PERENCANAAN PELABUHAN
POKOK BAHASAN :
1) Jenis dan macam pelabuhan, persyaratan & perlengkapan pelabuhan,
2) Pemilihan lokasi pelabuhan,
3) Perhitungan Gelombang,
4) Angin, gelombang, pengaruh angin dan gelombang terhadap pelabuhan,
difraksi dan refraksi
5) Penentuan elevasi dermaga akibat pasang surut, pemecah gelombang,
energi gelombang dan sistim fender,
6) Penanganan muatan, parameter dalam penentuan ukuran pelabuhan,
7) Pembatasan perancangan pelabuhan berhubung dengan navigasi kapal,
8) Fasilitas pelabuhan di darat, alat pemandu pelayaran, pengerukan,
karakteristik tanah dan daya dukung pondasi pada bangunan laut,
9) Metode pelaksanaan pada pekerjaan maritim. angin, gelombang, pengaruh
angin dan gelombang terhadap pelabuhan, difraksi dan refraksi
DEFINISI PELABUHAN
• Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk
menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke
dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk
memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan gudang
berpendingin juga disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang
berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti
pengalengan dan pemrosesan barang. Peraturan Pemerintah RI No. 69 Tahun
2001 mengatur tentang pelabuhan dan fungsi serta penyelengaraannya.
• Pelabuhan juga dapat di definisikan sebagai daerah perairan yang terlindung dari
gelombang laut dan di lengkapi dengan fasilitas terminal meliputi :
– Dermaga, tempat di mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat
barang.
– Crane, untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat barang.
– Gudang laut (transito), tempat untuk menyimpan muatan dari kapal atau
yang akan di pindah ke kapal.
– Pelabuhan juga merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu
daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar
pulau, bahkan antar negara. (Triatmodjo, 2009)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
Ukuran isi tolak dalam keadaan kosong disebut dengan Displacement Tonnage
Light, yaitu berat kapal tanpa muatan. Dalam hal ini berat kapal adalah
termasuk perlengkapan berlayar, bahan bakar, anak buah kapal, dan seba
gainya.
Deadweight Tonnage, DWT (Bobot Mati) yaitu berat total muatan di mana kapal
dapat mengangkut dalam keadaan pelayaran optimal (draft maksimum). Jadi
DWT adalah selisih antara Displacement Tonnage Loaded dan Dislacement
Tonnage Light.
Gross register tons, GRT (Ukuran Isi Kotor) adalah volume keseluruhan ruangan
kapal (1 GRT = 2,83 m3 = 100 ft3)
Netto register tons, NRT (Ukuran Isi Bersih) adalah ruangan yang disediakan
untuk muatan dan penumpang, besarnya sama dengan GRT dikurangi dengan
ruangan-ruangan yang disediakan untuk nakhkoda dan anak buah kapal, ruang
mesin, gang, kamar mandi, dapur, ruang peta. Jadi NRT adalah ruangan-
ruangan yang dapat didayagunakan, dapat diisi dengan muatan yang membayar
uang tambang.
Sarat (draft) adalah bagian kapal yang terendam air pada keadaan muatan
maksimum, atau jarak antara garis air pada beban yang direncanakan (designed
load water line) dengan titik terendah kapal.
Panjang total (length overall, Loa) adalah panjang kapal dihitung dari ujung
depan (haluan) sampai ujung belakang (buritan).
Panjang garis air (length between perpendiculars, Lpp) adalah panjang antara
kedua ujung design load water line.
Lebar kapal (beam) adalah jarak maksimum antara dua sisi kapal.
JENIS KAPAL
1. Kapal penumpang
2. Kapal Barang
a. Kapal barang umum (general cargo ship)
• Kapal Peti Kemas
• Kapal Roro (Roll on/Roll of)
b. Kapal barang curah (bulk cargo ship)
c. Kapal Tanker
d. Kapal Khusus (Special designed ship)
Tabel Karakteristik kapal
KARAKTERISTIK KAPAL
a. Kapal barang
- Dari Pelabuhan Pengumpul 500-3.000 4,0-6,0 50-90 110
Ukuran kolam putar tergantung pada ukuran kapal dan kemudahan gerak berputar
kapal, yang dapat dibedakan dalam empat macam.
1) Ukuran ruang optimum untuk dapat berputar dengan mudah memerlukan
diameter empat kali panjang kapal yang menggunakannya.
2) Ukuran menengah ruang putar dengan sedikit kesulitan dalam berputar
mempunyai diameter dua kali dari panjang kapal terbesar yang
menggunakannya. Gerak putaran akan lebih lama dan dapat dilakukan oleh
kapal dan bantuan kapal tunda.
3) Ruang putaran kecil yang mempunyai diameter kurang dari dua kali panjang
kapal. Gerakan berputar dapat dilakukan dengan menggunakan jangkar dan
bantuan kapal tunda.
4) Ukuran minimum ruang putaran harus mempunyai diameter 20% lebih
panjang dari panjang kapal terbesar yang menggunakannya. Dalam hal ini
untuk membantu perputaran, kapal harus ditambatkan pada suatu titik tetap,
misalnya dengan pelampung, dermaga, atau jangkar.
Pelabuhan sangat kecil
Pelabuhan kecil pada pantai cukup dalam
Pelabuhan ukuran sedang
Pelabuhan besar
ANGIN
Tabel Skala Beaufort
Kecepatan angin biasanya dinyatakan
dalam knot. Satu knot adalah panjang
satu menit garis bujur melalui
katulistiwa yang ditempuh dalam satu
jam, atau 1 knot = 1,852 km/jam.
Tabel contoh data persentasi kejadian angin
Arah Angin
Kecepat
an
(knot) U TL T Tg S BD B BL
0-10 88,3 %
10-13 1,23 0,27 0,32 0,06 0,08 0,6 0,56 1,35
13-16 1,84 0,40 0,48 0,08 0,13 0,7 0,70 2,03
16-21 0,17 0,07 0,08 0,01 0,01 0,12 0,12 0,20
21-27 0,01 - - - - 0,03 0,03 -
contoh, persentasi kejadian angin dengan
kecepatan 10-13 knot dari arah utara adalah Gambar 3.2. Mawar angin
1,23 % dari 11 tahun pencatatan
PASANG SURUT
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena adanya
gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa
air laut di bumi.
Kurva pasang surut
Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air pasang)
dan air terendah (lembah air surut) yang berturutan. Periode pasang surut
adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air pada muka air rerata ke posisi
yang sama berikutnya.
contoh hasil pencatatan muka air laut sebagai fungsi waktu (kurva pasang surut)
Pembangkitan pasang surut
Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik
antara bumi, bulan dan matahari.
Gambar diatas adalah bentuk gelombang dari persamaan untuk 4 nilai t yaitu
t0=0, t1= T/8, t2= T/4, t3=3T/8; dengan T adalah periode gelombang.
Klasifikasi gelombang menurut kedalaman relatif
Berdasarkan kedalaman relatif, yaitu perbandingan antara kedalaman air d dan
panjang gelombang L, (d/L), gelombang dapat diklasifikasikan menjadi tiga
macam yaitu :
gelombang di laut dangkal jika d/L < 1/20
gelombang di laut transisi jika 1/20 < d/L < 1/2
gelombang di laut dalam jika d/L > 1/2
Apabila kedalaman relatif d/L adalah lebih besar dari 0,5; nilai tanh (2d/L) = 1,0
sehingga didapat persamaan (untuk g=9,81 m/d2)
𝑔𝑇 𝑔𝑇 2 2
𝐶 𝑜= =1,56 𝑇 dan 𝐿 𝑜= =1,56 𝑇
2𝜋 2𝜋
Indeks o menunjukkan bahwa nilai-nilai tersebut adalah untuk kondisi di laut
dalam.
Apabila kedalaman relatif kurang dari 1/20, nilai tanh (2d/L) = 2d/L sehingga
persamaan menjadi :
𝐶= √ 𝑔𝑑 dan 𝐿=√ 𝑔𝑑 𝑇
Di laut dangkal, cepat rambat dan panjang gelombang hanya tergantung pada
kedalaman.
Untuk kondisi gelombang di laut transisi, yaitu apabila 1/20 < d/L < 1/2, cepat
rambat dan panjang gelombang dihitung dengan menggunakan rumus 1. dan 23.
Terdapat hubungan antara panjang gelombang di laut dalam dan di suatu lokasi
yang ditinjau, yaitu :
𝑑
𝐿
=tanh ( )
2𝜋 𝑑 𝑑
𝐿
=
𝐿
Persamaan diatas dapat digunakan untuk menghitung panjang gelombang di
setiap kedalaman, apabila panjang gelombang di laut dalam diketahui.
Untuk memudahkan hitungan telah dibuat tabel yang disusun berdasarkan
persamaan tersebut (lihat Tabel A-1 pada lampiran A buku Bambang Tri)
Kecepatan partikel air
Komponen horisontal dan vertikal dari kecepatan dan percepatan partikel
mempunyai bentuk berikut ini
𝑢= ( )
𝜋 𝐻 cosh 𝑘 ( 𝑑 + 𝑦 )
𝑇 sinh 𝑘𝑑
cos ( 𝑘𝑥 − 𝑜𝑡 )
𝑣= ( )
𝜋 𝐻 sinh 𝑘 ( 𝑑 + 𝑦 )
𝑇 sinh 𝑘𝑑
sin ( 𝑘𝑥 −𝑜𝑡 )
𝑎𝑥=
(𝑇
2 )
2 𝜋 2 𝐻 cosh 𝑘 ( 𝑑+ 𝑦 )
sinh 𝑘𝑑
sinh ( 𝑘𝑥 − 𝑜𝑡 )
( )
2 𝜋 𝐻 sinh 𝑘 ( 𝑑+ 𝑦 )
2
𝑎 𝑦= cos ( 𝑘𝑥 −𝑜𝑡 )
𝑇
2
sinh 𝑘𝑑
Kecepatan partikel maksimum terjadi pada permukaan air dan berkurang
dengan kedalaman sampai akhirnya nol pada kedalaman relatif d/L =0,5
𝑝=− 𝜌 𝑔𝑦 + (2 )
𝜌 𝑔𝐻 cosh 𝑘 ( 𝑑 + 𝑦 )
cosh 𝑘𝑑
cos ( 𝑘𝑥 − 𝑜𝑡 )
𝐶𝑔=
1𝐿
2𝑇 (
1+
2 𝑘𝑑
sinh 2 𝑘𝑑
=𝑛𝐶 )
dengan :
𝑛=
1
2(1+
2 𝑘𝑑
sinh 2 𝑘𝑑 )
Energi dan tenaga gelombang
Energi total gelombang adalah jumlah dari energi kinetik dan energi potensial
gelombang. Energi kinetik adalah energi yang disebabkan oleh kecepatan
partikel air karena adanya gerak gelombang. Energi potensial adalah energi
yang dihasilkan oleh perpindahan muka air karena adanya gelombang. Tenaga
gelombang adalah energi gelombang tiap satu satuan waktu yang menjalar
dalam arah penjalaran gelombang.
Energi kinetik gelombang : 𝜌 𝑔 𝐻2 𝐿
𝐸𝑘 =
16
Energi potensial gelombang :
𝜌 𝑔 𝐻2 𝐿
𝐸p=
16
Energi total gelombang :
𝜌 𝑔 𝐻2 𝐿
𝐸1= 𝐸𝑘 +𝐸𝑝 =
8
Tenaga gelombang :
𝑝=
𝑛𝐸
𝑇
dengan : 𝑛=
1
2 (
1+
2 𝑘𝑑
sinh 2 𝑘𝑑 )
Gelombang laut dalam ekivalen
Analisis transformasi gelombang sering dilakukan dengan konsep gelombang
laut dalam ekivalen. Pemakaian gelombang ini bertujuan untuk menetapkan
tinggi gelombang yang mengalami refraksi, difraksi dan transformasi lainnya,
sehingga perkiraan transformasi dan deformasi gelombang dapat dilakukan
dengan lebih mudah. Tinggi gelombang taut dalam ekivalen diberikan oleh
bentuk :
H'O = K' Kr HO
dengan :
H'O : tinggi gelombang laut dalam ekivalen
HO : tinggi gelombang laut dalam
K' : koefisien difraksi
Kr : koefisien refraksi
Refleksi gelombang
Besar kemampuan suatu benda memantulkan gelombang diberikan oleh
koefisien refleksi, yaitu perbandingan antara tinggi gelombang refleksi dan
tinggi gelombang datang :
𝐻𝑟
𝑋=
𝐻𝑖
𝜸𝒓
𝑺𝒓 =
𝜸𝒂
dengan :
: berat butir batu pelindung
: berat jenis batu
: berat jenis air laut
: tinggi gelombang rencana
: sudut kemiringan sisi pemecah gelombang
:koefisien stabilitas yang tergantung pada bentuk batu pelindung (batu
alam atau buatan), kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi-
sisinya, ikatan antara butir, keadaan pecahnya gelombang.
Dimensi pemecah gelombang
Sisi miring
Elevasi
Puncak pemecah gelombang tumpukan batu tergantung pada limpasan
(overtopping) yang diijinkan. Elevasi puncak bangunan dihitung berdasarkan
kenaikan (runup) gelombang
Runup gelombang
Grafik Runup dan Rundown gelombang
Lebar puncak Tebal lapis pelindung dan jumlah
[ ]
𝟏/ 𝟑 butir batu tiap satu luasan
𝑾
[ ]
𝑩=𝒏 𝒌∆ 𝑾
𝟏 /𝟑
𝜸𝒓 𝒕=𝒏𝒌 ∆
𝜸𝒓
dengan :
[ ][ ]
: lebar puncak 𝑷 𝜸𝒓
𝟐/𝟑
Ukuran Dermaga
Panjang dermaga :
dengan :
: panjang dermaga
A: luas gudang
L: panjang kapal yang ditambat
b: lebar gudang
n: jumlah kapal yang ditambat
a: lobar apron
e: lebar jalan
1. Panjang dermaga :
Kecepatan Merapat
Ukuran kapal
(DWT) Pelabuhan (m/d) Laut terbuka (m/d)
𝑾
𝑪𝒃 =
𝑳 𝑷𝑷 𝑩𝒅 𝜸 𝟎
dengan :
: koefisien blok kapal
: draft kapal (m)
B: lebar kapal (m)
: panjang garis air (m)
: berat jenis air laut (t/m3)
Koefisien eksentrisitas
𝟏
𝑪𝒆 = 𝟐
𝟏+ ( 𝑳/ 𝒓 )
dengan :
1 : jarak sepanjang permukaan
air dermaga dari pusat berat kapal
sampai titik sandar kapal seperti
terlihat dalam gambar
r : jari-jari putaran di sekeliling
pusat berat kapal pada permukaan
air, dan diberikan oleh gambar
Panjang garis air (Lpp)
Kapal barang :
Kapal tangker :
𝑹𝑾 =𝟎,𝟒𝟐𝑸 𝒂 𝑨𝑾
Gaya lateral apabila angin datang dari arah lebar (α =90°)
𝑹𝑾 =𝟏,𝟏𝑸 𝒂 𝑨𝑾
dimana : dengan :
: gaya akibat angin (kg)
𝑸 𝒂 =𝟎,𝟎𝟔𝟑 𝑽 𝟐 : tekanan angin (kg/m2)
V: kecepatan angin (m/d)
: proyeksi bidang yang tertiup angin (m2)
Gaya akibat arus
Gaya tekanan karena arus yang bekerja dalam arah haluan
𝑹 𝐟 =𝟎 , 𝟏𝟒 𝐒𝑽 𝟐
Gaya tekanan karena arus yang bekerja dalam arah sisi kapal
𝟏 𝟐 ′
𝑹𝐟= 𝝆 𝑪𝑽 𝑩
𝟐
dengan :
: gaya akibat arus (kgf)
: luas tampang kapal yang terendam air (m2)
: rapat massa air laut, p = 104,5 (kgf d /m4)
: koefisien tekanan arus
: kecepatan arus (m/d)
: luas sisi kapal di bawah muka air (m2)
Gaya tarikan kapal pada dermaga
1. Gaya tarikan kapal pada bollard
2. Gaya tarikan kapal pada bitt
3. Gaya tarikan kapal dengan bobot kurang dari 200 ton dan tebih dari
100.000 ton
Suatu pemecah gelombang akan dibangun pada kedalaman -8,0 m di suatu laut
dengan kemiringan dasar taut 1:50. Tinggi gelombang di lokasi rencana
pemecah gelombang adalah 3 m. Periode gelombang 10 detik. Dari analisis
refraksi didapatkan nilai koefisien refriksi sebesar Kr = 0,95 pada rencana lokasi
pemecah gelombang. Dari data pasang surut didapatkan HWL =1,85 m; MWL =
1,05 m dan LWL = 0,3 m. Rencanakan pemecah gelombang tersebut.
1. Penentuan kondisi gelombang di rencana lokasi pemecah gelombang.
Diselidiki kondisi gelombang pada kedalaman air di rencana lokasi pemecah
gelombang, yaitu apakah gelombang pecah atau tidak. Dihitung tinggi dan
kedalaman gelombang pecah dengan menggunakan gambar grafik penentuan tinggi
gelombang pecah dan grafik kedalaman gelombang pecah untuk kemiringan dasar
laut 1:50.
Tabel Hitungan gaya vertikal dan momen terhadap Tabel Hitungan gaya horisontal dan momen
titik 0 terhadap titik 0
Lebar balok melintang adalah 0,6 m dan jarak balok lintang adalah b = 3,5 m.
Untuk pias sepanjang 3,5 m; gaya-gaya dan momen adalah :
Jumlah tiang yang mendukung dermaga adalah 5 buah untuk setiap 3,5 m
panjang. Dengan penempatan tiang seperti terlihat dalam gambar, jarak tiang-
tiang tersebut terhadap titik 0 adalah :
Absis tiang-tiang :
Gaya horisontal tersebut lebih besar dari gaya dukung yang diijinkan tiang. Untuk
bisa menahan gaya horisontal tersebut maka tiang-tiang dipancang miring
dengan kemiringan sebagai berikut :
Tiang 1, 2, 3 dibuat miring 3:1
Tiang 4 dan 5 dibuat miring 6:1
Proyeksi vertikal dan horisontal dari gaya dukung tiang diberikan dalam tabel
berikut.
Tabel Proyeksi vertikal dan horisontal dari gaya dukung tiang
Karena gaya yang bekerja pada tiang lebih kecil daripada gaya dukung ijin, berarti
tiang tersebut aman.
b. Tinjauan terhadap muatan darurat Muatan darurat berasal dari :
1. muatan normal + benturan kapal
2. muatan normal + tarikan kapal
3. Akibat muatan normal dan benturan kapal tidak ditinjau karena gaya akibat
benturan kapal mempunyai arah yang berlawanan dengan arah RA dan
Ea(akibat tekanan tanah aktip di atas turap). Dengan demikian nilai gaya
horisontal (H) berkurang, sehingga dermaga lebih aman.
4. Muatan normal + tarikan kapal
Gaya tarik untuk tiap bollard (tambatan) adalah 35 ton
Jarak antara bollard = 21 m
Di antara bollard terdapat 21/3,5 = 6 balok melintang.
Tabel Hitungan gaya dukung tiang miring
Tiang m:1 V ( t) h (t) P(t)
1 3:1 32,3162 10,7721 34,0643
2 3:1 32,3162 10,7721 34,0643
3 3:1 37,2700 12,4233 39,2860
4 6:1 42,2238 7,0373 42,8026
5 6:1 42,2238 7,0373 42,8026
=48,0421
c. Chek tiang bekerja satu kelompok
Tinjauan kelompok tiang dapat dilihat dalam gambar berikut Pengecekan dilakukan
pada kedudukan tiang vertikal. Digunakan dua kelompok tiang untuk mewakili
tiang-tiang seluruhnya.
Jenis-jenis Fender :
1. Fender kayu
Fender kayu bisa berupa batang-batang kayu yang dipasang horisontal atau
sejumlah batang kayu vertikal.
Gambar Fender kayu gantung
Panjang fender sama dengan sisi atas dermaga sampai muka air. Fender
kayu ini mempunyai sifat untuk menyerap energi.
Fender tiang pancang kayu yang ditempatkan di depan dermaga dengan
kemiringan 1 (horisontal) : 24 (vertikal) akan menyerap energi karena defleksi
yang terjadi pada waktu dibentur kapal.
Sistem fender direncanakan untuk menyerap energi tersebut dan gaya yang
ditahan oleh dermaga tergantung pada tipe fender.
Posisi daerah yang dilindungi
Tipe fender yang digunakan dan penempatannya pada sisi depan dermaga
harus dapat melindungi dan menyerap energi benturan dari semua jenis dan
ukuran kapal untuk berbagai elevasi muka air laut.
dengan :
L : jarak maksimum antara fender (m)
r : jari jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)
h : tinggi fender
Gambar Jarak Fender
Apabila data jari jari kelengkungan sisi haluan kapal tidak diketahui, maka persamaan berikut
dapat digunakan sebagai pedoman untuk menghitungnya.
Kapal barang dengan bobot 500 - 50000 DWT
log r = 1,055 + 0,650 log (DWT)
Kapal tanker dengan bobot 5000 - 200000 DWT
log r = 0,113 + 0,440 log (DWT)
OCDI (1991) memberikan jarak interval antara fender sebagai fungsi kedalaman air
seperti diberikan dalam tabel berikut ini.
Tabel Jarak antara fender
Kedalaman Air (m) Jarak antar Fender (m)
4–6 4–7
6–8 7 – 10
8 – 10 10 – 15
Alat Penambat
Alat penambat adalah suatu konstruksi yang digunakan untuk keperluan berikut
jni.
1. Mengikat kapal pada waktu berlabuh agar tidak terjadi pergeseran atau
gerak kapal yang disebabkan oleh gelombang, arus dan angin.
2. Menolong berputarnya kapal.
Alat penambat ini bisa diletakkan di darat (dermaga) dan di dalam air. Menurut
macam konstruksinya alat penambat dapat dibedakan menjadi tiga macam
berikut ini.
3. Bolder pengikat
4. Pelampung penambat
5. Dolphin
1. Bolder / alat pengikat
Kapal yang berlabuh ditambatkan ke dermaga dengan mengikatkan tali-tali
penambat ke bagian haluan, buritan dan badan kapal.
Gambar Dolphin kaku dari sel turap baja Gambar Dolphin kaku dari beton
Contoh Perencanaan Fender Kayu
Kapal dengan berat (displacement) W = 4000 ton merapat di dermaga yang
dilindungi sistem fender kayu. Detil sistem fender diberikan dalam gambar
Energi benturan dihitung dengan menggunakan persamaan
dengan F adalah gaya benturan yang menekan (memampatkan) balok melintang
dan tiang fender. Besarnya pemampatan dapat diperkirakan sebesar d1= tebal/20.
Selain itu gaya tersebut juga menyebabkan defleksi d2.
Seperti terlihat dalam gambar, ada dua kemungkinan terjadinya benturan antara
kapal dan fender. Kemungkinan pertama kapal menyentuh daerah di antara dua
tiang fender; sedang yang kedua kapal membentur tiang fender. Untuk itu
hitungan dilakukan untuk kedua kemungkinan tersebut.
Kemungkinan I
Pada waktu kapal merapat, kapal menyentuh daerah antara dua tiang fender.
Gambar dibawah ini menunjukkan gaya yang bekerja pada balok fender beserta
diagram gaya geser dan momen yang terjadi.
Selain itu tiang tipe C bersama-sama dengan tiang tipe B menahan momen puntir
yang ditimbulkan oleh gaya benturan kapal dalam arah memanjang dolphin
sebesar Mp = 267,6 t m. Momen inertia tiang tipe C terhadap sumbu x :
Gaya horisontal maksimum dan minimum yang terjadi pada tiang tipe C
adalah :
Tiang tipe B menerima gaya benturan kapal dalam arah tegak lurus sisi
memanjang dolphin dan momen puntir yang ditimbulkan oleh komponen gaya
tersebut dalam arah sejajar sisi mamanjang. Gaya horisontal maksimum dan
minimum yang terjadi pada tiang tipe B adalah :
Gaya yang bekerja pada tiang yang berjarak 2,33 m dan 0,67 m dari sumbu y
adalah :
F eff =
∑ X i cos α
∑ cos α
Dengan :
Feff = fetch rerata efektif
Xi = panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi
gelombang ke ujung akhir fetch
α = deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan
pertambahan 6o sampai sudut sebesar 42o pada kedua sisi dari
arah angin
3. Peramalan Gelombang di Laut Dalam
Berdasarkan wind stress factor dan panjang fetch dilakukan peramalan
gelombang di laut dalam dengan menggunakan grafik peramalan
gelombang. Dari grafik peramalan gelombang, tinggi, durasi dan periode
gelombang signifikan dapat diketahui.
Grafik Peramalan Gelombang
4. Gelombang
Gelombang dilaut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang
tergantung pada daya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah
gelombang angin, gelombang pasang surut, gelombang tsunami, dan lain
sebagainya. Diantara beberapa bentuk gelombang yang paling penting
adalah gelombang angin dan gelombang pasang surut. Pada umumnya
bentuk gelombang sangat kompleks dan sulit digambarkan secara matematis
karena ketidak linieran, tiga dimensi dan bentuknya yang random. Ada
beberapa teori yang menggambarkan bentuk gelombang yang sederhana
dan merupakan pendekatan dari alam. Teori yang paling sederhana adalah
teori gelombang linear. Menurut teori gelombang linier, gelombang
berdasarkan kedalaman relatifnya dibagi menjadi tiga yaitu deep water,
transitional, shallow water.
Klasifikasi Gelombang Menurut Teori Gelombang Linier
Persamaan dari profil gelombang, cepat rambat gelombang, dan panjang
gelombang dari masing-masing gelombang sbb :
Tabel Persamaan Gelombang
Dimana :
Ks = Koefisien pendangkalan (Ks bisa didapat langsung dari
tabel fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/L0)
Kr = koefisien refraksi =
α 0= sudut antara garis puncak gelombang dengan dasar dimana
gelombang melintas
α = sudut yang sama yang diukur saat garis puncak gelombang
melintas kontur dasar berikutnya.
3. Gelombang pecah
Gelombang yang merambat dari dalam laut menuju pantai mengalami
perubahan bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut.
Perubahan tersebut ditandai dengan puncak gelombang semakin tajam
sampai akhirnya pecah pada kedalaman tertentu.
Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya, yaitu perbandingan
antara tinggi dan panjang gelombang. Di laut dalam kemiringan
gelombang maksimum dimana gelombang mulai tidak stabil diberikan
oleh bentuk berikut :
Dimana :
Sb = set-down di daerah gelombang pecah
T = periode gelombang
H0’ = tinggi gelombang laut dalam ekivalen
db = kedalaman gelombang pecah
g = percepatan gravitasi
3. Wind set-up
Angin dengan kecepatan besar (badai) yang terjadi di atas
permukaan laut bisa membangkitkan fluktuasi muka air laut yang
besar di sepanjang pantai jika badai tersebut cukup kuat dan daerah
pantai dangkal dan luas. Kenaikan elevasi muka air karena badai
dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Dengan :
Δh = kenaikan elevasi muka air karena badai (m)
F = panjang fetch (m)
I = kemiringan muka air
c = konstanta = 3,5x10-6
V = kecepatan angin (m/dt)
d = kedalaman air (m)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
7. Design Water Level (DWL)
Untuk menentukan kedalaman rencana bangunan (ds) maka perlu dipilih
suatu kondisi muka air yang memberikan gelombang terbesar, atau run-up
tertinggi. ds dapat dihitung dengan persamaan:
ds= (HHWL – BL ) + stormsurge / wind set-up + SLR
dimana:
ds = kedalaman kaki bangunan pantai
HHWL = highest high water level (muka air pasang tertinggi)
BL = bottom level (elevasi dasar pantai di depan bangunan)
SLR = sea level rise (kenaikan muka air laut)
Yang di maksud dengan sea level rise disini adalah kenaikan muka air yang
disebabkan oleh perubahan cuaca, misal efek rumeh kaca. Pada
perencanaan ini kenaikan tersebut tidak diperhitungkan
8. Run-up Gelombang
Run-Up sangat penting untuk perencanaan bangunan pantai. Nilai run up
dapat diketahui dari grafik setelah terlebih dahulu menentukan bilangan
Irribaren.
Dimana:
Ir = bilangan Irribaren
θ = sudut kemiringan sisi pemecah gelombang
H = tinggi gelombang di lokasi bangunan
Lo = panjang gelombang di laut dalam
Grafik tersebut juga dapat digunakan untuk menentukan run down (Rd).
Grafik Run-up Gelombang
Run-up digunakan untuk menentukan elevasi mercu bangunan pantai,
sedangkan run-down digunakan untuk menghitung stabilitas rip-rap atau
revetmen. Besarnya elevasi mercu dapat dihitung dengan persamaan:
ELmercu = DWL + Ru + Fb
Dimana:
ELmercu = elevasi mercu bangunan pantai
Ru = Run-up gelombang
Fb = tinggi jagaan
DWL = design water level
PROSES ABRASI
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus
laut yang bersifat merusak.)
Material yang terkikis tersebut terbawa oleh arus ke tempat lain dan tidak
kembali ke tempat semula. Material tersebut akan mengendap di daerah yang
lebih tenang dan akan mengakibatkan sedimentasi di daerah tersebut.
Abrasi pantai dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu proses alami dan kegiatan
manusia.
Penyebab Abrasi Pantai
Alami Kegiatan Manusia
Dimana :
Qs = angkutan sedimen sepanjang pantai (m3/hari)
Pl = komponen fluks energi gelombang sepanjang pantai pada saat
pecah (Nm/d/m)
ρ = rapat massa air laut (kg/m3)
Hb = tinggi gelombang pecah (m)
Cb = cepat rambat gelombang pecah (m/d) =
αb = sudut datang gelombang pecah
K,n= konstanta
BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan
karena serangan gelombang dan arus. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk melindungi pantai yaitu:
Memperkuat / melindungi pantai agar mampu menahan serangan
gelombang
Mengubah laju transport sedimen sepanjang pantai
Mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai
1. Klasifikasi Bangunan
Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai dikelompokkan dalam tiga
kelompok yaitu:
Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai.
Yang termasuk kelompok ini adalah dinding pantai/revetmen
Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai dan sambung ke
pantai. Yang termasuk kelompok ini adalah groin dan jetty
Konstruksi yang dibangun lepas pantai dan kira-kira sejajar dengan
garis pantai. Yang termasuk kelompok ini yaitu pemecah gelombang
Beberapa Tipe Bangunan Pelindung Pantai
2. Dinding Pantai dan Revetmen
Dinding pantai dan revetmen adalah bangunan yang memisahkan daratan
dan perairan pantai, yang terutama berfungsi sebagai pelindung pantai
terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat. Daerah
yang dilindungi adalah daratan tepat di belakang bangunan. Dinding
pantai biasanya berbentuk dinding vertikal, sedang revetmen
mempunyai sisi miring. Bangunan ini ditempatkan sejajar atau hampir
sejajar dengan garis pantai, dan bisa terbuat dari pasangan batu, beton,
tumpukan pipa beton, turap, kayu atau tumpukan batu.
Dalam perencanaan dinding pantai dan revetmen perlu ditinjau fungsi dan
bentuk bangunan, lokasi, panjang, tinggi, stabilitas bangunan dan tanah
pondasi, elevasi muka air baik di depan maupun di belakang bangunan,
ketersediaan bahan bangunan dan sebagainya.
Revetmen dan Tampang Melintang
Dengan:
W = berat butir batu pelindung
rγ = berat jenis batu
aγ = berat jenis air laut
H = tinggi gelombang rencana
θ = sudut kemiringan sisi pemecah gelombang
KD = koefisien stabilitas yang tergantung pada bentuk batu
pelindung, kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi-
sisinya, ikatan antar butir, dan keadaan pecahnya
gelombang.
Lebar puncak pemecah gelombang dapat dihitung dengan rumus :
Dengan:
B = Lebar puncak
n = Jumlah butir batu (nminimum = 3)
kΔ = koefisien lapis
W = berat butir batu pelindung
rγ = berat jenis batu pelindung
Sedangkan tebal lapis pelindung dan jumlah butir tiap satu luasan
diberikan oleh rumus berikut ini:
Dengan:
t = tebal lapis pelindung
n = jumlah lapis batu dalam lapis pelindung
kΔ = koefisien lapis
A = luas permukaan
P = porositas rerata dari lapis pelindung (%)
N = jumlah butir batu untuk satu satuan luas permukaan A
rγ = berat jenis batu pelindung
5. Tembok laut ( Sea Wall)
Tembok laut biasanya dipergunakan untuk melindungi pantai atau
tebing dari gempuran gelombang laut sehingga tidak terjadi erosi atau
abrasi. Agar fasilitas yang ada dibalik tembok laut dapat aman
biasanya tembok laut direncanakan tidak boleh overtopping.
Tembok laut ada dua macam yaitu tembok laut massif dan tidak
massif.
Tembok laut massif biasanya dibuat dari konstruksi beton atau
pasangan batu sedangkan tembok laut tidak massif berupa tumpukan
batu ( rubble mound ).
Sket Tembok Laut
Kriteria perencanaan tembok laut:
1. Elevasi mercu
Elmercu = DWL + Ru + Fb
Dimana:
Elmercu = elevasi mercu tembok laut ( m )
Ru = Runup gelombang ( m )
Fb = tinggi jagaan ( 1,0 s/d 1,5 m)
DWL = Design Water Level
2. Lebar mercu
Lebar mercu tembok laut paling tidak tiga kali diameter equivalen
batu lapis lindung. Bila mercu dipergunakan untuk jalan maka
lebar mercu dapat diambil antara 3,0 s/d 6,0m.
3. Berat lapis lindung
Dimana:
Dimana:
W = berat rerata butir batu (ton)
γr = berat jenis batu (ton/m3)
Sr = perbandingan antara berat jenis batu dan berat jenis
air laut = γr / γa
γa = berat jenis air laut (1,025-1,03 ton/m3)
Ns = Angka stabilitas rencana untuk fondasi dan pelindung
kaki bangunan
Grafik Angka Stabilitas Ns Untuk Fondasi Dan Pelindung Kaki
6. Training Jetty
Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakkan pada kedua
sisi muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur
oleh sedimen pantai. Mengingat fungsinya, jetty dibagi menjadi tiga
jenis:
• Jetty panjang
Jetty ini ujungnya berada di luar gelombang pecah. Tipe ini efektif
untuk menghalangi masuknya sedimen ke arah muara tetapi biaya
konstruksinya sangat mahal. Jetty ini dibangun apabila daerah yang
dlindungi sangat penting.
• Jetty sedang
Jetty sedang ujungya berada di antara muka air surut dan lokasi
gelombang pecah dan dapat menahan transpor sedimen sepanjang
pantai.
• Jetty pendek
Jetty pendek ujungnya berada pada muka air surut. Fungsinya
untuk menahan berbeloknya muara sungai dan
mengkonsentrasikan aliran pada alur yang telah ditetapkan untuk
bisa mengerosi endapan.
Definisi dan karakteristik gelombang di daerah pantai
Gelombang Laut Dalam
• Gelombang di laut dalam dapat dibedakan menjadi beberapa macam
tergantung pada gaya pembangkitnya. Jenis-jenis gelombang tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Gelombang angin yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan
angin di permukaan laut
2) Gelombang pasang surut yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh gaya
tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi.
3) Gelombang tsunami yaitu gelombang yang terjadi karena letusan
gunung berapi atau gempa di laut.
• Gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai,
menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus dan
sepanjang pantai serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan
pantai. Pasang surut juga merupakan faktor penting karena bisa
menimbulkan arus yang cukup kuat terutama di daerah yang sempit,
misalnya di teluk, estuari dan muara sungai. Selain itu elevasi muka air
pasang dan air surut juga sangat penting untuk merencanakan bangunan-
bangunan pantai.
suatu gelombang yang berada pada sistem koordinat x-y dimana
gelombang menjalar pada arah sumbu x.
Jenis dan macam pelabuhan, persyaratan & perlengkapan pelabuhan
Siau Tag-
Bara ulan
t Se- Siau Tengah; 11.8; 4.28% dang
la- Siau ;
tan; Bara 55.5
15.1; t 3;
5.47 Utar 20.1
% a; 2%
18.2;
6.60
Siau Barat; 34.92;
% 12.65% Biaro; 20.85; 7.56%
Tag-
Siau Tag- ulan
Tim ulan dang
ur dang Utar
Sela- Sela- a;
tan; tan; 17.9
24.0 21.6 2;
6; Siau Timur; 55.94; 20.27% 3; 6.49
8.72 7.84 %
% %
Bagan Alir Metoda Pengumpulan dan Analisis Data
Survey Topografi dan bathymetri
• Survey topografi dan bathymetri ini adalah
memperoleh data lapangan sebagai gambaran
bentuk permukaan tanah berupa situasi dan
ketinggian serta posisi kenampakan yang ada
baik untuk area darat maupun area perairan
laut didepan calon pelabuhan. Hasil dari
survey ini kemudian disajikan dengan peta
dasar skala 1 : 5.000 dan peta kerja skala 1 :
1.000 dengan interval kontur 1 m.
Survey Topografi
• Pemasangan Bech Mark (BM) dan Patok Kayu
• Pengukuran Poligon (kerangka dasar horizontal)
• Pengukuran Sipat datar (kerangka dasar vertical)
• Pengukuran situasi detail
• Perhitungan hasil pengukuran.
Pengukuran Lapangan
Sumber : Analisa Konsultan, 2013.
Tabel 3.1. Hasil Perhitungan koordinat
X, Y dan Z
P X Y Z D
339 765995.5 296307.1 6.411 6
1 766043 297082 -1.7 BT.1
2 766094 297080 -1.8 BT.2 340 765961.6 296365.7 4.524 P.35
3 766200 297060 -2.1 BT.3 341 765982.4 296320.8 5.196 a
4 766284 297044 -2.05 BT.4 342 765979.3 296319.8 5.185 b
5 766361 297032 -2.75 BT.5 343 765979.1 296320 8.385 c
6 766425 297029 -3.9 BT.6 344 765961.6 296365.7 4.524 P.35
7 766449 297029 -4.2 MCR
345 765966 296366.3 4.545 1
8 766490 297030 -4.5 BT.7
9 766531 297033 -5.9 BT.8 346 765959.1 296426.6 5.685 P.36
10 766597 297037 -15.5 BT.9 347 765964.5 296429.1 4.121 a
11 766541 297016 -13 BT.10 348 765976.3 296445.3 2.114 b
12 766501 296981 -19.4 BT.11 349 765954.8 296428.9 5.582 c
13 766415 296980 -20 BT.12 350 765948.1 296472.9 4.6 P.37
14 766339 296981 -10 BT.13
351 765941.2 296485.3 4.079 A
Survey Bathymetri
1) Survey Bathimetri (Sounding/Pemeruman) dilaksanakan di lokasi studi pada kawasan
perairan. Untuk pelaksanaan Survey Bathimetri direncana kawasan perairan diukur dan
diamati minimal dengan luasan 40 Ha. Secara keseluruhan untuk survey ini meliputi :
2) Konfigurasi permukaan-dasar laut;
3) Pengamatan kondisi bangunan atau objek di perairan yang dapat mengganggu kegiatan atau
aktifitas pelayaran (karang, kapal tenggelam, dan lainnya);
4) Pengamatan kondisi profil melintang pantai;
5) Identifikasi kedalaman laut kawasan perairan lokasi pengembangan Dermaga Ferry dilakukan
dengan metode sebagai berikut :
– Dilaksanakan pada areal pengukuran minimal seluas 10 Ha.
– Perangkat ukur kedalaman diletakkan di tengah perahu motor dengan posisi transducer
dipasang pada bagian tengah perahu dan masuk kedalaman air kira-kira 20 cm dibawah
permukaan laut.
– Laju kecepatan perahu motor saat pemeruman diupayakan konstan dan tidak lebih dari
20 Km/jam dengan kondisi arus yang tenang guna memperoleh perekaman data yang
lebih terperinci.
– Jalur pemeruman diusahakan membentuk pola grid dengan interval antar jalur sekitar
25 m dan interval 10 m khusus untuk lokasi sekitar kapal karam dan lokasi rencana
dermaga serta trestle.
– Kegiatan ini dilakukan tiap hari dimana pada saat sebelum dan sesudah survei dilakukan
bar check atau pengecekan ketepatan alat dalam melakukan pengukuran.
Survey Bathymetri
• Survey batimetri atau seringkali disebut dengan pemeruman (sounding)
dimaksudkan untuk mengetahui keadaan topografi laut. Cara yang dipakai
dalam pengukuran ini adalah dengan menentukan posisi-posisi kedalaman
laut pada jalur memanjang dan jalur melintang untuk cross check.
Penentuan posisi-posisi kedalaman dilakukan menggunakan GPS MAP.
Metodologi pelaksanaan survey batimetri ini adalah sebagai berikut :
SATELIT
TRANDUSER TRANDUSER
DASAR LAUT
Survey Bathymetri
• Notebook. Satu unit portable computer diperlukan untuk menyimpan data
yang di-download dari alat GPSMap setiap 300 kali pencatatan data.
• Perahu. Perahu digunakan untuk membawa surveyor dan alat-alat
pengukuran menyusuri jalur-jalur sounding yang telah ditentukan. Dalam
operasinya, perahu tersebut harus memiliki beberapa kriteria, antara lain:
• Perahu harus cukup luas dan nyaman untuk para surveyor dalam melakukan
kegiatan pengukuran dan downloading data dari alat ke komputer, dan lebih
baik tertutup dan bebas dari getaran mesin.
• Perahu harus stabil dan mudah bermanuver pada kecepatan rendah.
• Kapasitas bahan bakar harus sesuai dengan panjang jalur sounding.
• Papan duga. digunakan pada kegiatan pengamatan fluktuasi muka air di laut.
• Peralatan keselamatan. Peralatan keselamatan yang diperlukan selama
kegiatan survey dilakukan antara lain life jacket.
Survey Bathymetri
Topografi dan bathymetri
Deskripsi BM
Pengamatan Pasang Surut
Pengambilan data. Pengamatan pasang surut dilakukan pada lokasi yang
representative dengan lama pengamatan 15 hari x 24 jam (15 piantan). Pengamatan
dilakukan dengan cara memasang alat duga muka air yang dibaca setiap jam. Alat
pengamatan pasut yang dipakai adalah peilschaal dengan interval skala 1 (satu) cm.
Elevasi hasil pengamatan muka air selanjutnya diikatkan pada titik tetap yang ada
(Bench Mark). Data hasil pengamatan akan digunakan untuk analisa tinggi muka air
rata-rata dan konstanta-konstanta pasang surutnya. Hasil pengamatan ini diikatkan
(leveling) ke patok pengukuran topografi terdekat seperti Gambar 4.8 untuk
mengetahui elevasi nol peilschall dengan menggunakan waterpass sehingga
pengukuran topografi, bathimetri dan pasang surut mempunyai datum (bidang
referensi) yang sama.
Komponen Harmonik Pasang Surut
Periode
Komponen Simbol Keterangan
(jam)
Utama Bulan M2 12.4106 Pasang Surut
Utama Matahari S2 12.0000 Semi Diurnal
Bulan akibat variasi bulanan jarak bumi-bulan N2 12.6592
Matahari-Bulan akibat perubahan deklinasi K2 11.9673
Matahari-Bulan
Matahari-bulan KI 23.9346 Pasang Surut
Utama bulan O1 25.8194 Diurnal
Utama Matahari PI 24.0658
Utama bulan M4 6.2103 Perairan
Matahari-bulan MS4 6.1033 Dangkal
Tipe Pasang Surut
Bilangan Tipe Pasang
Keterangan
Formzall (F) Surut
Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air
Pasang harian
surut dengan ketinggian yang hamper sama dan
F<0.25 ganda
terjadi berurutan secara teratur. Periode pasang
(semidiurnal)
surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.
Campuran Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air
0.25<F<1.5 condong ke semi surut dengan ketinggian dan periode yang berbeda.
diurnal
Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air
Campuran
surut dengan ketinggian yang berbeda. Kadang-
1.5<F<3.0 condong ke
kadang terjadi 2 kali air pasang dalam 1 hari dengan
diurnal
perbedaan yang besar pada tinggi dan waktu.
Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air
Pasang harian
F<3.0 surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50
tunggal (diurnal)
menit.
Elevasi Muka Air Penting
Elevasi Muka Air Keterangan
HHWL (Highest High Water Level) Air tertinggi pada saat pasang surut
purnama atau bulan mati
MHWS (Mean High Water Spring) Rata-rata muka air tinggi saat purnama
MHWL (Mean High Water Level) Rerata dari muka air tinggi selama
periode 19 tahun
MSL (Mean Sea Level) Muka air rerata antara muka air tinggi
rerata dan muka air rendah rerata
MLWL (Mean Low Water Level) Rerata dari muka air rendah selama
periode 19 tahun
MLWS (Mean Low Water Spring) Rata-rata muka air rendah saat purnama
LLWL (Lowest Low Water Level) Air terendah pada saat pasang surut
purnama atau bulan mati
pasang surut
• Untuk apa data pasang surut :
– Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam
transportasi laut, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di
daerah pesisir pantai, dan lain-lain.
– Mengingat pentingnya pengetahuan tentang pasang surut
terutama bagi yang tertarik mempelajari masalah pantai dan
estuari, maka akan dicoba dijelaskan tentang pengertian pasang
surut itu sendiri.
• Pengertian Pasang Surut : Pasang surut laut merupakan suatu
fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya
tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari,
bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Faktor non
astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan semi
tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi
dasar perairan.
pasang surut • Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan
lembah gelombang disebut pasang rendah.
Pasang Surut Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan
pasang rendah disebut rentang pasang surut
(tidalrange). Periode pasang surut adalah
waktu antara puncak atau lembah gelombang
ke puncak atau lembah gelombang
berikutnya. Harga periode pasang surut
bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24
jam 50 menit.
• Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika
bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu
garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan
pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang
rendah yang sangat rendah. Pasang surut
purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan
bulan purnama.
• Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika
bumi, bulan dan matahari membentuk sudut
tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan
pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah
yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi
pada saat bulan 1/4 dan 3/4. Dapat dilihat
pada Gambar 7.2 di bawah ini.
Sketsa Elevasi Pasang Surut
Elevasi pasang surut (sumber:
hasil survey Hidro-oceanografi)
yang digunakan dalam desain
dermaga ini adalah:
- HWS : + 2.50 m LWS
- MSL : + 1.30 m LWS
- LWS : + 0.00 m LWS
300
Air Tinggi
(HWS)
250
200
A i r (Cm)
100
Z0 =
T inggi
50 130 Cm
Air Rendah
(LWS)
0
00.00
18.00
03.00
06.00
09.00
18.00
21.00
00.00
09.00
18.00
12.00
21.00
15.00
00.00
03.00
06.00
15.00
18.00
03.00
12.00
21.00
06.00
15.00
00.00
09.00
12.00
21.00
15.00
00.00
03.00
12.00
06.00
15.00
03.00
06.00
09.00
18.00
12.00
21.00
00.00
09.00
J A M
Pengukuran Arus
• Untuk mengetahui arah dan kecepatan arus yang terjadi di perairan
tersebut akan dilakukan pengukuran arus di 2 (dua) titik pada lokasi.
Pengukuran arus terdiri atas pengukuran arus tetap dan arus bergerak.
a) Pengukuran Arus Tetap . Pengukuran arus tetap akan dilakukan di suatu
tempat yang telah ditetapkan dengan cara menjangkar perahu di titik
tersebut. Pengukuran dilakukan selama 25 jam pada saat spring tide.
Pengukuran harus dilakukan pada kedalaman 0,2; 0,4 dan 0,8 d (d =
kedalaman laut). Hasil pengukuran berupa kecepatan dan arah arus.
b) Pengukuran Arus Bergerak . Pengukuran arus bergerak akan dilakukan 2
(dua) kali yaitu pada saat spring tide dan neap tide. Lama pengukuran
masing-masing ± 8 jam yaitu dari saat surut sampai dengan saat surut
berikutnya atau dari saat pasang ke saat pasang berikutnya atau disebut 1
siklus pasang surut. Pengukuran dilakukan dengan cara melepaskan alat
pelampung dan resistant body pada kedalaman 0,5 d (d = kedalaman
laut). Posisi saat peluncuran (posisi pertama) diukur kedudukannya,
selang beberapa waktu kemudian misalnya 10 atau 15 menit posisi
pelampung diukur kembali. Jarak antara posisi pertama dan posisi kedua
berikut arahnya diketahui sehingga kecepatan dan arah arus dapat
dihitung.
Peralatan Pengukur Arus dan Cara Pemasangan di Kapal Survey
Sumber : Analisa Konsultan, 2013
surveyor
0.2d
Survey boat
d
0.8d
Lfi
Lfi . Cos ai
Cos ai
Panjang daerah pembentukan gelombang
atau fetch ditentukan oleh
• Pertama ditarik garis-garis fetch setiap selang sudut lima derajat.
• Tiap penjuru angin (arah utama) mempunyai daerah pengaruh
selebar 22,5 derajat kesebelah kiri dan kanannya.
• Panjang garis fetch dihitung dari wilayah kajian sampai ke
daratan diujung lainnya. Jika sampai dengan 200 km kearah yang
diukur tidak terdapat daratan yang membatasi maka panjang
fetch untuk arah tersebut ditentukan sebesar 200 km.
• Masing-masing garis fetch dalam daerah pengaruh suatu
penjuru angin (arah utama) diproyeksikan kearah penjuru
tersebut.
• Panjang garis fetch diperoleh dengan membagi jumlah panjang
proyeksi garis-garis fetch dengan jumlah cosinus sudutnya.
Waverose
Perhitungan tinggi gelombang rencana menggunakan metode
statistic atau lebih dikenal dengan metode Weibull
Periode
Ulang gr Hsr snr sr Hs-1,28sr Hs+1,28sr
(tahun) (tahun) (m) (m) (m)
1 0 2.41 0.3614 0.0673 2.32 2.49
2 0.6931 2.59 0.3906 0.0727 2.49 2.68
5 1.6094 2.82 0.8264 0.1539 2.63 3.02
10 2.3026 3 1.2097 0.2252 2.72 3.29
20 2.9957 3.18 1.6033 0.2985 2.8 3.57
50 3.912 3.42 2.1297 0.3965 2.91 3.93
100 4.6052 3.6 0.4711 0.4711 3 4.2
Jadi tinggi gelombang periode ulang 50 tahunan yang digunakan sebesar 3.93 m
Periodenya sebesar 10.03 dt
Grafik tinggi gelombang rencana menggunakan metode statistic
atau lebih dikenal dengan metode Weibull
4.5
3.5
2.5
1.5
0.5
0
1 10 100
Periode Ulang
Penyelidikan Tanah
• Tujuan ; Mendapatkan data kekuatan tanah
sebagai dasar pijakan untuk perencanaan
struktur bangunan Breakwater
• Pekerjaan Test Pit (Pengambilan sampel tanah)
untuk pengambilan sampel tanah terganggu).
• Analisa Laboratorium Index Properties :
meliputi Specific Gravity; Atterberg Limit; Unit
Weight; Porosity, Grainsize Analysis,
Permeability dll.
Analisa Data Tanah Dan Rekomendasi Geoteknik
Jadi tinggi gelombang periode ulang 50 tahunan yang digunakan sebesar 3.93 m
Periodenya sebesar 10.03 dt
Layout Breakwater
Layout Breakwater Terpilih
Potongan Melintang Breakwater
Penampang Memanjang Breakwater, Profil
Elevasi Permukaan Tanah, Elevasi LWS, Elevasi,
HWS, Elevasi MSL, dan Elevasi Puncak BW
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
-1.00
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
270
280
-2.00
-3.00
-4.00
-5.00
-6.00
-7.00
-8.00
-9.00
-10.00
-11.00 Elevasi Permukaan Tanah Elevasi Puncak BW Elevasi LWS Elevasi MSL
-12.00
-13.00
-14.00
-15.00
-16.00 Elevasi HWS
-17.00
-18.00
-19.00
-20.00
-21.00
Pemilihan Tipe Breakwater
Batu alam masih digunakan sebagai salah satu alternatif untuk pembuatan
breakwater karena di Indonesia ini masih banyak ditemukan batu-batu
besar. Berikut ini merupakan hasil perhitungannya yang dapat dilihat pada
Tabel di bawah ini. Setelah diketahui berat dari armournya maka dapat
ditentukan pula berat batuan yang akan digunakan pada secondary layer,
core layer dan berm (kaki breakwater).
Breakwater tipe rubble mound ini dipilih karena mempunyai sifat yang
fleksibel. Kerusakan yang terjadi karena serangan gelombang tidaklah
mengakibatkan hal yang fatal sebab gelombang tersebut akan terserap
pori-pori antar beberapa lapis batuan yang ada. Meskipun beberapa
batuan terkadang longsor tetapi bangunan masih dapat berfungsi.
Kerusakan yang terjadipun mudah diperbaiki.
Lapisan pada breakwater ini memiliki ukuran yang berbedabeda di tiap
layernya Penabelan berat pada tiap leyer tersebut dapat dilihat dalam
Tabel di bawah ini.
Rumus Hudson
Lapisan pada breakwater ini memiliki ukuran yang berbeda beda
di tiap layernya Penabelan berat pada tiap leyer tersebut dapat
dilihat dalam Tabel di bawah ini.
Tipe Concrete Armour Unit yang adad dapat
dilihat seperti pada gambar berikut ini.
Detailing Tetrapod
Tetrapod yang digunakan memiliki data-data
sebagai berikut :
Berat jenis : 140 pcf
Berat : 5 ton
Tebal rata-rata untuk dua lapis : 8.63 ft
Simbol dan Dimensi tiap Unit :
A = 0.58 m
B = 0.29 m
C = 0.92 m
D = 0.91 m
E = 0.45 m
F = 1.24 m
G = 0.41 m
H = 1.93 m
I = 1.17 m
J = 0.59 m
K = 2.11 m
L = 2.32 m
Designing To An Allowable Overtopping
Settlement Breakwater
• Settlement , Menggunakan prinsip teori dari Biarez dan
Giround dapat dilihat seperti pada table di bawah ini.
Bagian Breakwater Settlement (cm) Sliding, Berdasarkan analisis dari
Head 0.400 program X STABL didapatkan
Segmen 1 0.420 hasil > SF =1.2… OK
Trunk
Segmen 2 0.340
• Pemasangan patok
• Core Layer
• Secondary Layer
• Primary Layer
Metode Pelaksanaan Rubble Mound
Flow chart pelaksanaan bangunan
Pekerjaan Galian
• . Pekerjaan galian dilakukan untuk memperoleh
kedalaman tertentu dimana pelindung kaki dan lapis
batu pelindung konstruksi seawall akan ditempatkan.
Pelaksanaan pekerjaan galian dilakukan dengan
menggunakan excavator
Pekerjaan Lapis Pengisi
• Setelah pekerjaan galian selesai, pekerjaan
berikutnya adalah pelaksanaan pekerjaan lapis pengisi.
Lapis pengisi kedua menggunakan batu belah dengan
berat 25-42 kg. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan
dengan menggunakan alat excavator.
Pekerjaan Lapis Pelindung Utama
• Setelah pekerjaan pelindung kaki selesai, langkah
berikutnya adalah pelaksanaan pekerjaan lapis pelindung
utama. Lapis pelindung utama menggunakan batu belah
dengan berat 250-380 kg. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan
dengan menggunakan excavator.
Pekerjaan Pelindung Kaki
• Setelah pekerjaan lapis pelindung kedua selesai,
langkah berikutnya adalah pelaksanaan pekerjaan
pelindung kaki. Pelindung kaki menggunakan batu belah
dengan berat 50-60 kg. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan
dengan menggunakan alat excavator.
Pemasangan Batu Belah untuk Lapisan Inti dan
Perkuatan Kaki.
Pemasangan batu belah pada kedalaman hingga –20,0 meter dilakukan dengan
menggunakan excavator yang diletakkan di atas kapal ponton yang ditarik dengan boat
penarik. Pada pemasangan batu belah ini digunakan pula alat pelampung dan sensor
serta penyelam yang mengarahkan posisi penimbunan di bawah air.
Untuk kemudahan dalam pemasangan dan sesuai dengan gambar rencana, maka perlu
dilakukan pemasangan patok–patok bambu yang telah terlebih dahulu diukur dan
diatur penempatannya dengan menggunakan waterpass dan theodolite
Pemasangan Tetrapod