulkan sedimen dasar.Pengerukan

dapat menghasilkan bahan untuk reklamasi atau tujuan lain (biasanya terkait

dengan konstruksi dan proses mengeluarkan kapal dari graving dock).

15. Kapal Layar (Sailing Ship)

Adalah kapal yang digerakkan dengan menggunakan layar yang memanfaatkan

tenaga angin sebagai pendorongnya. Konstruksi kapal ini umumnya terbuat dari

kayu dan cukup lama digunakan sebagai tulang pungung pelayaran baik bersifat

sipil maupun militer sampai penemuan mesin uap dan kapal besi/baja pada abad ke

19 seiring dengan ramainya revolusi industri yang dipelopori oleh Inggris melalui

penemuan mesin uap.

16. Kapal Perang (War Ship)


Adalah kapal yang digunakan untuk kepentingan militer atau angkatan

bersenjata.Umumnya terbagi atas kapal induk, kapal kombatan, kapal patroli,

kapal angkut, kapal selam, dan kapal pendukung yang digunakan angkatan laut

seperti kapal tanker dan kapal tender.Di beberapa negara yang memiliki lautan

yang membeku pada musim tertentu seperti Rusia dan Finlandia misalnya, kapal

pemecah es juga digunakan.

17. Kapal Selam (Sub Marine)

Adalah kapal yang bergerak di bawah permukaan air, umumnya digunakan untuk

tujuan dan kepentingan militer.Sebagian besar Angkatan Laut memiliki dan

mengoperasikan kapal selam sekalipun jumlah dan populasinya masing-masing

negara berbeda.Selain digunakan untuk kepentingan militer, kapal selam juga

digunakan untuk ilmu pengetahuan laut dan air tawar dan untuk bertugas di

kedalaman yang tidak sesuai untuk penyelam manusia.

2.3 Mata Kuliah Sistem Navigasi

Sistem navigasi merupakan sistem yang memandu wahana gerak dari satu tempat

ke tempat lainnya.Ada banyak sistem navigasi yang digunakan baik untuk kepentingan

survei maupun untuk kepentingan umum. Navigasi merupakan alat bantu pengarah

suatu wahana bergerak dari satu lokasi ke lokasi lainnya dengan merujuk pada informasi

posisi dan arah dari alat navigasi. Alat navigasi adalah suatu perangkat yang dilengkapi

dengan sensor yang dapat memberikan data posisi dan arah geografis di permukaan

bumi, sehingga alat navigasi ini diperlukan ketika suatu wahana sedang menempuh

perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya.Salah satu alat navigasi yang sudah

dikenal luas adalah receiver GPS (Farrell and Barth, 1998; Jekeli, 2001).Metode

penentuan posisi dengan GPS banyak memberikan keuntungan diantaranya

menyediakan informasi posisi absolut secara cepat dan teliti tanpa kendala cuaca dan

waktu.

Penentuan Posisi (Ploting Position) adalah tempat kapal berada pada suatu saat

yang dinyatakan dalam lintang dan bujur atau baringan dan jarak dari suatu titik referensi
dihitung berdasarkan metode-metode pengambilan posisi. Bernavigasi merupakan

bagian dari melayarkan kapal dari suatu tempat ke tempat lain dengan aman, efisien dan

ekonomis. Menjangka peta adalah merencanakan pelayaran dengan perhitungan

pelayaran dan digambarkan secara langsung di peta kemudian di programkan ke alat

navigasi di kapal maka dapat melakukan perjalanan pelayaran dengan aman, efisien,

ekonomis serta dapat diperkirakan berapa waktu yang dibutuhkan dalam pelayaran

tersebut.

1. Definisi Peta Dan Peta Laut  

Peta adalah gambaran konvesional dari permukaan bumi baik sebagian atau

seluruhnya pada bidang datar atau bidang yang bisa didatarkan dengan dibubuhi

skala atau simbol

Peta laut ialah hasil pemindahan bentuk lengkung bumi ke atas bidang datar yang

memuat hal-hal serta keterangan yang dibutuhkan seorang navigator dalam

menentukan posisi kapal, jarak, haluan dan keselamatan navigasi dilaut serta

dilengkapi dengan benda bantu navigasi dan peruman-peruman.

2. Proyeksi Peta 

Proyeksi peta tidak lain adalah  teknik memindahkan bidang lengkung permukaan

bumi ke bidang datar yang berupa peta

Proyeksi peta adalah cara pemindahan garis paralel dan meridian dari globe ke peta.

Globe yang digambarkan ke bidang datar atau peta tentu akan mengalami

kesalahan-kesalahan. Kesalahan yang terjadi pada saat penggambaran disebut

distorsi.

Katagori proyeksi peta terbagi atas 3 (tiga) bagian utama yang dijelaskan pada

gambar di bawah ini :

a. Proyeksi pada bidang datar (azimuthal proyection)

b. Proyeksi pada bidang kerucut (conical proyection)

c. Proyeksi pada bidang silinder (cylindrical proyection)

3. Peta Mercator Dan Skala Peta


Peta mercator diketemukan oleh Gerdhard Kremer atau didalam bahasa latinnya

disebut Gerardus Mercator. Bentuk proyeksi yang dibuat oleh G.Mercator ini sama

dengan bentuk proyeksi silinder, dimana silindernya menyinggung bola bumi

dikatulistiwa dan titik pusat bumi adalah titik pusat proyeksi.Ciri-ciri skala lintang dan

bujur pada peta mercator sebagai berikut : 

1) Skala Lintang 

a. Terdapat dikiri/kanan pinggiran peta

b. 10 skala lintang = 60 mil laut

c. Skala lintang dipakai untuk mengukur jarak

2) Skala Bujur 

a. Terdapat dipinggir atas/bawah peta

b. Skala bujur berdasarkan katulistiwa

c. Skala bujur hanya dipakai untuk menentukan bujurnya suatu tempat bukan

untuk mengukur jarak pada bola bumi

3) Loksodrom adalah garis dibumi yang membentuk sudut-sudut yang samadengan

semua derajah.

4) Peta Mercator atau juga disebut dengan Peta Lintang Bertumbuh, mengapa

dikatakan peta bertumbuh karena jarak antara lintang 10° ke lintang

5) Skala ialah perbandingan satu satuan panjang dipeta dengan panjang

sesungguhnya.

6) Skala Grafik (Tongkat) adalah jenis skala peta yang menggunakan bentuk ruas

garis bilangan sebagai pembanding jarak. Arti dari skala grafik di atas ialah

setiap 1 cm di peta sama dengan 10 km pada jarak sebenarnya

7) Pembagian Peta Menurut Kegunaan dan Skalanya sebagai berikut: 

(1) Peta Ichtisar

a. Skala 1 : 60.000 atau lebih besar

b. Skala kecil, meliputi daerah luas

c. Details peta tak perlu


d. Memberi keterangan tentang navigasi, dapat dipakai untuk

menentukan cruise track dari satu tempat ketempat lain.

(2) Peta Samudera ( Sailing Chart )

a. Skala 1 : 600.000 atau lebih kecil

b. Dipakai untuk penyeberangan samudera

c. Meliputi daerah yang luas

(3) Peta Antar Pulau (Peta Haluan, Peta Perantau, General Chart)

a. Skala kira kira antara 1 : 100.000 - 1 : 600.000

b. Dipakai untuk antar pulau

c. Details peta sudah harus ditunjukkan walaupun tidak seteliti peta pantai

atau peta pelabuhan.

(4) Peta Pantai

a. Skala antara 1 : 50.000 - 1 : 100.000

b. Dipakai pada waktu mendekati/menjauhi teluk, pelabuhan

c. Details peta mutlak diperlukan demi keselamatan pelayaran

(5) Peta Penjelas

a. Skala antara 1 : 50.000 atau lebih didaerah perairan sempit, daerah

berbahaya atau daerah yang rawan dilayari

b. Detail peta mutlak diperlukan

(6) Peta Pelabuhan

a. Skala kira kira 1 : 50.000 atau lebih

b. Dipakai waktu mendekati/meninggalkan pelabuhan atau dermaga, juga

untuk merencanakan tempat berlabuh. Detail peta sangat (mutlak)

diperlukan, bila perlu lebih detail lagi.

8) Keterangan-Keterangan Umum/Details Yang Terdapat Dalam Peta Laut

(a) Nomer Peta, tertulis pada sudut kiri atas dan kanan bawah peta laut

(b) Nama peta, (titel atau judul peta) biasanya terdapat :a) di tempat yang paling

baik/layak, (b) Tidak menutupi route pelayaran utama atau keterangan penting
lainnya dari peta itu.

(c) Tahun survai/tahun perpetaan, terdapat dibawah nama/judul peta

(d) Tahun penerbitan, terdapat diluar batas peta, tengah-tengah, bawah

(e) Tahun Penerbitan Baru, biasanya disebelah kanan tahun percetakan  lama, kalau

peta edisi baru dikeluarkan maka koreksi besar maupun kecil pada peta edisi

yang lama otomatis dinyatakan hilang.

(f) Tanggal koreksi besar, biasanya di sebelah kanan dari tahun penerbitan, jika

disebelah kanannya telah dicetak tahun edisi baru, maka koreksi ini dicetak

dibawahnya

(g) Koreksi kecil, ditulis oleh navigator dari buku/berita pelaut Indonesia (BPI), tahun

dan nomor BPI ditulis disebelah kiri bawah sebelah luar batas peta

(h) Tahun Percetakan, terdapat disudut sebelah kanan atas.

(i) Skala Peta, biasanya terdapat dibawah judul/nama peta.

(j) Ukuran Peta, terdapat di sudut kanan bawah dalam tanda kurung dan dinyatakan

dalam inchi/dim

(k) Dalamnya Laut, dinyatakan dalam depa dan kaki atau meter atau decimeter.

Satuan dalamnya laut biasanya dicetak dibawah nama/judul peta

(l) Garis Dalam, garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan kedalaman yang

sama

(m) Lintang dan Bujur di Peta, lintang dipeta terlukis sebagai garis pembatas dibagian

atas dan bawah peta, bujur dipeta terlukis sebagai garis pembatas dibagian kiri

dan kanan peta 

9) Benda Bantu Navigasi

Yang dimaksud dengan benda-benda pembantu navigasi ialah benda-benda yang

membantu navigator dalam menemukan daratan dan menunjukkan arah ketempat

tujuannya (misalnya pelabuhan)

(1) Sistim Pelampung ada dua macam yaitu :

a. Sistem LATERAL dipakai ditepi pantai dan perairan sempit yang biasa dilayari,
diperairan pedalaman, ditempat yang ada bahaya

b. Sistem KARDINAL dipakai dilaut lepas, menandakan sektor aman dan

dibedakan atas sektor UTARA – SELATAN, TIMUR – BARAT. Kedua sistem

ini sama maksud dan tujuannya, perbedaannya hanya pada letak/tempat,

bentuk dan warna, penerangan serta sifat sifatnya

(2) Letak dan warna pelampung ada bermacam macam jenis yang digunakan, antara

lain :

a. Pelampung pada sisi kanan (Starboard hand)

b. Bentuk pelampung : Runcing

c. Warna pelampung : hitam, hitam putih kotak-kotak atau hitam kuning kotak-

kotak.

d. Tanda Puncak : segitiga atau belah ketupat

e. Jika ada Suar : warna penyinaran putih atau hijau cerlang

f. Scotlite : warna putih atau hijau

g. Pelampung hitam merupakan pelampung sisi kanan (starboard hand) jika

datang dari laut.

(3) Pelampung pada sisi kiri (Port hand)

a. Bentuk pelampung : tumpul

b. Warna pelampung : merah, merah putih kotak-kotak atau merah kuning kotak-

kotak

c. Tanda Puncak : kubus atau T

d. Jika ada Suar : warna penyinaran putih atau merah cerlang

e. Scotlite : warna putih atau merah

f. Pelampung merah merupakan pelampung sisi kiri (port hand) jika  datang dari

laut.

(4) Pelampung Gosong Tengah-Pemisah dan Pertemuan (Middle ground, mid

channel or bifuration)

a. Bentuk pelampung : Bundar, baik untuk hilir maupun untuk mudik


b. Warna pelampung : Putih merah mendatar baik untuk hilir maupun untuk

mudik

c. Tanda puncak : untuk hilir, untuk mudik 

d. Jika ada suar : Isophase = periode gelap sama dengan periode terang 

e. Scotlite : untuk hilir untuk mudik

(5) Pelampung Pengenal (Landfall)

a. Bentuk pelampung : Runcing

b. Warna pelampung : biasanya hitam putih atau merah putih vertikal

c. Tanda puncak : Silang

d. Jika ada suar : Putih cerlang atau putih tetap dengan penggelapan (flashing

white or white occulting)

(6) Pelampung Kerangka ( Wecks )

a. Bentuk pelampung : a) dilalui sisi kanan : runcing, b) dilalui sisi kiri : tumpul, c)

dilalui pada kedua sisi : bundar

b. Warna pelampung : biasanya hijau

c. Tanda Puncak : -

d. Jika ada Suar : hijau cerlang atau hijau tetap dengan penggelapan (flashing

green or occulting green)

(7) Pelampung Khusus (Special buoys)

a. Pelampung Tempat Tuang (dumping ground, outfall, spoil ground)

b. Pelampung Tempat Berlabuh Kapal Karantina (quarantine anchorage)

c. Pelampung Tempat Latihan Tembak Menembak (practice firing ground)

d. Pelampung Peralihan Antara Laut Lepas dan Daerah Pedalaman

2.4 Menurut IMO Code

International Maritime Organization (IMO) merupakan badan khusus PBB yang

bertanggungjawab untuk keselamatan dan keamanan aktivitas pelayaran dan

pencegahan polusi di laut oleh kapal. Secara teknis, IMO memiliki tugas dalam

pemutakhiran legislasi yang ada atau untuk mengembangkan dan mengadopsi


peraturan baru, melalui pertemuan yang dihadiri oleh ahli maritim dari negara anggota,

serta organisasi antar-pemerintah dan non-pemerintah lain seperti BI[MCO, CMI,

Greenpeace, dan IALA. Hasil dari pertemuan komite dan sub-komite IMO adalah

konvensi internasional yang komprehensif yang didukung dengan ratusan rekomendasi

yang mengatur berbagai fase dalam bidang pelayaran internasional, yaitu:

Kegiatan yang ditujukan bagi pencegahan kecelakaan, termasuk standar rancangan

kapal, konstruksi, perlengkapan, kegiatan operasional dan ketenagakerjaan berdasarkan

perjanjian internasional, antara lain International Convention for the Safety of Life at

Sea (SOLAS) tahun 1974 dan 1978; Convention for the Prevention of Pollution from

Ships (MARPOL) tahun 1973; dan Standards of Training, Certification and

Watchkeeping for Seafarers (STCW) tahun 1978.

Kegiatan yang perlu untuk mendata adanya kecelakaan, termasuk mengenai

regulasi dalam komunikasi keadaan darurat dan keselamatan, Konvensi SAR

Internasional tahun 1979 dan International Convention on Oil Pollution Preparedness,

Response and Co-operation (OPRC) tahun 1990. Adanya konvensi-konvensi yang

menimbulkan rezim kompensasi dan pertanggungjawaban seperti International

Convention on Civil Liability for Oil Pollution Damage (CLC) tahun 1969; Convention

establishing the International Fund for Compensation for Oil Pollution

Damage (FUND Convention) tahun 1971; dan Athens Convention covering liability and

compensation for passengers at sea (Athens Convention) tahun 1974.

Setiap negara memiliki kewajiban untuk menjaga keselamatan navigasi di negaranya

dengan menyediakan peralatan aid to navigation seperti mercu suar, buoy dan tanda-

tanda yang dibutuhkan.IMO juga mengatur mengenai standarisasi penggunaan alat dan

juga keselamatan pelayaran.

Arti Penting Keanggotaan Indonesia di dalam IMO

Sejalan dengan Agenda Prioritas “Nawa Cita” pemerintahan Presiden Joko Widodo

dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Periode 2015-2019, politik luar

negeri Indonesia mencerminkan identitas negara kepulauan yang diwujudkan melalui


diplomasi maritim.Indonesia secara konsisten dapat melaksanakan kebijakan politik luar

negeri yang bebas dan aktif dan jati dirinya sebagai negara maritim untuk mewujudkan

tatanan dunia yang semakin baik, serta memperjuangkan kepentingan nasional.Dalam

hal ini, partisipasi aktif Indonesia di dalam IMO merupakan upaya penguatan kebijakan

politik luar negeri Indonesia yang dilandasi pada kepentingan nasional dan jati diri

sebagai negara maritim.

Indonesia telah menjadi salah satu negara anggota dan aktif dalam berbagai

kegiatan IMO sejak tahun 1961. Indonesia juga telah menunjukkan peran aktif serta

perhatian dan dedikasi guna mempromosikan pengembangan kerja sama internasional

dalam bidang keselamatan dan keamanan pelayaran, termasuk bidang perlindungan

lingkungan laut.

Indonesia pertama kali mencalonkan dan terpilih menjadi anggota Dewan IMO pada

tahun 1973, untuk periode keanggotaan 1973-1975.Dua periode keanggotaan

berikutnya yaitu 1975-1977 dan 1977-1979.Indonesia gagal menjadi anggota Dewan

IMO pada tahun 1979-1981 dan 1981-1983.Pada Sidang Assembly ke-13 yaitu pada

tahun 1983, Indonesia terpilih kembali menjadi anggota Dewan IMO dan selalu terpilih

sampai saat ini.

Keberhasilan Indonesia menduduki posisi sebagai Dewan IMO kategori C saat ini

merupakan keberhasilan dari diplomasi yang dilaksanakan secara kolaboratif antara

Ditjen Hukum dan Perjanjian Internasional dan Ditjen Multilateral, Kementerian Luar

Negeri; Ditjen Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan; serta Kedutaan Besar

Republik Indonesia di London yang berhasil meyakinkan negara-negara anggota IMO

lainnya mengenai peran penting Indonesia dalam dunia maritim internasional.

Pendekatan yang dilakukan di dalam negeri dilaksanakan dengan meminta dukungan

kepada perwakilan diplomatik dari negara-negara IMO yang ada di Indonesia maupun

melalui pendekatan bilateral oleh perwakilan-perwakilan Indonesia kepada instansi

terkait di negara-negara anggota IMO.


Sebagai negara pihak dalam IMO, maka Indonesia juga wajib dan telah

meratifikasi Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of

Hazardous Wastes and Their Disposal (Basel Convention) tahun 1989; International

Convention on Maritime Lines and Mortgages tahun 1993; dan Konvensi ILO 185

tentang Dokumen Identitas Pelaut tahun 1958.

Indonesia telah menjadi salah satu negara anggota IMO sejak tahun 1961 dan telah

berpartisipasi secara aktif dalam berbagai kegiatan IMO serta memberikan perhatian

dan dedikasi dalam mempromosikan pengembangan kerja sama internasional dalam

bidang keselamatan dan keamanan pelayaran, termasuk dalam bidang perlindungan

lingkungan laut. Indonesia telah melaksanakan kerja sama dengan IMO dalam

melaksanakan tanggung jawab untuk menjaga keselamatan, keamanan dan

perlindungan lingkungan hidup.

Indonesia terpilih kembali menjadi anggota Dewan International Maritime

Organization (IMO) Kategori C Periode 2020 – 2021 dalam sidang IMOAssembly pada

tanggal 29 November 2019 di London, Inggris. dan Juga terpilih sebagai Extenal Auditor

IMO mengalah Inggris dan Italy , terpilih nya Indonesia sebagai anggota Dewan IMO

yang berisikan 40 negara dengan 3 kategori dari total 174 negara anggota IMO

menunjukan pengakuan dunia atas eksistensi Indonesia di sektor maritim Internasional.

Keberhasilan Indonesia pada pemilihan anggota Dewan IMO tentunya memberikan

tantangan kepada Indonesia untuk meningkatkan jaminan keamanan dan keselamatan

pelayaran yang efisien sekaligus juga meningkatkan perlindungan lingkungan laut.Dalam

melaksanakan peran aktifnya sebagai anggota Dewan IMO, Indonesia berkewajiban

untuk menempatkan keselamatan sebagai prioritas utama dalam kegiatan pelayaran

Indonesia.

Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut terus

menunjukkan komitmennya dalam mendukung terwujudnya keselamatan navigasi

pelayaran internasional dengan kembali menghadiri Sidang International Maritime


Organization (IMO) Sub-Committee on Navigation, Communications, Search & Rescue

Sub-Committee (NCSR) ke-7 yang dihelat di Markas Besar IMO di London mulai Rabu-

Jumat (15-24/1). Dalam rilis yang diterima Republika.co.id, delegasi Indonesia terdiri dari

Kepala Distrik Navigasi Kelas I Tanjung Priok, M. Ali Malawat yang bertindak selaku

Ketua Delegasi dan Atase Perhubungan dan Perwakilan KBRI London serta perwakilan

dari Direktorat Kenavigasian, Direktorat Kepelabuhanan, Bagian Keuangan, serta

Bagian Hukum dan Kerjasama Luar Negeri Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, dan

Pelindo II.

Sidang NCSR membahas hal-hal yang terkait kenavigasian dan komunikasi

pelayaran. Termasuk analisis dan persetujuan atas ships routeing measures and ship

reporting systems, persyaratan pengangkutan dan standar performa peralatan

kenavigasian dan telekomunikasi, sistem long-range identificationand tracking (LRIT)

dan pengembangan e-navigation, dan juga yang terkait dengan pencarian dan

pertolongan serta Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS).“Dalam Sidang

NCSR kali ini dibentuk beberapa Kelompok Kerja (Working Group) yang meliputi

SAR Working Group, Communication Working Group, Navigation Working Group, dan

Expert Group of Ship Routeing,” ungkap Ali.

Adapun pada pembukaan Sidang pada 15 Januari 2020 lalu, Ali menjelaskan, bahwa

Sekretaris Jenderal IMO, Kitack Lim telah menekankan beberapa hal yang menjadi

prioritas untuk segera diselesaikan. Antara lain meliputi modernisasi GMDSS yang

termasuk di dalamnya rancangan amandemen SOLAS Bab III dan IV yang rencananya

akan diberlakukan pada tahun 2024, amandemen International Safety Net Manual,

penyebaran/diseminasi Maritime Safety Information (MSI), serta Search and Rescue

(SAR).

“Juga menjadi prioritas adalah keselamatan kapal Non Solas di perairan kutub yang
diatur melalui Polar Code.IMO Polar Code ini dapat membantu memastikan kapal
yang beroperasi di daerah Kutub Utara dan Antartika bersiaga terhadap suhu
ekstrem dan memastikan peralatan penting tetap beroperasi di bawah kondisi
tersebut,” ujar Ali.

Selain itu, Ali menambahkan, revisi atas panduan Vessel Traffic Services (VTS) dan
revisi panduan Place of Refuge, serta hal-hal terkait SAR dengan prosedur marabahaya

di laut juga menjadi prioritas untuk diselesaikan pada Sidang NCSR-7.Menurut Ali,

terkait dengan VTS, Indonesia telah menyampaikan dukungannya kepada Australia dan

Co-sponsor lainnya atas proposalnya terkait dengan amandemen resolusi A.857 (20)

tentang The Guidelines for Vessel Traffic Services Resolution.

“Di samping itu, pada Sidang Pleno kami sudah menyampaikan dukungan Indonesia
atas proposal Jepang terkait Quasi Zenith Satellite System (QZSS), satelit navigasi
lokal yang dikendalikan oleh Pemerintah Jepang, yang mana satelit tersebut dapat
membantu penentuan posisi dalam Wolrd Wide Radio Navigation System (WWRNS)
di wilayah NAVAREA XI,” ujar Ali.

Lebih lanjut, di sela-sela Sidang, Ali menyampaikan, bahwa Indonesia juga

mengadakan pertemuan informal dengan 3 negara dengan Malaysia dan Singapura

serta Sekretariat IMO untuk membahas draft circular terkait pemanduan di Selat Malaka

dan Selat Singapura. Dari hasil pertemuan tersebut, 3 (tiga) negara telah setuju untuk

meneruskan draft Voluntary Pilotage Services (VPS) yang telah disetujui pada

pertemuan Tripartite Technical Expert Group (TTEG) ke-44 untuk selanjutnya dibahas

dan direview oleh IMO.

“Draft tersebut telah disampaikan kepada IMO, dan Sekretariat akan memproses

lebih lanjut mengenai proposal dari ketiga negara pantai,” ucap Ali. Selanjutnya, menurut

Ali, Indonesia juga melaksanakan pertemuan informal dengan Secretariat IMO untuk

membahas mengenai rencana Indonesia menyampaikan proposal tentang Particularly

Sensitive Sea Areas (PSSA) pada tahun 2020, serta untuk membahas draft

Rules/Guidance for Vessel Navigating Through the Sunda Strait dan Rules/Guidance for

Vessel Navigating Through the Lombok Strait, sebagai persiapan implementasi Traffic

Separation Scheme (TSS) di Selat Sunda dan Selat Lombok pada Juli 2020.

“Pada dasarnya, Sekretariat IMO mendukung rencana penyampaian proposal oleh Indonesia dan
telah memberikan masukan dan saran untuk menyempurnakan proposal Indonesia,” kata Ali.

Anda mungkin juga menyukai