Alat transportasi tradisional dan yang modern menjadi salah satu moda angkutan yang
diandalkan di dunia termasuk negara kita tercinta yang bernama Indonesia. Jika kita terlusuri
lebih jauh dan dalam lagi, ada begitu banyak macam dan jenisnya. Alat transportasi air atau
kendaraan air adalah kendaraan atau alat angkut yang digunakan di air, mencakup kapal,
perahu, kapal bantalan udara, dan kapal selam. Alat tansportasi air biasanya memiliki
kemampuan propulsif (baik melalui penggunaan layar, dayung, maupun mesin), dan oleh
karena itu berbeda dari sarana-sarana transportasi air sederhana yang hanya mampu
mengambang, semisal rakit kayu gelondongan.
Manfaat yang melatarbelakangi rancangan-rancangan dan kemahiran-kemahiran
terkait alat transportasi air lazimnya ditujukan bagi kepentingan pendidikan pelayaran atau
kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang, penangkapan ikan dan ekstraksi sumber daya,
pengangkutan kargo atau penumpang, dan pelaksanaan tempur atau operasi penyelamatan.
Secara umum, manfaat kendaraan air berkaitan erat dengan pemanfaatannya oleh sub sektor
industri bahari.
Menurut sejarahnya, kendaraan-kendaraan air digerakkan dengan satang, dengan
pengayuh atau dayung, dengan manipulasi perangkat layar yang mendorong dengan daya
angkat dari hembusan angin, dan dengan sejenis perangkat mekanik khusus yang
menghasilkan dorongan di bawah permukaan air melalui proses pembakaran internal. Sejarah
teknologi alat transportasi air dalam sejarah Eropa dapat dibagi menjadi zaman propulsi
dengan alat kayuh sederhana, zaman galai dayung dari abad ke-8 sampai abad ke-15,
penggunaan layar latin pada zaman penjelajahan dari abad ke-15 sampai permulaan abad ke-
17, pelayaran kapal berperangkat layar lengkap pada zaman layar dari abad ke-16 sampai
abad ke-19,[1] pemanfaatan mesin uap laut pada zaman mesin uap kira-kira antara 1770
hingga penggunaan turbin uap sampai 1914, penggunaan mesin pembakaran internal
berbahan bakar diesel, bensin, dan LNG sejak peralihan ke abad 20, yang telah dilengkapi
hingga taraf tertentu dengan propulsi kelautan nuklir sejak 1950-an untuk kendaraan-
kendaraan air militer. Perkembangan teknologi akhir-akhir ini berusaha mencari sumber-
sumber propulsi yang lebih murah, terbarukan, dan kurang menimbulkan polusi untuk segala
macam bentuk dan ukuran alat transportasi air.
1. Sampan
Salah satu alat transportasi
air yang masih kategori
tradisional karena tanpa mesin.
Biasanya, sampan dibuat dari
banyak bambu yang diikat dan
dijadikan satu. Bentuknya flat
atau datar, tetapi memiliki daya
mengapung yang baik. Ukurannya
bisa disesuaikan dengan
keinginginan sang pembuatnya.
Selain itu, daya angkutnya juga
disesuaikan dengan ukuran sampan tersebut.
Sampan hanya bisa digunakan untuk perjalanan jarak pendek, seperti menyeberangi
sungai. Sementara itu, sang pengemudinya menggunakan galah dari bambu atau tali yang
sudah diikat erat.Sampan adalah sebuah perahu kayu yang memiliki dasar yang relatif datar,
dengan ukuran sekitar 3,5 hingga 4,5 meter yang digunakan sebagai alat transportasi sungai
dan danau atau menangkap ikan. Sampan dapat mengangkut penumpang 2 - 8 orang,
tergantung ukuran sampan. Sampan adakalanya memiliki atap kecil dan dapat digunakan
sebagai tempat tinggal permanen di perairan dekat darat. Sampan biasanya tidak digunakan
untuk berlayar jauh dari daratan karena jenis perahu ini tidak memiliki perlengkapan untuk
menghadapi cuaca yang buruk.
3. Kapal Uap
Kapal uap mulai digunakan setelah ditemukannya mesin uap di Inggris oleh James
Watt yang memunculkan revolusi industri yang juga merupakan revolusi bahan bakar sebab
pada masa itu mulai digunakan batu bara dengan skala yang lebih luas menggantikan kayu
bakar. Dalam skala pelayaran, steam ship ditemukan oleh John Fitch pada tahun 1787 dengan
melayari Sungai Delaware, Amerika Serikat, kemudian Robert Fulton pada 1802.
4. Kapal Feri
Kapal Cepat Rudal Kelas 60 meter adalah salah satu jenis kapal Kapal Perang
Republik Indonesia bertipe Kapal Cepat Rudal yang pembuatannya dilakukan PT PAL di
Surabaya. KRI 60 meter yang 100% pembuatannya di lakukan di PT PAL Indonesia,
Surabaya. Kelas 60m merupakan kapal pemukul reaksi cepat yang dalam pelaksanaan
tugasnya mengutamakan unsur pendadakan, mengemban misi menyerang secara cepat,
menghancurkan target sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dalam waktu singkat
pula. Kapal berukuran panjang 60 meter, lebar 8,10 meter, dan berat 460 ton ini memiliki
sistem pendorong handal yang mampu berlayar dan bermanuver dengan kecepatan 28 knot.
6. Kapal Selam
Kapal selam Aluguro-405 merupakan alutsista milik TNI AL yang diproduksi oleh PT PAL
Surabaya hasil kerjasama dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME)
yang memiliki teknologi canggih. Kapal selam jenis Diesel Eelctric Submarine U209/1400
ini merupakan kapal selam ke-tiga yang dipesan oleh Indonesia setelah KRI Nagapasa 403
dan KRI Ardadeli 404. Berbeda dengan dua kapal selam sebelumnya, Alugoro ini memiliki
kecanggihan dan spesifikasi yang lebih mumpuni.
Kapal selam Aluguro-405 ini juga diketahui dilengkapi dengan beberapa sistem
persenjataan seperti terdapat 8 tabung torpedo 533 milimeter dan 14 rudal.Kapal ini juga
kabarnya bakal dipasangi roket antikapal perang UGM-84 Harpoon buatan Boeing. Rudal
bersayap ini memiliki panjang 4,6 meter dengan berat 221 dan bisa menghantam target dari
jarak 124 kilometer
6. Jet Ski Air
Kendaraan air pribadi (bahasa Inggris: Personal watercraft sering disingkat PWC) adalah alat
transportasi air rekreasi tempat duduk atau berdiri pengendara, bukan di dalam, seperti di atas
kapal. PWC memiliki dua kategori gaya, pertama dan paling populer sebagai runabout atau
"duduk" di mana pengendara menggunakan perahu terutama duduk, dan perahu biasanya
menampung dua orang atau lebih. Gaya kedua adalah "berdiri", di mana pengendara
menggunakan perahu berdiri. Gaya stand-up dibangun untuk satu pengendara dan lebih
banyak digunakan untuk melakukan trik, balap, dan digunakan dalam kompetisi. Kedua gaya
memiliki mesin dalam mengendarai jet-pompa yang memiliki impeller berbentuk sekrup
untuk menciptakan dorongan untuk tenaga penggerak dan kemudi. Sebagian besar dirancang
untuk dua atau tiga orang, meskipun ada model empat penumpang.
Banyak model saat ini dibuat untuk penggunaan yang lebih lama dan memiliki kapasitas
bahan bakar untuk membuat pelayaran panjang, dalam beberapa kasus bahkan melampaui
161 km.
7. Spead Boat
8. Kapal Kargo
9. Sekoci
Perahu ini umumnya berwarna kuning, sesuai warna pisang. Orang yang menaiki perahun ini
harus selalu mengenakan baju pelampung untuk alasan keselamatan. Menaiki perahu pisang
dianggap sebagai kegiatan yang lebih aman daripada ski air atau olahraga air lainnya yang
ditarik oleh perahu. Kegiatan ini aman untuk usia 4 tahun ke atas. Banana boat atau juga bisa
diartikan kapal pisang dikarenakan bentuknya mirip pisang. Alat transportasi yang satu ini
bertujuan untuk wisata laut. Di mana terdapat kapal mirip pisang yang terbuat dari karet
ditumpangi beberapa orang berbanjar dari depan ke belakang. Selanjutnya, kapal pisang itu
akan ditarik oleh kapal boat atau kapal cepat dengan mesin. Dengan begitu, semua
penumpangnya akan merasakan perjalanan laut yang menyenangkan.
Kapal penangkap
ikan adalah perahu atau
kapal yang digunakan untuk
menangkap ikan di laut,
danau, atau sungai. Berbagai
jenis kapal laut digunakan
dalam penangkapan ikan
komersial, olahraga, maupun
rekreasi. Berdasarkan FAO,
pada tahun 2004 terdapat
setidaknya empat juta kapal
penangkap ikan komersial.
Sekitar 1,3 juta merupakan
kapal yang memiliki
geladak. Hampir semua kapal bergeladak ini sudah termekanisasi, dan 40 ribu diantaranya
berbobot lebih dari 100 ton. Sekitar dua per tiga dari empat juta kapal tersebut merupakan
perahu penangkap ikan tradisional dengan berbagai tipe, digerakkan dengan layar dan
dayung.
Perahu tersebut biasanya digunakan oleh nelayan tradisional. Sulit untuk menentukan
berapa jumlah perahu penangkap ikan rekreasi. Ukuran perahu tersebut sangat bervariasi,
selain tujuan penggunaannya tidak selalu untuk menangkap ikan. Sebelum tahun 1950an,
hanya ada sedikit standardisasi kapal penangkap ikan. Desain dapat bervariasi antar
pelabuhan dan galangan kapal. Sebelumnya perahu dibuat dari kayu. Namun karena biaya
perawatan tinggi dan dengan perkembangan teknologi material, baja, fiberglass, dan serat
karbon lebih banyak digunakan. Lamanya pembuatan perahu penangkap ikan tradisional
bervariasi antara enam bulan hingga satu tahun.