Anda di halaman 1dari 63

S T A N D A R

FASILITAS DARAT PELABUHAN

4.1 Fasilitas Pokok

4.1.1 Terminal General Cargo

a. Dermaga dan Apron

Dermaga terminal general kargo disarankan menggunakan dermaga memanjang (wharf) dengan
apron yang memadai. Apron adalah halaman di atas dermaga yang terbentang dari sisi muka
dermaga sampai gudang laut atau lapangan penumpukan terbuka. Apron diperlukan untuk area
bongkar muat barang. Lebar apron tergantung pada fasilitas yang ditempatkan di atasnya.

Gambar 4. 1. Dermaga Memanjang atau Wharf


Sumber: Triatmodjo, 2010:214

) )

Lp = Panjang dermaga
n = jumlah maksimal kapal direncanakan dapat bersandar
Loa = panjang kapal direncanakan dapat bersandar

Sumber: Triatmodjo, 2010

Apabila garis kedalaman jauh dari pantai atau perencana tidak menginginkan adanya
pengerukan kolam pelabuhan yang besar, maka dermaga dan daratan dihubungkan dengan
jembatan penghubung (approach trestle).

4-1
Gambar 4. 2 Dermaga Wharf dengan Trestle

Pada gambar 2 ditunjukan pula fasilitas di dermaga seperti apron, gudang laut, dan jalan
(trestle). Lebar apron tergantung pada alat bongkar muat yang digunakan, jumlah kereta api
dan truk. Apabila A adalah luas gudang yang melayani satu tambatan, maka beberapa ukuran
yang adalah sebagai berikut ini.

A = luas gudang
Lp = panjang dermaga
b = lebar gudang
a = lebar apron
e = lebar jalan
nilai a dan e dapat dilihat dalam gambar 3.

Sumber: Triatmodjo, 2010

4-2
Gambar 4. 3 Lebar Apron Berdasarkan Jenis Alat Bongkar Muat dan Kendaraan Yang Digunakan
Sumber: Triatmodjo, 2010:216

Selain dermaga memanjang (wharf), dermaga pier juga dapat digunakan dalam terminal
general kargo. Bentuk dermaga pier menyerupai jari tangan atau disebut juga dengan finger
wharf. Perairan di antara dua pier yang berdampingan disebut slip. Dermaga ini dibangun
biasanya bila garis kedalaman terbesar menjorok ke laut dan tidak teratur. Khususnya
dibangun untuk melayani kapal barang umum atau general cargo (Soedjono, 2002:310).
Ukuran dermaga dihitung sebagai berikut.

Tabel 4. 1 Dermaga Pier


Pier Dua Tambatan Pier Empat Tambatan
Panjang pier: Panjang pier:

Lebar pier: Lebar pier:

Lebar slip: Lebar slip:

Panjang gudang: Panjang gudang:


) )

4-3
Pier Dua Tambatan Pier Empat Tambatan
Lebar gudang: Lebar gudang:

Sumber: Triatmodjo, 2010:217

b. Gudang Laut dan Lapangan Penumpukan

Gudang laut adalah gudang yang berada di tepi perairan pelabuhan dan hanya dipisahkan
dari air laut oleh dermaga pelabuhan. Gudang ini menyimpan barang-barang yang baru saja
diturunkan dari kapal dan yang akan dimuat di kapal, sehingga barang terlindung dari hujan
dan terik matahari. Untuk barang yang tidak memerlukan perlindungan, seperti mobil, truk,
besi beton, dan sebagainya dapat ditempatkan pada lapangan penumpukan terbuka. Luas
gudang laut dan lapangan penumpukan terbuka dapat dihitung sebagai berikut.

A : Luas gudang (m2)


T : throughput per tahun (muatan yang lewat tiap tahun, ton)
TrT : transit time/dwelling time (waktu transit, hari)
Sf : storage factor (rata-rata volume untuk setiap satuan berat komoditi, m3/ton; misalkan
tiap 1 m3 muatan mempunyai berat 1,5 ton; berarti Sf=1/1,5=0,6667. Diperkirakan sebesar

4-4
0,6667 m3/ton untuk penyimpanan di gudang dan 1,0 m3/ton untuk penyimpanan di
lapangan penumpukan)
Sth : stacking height (tinggi tumpukan muatan, m. Nilai Sth diperkirakan 3m untuk
penyimpanan di gudang dan 1,8m untuk penyimpanan di lapangan penumpukan)
BS : broken stowage of cargo (volume ruang yang hilang di antara tumpukan muatan dan
ruangan yang diperlukan untuk lalu lintas alat pengangkut seperti forklift atau peralatan
lain untuk menyortir, menumpuk, dan memindahkan muatan, %)
Sumber: Triatmodjo, 2010

Gudang laut hanya digunakan untuk menyimpan barang-barang secara sementara dengan
batas maksimal penyimpanannya selama 15 hari. Jika lebih dari batas waktu tersebut, barang-
barang harus dipindahkan ke gudang lini ke II (warehouse). Fasilitas gudang laut bersifat gratis
selama pemakaian antara 3 (tiga) sampai 5 (lima) hari. Selebihnya akan dikenakan biaya.

Gambar 4. 4 Terminal Barang Umum


Sumber: Perencanaan Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, 2009

c. Cold Storage
Jika terdapat barang-barang yang memerlukan pendinginan seperti daging, ikan, buah-buhan
dan sayur-sayuran dari kapal dengan pendingin dan didistribusikan ke daerha tujuan, maka
diperlukan bangunan pendingin di dermaga sehingga barang-barang beku dapat dipindahkan
secepat mungkin dengan perubahan temperatur sekecil mungkin.

Pada dasarnya cold storage adalah gudang penyimpanan dengan pendingin. Luasan cold
storage dapat mengacu pada formula gudang penyimpanan dengan throughput/besar muatan
dihitung dari kapasitas barang yang harus disimpan di cold storage.

4-5
Gambar 4. 5 Gudang Basah (Cold Storage) di Gudang 88 Kawasan Industri Manis
(Sumber: gudang88.net)

Bila mengacu pada perusahaan pergudangan di luar pelabuhan yang menyediakan gudang
basah (cold storage), luasan yang ada diantaranya sebagai berikut.

Tabel 4. 2 Luas Cold Storage di Perusahaan Pergudangan

Panjang (m) Lebar (m) Tinggi (m)


12 6 6
20 6 6
17 7 6
17 11 6
Sumber: gudang88.net

d. Gudang
Gudang yang dimaksud adalah gudang penyimpanan di lini 2. Perhitungan luas gudang ini
disesuaikan dengan gudang lini 1 mengingat gudang lini 2 ini merupakan perpanjangan
apabila waktu penyimpanan di gudang lini 1 telah melewati batas waktu. Secara teknis,
perbedaan gudang dengan gudang laut adalah dari segi konstruksi bangunan dan lokasi
bangunan.

Gudang (warehouse) digunakan untuk menyimpan barang dalam waktu yang lama. Gudang
ini dibuat agak jauh dari dermaga, mengingat:

1. Ruangan yang tersedia di dermaga biasanya terbatas dan hanya digunakan untuk
keperluan bongkar muat barang;
2. Pengoerasian gudang laut sangat berbeda dengan gudang. Gudang laut memerlukan
gang yang lebih besar untuk penanganan secara cepat barang-barang dengan
menggunakan perlatan pengangkut;

4-6
3. Dari segi ekonomis pembuatan gudang di dernaga memerlukan biaya besar mengingat
konstruksi gudang lebih berat dari gudang laut sementara tanah di daerah tersebut
kurang baik sehingga konstruksinya memerlukan pondasi tiang pancang.

4.1.2 Terminal Container

Kriteria terminal kontainer sangat tergantung dengan sistem penanganan peti kemas yang dipilih
oleh pengelola pelabuhan.

Trailer Storage System

Peti kemas impor yang dibongkar dari kapal dengan menggunakan crane dan diletakkan pada road
trailer yang ditarik menuju ke suatu posisi yang telah ditentukan dalam storage area/ areal
penumpukan dan untuk selanjutnya ditarik dengan menggunakan road tractor/ traktor. Trailer-
trailer yang membawa peti kemas untuk ekspor ditempatkan pada storage area dengan road tractor
dan ditarik ke kapal dengan port equipment/ peralatan pelabuhan. Peti kemas-peti kemas tersebut
disusun satu per satu dengan ketinggian susun satu. Cara penumpukan dengan ketinggian satu
susun seperti ini tidak memerlukan pemadatan tanah karena beban tekanan permukaan tidak
berat. Sistem ini sangat efisien karena tiap peti kemas dapat dipendahkan dengan cepat dengan
menggunakan unit traktor. Namun selain memerlukan areal yang luas sistem ini memerlukan pula
ribuan trailer yang mengakibatkan pengeluaran yang besar. Oleh karena itu metode ini hanya
dipakai jika perusahaan pelayaran menyediakan trailer dan mengoperasikan dermaga dengan
sistem sewa beli ataupun sistem sewa atau memiliki akses untuk compound trailer khusus. Dengan
demikian menyebabkan tempat penyimpanan trailer tidak dirancang untuk menjadi terminal
untuk aneka pengguna. Dengan metode ini aturannya ialah untuk 2000 TEUs memerlukan storage
area seluas 100.000 meter persegi.

Fork Lift Truck System

Truk fork-lift pengangkut merupakan pengangkut beban berat dengan berkapasitas 42 ton dan
sebuah top-lift spreader mampu menumpuk peti kemas ukuran 40-feet bermuatan penuh dengan
ketinggian susun dua hingga tiga peti kemas, lazimnya dengan ketinggian susun dua. Sebuah side
spreader dapat dipakai untuk peti kemas ukuran 20-feet dalam keadaan bermuatan penuh maupun
kosong serta untuk peti kemas kosong ukuran 40-feet. Peti kemas kosong dapat ditumpuk hingga
ketinggian susun empat. Sistem ini menyebabkan beban tekan berat pada permukaan terminal
sehingga memerlukan pemadatan tanah dan pengerasan permukaan untuk dapat menahan beban
tekan tersebut. Kebanyakan penguasa pelabuhan serta perusahaan cargo handling berpengalaman
dalam pengoperasian maupun perawatan truk forklift. Truk jenis ini dapat memindahkan peti

4-7
kemas dari ships side/ sisi kapal ke stacking area/ areal penumpukan atau dengan menggunakan
tractor-trailer units/ satuan perangkat traktor-trailer untuk mengambil alih tugas tersebut guna
mengurangi jumlah truk fork-lift yang diperlukan. Areal penumpukan untuk peti kemas berukuran
40-feet umumnya mempunyai lebar jalan 18 meter, sedangkan untuk peti kemas ukuran 20-feet,
lebar jalan 12 meter. Aturan pada penggunaan sistem ini mengatakan bahwa untuk peti kemas
sebanyak 2.000 TEUs yang ditumpuk dengan ketinggian rata-rata 1,5 kotak memerlukan storage
area seluas 72.000 meter persegi.

Straddel-carrier System

Penanganan peti kemas dengan sistem straddle-carrier adalah yang paling menonjol saat ni.
Straddle-carrier dapat menumpuk peti kemas dengan ketinggian susun 2 atau 3 buah peti kemas,
menggerakkan peti kemas antara quay crane dan storage area serta melakukan bongkar atau muat
peti kemas ke dan dari transportasi darat. Suatu variansi dari sistem ini ialah penggunaan tractor-
trailer unit untuk pekerjaan memindahkan antara quayside dan storage area dan penggunaan
straddle-carrier dibatasi hanya pada storage area unuk penumpukan dan pemilihan peti kemas.
Untuk dapat dioperasikan secara aman, straddle carrier harus beroperasi pada areal-areal yang
terbatas dan para pekerja yang berjalan kaki harus berada di luar daerah kerja straddle -carrier
tersebut. Alat ini dipakai secara luas menunjukkan fleksibilitas/ keluwesannya serta
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan puncak. Dibutuhkan kira-kira sebanyak 6
buah straddle-carrier untuk setiap ship-to-shore gantrycrane. Aturannya adalah peti kemas sebanyak
2.000 TEUs memerlukan storage area seluas 40.000 meter persegi bila ditumpuk dengan ketinggian
susun 1,5 kotak dan seluas 30.000 meter persegi bila ditumpuk dengan ketinggian susun 2 kotak.

Gantry Crane System

Pada sistem ini peti kemas dalam storage area ditumpuk dengan menggunakan rail-mounted atau
rubber-tyred gantry-crane. Rail crane dapat menumpuk peti kemas dengan ketinggian hingga susun 5
(walaupun pada umumnya peti kemas ditumpuk dengan ketinggian tidak lebih dari susun empat).
Rubber-tyred gantry -crane umumnya dapat menumpuk peti kemas dengan ketinggian susun dua
atau tiga. Pemindahan peti kemas antara quayside dan storage area dilakukan dengan menggunakan
tractor-trailer unit. Sistem ini menghemat penggunaan ruang/ lahan karena penumpukan bersusun
tinggi dan cocok untuk berbagai tingkat automation. Aturannya ialah peti kemas sebanyak 2.000
TEUs memerlukan storage area seluas 16.000 meter persegi bila ditumpuk dengan ketinggian
susun 3 sampai 5.

4-8
Sistem Campuran

Sistem campuran ini memanfaatkan peralatan terbaik yang bisa digunakan pada operasi tertentu.
Keberhasilan sistem ini sangat memerlukan sistem informasi yang menyeluruh serta kebijakan
operasi yang ketat/ disiplin disertai dengan manajemen yang unggul. Sebagai contoh straddle
carrier digunakan untuk mengambil peti kemas impor satu persatu dan mengirim peti kemas
tersebut ke kendaraan angkutan darat, sedangkan gantry crane digunakan pada lapangan peti
kemas dan menjadi pengumpan peti kemas ekspor ke kapal dan bila memungkinkan langsung
mengerjakan penumpukan peti kemas untuk ekspor. Sistem campuran lainnya memanfaatkan
straddle-carrier untuk penumpukan peti kemas bermuatan penuh dan truk fork-lift untuk
menumpuk peti kemas kosong.

Untuk standar ukuran fasilitas darat pada terminal kontainer/peti kemas adalah sebagai berikut:

a. Dermaga dan Apron

Dermaga pada Terminal Kontainer atau Terminal Peti Kemas disarankan menggunakan
dermaga tipe memanjang atau wharf, Tambatan ini dibangun bila garis kedalaman kolam
pelabuhan hampir merata sejajar dengan garis pantai. Berdasarkan IMO (International Maritim
Organization) ukuran panjang dermaga dapat dihitung sebagai berikut.

Gambar 4. 6 Standar Dermaga Memanjang atau Wharf


Sumber: Triatmodjo, 2010:214

) )

Lp = Panjang dermaga
n = jumlah maksimal kapal direncanakan dapat bersandar
Loa = panjang kapal direncanakan dapat bersandar

Sumber: Triatmodjo, 2010

b. Lapangan Penumpukan

Lapangan penumpukan peti kemas digunakan untuk menempatkan peti kemas yang akan
dimuat ke kapal atau setelah dibongkar dari kapal, baik yang berisi muatan ataupun peti

4-9
kemas kosong. Luas lapangan penumpukan peti kemas dapat dihitung dengan persamaan
berikut:

T : arus peti kemas per tahun (box, TEUs), 1 TEUs = 29 m3, dan 1 box = 1,7 TEUs.

AT : luas lapangan penumpukan peti kemas yang diperlukan (m2)

D : dwelling time atau jumlah hari rerata peti kemas tersimpan di lapangan penumpukan.
Apabila tidak ada informasi, bisa digunakan 7 hari untuk peti kemas import dan 5 hari
untuk peti kemas eksport. Untuk peti kemas kosong waktu penyimpanan adalah 20 hari.

ATEU : luasan yang diperlukan untuk satu TEU yang tergantung pada sistem penanganan peti
kemas dan jumlah tumpukan peti kemas di lapangan penumpukan

BS : broken stowage (luasan yang hilang karena adanya jalan atau jarak antara peti kemas di
lapangan penumpukan, yang tergantung pada sistem penanganan peti kemas, nilainya
sekitar 25-50%

Sumber: Triatmodjo, 2010

Tabel 4. 3 Luasan diperlukan per TEU


Peralatan dan Tinggi/Jumlah Luasan diperlukan per TEU
Metode Penumpukan Peti ATEU (m2/TEU)
Penanganan Kemas PK 20 feet PK 40 feet
Trailer 1 60 45
Truk forklift 1 60 80
2 30 40
3 20 27
Straddle carrier 1 30
2 15
3 10
Rubber Tyred Gantry 2 15
Crane/ transtrainer 3 10
4 7,5
Sumber: Triatmodjo, 2010:343

4-10
c. Menara Pengawas
Menara pengawas digunakan untuk melakukan pengawasan di semua tempat dan mengatur
serta mengarahkan semua kegiatan di terminal, seperti pengoperasian peralatan dan
pemberitahuan arah penyimpanan dan penempatan peti kemas.

d. Container Freight Station


Luasan Container Freight Station dapat dihitung menggunakan formula berikut (Ligteringen,
2000:7-20)

Dimana:
OCFS = luas container freight station (m2)
C = besar arus peti kemas (TEU/tahun)
= waktu tinggal rata-rata (hari) = (T+2)/3, dimana T untuk negara berkembang
adalah 20 30 hari
V = volume 1 TEU peti kemas = 29 m3
f1 = gross area/net area = 1,4
f2 = factor bulking (1,1 1,2)
ha = tinggi peti kemas rata-rata dalam CFS = 2,6 m
mi = angka rata-rata peti kemas yang menginap (0,65 0,7)

Sumber: Triatmodjo, 2010

e. Bengkel Pemeliharaan
Bengkel pemeliharaan peti kemas mengacu pada RIP Labuan Bajo memiliki luas 300 m 2.

Ukuran terminal dan kapasitas terminal peti kemas tergantung pada ketersediaan lahan dan
kondisi tanah, peralatan penanganan peti kemas, system operasi, dan perkiraan jumlah peti kemas
yang keluar masuk melalui terminal. Apabila ketersediaan lahan cukup dan harga lahan murah,
system penyimpanan tanpa ditumpuk adalah ekonomis dan tidak diperlukan peralatan yang
mampu menyusun peti kemas dalam tumpukan. Namun pada system ini jarak angkut menjadi
lebih jauh sehingga diperlukan peralatan tambahan untuk transfer.
Sistem penyusunan peti kemas tanpa ditumpuk juga sesuai untuk tenah reklamasi dengan kondis
tanah lunak, karena beban peti kemas satu susun adalah kecil. Sebaliknya jika ketersediaan lahan
terbatas dan harganya mahal, maka diperkukan system penumpukan, sehingga lapangan bisa
menampung lebih banyak peti kemas.

4-11
Luas terminal peti kemas adalah penjumlahan dari luasan berikut ini:
AT = APK + ACFS + APKK + AFPP
dengan:
AT : luas total terminal peti kemas
APK : luas lapangan penumpukan peti kemas (sekitar 50% - 75% luas total)
ACFS : luas container freight station (sekitar 10% - 30% luas total)
APKK : luas lapangan penumpukan peti kemas kosong (sekitar 10% - 20% luas total)
AFPP : luas fasilitas jalan masuk, kantor, parkir, dsb (sekitar 5% - 15% luas total)
Sumber: Triatmodjo, 2010

Kapal-kapal pengangkut peti kemas berukuran besar lazimnya tidak singgah pada pelabuhan yang
tidak memiliki fasilitas-fasilitas khusus penanganan peti kemas sesuai dengan tingkat pelayanan,.
oleh karena itu untuk dapat disinggahi oleh kapal-kapal peti kemas, maka pelabuhan harus
melakukan investasi pengadaan terminal khusus peti kemas. namun investasi seperti ini tidak
layak apabila tidak ada jaminan tingkat penggunaan terminal yang memuaskan. Investasi ini baru
dapat dianggap layak bila troughput pada terminal tersebut mencapai sekitar 50.000 TEUs per
tahun. Apabila tingkat pemakaiannya lebih rendah daripada tersebut di atas pelabuhan sebaiknya
menyediakan fasilitas-fasilitas penanganan peti kemas yang terbatas hanya untuk dapat melayani
kapal-kapal pengupan pengangkut peti kemas ataupun membuat terminal transit multi guna.
Kapasitas yang tersedia untuk bongkar-muat peti kemas pada umumnya melebihi kapasitas
transfer, stacking, storage dan delivery pada terminal. Hal ini utamanya disebabkan oleh kesalahan
dalam memperkirakan jarak transfer yang harus ditempuh dan proporsi waktu yang terpakai
untuk perbaikan kerusakan peralatan. UNCTAD menyatakan bahwa bagi negara-negara sedang
berkembang trailer dan traktor cenderung merupakan sistim yang paling ekonomis untuk
melakukan transfer, sedang pemanfaatan straddle carrier hanyalah sebagai salah satu
kemungkinan untuk operasi stacking/ penumpukan. Atas dasar inilah maka system yang
distandarisasi untuk terminal peti kemas di pelabuhan tingkat pengumpul maupun pengumpan
regional dan local adalah system trailer dan fork lift.

4.1.3 Terminal Curah Cair

Sulit untuk membuat pedoman rancangan terminal muatan curah cair, karena peralatan yang
dibutuhkan dan jumlah dermaga yang dibutuhkan tidak secara langsung berhubungan dengan
total jumlah muatan. Jumlah tangki penyimpanan dan peralatan lain yang dibutuhkan lebih

4-12
tergantung pada grade dari komoditi sejenis yang akan datang ke terminal, daripada jumlahnya.
Umumnya, tingkat pembongkaran muatan cair lebih ditentukan oleh kapasitas pompa kapal itu
sendiri dari pada oleh peralatan penanganan di pelabuhan. Maka perencanaan instalasi untuk
muatan curah cair adalah tugas khusus yang biasanya dilaksanakan oleh perusahaan industri
dalam kerjasama yang erat dengan pengelola pelabuhan.

Perhatian utama bagi banyak terminal curah cair adalah masalah keselamatan. Banyak komoditas
yang mudah terbakar atau dengan kata lain berbahaya, atau mempunyai resiko polusi baik pada
saat pemuatan atau pembongkaran maupun dalam penyimpanan. Penempatan alat maupun layout
teknis secara mendetil ditentukan oleh masalah-masalah tersebut. Semua usulan harus diperiksa
dengan cermat dari sudut pandang keselamatan dan polusi.

Desain dan lokasi tiap terminal dibuat dengan lebih mempertimbangkan kepentingan manajemen
pelabuhan, daripada detil teknis. Desain teknis akan tergantung pada karakteristik kapal yang
akan menggunakan terminal itu. Hal-hal berikut harus diperiksa dengan teliti untuk memastikan
kesesuaian antara kapal dan terminal :

Jumlah, panjang dan garis tengah loading arms atau selang;


Tinggi maksimum manifold;
Spesifikasi manifold;
Jumlah, garis tengah dan tekanan maksimum dari saluran pipa-pipa di dermaga.

a. Minyak Mentah dan Produk-Produk Minyak

Pelabuhan besar untuk bongkar muat minyak mentah tersebut ditempatkan di lokasi yang sangat
terpisah dan terisolasi, biasanya jauh dari daerah pemukiman yang padat. Alur masuk ke
pelabuhan dengan air yang tenang dan cukup dalam adalah persyaratan yang paling penting.
Persyaratan draft sering menyebabkan terminal dibangun di tempat yang jauh dari pantai dengan
sistem tender yang kuat untuk menahan benturan dari tanker yang besar. Untuk impor produk
minyak atau sejumlah kecil minyak mentah untuk kilang minyak lokal, penempatan sektor minyak
di dalam pelabuhan komersial adalah penting. Metode pencegahan tumpahan minyak dari
penyemprotan juga merupakan pertimbangan yang penting bagi perencana.

Minyak mentah atau produk minyak berbahaya untuk ditangani dan sebab itu seluruh, dermaga
atau tambatan, yang terisolasi penuh dari dermaga dan fasilitas pelabuhan yang lain, selalu
disediakan untuk penanganan semacam minyak secara eksklusif. Semua jenis perlengkapan
didesain secara khusus untuk menangani minyak dan sesuai untuk pengoperasian dalam

4-13
lingkungan yang berbahaya. Untuk mencegah listrik statis, kabel listrik yang dihubungkan ke
tanah perlu dibangun di dalam dermaga atau pangkalan kapal.

b. Minyak Tumbuhan

Judul tersebut meliputi bermacam-macam minyak, sebagai contoh, minyak biji palm, minyak biji
kapas dan kelapa - tiap-tiap jenis mempunyai sifat dan gaya berat yang berbeda-beda. Beberapa di
antaranya bersifat padat pada suhu lingkungan dan memerlukan pemanasan.

Untuk pemuatan di kapal, selang karet khusus yang sesuai untuk penanganan minyak sayur lebih
disukai. Bagaimanapun juga, loading arms atau unloading arms dari baja dengan bahan pelapis
internal khusus mungkin digunakan. Tangki penyimpanan mungkin diletakkan di luar pelabuhan
jika perlu, karena pemompaan yang terbatas. Gantry pemuat yang tertutup dengan pipa yang
dapat ditarik masuk dengan poros-sendi, atau selang karet yang sesuai harus disediakan untuk
pemuatan tanker jalan atau rel. Meteran khusus juga disediakan di gantry untuk mengukur jumlah
yang diterima atau dikirim. Tanker jalan atau rel purpose-built, mungkin dengan peralatan
pemanas, diperlukan. Pompa off-loading mungkin perlu untuk disediakan jika kendaraan tidak
diperlengkapi dengan peralatan tersebut.

c. Gula Cair

Gula cair adalah sirup lengket, berwarna hitam kecoklat-coklatan yang dialirkan dari gula selama
pengkilangan. Pengawasan suhu adalah penting baik dalam penanganan maupun penyimpanan
selama di bawah 32 derajat celcius hasil pembekuan dan di atas 38 derajat celcius dalam sifat
karamel (yaitu menjadi lengket seperti toffee).

Gaya berat khusus cairan yang tinggi memerlukan tangki baja yang dilas dengan desain khusus
beratap tetap. Bisa juga dengan tangki tanpa pelapisan internal. Tipikal kapasitas tangki
penyimpanan adalah 14.000 ton. Keran hidrostatik harus disediakan untuk pengukuran isi tangki.
Mungkin juga penting untuk menyediakan jembataan timbang untuk mengukur kuantitas yang
dimuat ke mobil tangki atau kereta tangki.

d. Getah Karet

Getah karet cair adalah getah tumbuh-tumbuhan kental seperti susu yang menetes dari pohon
karet ketika disadap. Kira-kira 36-38 ton karet diperoleh dari 100 ton getah karet. Pipa saluran atau
tangki penyimpanan yang diperlukan untuk getah karet adalah sama seperti yang digunakan
untuk minyak tumbuhan, tetapi pada kasus getah karet biasanya direkomendasikan harus

4-14
menggunakan bola katup dari baja anti karat. Katup diafragma mungkin juga digunakan.
Kapasitas penyimpanan tangki bervariasi antara 200 ton dan 2.500 ton.

Standar fasilitas darat di terminal curah cair adalah sebagai berikut:

a. Dermaga

Dermaga yang biasa digunakan untuk terminal curah cair adalah dermaga jetty. Dermaga
Jetty adalah dermaga yang dibangun menjorok cukup jauh kea rah laut, dengan maksud agar
ujung dermaga berada pada kedalaman yang cukup untuk merapat kapal. Pada umumnya
jetty digunakan untuk merapat kapal tanker, kapal LNG, dan tongkang pengangkut batu bara.
Untuk menahan benturan kapal yang merapat dipasang dolphin penahan benturan (bresting
dolphin) di depan jetty. Dolphin-dolphin tersebut dihubungkan dengan catwalk (semacam
jembatan kecil), yang berfungsi sebagai jalan petugas yang akan mengikatkan tali kapal ke
dolphin. Dermaga seperti ini tidak memerlukan lebar yang terlalu besar. Muatan dibongkar
melalui pipa atau conveyor belt ke daratan.

Gambar 4. 7. Dermaga Jetty


Sumber: Triatmodjo, 2010:212

b. Rumah Pompa
Luasan rumah pompa mengacu pada RIP Parlimbungan Ketek adalah 100 m 2.
c. Tanki

4-15
Luasan tanki bergantung pada pemilihan volume dan diameter yang dipilih. Diameter tanki
di Pelabuhan Badas sekitar 17 m dengan ketinggian 9 meter.

4.1.4 Terminal Curah Kering

Muatan curah kering biasanya dibagi menjadi dua kelompok, muatan curah utama dan muatan
curah minor. Muatan curah utama terdiri dari satu kelompok yang terdiri dari lima komoditas
yang selalu diangkut dengan kapal-kapal non liner dalam bentuk full shiploads, yaitu bijih besi,
gandum, bau bara, bauksit, fosfat. Pada pekerjaan ini yang akan dibahas adalah muatan curah
utama. Kapal-kapal pengangkut bijih-bijih mineral hampir seluruhnya berukuran besar.

Kapal-kapal berukuran semacam itu mampu mengangkut muatan bijih-bijih mineral dalam jumlah
sangat besar, sehingga terminal perlu menyediakan fasilitas persediaan transit muatan yang luas.
Untuk menekan waktu tunggu kapal berbiaya mahal di pelabuhan, maka pihak perancang harus
memastikan tingkat penggunaan dermaga yang relatif rendah untuk dapat mencegah waktu
tunggu kapal terlalu lama di dermaga, serta mencegah tingkat pemuatan barang yang tinggi saat
kapal berada di dermaga. Suatu jaringan kerja antar organisasi pengangkutan yang
menghubungkan pihak penguasa lahan pelabuhan dengan para pengangkut barang dengan kapal
diperlukan, untuk memperolah kecepatan penanganan muatan sesuai dengan kebutuhan.
Mekanisasi penanganan muatan curah tidak mempertimbangkan besarnya tenaga pekerja
pelabuhan, karena adanya keseragaman dan kesederhanaan material yang ditangani di terminal
muatan curah kering. Hal-hal semacam ini sebaiknya keadaan penanganan muatan di terminal
muatan umum melakukan banyak pelayanan komersial.

Teknik penanganan muatan pada terminal adalah untuk memungkinkan kapal-kapal ditambatkan
sejauh 1 km atau lebih dari pelabuhan jika diperlukan dan bijih-bijih mineral tersebut dibawa ke
kapal-kapal itu dengan conveyor yang ditempatkan oleh organisasi pada suatu bangunan yang
mudah dicapai. Sebuah dermaga bijih-bijih mineral khusus terdiri dari paling sedikit 2 (dua)
dermaga dolphin, 2 mooring dolphin dan beberapa pelampung. Di lingkungan pantai dermaga
dolphin, ada peralatan pendukung pekerjaan pemuatan tersebut yang terdiri dari satu tempat
pemuatan dihubungkan ke darat oleh belt conveyor. Area penumpukan muatan pada terminal ini
memerlukan perlengkapan yang sesuai untuk melayani pembongkaran muatan tambang dari
kendaraan-kendaraan yang datang, untuk menumpuk muatan pada tempat penimbunan muatan
serta menimbun bijih-bijih mineral bagi pengiriman ke atas pemuat kapal dengan Belt-conveyor.
Selain itu, terminal juga perlu dilengkapi dengan fasilitas transportasi langsung dari tempat
pembongkaran muatan ke pemuat kapal.

4-16
Meskipun unsur dasar desain terminal ini kurang lebih akan tetap sama dengan terminal-terminal
lainnya, namun desain khusus terminal curah kering dapat berubah sesuai dengan keadaan
setempat, sifat-sifat alamiah material dan ruang gerak operasional terminal. Oleh karena itu, setiap
instalasi di terminal biasanya dirancang dan dibangun berdasarkan kondisi lingkungan tertentu

Lapangan yang disediakan untuk tempat penyimpanan tergantung kondisi alam atau biaya yang
tersedia. Stockpile ini harus direncanakan dengan matang sehingga jumlah material yang banyak
dapat ditampung dengan luas tanah yang seminimal mungkin. Cukup tidaknya material tersebut
ditampung bukan hanya karena faktor luas tanahnya dan jenis materialnya, tetapi juga karena
jangkauan dan ketinggian stacker dan reclaimer. Fungsi stockpile adalah untuk menyediakan fasilitas
transportasi setiap waktu dan pkerjaan dapat terus berjalan sehingga terhindar dari penundaan
karena alat yang satu tergantung pada alat lain yang rusak, misalnya.

Bentuk bulk storage yang paling umum adalah wind-row arrangement di mana material diatur dalam
tumpukan yang memanjang, lebarnya ditentukan oleh ketinggian dan sudut tumpukan material
tersebut. Pada tempat yang lebih kecil, mungkin tumpukan tersebut akan diatur secara memutar,
dengan stacking out dan reclaim dari stacker/ reclaimer yang berotasi di pusat. Area penyimpanan
bisa terbuka atau tertutup, sesuai dengan material dan cuaca.

Untuk material yang terpengaruh oleh cuaca, umumnya digunakan tempat yang tertutup dengan
portal-frame structure yang dapat melindungi seluruh material dari pengaruh cuaca. Arus masuk
material berasal dari belt conveyor yang tinggi dari puncak gedung dan reclaim dengan
menggunakan underground conveyor atau scraper/ reclaimer. Ketika material yang berdebu diperoses
tidak bisa dengan scraper/ reclaimer pada saat yang bersamaan dengan yakni sewaktu material
dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan. Sehingga alternatifnya adalah dengan mendirikan
gedung atau menggunakan underground reclaim system.

Jika tidak menggunakan kapal, maka bisa menggunakan alat angkut darat atau truk yang memakai
rel. Dalam hal ini, sangat tepat memakai bunker sebagai tempat penyimpanan atau truck silo yang
dihubungkan dengan tempat yang terbuka. Bunker itu berwujud elevated store yang dapat diisi
bersamaan dengan mengisi ke stockpile. Onward loading dikeluarkan dari pintu bawah yang
terbuka. Proses ini membutuhkan pengontrolan, termasuk mengawasi jalannya lalu lintas. Bunker
itu dibangun dengan bahan besi atau plat, dan diatur supaya material dapat masuk dari overhead
conveyor system.

Manakala bunker penyimpanan tidak ada isinya, material yang masuk harus diperhitungkan
jaraknya karena dapat menyebabkan segregasi dan degradasi. Untuk mencegah degradasi dapat

4-17
digunakan parasut yang khusus berbentuk spiral yang fungsinya menampung material yang jatuh
karena benturan. Segregasi terjadi karena partikel dalam material campuran jatuh. Partikel yang
baik cenderung masuk ke celah-celah, sedangkan partikel yang besar cenderung menggelinding ke
bawah dan terkumpul di dekat dinding. Untuk menghindari segregasi harus dilakukan perawatan
yang hati-hati agar material dapat diambil dari seluruh bunker. Ini dapt dilakukan dengan rencana
yang matang oleh seoang ahli.

Sebuah silo merupakan alat tunggal atau ganda untuk menyimpan berbagai macam material. Silos
biasanya digunakan untuk menyimpan padi dan makanan ternak agar tidak sampai terjadi
pembusukan dan kerusakan ketika dikapalkan. Konstruksi dapt diperkuat dengan bata atau besi
yang permukaannya harus dijaga dari terjadinya korosi. Pencegahan in sangat penting karena silo
bersentuhan dengan air laut yang mengandung garam yang dapat merusaknya. Namun demikian
sebenanya korosi dapat juga disebabkan oleh kualitas padi. Material yang disimpan di silo berasal
dari overhead system dan dibongkar dari pintu bawah.

Tote bin system saat ini telah dikembangkan untuk menangani bulk cargo yang sedikit jumlahnya,
khususnya ketika diperlukan kontainer yang dikapalkan. Bin itu merupakan kontainer kapal dan
unt penyimpanan yang berukuran sedang yang menjadi discharge hopper jika ditempatkan di alat
khusus. Sehingga material tersebut tetap berada dalam kontainer yang diangkut dengan alat
transportasi.

Bahan yang biasa digunakan untuk mebuat bin adalah aluminium yang ringan, tahan korosi dan
dapat di mudah dipotong. Kemudian juga perlu dipikirkan biaya perjalanan pulangnya yang
hanya membawa bin kosong yang menjadi dapat dikurangi. Cara lain adalah dengan membuang
kontainer yang murah.

Sebuh surge hopper selalu dibutuhkan sebagai tempat penyimpanan sementara selama masa
tertentu dalam perjalanan. Misalnya, selama loading, kapal pengangkut digerakkan dari hatch ke
hatch yang lain. Ketika kapal tersebut berjalan perlu dicegah agar jangan sampai materialnya
tumpah ke geladak kapal. Conveyor system dari stockpile terus digerakkan jika material yang
tumpah ke jetty conveyor dimasukkan ke dalam surge hopper.

Ketika kapal pengangkut sudah siap, maka kapal dan jetty conveyor siap dihidupkan untuk
mengambil material dari conveyor dan juga material yang sementara disimpan di surge hopper.
Ukuran kapal pengangkut dan jetty hopper disesuaikan dengan penambahan material.

4-18
Cara seperti ini dapat meningkatkan throughput, tetapi untuk throughput yang lebih kecil instalasi
surge hopper tidak berguna. Ukuran hopper tergantung pada arus material yang menggunakan
conveyor dan lamanya pengapalan dari jarak hatch yang paling jauh.

Orang yang merencanakan pelabuhan perlu mengetahui sejak awal implikasi umumnya bagi
wilayah daratan dan perairan dalam jangka panjang kaitannya dengan transportasi bulk cargo yang
kering. Juga selama persiapan pembuatan desain yang mendetail oleh bagian perencanaan,
diperlukan konsultan yang erat jalinan komunikasinya dengan perencana pelabuhan untuk
meyakinkan bahwa ukuran-ukuran desain utamanya sudah benar.

Dengan alasan seperti ini perencanaan pelabuhan seharusnya merinci semua perhitungan poin-
poin sebagai berikut:

a) Kapasitas efektif per jamnya dari setiap instalasi dan berbagai gabungan kapasitas dari
semua instalasi;
b) Jumlah pelabuhan dan jumlah ship-loader di setiap pelabuhan;
c) Kapasitas dan lokasi surge storage installations, penyimpanan dan stockpile;
d) Kapasitas armada transportasi untuk daerah pedalaman.

Dari sisi kepentingan pelabuhan, terminal bulk cargo kering yang kapasitasnya besar sebaiknya
memakai dua terminal atau lebih dengan kapasitas yang dapat disesuaikan dengan perkembangan
waktu. Ketika pertumbuhan ekspor tampaknya tidak menentu, sebaiknya mulai dengan fasilitas
yang tidak terlalu mahal. Namun demikian, kelonggaran-kelonggaran mestinya dibuat karena
adanya penambahan shiploader dan conveyor yang tinggi kapasitasnya serta perluasan areal
stockpile, jika perlu, pada tahap selanjutnya jangan sampai terjadi penghentian kegiatan. Dengan
perencanaan yang hati-hati, ekspansi seharusnya lebih ekonomis daripada konstruksi terminal ke
dua untuk jenis material yang sama.

Standar fasilitas darat untuk terminal curah kering adalah sebagai berikut:

a. Dermaga
Dermaga yang digunakan pada curah kering pada dasarnya sama dengan terminal curah cair,
yaitu menggunakan dermaga jetty.

b. Silo
Untuk mengetahui luasan silo yang diperlukan sebuah terminal curah kering, perlu diketahui
berat jenis dari barang yang akan dimuat di silo dan juga kapasitas yang direncanakan. Salah
satu produk silo memiliki pilihan dimensi sebagai berikut:

4-19
Gambar 4. 8 Standar Diameter Silo
Sumber: Zeppelin

c. Conveyor Belt
Data awal yang diperlukan untuk mendesain belt conveyor adalah material yang akan dibawa
dan kapasitas yang diinginkan. Kemudian berdasarkan Standard Conveyor Equipment
Manufacturers Association (CEMA) langkah-langkah untuk menentukan size belt conveyor
adalah sebagai berikut
Menentukan Surcharge Angle Material
Surcharge angle suatu material dapat dilihat pada tabel berikut.

4-20
Tabel 4. 4 Surcharge Angle

Sumber: CEMA Standard

Menentukan Density of Material


Density suatu Bulk Material pasti bervariasi tergantung tipe, kondisi, dan ukuran material.
Cara terbaik mendapatkan nilai acuan tersebut adalah dengan cara pengukuran langsung
sampling material yang akan digunakan. Namun apabila tidak memungkinkan
menggunakan sampel, maka dapat menggunakan referensi CEMA standard 550 yang
memuat hampir semua jenis bulk material yang ada.

4-21
Tabel 4. 5 Sampel Beberapa Bulk Material

Sumber: CEMA Standard

Dari tabel 4 dapat dilihat data lain seperti angle of repose dan maximum conveyor inclination
degree. Angle of repose adalah sudut antara titik puncak dan horizontal pada stockpile,
sebagai contoh untuk coal bituminous mined sebesar 380, data ini dapat digunakan untuk
menghitung volume stockpile. Sedangkan maximum conveyor inclination untuk batubara
menurut CEMA adalah 150 sehingga berdasarkan data tersebut berarti CEMA tidak
merekomendasikan conveyor batubara didesain melebihi inclinasi lebih dari 150.
Memilih Idler Shape
Secara umum idler shape pada belt conveyor ada beberapa tipe, troughing idler, flat idler,
vee idler, dan garlands.

Gambar 4. 9 Jenis Idler Shape Pada Belt Conveyor


Sumber: CEMA Standard

4-22
Dari keempat tipe idler diatas, troughing idler dapat mengalirkan tonase yang lebih
banyak daripada tipe yang lain sehingga paling banyak diaplikasikan. Dan troughing idler
sendiri memiliki beberapa variasi sudut diantaranya 20 0, 350, dan 450.
Menentukan Speed Belt Conveyor
Parameter belt conveyor yang sangat penting adalah lebar belt dan speednya. Penentuan
speed akan sangat terkait pada pemilihan lebar beltnya. Pada speed yang tinggi, untuk
mendapatkan kapasitas tertentu akan membutuhkan lebar belt yang lebih kecil
dibandingkan speed yang rendah. Semakin rendah speed maka belt yang dibutuhkan
semakin lebar, semakin lebar belt maka lebar idler dan struktur support pendukungnya
pun bertambah lebar sehingga nilai investasinya pun akan lebih besar. Oleh karena itu
penentuan speed perlu diperhatikan saat mendesain conveyor.

Tabel 4. 6 Rekomendasi Pemilihan Speed Yang Optimal Untuk Berbagai Penggunaan

Sumber: CEMA Standard

Konversi Kapasitas TPH ke ft3/hr


Formula yang digunakan untuk mengkonversi kapasitas TP ke ft 3/hr adalah sebagai
berikut

4-23

Dimana:
Q = Kapasitas yang diinginkan, dalam TPH
DF = design factor
= bulk density
Konversi ft3/hr ke Q100
Formula yang digunakan untuk mengkonversi ft3/hr ke Q100 adalah sebagai berikut
)

)
Penentuan Lebar Belt
Tabel berikut adalah variasi nilai cross section area dan Q100 untuk berbagai macam lebar
belt untuk troughing idler 200, 350, 450, dan flat.

Tabel 4. 7 Lebar Conveyor Belt Untuk Troughing Idler 450

Sumber: CEMA Standard

Tabel 4. 8 Lebar Conveyor Belt Untuk Troughing Idler 200

Sumber: CEMA Standard

4-24
Tabel 4. 9 Lebar Conveyor Belt Untuk Troughing Idler 350

Sumber: CEMA Standard

Di pasaran sendiri lebar belt conveyor umumnya diantaranya 500, 650, 800, 1000, 1200, 1400,
dan lain-lain.

d. Lapangan Penumpukan
Lapangan Penumpukan untuk curah kering dihitung dengan formula yang sama dengan
lapangan penumpukan general kargo, yaitu

A : Luas lapangan penumpukan (m2)


T : throughput per tahun (muatan yang lewat tiap tahun, ton)
TrT : transit time/dwelling time (waktu transit, hari)
Sf : storage factor (rata-rata volume untuk setiap satuan berat komoditi, m3/ton; misalkan
tiap 1 m3 muatan mempunyai berat 1,5 ton; berarti Sf=1/1,5=0,6667)
Sth : stacking height (tinggi tumpukan muatan, m)
BS : broken stowage of cargo (volume ruang yang hilang di antara tumpukan muatan dan
ruangan yang diperlukan untuk lalu lintas alat pengangkut seperti forklift atau
peralatan lain untuk menyortir, menumpuk, dan memindahkan muatan, %)

4.1.5 Terminal Penumpang

a. Dermaga
Dermaga penumpang ini mengacu pada SNI Fasilitas dan peralatan di pelabuhan untuk
pelayanan kapal pesiar tipe yacht, yang juga mengacu pada AS 3649-2001 Guidelines for design
of marinas. Panjang dermaga sama dengan panjang yacht terbesar yang akan dilayani.

4-25
Tabel 4. 10 Dimensi Minimum Dermaga Yacht
Lebar Fairway
Panjang Yacht Panjang Kedalaman Kolam
Tambatan Tambatan
Rencana Dermaga Dermaga
Tunggal Ganda
8 8 2,0 4,5 8,0
10 10 2,0 5,0 9,0
12 12 2,5 5,5 10,0
15 15 3,0 6,0 11,0
20 20 3,5 7,0 12,5
25 25 3,5 8,0 14,5
30 30 4,0 9,0 16,5
35 35 4,5 10,5 19,0
40 40 5,0 11,5 21,5
45 45 5,0 11,5 21,5
50 50 5,0 11,5 21,5
Sumber: SNI Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan Untuk Pelayanan Kapal Pesiar Tipe Yacht

Lebar dermaga harus dapat memastikan keselamatan orang yang naik atau turun dari yacht.
Lebar dermaga minimum ditetapkan 600 mm.

b. Bangunan Terminal Penumpang

Berdasarkan PM 37 tahun 2015, Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut di Terminal


wajib disediakan dan dilaksanakan oleh operator terminal penumpang, yang meliputi:

1) Pelayanan keselamatan, meliputi:


a) Informasi dan fasilitas keselamatan;
b) Informasi dan fasilitas kesehatan.
2) Pelayanan keamanan dan ketertiban, meliputi:
a) Fasilitas keamanan berupa ruang tunggu penumpang dan pengantar/ penjemput;
b) Naik turun penumpang dari dan ke kapal;
c) Pos dan petugas keamanan;
d) Informasi gangguan keamanan;
e) Peralatan dan pendukung keamanan.
3) Pelayanan kehandalan/ keteraturan, meliputi:
a) Kemudahaan untuk mendapatkan tiket;
b) Informasi mengenai jadwal keberakatan dan kedatangan kapal.

4-26
4) Pelayanan kenyamanan, meliputi:
a) Ruang tunggu;
b) Gate/ koridor boarding;
c) Toilet;
d) Tempat ibadah;
e) Lampu penerangan;
f) Fasilitas kebersihan;
g) Fasilitas pengatur suhu;
h) Ruang pelayanan kesehatan;
i) Area merokok.
5) Pelayanan kemudahan, meliputi:
a) Informasi pelayanan;
b) Informasi waktu kedatangan dan keberangatan kapal;
c) Informasi gangguan perjalanan kapal;
d) Informasi angkutan lanjutan;
e) Fasilitas layanan penumpang;
f) Fasilitas kemudahan naik/ turun penumpang;
g) Tempat parker;
h) Pelayanan bagasi penumpang.
6) Pelayanan kesetaraan, meliputi:
a) Fasilitas penyandang difable;
b) Ruang ibu menyusui.

4-27
Tabel 4. 11 Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut di Terminal

No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator Tolak Ukur Keterangan

1 Keselamatan
a. Informasi dan Informasi ketersediaan dan Ketersediaan Tersedia informasi dan fasilitas
fasilitas peralatan penyelamatan darurat keselamatan yang mudah terlihat
keselamatan dalam bahaya (kebakaran, dan terjangkau, antara lain:
kecelakaan atau bencana alam) a) Alat pemadam kebakaran;
b) Petunjukan jalur evakuasi;
c) Titik kumpul evakuasi;
d) Nomor telepon darurat.
b. Informasi dan Informasi ketersediaan dan Ketersediaan Tersedia informasi dan fasilitas
fasilitas fasilitas kesehatan untuk keselamatan yang mudah terlihat
kesehatan penanganan darurat. dan terjangkau, antara lain:
a) Perlengkapan P3K;
b) Kursi roda;
c) Tandu;
d) Petugas kesehatan.
2 Keamanan dan Ketertiban
a. Informasi dan Peralatan pencegah tindak Ketersediaan Fasilitas keamanan dan ketertiban
fasilitas criminal antara lain:

4-28
No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator Tolak Ukur Keterangan

ketertiban a) Tersedia CCTV;


b) Ruang tunggu penumpang dan
pengantar/ penjemput;
b. Naik turun Sarana penumpang untuk naik a) Ketersediaan a) Tersedianya jalur penumpang c)
penumpang dari turun dari dan ke kapal b) Kondisi dari dan ke kapal;
dan ke kapal b) Tangga untuk naik turun dari
dan ke kapal yang dilengkapi
dengan atap
c. Pos dan petugas Berfungsi menjaga ketertiban a) Ketersediaan Tersedia pos dan petugas
keamanan dan kelancaran sirkulasi b) Kondisi berseragam dan mudah terlihat.
pengguna jasa di terminal
penumpang.
d. Informasi Informasi yang disampaikan a) Ketersediaan Tersedia stiker yang mudah terlihat
gangguan pengguna jasa apabila b) Kondisi dan jelas terbaca.
keamanan mendapat gangguan keamanan
berupa stiker berisi nomor
telepon dan/ atau SMS
pengaduan ditempel pada
tempat yang strategis dan

4-29
No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator Tolak Ukur Keterangan

mudah dilihat.
e. Peralatan dan Berfungsi sebagai sarana a) Ketersediaan a) Tersedia metal detector;
pendukung pendukung keamanan untuk b) Intensitas b) Tersedia alat pemadam
keamanan memberikan rasa aman bagi cahaya kebakaran;
pengguna jasa c) Tersedianya lampu penerangan
200 s/d 300 lux.
3 Kehandalan/ Keteraturan
a. Kemudahan Penjualan tiket secara online a) Ketersediaan a) Tersedia mesin pencetak tiket;
untuk dan pencetakan tiket kapal b) Waktu b) Waktu pencetakan tiket
mendapatkan maksimum 5 menit per nama
tiket penumpang
b. Jadwal Informasi yang jelas mengenai a) Ketersediaan Tersedia informasi jadwal
keberangkatan keberangkatan dan kedatangan b) Kondisi keberangkatan dan kedatang kapal
dan kedatangan kapal dalam bentuk TV LCD atau papan
kapal pengumuman.
4 Kenyamanan
a. Ruang tunggu Ruangan tertutup dan/ atau a) Luas a) Untuk 1 (satu) orang minimum
terbuka sebagai tempat tunggu b) Kondisi 0,6 m2;
penumpang dan calon b) Area bersih 100% dan tidak

4-30
No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator Tolak Ukur Keterangan

penumpang sebelum berbau yang berasal dari dalam


melakukan check in area terminal penumpang.
b. Gate/ koridor Ruang atau tempat yang a) Luas a) Untuk 1 (satu) orang minimum
boarding disediakan untuk orang b) Kondisi 0,6 m2 dan dilengkapi tempat
melakukan verifikasi sesuai duduk;
dengan identitas diri b) Area bersih 100% dan tidak
berbau yang berasal dari dalam
area terminal penumpang.
c. Toilet Tersedianya toilet a) Jumlah a) Tersedianya 1 (satu) toilet untuk
b) Kondisi 50 penumpang dan jumlah toilet
wanita 2 (dua) kali toilet pria.
b) Area bersih 100% dan tidak
berbau yang berasal dari dalam
toilet.
d. Tempat ibadah Fasilitas untuk melakukan a) Ketersediaan a) Tersedia musholla;
ibadah b) Kondisi b) Area bersih 100% dan tidak
berbau yang berasal dari dalam
musholla.
e. Lampu Berfungsi sebagai sumber Intensitas cahaya 200 s/d 300 lux

4-31
No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator Tolak Ukur Keterangan

penerangan cahaya di pelabuhan untuk


memberikan rasa nyaman bagi
pengguna jasa
f. Fasilitas Fasilitas untuk sirkulasi udara Suhu Suhu dalam ruangan maksimal 27C
pengatur suhu dapat menggunakan AC (Air
Conditioner), kipas angina (fan)
dari/ atau ventilasi udara
g. Fasilitas Fasilitas kebersihan berupa Kondisi Area bersih 100% dan tidak berbau
kebersihan tempat sampah yang berasal dari dalam area
terminal penumpang.
h. Ruang Fasilitas untuk pelayanan a) Ketersediaan a) Tersedianya ruang untuk
pelayanan kesehatan b) Kondisi pelayanan
kesehatan b) Area bersih 100% dan memiliki
alat-alat untuk pelayanan
kesehatan.
i. Area merokok Fasilitas untuk tempat merokok Ketersediaan Tersedia ruangan khusus area
merokok bagi calon penumpang
yang merokok.
5 Kemudahan

4-32
No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator Tolak Ukur Keterangan

a. Informasi Informasi yang disampaikan di a) Kondisi a) Informasi dalam bentuk visual


pelayanan terminal kepada pengguna jasa, b) Intensitas diletakkan di tempat strategis
yang terbaca dan terdengar, suara yang mudah terlihat dan jelas
paling sedikit memuat: terbaca;
a) Layout terminal b) Informasi dalam bentuk audio
penumpang; harus jelas terdengar dengan
b) Nama dermaga dan intensitas suara 20 dB lebih besar
kapal; dari kebisingan yang ada.
c) Jadwal kedatangan dan
keberangkatan;
d) Jurusan/ rute;
e) Tarif;
f) Peta jaringan rute
pelayaran.
b. Informasi waktu informasi yang disampaikan di a) Kondisi a) Informasi dalam bentuk visual
kedatangan dan dalam terminal kepada b) Intensitas disampaikan melalui papan
keberangkatan pengguna jasa mengenai suara pengumuman atau display yang
kapal perkiraan waktu kedatangan mudah terlihat dan jelas
dan keberangkatan kapal. terbaca;

4-33
No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator Tolak Ukur Keterangan

b) Informasi dalam bentuk audio


harus jelas terdengar dengan
intensitas suara 20 dB lebih
besar dari kebisingan yang ada.
c. Informasi Pemberian informasi jika terjadi Waktu Informasi diumumkan maksimal 10
gangguan gangguan perjalanan menit setelah gangguan.
perjalanan kapal
d. Informasi Informasi yang disampaikan di a) Tempat Penempatan mudah terlihat dan jelas
angkutan dalam terminal kepada b) Kondisi terbaca.
lanjutan pengguna jasa mengenai
angkutan lanjutan, paling
sedikit memuat:
c) Jenis angkutan;
d) Jadwal kedatangan
dan keberangkatan;
e) Jurusan/ rute dan
koridor;
f) Tarif; dan
g) Lokasi dan petunjuk

4-34
No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator Tolak Ukur Keterangan

arah angkutan
lanjutan.
e. Fasilitas layanan Fasilitas yang disediakan untuk Jumlah Mempunyai tempat dan 1 (satu) meja
penumpang memberikan informasi kerja, dan 1 (satu) orang petugas
perjalanan kapal dan layanan yang memiliki kecakapan Bahasa
pengaduan Inggris.
f. Fasilitas Memberikan kemudahan Aksesibilitas Tersedia tangga embarkasi/
kemudahan penumpang untuk naik ke kapal debarkasi beratap
naik/ turun atau turun dari kapal.
penumpang
g. Tempat parker Tempat untuk parkir kendaraan a) Luas a) Luas tempat parkir disesuaikan Untuk akses dari dan
baik roda 4 (empat) dan roda 2 b) Sirkulasi dengan lahan yang tersedia; menuju terminal
(dua). b) Sirkulasi kendaraan masuk, penumpang
keluar dan parkir lancer. dilengkapi kanopi/
atap.
h. Pelayanan Memberikan kemudahan bagi a) Ketersediaan a) Tersedia trolley dan porter
bagasi penumpang untuk membawa b) Kondisi berseragam yang memiliki
penumpang barang bawaan. identitias dan mudah terlihat;
b) Kondisi baik dan berfungsi.

4-35
No. Jenis Pelayanan Uraian Indikator Tolak Ukur Keterangan

6 Kesetaraan
a. Fasilitas Fasilitas yang disediakan untuk Ketersediaan Tersedia tandu
penyandang penyandang difable
difable
b. Ruang ibu Ruangan/ tempat khusus Jumlah Tersedia ruang khusus beserta
menyusui disediakan bagi ibu menyusui fasilitas lengkap untuk ibu menyusui
dan bayi.
Sumber: No. PM 37 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut

4-36
Untuk spesifikasi material dan bahan adalah sebagai berikut

a) Lantai
Lantai tidak boleh licin, tahan terhadap goresan/ gesekan peralatan, dan tahan api
Lantai mudah dibersihkan dan tidak menyerap
Penutup lantai harus bahan anti statik, yaitu vinil
b) Dinding
Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan kimia, tidak berjamur, dan
anti bakteri
Warna dinding cerah tapi tidak menyilaukan mata
c) Langit-langit
Harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak
berjamur, serta anti bakteri
Warna cerah tetapi tidak menyilaukan mata
d) Kusen
Berbahan alumunium dan tahan korosi
e) Rangka atap dan atap
Tahan terhadap angin

Selain itu ada beberapa kriteria untuk ruangan-ruangan yang ada di dalam terminal penumpang
sebagai berikut

a) Area Ticketing dan Area Check-in

Area ticketing dan area check-in terletak di bagian depan, dekat area drop off. Tersedia
ruang untuk antrian serta informasi dalam bentuk TV LCD dan papan pengumuman,
mengenai jadwal keberangkatan dan kedatangan kapal, rute perjalanan, harga tiket, dan
informasi lainnya. Selain itu harus tersedia trolley dengan kondisi baik dan berfungsi.
Juga porter berseragam yang memiliki identitas dan mudah terlihat.

b) Area Layanan Informasi dan Pengaduan


Area layanan informasi dan pengaduan minimal terdapat 1 petugas dan 1 meja kerja.

c) Area Tunggu
Area tunggu merupakan tempat menunggu keberangkatan penumpang
Tersedia tempat duduk bagi seluruh penumpang dengan jumlah dan kondisi yang
baik

4-37
Tersedia tempat duduk khusus bagi penumpang penyandang cacat, lanjut usia dan
ibu hamil dengan jumlah dan kondisi yang baik

d) Toilet
Persyaratan umum toilet adalah
Tersedia 1 (satu) toilet untuk 50 penumpang wanita dan pria
Area bersih dan tidak bau
Tersedianya air bersih dan tempat penampungan air
Tersedianya gantungan baju
Pintu tertutup dengan baik dan dapat terkunci
WC tidak mampet
Kemudahan dalam perawatan, tersedianya ruang peralatan (janitor) untuk tempat
penyimpanannya

Persyaratan khusus toilet adalah

Area pintu masuk


Terdapat informasi lokasi toilet terdekat
Area cermin dan wastafel
Tinggi meja wastafel minimal 85-90 cm, lebar meja wastafel minimal 40-60 cm, serta
jarak antar wastafel minimal 80 cm. Sekeliling cermin harus dibuatkan bevel setebal
minimal 2 cm.
Area urinal
Harus disertai dengan satu buah urinoir setinggi lantai untuk mengantisipasi
pengguna anak kecil. Jarak antara urinoir minimal 75 cm. Pada bagian lantai urinoir
menggunakan grill. Dinding pada urinoir harus dibuat menonjol sebagai tas bawaan
dengan tebal minimal 30 cm dan tinggi minimal 120 cm.
Area bilik toilet
Jumlah bilik dengan kloset duduk lebih banyak dari kloset jongkok, ukuran
minimum bilik adalah lebar 90 cm dan panjang 150 cm, tinggi partisi minimal 200
cm, bilik tidak menyentuh lantai (10-15 cm dari lantai), terbuat dari bahan yang
kedap air dan kuat.
Area Janitor
Cukup untuk peralatan kebersihan seperti ember, sapu, alat pel, dan lainnya. Di
dalam area janitor disediakan kran air.

4-38
Kriteria desain toilet, diantaranya:
Efisiensi tempat dan mudah perawatan
Pencahayaan harus mengoptimalkan pencahayaan alami, satuan kekuatan
penerangan di dalam toilet minimal 300 lux dan menggunakan lampu hemat energi,
jumlah titik lampu disesuaikan dengan kebutuhan serta luas ruangan.
Layout toilet arah bukaan pintu bilik ke arah luar dan mengarah ke pintu masuk
sebagai antisipasi evakuasi kendaraan darurat.
Penghawaan, bukaan pada suatu ruangan minimal 40% dari luas toilet
Lantai toilet dibuat kemiringan 1-2% dan menggunakan lantai mengkilat dan bersih
Kemiringan dan lokasi floor drain perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan lantai
tergenang.

e) Toilet Difabel
Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan
rambu/simbol dengan sistem cetak timbul Penyandang Cacat pada bagian luarnya.
Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk
dan keluar pengguna kursi roda.
Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi
roda sekitar 45-50 cm.
Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat/handrail
yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan
penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku
mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda.
Letak kertas tissue, air, kran air atau pancuran/shower dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan-
keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.
Semua kran sebaiknya dengan menggunakan sistem pengungkit dipasang pada
wastafel, dll.
Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi roda.
Kunci-kunci toilet atau Grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar
jika terjadi kondisi darurat.

4-39
Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk,
dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound button) bila
sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.

f) Ruang pelayanan kesehatan


Ruang pelayanan kesehatan digunakan untuk melayani penumpang yang membutuhkan
pengobatan ketika berada di pelabuhan.
Area bersih dan tidak bau
Terdapat petugas kesehatan
Terdapat alat-alat seperti perlengkapan P3K, kursi roda, tempat tidur untuk istirahat
dan tandu.

g) Area merokok
Di dalam area merokok, harus terdapat:
Kursi
Meja
Asbak
Exhaust fan

h) Ruang menyusui
Kriteria ruang:
Tertutup dan tersendiri
Dapat dikunci
Luas memadai yang dapat menampung minimal 3 orang
Tidak bersebelahan dengan WC, gudang, atau tempat wudhu

Kelengkapan ruang:

Kursi atau sofa


Meja atau rak
Lemari tempat menyimpan peralatan memompa ASI dan tisu
Tersedia Baby Dressing Table

Fasilitas yang harus ada adalah:

Penerangan memadai

4-40
Outlet listrik
Dispenser air mineral, air panas, dan dingin
Tisu dan cairan antiseptic
Keranjang sampah

i) Musholla
Musholla digunakan untuk tempat sholat, diutamakan untuk penumpang yang sudah
membeli tiket, terletak di dalam terminal. Kriteria ruangan musholla adalah:
Area bersih dan tidak bau
Pencahayaan dan penghawaan cukup
Tersedianya air bersih untuk berwudhu serta kemudahan dalam mengambil air
wudhu
Jelas batas suci dan tidak suci serta arah kiblat
Tersedianya peralatan sholat, kemudahan dalam perawatan, serta tersedianya
peralatan untuk perawatan dan tempat penyimpanannya

c. Walkway dan Gangway


Walkway adalah jalan akses yang menghubungkan kawasan darat dan dermaga. Jika walkway
bercabang sebelum mencapai dermaga, dikenal istilah walkway primer yang berhubungan
langsung dengan kawasan darat dan walkway sekunder yang berhubungan langsung dengan
dermaga. Sedangkan gangway adalah jalan akses yang menghubungkan struktur tetap dan
struktur terapung.

Lebar walkway harus memnuhi ketentuan pada tabel berikut. Jika walkway berupa struktur
terapung sehingga terhubung dengan daratan melalui gangway lebar walkway tidak boleh
kurang dari lebar gangway yang terhubung dengannya.

Tabel 4. 12 Panjang dan Lebar Walkway


Lebar Walkway (M) Panjang Walkway (M)
1,5 < 100
1,8 100 P <200
2,4 200

Untuk lebar gangway disesuaikan dengan tabel berikut

4-41
Tabel 4. 13 Lebar Gangway
Jumlah Dermaga Lebar (m)
1-2 0,7
3-10 0,9
11-60 1,2
61-120 1,5
>120 1,8
Sumber: AS 3649-2001 Guidelines For Design Of Marinas

Kemiringan maksimum gangway harus sesuai dengan tabel berikut

Tabel 4. 14 Kemiringan Gangway


Peruntukan Kemiringan Maksimum
Umum 1:3,5
Penyandang Cacat 1:8
Sumber: AS 3649-2001 Guidelines For Design Of Marinas

4.1.6 Penampungan dan Pengolahan Limbah

Kriteria pengadaan fasilitas pengelolaan limbah di pelabuhan adalah sebagai berikut


a. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga dimana minyak mentah dimuat ke dalam tanker
minyak yang mana tanker tersebut mempunyai prioritas untuk segera melakukan ballast
tidak lebih dari 72 jam atau lego jangkar pada perairan pelabuhan (DLKR dan atau DLKP)
atau yang menempuh perjalanan minimal 1200 mil laut.
b. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga di mana minyak selain minyak mentah curah
dimuat pada tingkat rata-rata lebih dari 1000 metrik ton perhari.
c. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga yang mempunyai halaman untuk perbaikan
kapal atau fasilitas tank cleaning dan atau jenis pengusahaan tank cleaning.
d. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga yang menangani kapal-kapal harus di lengkapi
pula dengan tangki sludge sebagaimana dalam peraturan 17 Annex I MARPOL 73/78.
e. Semua pelabuhan yang berhubungan dengan air kotor berminyak dan jenis-jenis residu
lainnya, yang tidak dapat dibuang sesuai ketentuan peraturan 9 Annex I MARPOL 73/78
dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
f. Semua pelabuhan untuk pemuatan kargo curah dan yang berhubungan dengan residu
minyak yang tidak dapat dibuang sesuai dengan ketentuan peraturan 9 Annex I MARPOL
73/78 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4-42
g. Pelabuhan, terminal dan dermaga perbaikan kapal yang melakukan kegiatan perbaikan
dan pembersihan tangki kapal tanker pengangkut bahan kimia.

Sedangkan persyaratan lokasi fasilitas penampungan dan pengelolaan limbah adalah:

a. Memiliki area yang cukup (sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar ) untuk kemudahan


penanganan dan perlindungan dari situasi darurat.
b. Area secara geologis dan geografis merupakan daerah bebas banjir, longsor dan genangan
serta mempunyai sistem drainase yang baik.
c. Lokasi berada di luar area kepabeanan pelabuhan.
d. Memiliki akses yang baik, baik dari laut (bila berlokasi di pelabuhan itu sendiri) maupun
dari darat, yang memungkinan untuk operasi maneuver kapal secara aman dan mencegah
penundaaan yang tidak diinginkan.
e. Memiliki akses yang mudah terhadap berbagai keperluan yang dibutuhkan seperti listrik,
uap dan lain sebagainya.
f. Memiliki jarak yang cukup aman (minimum 50 meter) dari lokasi pemukiman, lingkungan
yang sensitive serta lingkungan untuk kepentingan tertentu guna meminimalisasi dampak
lingkungan dan kesehatan.

4.1.7 Bunker

Fasilitas Penyimpanan Bahan Bakar, direncanakan dalam 2 bentuk alternatif. Bisa berupa tangki
di atas permukaan tanah, maupun tangki di tanam (bungker tanam). Sistem distribusinya bisa
menggunakan mobil tangki maupun dengan drum yang diangkut truk.

Tanki minyak/solar yang tersedia di pasaran memiliki ukuran sebagai berikut:

Tabel 4. 15 Dimensi Tanki Solar


Volume (L) Dimensi P x L (m)
10.000 1,9 x 3,6
8.000 1,8 x 3,05
6.000 1,6 x 3,05
5.000 1,4 x 3,05
Sumber: http://pressuretankdantangkisolar.web.indotrading.com/product

4-43
4.1.8 Pemadam Kebakaran

Berdasarkan Pedoman Pembangunan Pelabuhan UNCTAD, sistem elaborasi dari peralatan


pemadam kebakaran diperlukan pada tiap titik yang berbahaya. Persyaratan pertama untuk
tujuan itu dalah penyediaan cairan pemadam kebakaran yang cukup: air untuk api yang bukan
dari minyak dan busa untuk api dari minyak. Jenis utama peralatan yang diperlukan adalah
pompa tekanan tinggi, pipa saluran, hidran, tangki penyimpanan busa dan pipa saluran
pendistribusi, menara pengawas dan peralatan mobil yang sesuai. Air untuk memadamkan api
harus tersedia juga. Persediaan perlu dibuat untuk penyimpanan jumlah air yang cukup jika
suplai air tidak mencukupi. Air laut dapat digunakan untuk tujuan pemadaman kebakaran
dengan peralatan yang sesuai yang didesain untuk penanganan air asin.
Penggunaan air tawar, meskipun lebih sedikit menimbulkan kerusakan pada barang mungkin
mahal harganya, dan air laut dapat digunakan. Saluransaluran khusus untuk air laut dapat
disiapkan dan dibiarkan kosong saja, hanya diisi bila keadaan darurat dengan menggunakan
instalasi pompa yang tetap bergerak. Untuk suatu sistem yang lebih efektif mungkin disediakan
saluransaluran yang bertekanan dan pompa pompa otomatis. Sistem pemadam kebakaran
yang berpangkalan di darat ini menambah persediaan peralatan pemadam kebakaran yang
biasanya terdapat pada kapal tunda.
Bangunan pemadam kebakaran terdiri atas 2 (dua) bangunan utama yaitu bangunan garasi mobil
pemadam kebakaran dengan kapasitas 2 (dua) mobil, bangunan lainnya berupa kantor dan
pos/mess petugas pemadam kebakaran yang harus bertugas 1 x 24 jam.

Berdasarkan analisis konsultan terhadap standar unit pemadam kebakaran dapat disimpulkan
bahwa:

1. Setiap pelabuhan wajib memiliki unit pemadam kebakaran.


2. Unit pemadam kebakaran harus ditempatkan pada lokasi yang strategis untuk mencapai
daerah dermaga, dengan jumlah hambatan dan/atau tikungan sesedikit mungkin serta
pandangan ke arah dermaga harus bebas hambatan.
3. Penempatan unit pemadam kebakaran harus memperhitungkan pencapaian waktu
bereaksi (response time), dan apabila waktu bereaksi (response time) tidak dapat dicapai
maka harus disediakan sub fire station.
4. Setiap unit pemadam kebakaran harus dilengkapi dengan fasilitas yang diperlukan
kendaraan operasi, personil dan keperluan operasional lainnya untuk memastikan
efektifitas kemampuan dan tindakan segera pada keadaan darurat.

4-44
5. Unit pemadam kebakaran harus dapat digunakan sebagai pusat kegiatan dukungan
operasi seperti latihan personil, pusat perawatan kendaraan/peralatan operasi serta
dukungan administrasi.
6. Unit pemadam kebakaran harus tersedia fasilitas penggantian dan pengisian kembali
pasokan air untuk kendaraan sesuai dengan kapasitas.
7. Cadangan peralatan penunjang operasi minimum yang harus tersedia di fire station
antara lain :
Breathing Apparatus
Baju Tahan Api
Baju Tahan Panas
Selang Pemadam _ .
Resucitator
Megaphone
H.T
Tandu
Helmet
Selimut tahan api (fire blanket)
Kopel Rim
Exhaust Fan
Nozzle Foam
Kantong mayat
DP portable (ukuran 6 Kg)

8. Bangunan unit pemadam kebakaran minimal harus menyediakan ruangan antara lain
watch room (ruang pemantau), chiefs office (ruangan komandan), electrical room (ruang
elektronik), building services, workshop (bengkel), building storage (gedung penyimpanan),
kitchen alcove (ruang kecil di dapur), lecture/recreation (tempat belajar dan rekreasi),
dormitory (asrama), bunker racks, toilet (kamar kecil/WC), shower (pancuran), cleaner room
(kamar bersih), locker area (tempat penyimpanan), extinguishing agents storage (tempat
penyimpanan alat pemadam) dan vehicle storage (tempat penyimpanan kendaraan).
9. Bangunan unit pemadam kebakaran juga harus menyediakan antara lain bak air, mockup,
smoke house dan hydrant pilar.
10. Fasilitas yang diperlukan kendaraan operasi unit pemadam kebakaran yaitu tempat
parkir yang harus memenuhi syarat-syarat: a. Dibuat sistem parkir seri dengan ruang

4-45
bebas minimum 1,2 meter di sekeliling setiap kendaraan. b. Konstruksi lantai harus
memperhitungkan kekuatan berat kendaraan unit pemadam kebakaran terbesar sesuai
rencana pengembangan pelabuhan c. Permukaan lantai harus tahan terhadap oli, gemuk,
foam kosentrat dan mudah dibersihkan serta permukaan tidak licin. d. Lantai harus landai
mengarah ke luar maksimal 3.
11. Kebutuhan fasilitas personil yang harus tersedia pada fire station antara lain ruang loker,
ruang istirahat, dapur dan kelengkapannya, kamar mandi, toilet, ruang ibadah serta
ruang khusus briefing dan kelengkapannya.
12. Keperluan operasional lainnya, antara lain : a. Hidran; b. Tempat penampungan air; c.
Gudang penyimpanan peralatan, bahan pemadam dan bahan bakar. d. Gudang harus
mempunyai ventilasi yang cukup.

4.1.9 Gudang B3

Berdasarkan IND-PUU-7-1995-Kepka No. 01 Tahun 1995 (Lampiran), lokasi bangunan tempat


penyimpanan kemasan drum/tong, bangunan tempat penyimpanan bak kontainer dan
bangunan tempat penyimpanan tangki harus: a. Merupakan daerah bebas banjir, atau daerah
yang diupayakan melalui pengurugan sehingga aman dari kemungkinan terkena banjir; b. Jarak
minimum antara lokasi dengan fasilitas umum adalah 50 meter.

Persyaratan bangunan penyimpanan kemasan limbah B3

1. Bangunan tempat penyimpan kemasan limbah B3 harus:


a) memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan
jenis, karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan/akan disimpan;
b) terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak
langsung;
c) dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai (gambar)
untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan, serta
memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau
binatang kecil lainnya ke dalam ruang penyimpanan;

4-46
Gambar 4. 10. Sirkulasi Udara dalam Ruang Penyimpanan Limbah B3
Sumber: IND-PUU-7-1995-Kepka No. 01 Tahun 1995 (Lampiran)

d) memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk


operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka
lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan denqan
sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan;
e) dilengkapi dengan sistem penangkal petir;
f) pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol) sesuai dengan
tata cara yang berlaku.

2. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak
retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak penampungan dengan
kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur
sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi bangunan
penyimpanan.

4-47
Gambar 4. 11. Tata Ruang Gudang Penyimpanan Limbah B3
Sumber: IND-PUU-7-1995-Kepka No. 01 Tahun 1995 (Lampiran)

3. Tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 (satu) karakteristik
limbah B3, maka ruang penyimpanan:
a) harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan ketentuan
bahwa setiap bagian penyimpanan hanya diperuntukkan menyimpan satu
karakteristik limbah B3, atau limbah-limbah B3 yang saling cocok (gambar).
b) antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus dibuat tanggul atau
tembok pemisah untuk menghindarkan tercampurnya atau masuknya tumpahan
limbah B3 ke bagian penyimpanan lainnya.
c) setiap bagian penyimpanan masing-masing harus mempunyai bak penampung
tumpahan limbah dengan kapasitas yang memadai.
d) sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat sebanding dengan kapasitas
maksimum limbah B3 yang tersimpan sehingga cairan yang masuk ke dalamnya
dapat mengalir dengan lancar ke tempat penampungan yang telah disediakan.

4. Sarana lain yang harus tersedia adalah:


a) Peralatan dan sistem pemadam kebakaran;
b) Pagar pengaman;
c) Pembangkit listrik cadangan;

4-48
d) Fasilitas pertolongan pertama;
e) Peralatan komunikasi;
f) Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;
g) Pintu darurat;
h) Alarm.

Persyaratan Khusus Bangunan Penyimpanan Limbah B3

1. Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar


a) Jika bangunan berdampingan dengan gudang lain maka harus dibuat tembok
pemisah tahan api, berupa:
tembok beton bertulang, tebal minimum 15 cm; atau
tembok bata merah, tebal minimum 23 cm; atau
blok-blok (tidak berongga) tak bertulang, tebal minimum 30 cm.
b) Pintu darurat dibuat tidak pada tembok tahan api pada butir a.
c) Jika bangunan dibuat terpisah dengan bangunan lain, maka jarak minimum
dengan bangunan lain adalah 20 meter.
d) Untuk kestabilan struktur pada tembok penahan api dianjurkan agar digunakan
tiang-tiang beton bertulang yang tidak ditembusi oleh kabel listrik.
e) Struktur pendukung atap terdiri dari bahan yang tidak mudah menyala.
Konstruksi atap dibuat ringan, dan mudah hancur bila ada kebakaran, sehingga
asap dan panas akan mudah keluar.
f) Penerangan, jika menggunakan lampu, harus menggunakan instalasi yang tidak
menyebabkan ledakan/percikan listrik (explotion proof).
g) Faktor-faktor lain yang harus dipenuhi: 1. sistem pendeteksi dan pemadam
kebakaran; 2. persediaan air untuk pemadam api; 3. hidran pemadam api dan
perlindungan terhadap hidran.
2. Rancang bangun untuk penyimpanan limbah B3 mudah meledak
a) Konstruksi bangunan baik lantai, dinding maupun atap harus dibuat tahan
ledakan dan kedap air. Konstruksi lantai dan dinding dibuat lebih kuat dari
konstruksi atap, sehingga bila terjadi ledakan yang sangat kuat akan mengarah
ke atas (tidak ke samping).
b) Suhu dalam ruangan harus dapat dikendalikan tetap dalam kondisi normal.
Desain bangunan sedemikian rupa sehingga cahaya matahari tidak langsung
masuk ke ruang gudang.

4-49
3. Rancang bangun khusus untuk penyimpan limbah B3 reaktif, korosif dan beracun
a) Konstruksi dinding harus dibuat mudah dilepas, guna memudahkan
pengamanan limbah B3 dalam keadaan darurat.
b) Konstruksi atap, dinding dan lantai harus tahan terhadap korosi dan api.
4. Persyaratan bangunan untuk penempatan tangki
a) Tangki penyimpanan limbah B3 harus terletak di luar bangunan tempat
penyimpanan limbah B3;
b) Bangunan penyimpanan tangki merupakan konstruksi tanpa dinding yang
memiliki atap pelindung dan memiliki lantai yang kedap air;
c) Tangki dan daerah tanggul serta bak penampungannya harus terlindung dari
penyinaran matahari secara langsung serta terhindar dari masuknya air hujan,
baik secara langsung maupun tidak langsung.

4.1.10 Pemeliharaan SBNP

Berdasarkan PM No. 25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, jenis sarana bantu
navigasi pelayaran terdiri dari :

a. Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran visual;


Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran visual dapat ditempatkan di darat atau di perairan
berupa:
menara suar;
rambu suar;
pelampung suar;
tanda siang.
b. Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran Elektronik;
Global Positioning System (GPS) pada Stasiun Radio Pantai, Vessel Traffic Services, dan
Local Port Services
Differential Global Position System (DGPS);
Radar Beacon;
Radio beacon yang diperuntukan di bidang navigasi pelayaran;
Radar Surveylance;
Medium Wave Radio Beacon;
Sistem Identifikasi Otomatis (Automatic Identification System/AIS) Sarana Bantu
Navigasi-Pelayaran; dan

4-50
Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran elektronik lainnya sesuai dengan perkembangan
teknologi.
c. Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran Audible
Sarana bantu navigasi-pelayaran ditempatkan pada sarana bantu navigasi pelayaran visual
di daerah berkabut atau pandangan terbatas. Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran audible
menyampaikan informasi dengan memperdengarkan bunyi-bunyian antara lain:
peluit;
gong;
lonceng; atau
sirene.

Kegiatan pemeliharaan SBNP dilakukan dengan perawatan dan perbaikan. Kegiatan


pemeliharaan meliputi :

a. pengecatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;


b. membersihkan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;
c. menyesuaikan irama lampu;
d. pengecekan dan penggantian catu daya; dan
e. pengecekan posisi Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran.

Perbaikan SBNP meliputi :

a. penggantian bola lampu dan flasher ;


b. penggantian struktur menara;
c. pengantian fender pelampung suar;
d. penggatian sistem penjangkaran pelampung suar; dan
e. penggantian tanda puncak.

Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan dengan :

a. kegiatan pemeliharaan secara berkala yang dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali;
b. kegiatan pemeliharaan rutin setiap 3 (tiga) bulan sekali meliputi perawatan;
c. kegiatan pemeliharaan khusus pelampung suar dilakukan setiap 1 (satu) tahun meliputi
badan pelampung dan penjangkaran;
d. kegiatan pemeliharaan sewaktu-waktu dapat dilakukan dalam hal terjadi kerusakan
akibat ditabrak kapal, pencurian atau peristiwa alam.

Pemeliharaan SBNP mulai dari trafic, identifikasi kerusakan, rahabilitasi serta melakukan klaim.

4-51
4.1.11 Lapangan Parkir

Untuk menghitung luas lapangan parkir, perlu diketahui Satuan Ruang Parkir terlebih dahulu.
Berdasarkan buku Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir oleh Dirjen
Perhubungan Darat, satuan ruang parkir berdasarkan jenis kendaraan adalah sebagai berikut

Tabel 4. 16 Satuan Ruang Parkir Setiap Jenis Kendaraan


No. Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir (m2)
1 a. Mobil penumpang untuk golongan I 2,30 x 5,00
b. Mobil penumpang untuk golongan II 2,50 x 5,00
c. Mobil penumpang untuk golongan III 3,00 x 5,00
2 Bus/truk 3,40 x 12,50
3 Sepeda motor 0,75 x 2,00
Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, 1998

Tabel 4. 17 Klasifikasi Golongan Mobil


Pengguna dan/atau Peruntukan
Jenis Bukaan Pintu Golongan
Fasilitas Parkir
Pintu depan/ belakang terbuka - Karyawan/pekerja kantor I
tahap awal 55 cm - Tamu/pengunjung pusat kegiatan
perkantoran, perdagangan,
pemerintahan, universitas
Pintu depan/ belakang terbuka - Pengunjung tempat olahraga, II
penuh 75 cm pusat hiburan/ rekreasi, hotel,
pusat perdagangan
eceran/swalayan, rumah sakit,
bioskop
Pintu depan terbuka penuh dan - Orang cacat III
ditambah untuk pergerakan kursi
roda
Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, 1998

4.2 Fasilitas Umum

4.2.1 Fasilitas Kesehatan

Ruang pelayanan kesehatan digunakan untuk melayani penumpang yang membutuhkan


pengobatan ketika berada di pelabuhan.

4-52
Area bersih dan tidak bau;
Terdapat petugas kesehatan;
Terdapat alat-alat seperti perlengkapan P3K, kursi roda, tempat tidur untuk istirahat,
dan tandu

Pengadaan luas tanah, bangunan dan perlengkapan termasuk listrik dan air harus dapat
mendukung tugas dan fungsi dari KKP. Untuk itu sebagai dasar perencanaan kebutuhan
mengacu pada tugas dan fungsinya.

Penataan bangunan KKP diharapkan memiliki komposisi ruangan, luas ruangan yang memadai
untuk mendukung optimalisasi kinerjanya terkait dengan fungsi institusi tersebut.

Penataan sarana dan prasarana sebagaimana yang dimaksud bertujuan untuk membantu
mewujudkan :

Keamanan, kesehatan dan kenyamanan serta keselamatan


Cahaya dan ventilasi yang sehat baik siang maupun malam
Penataan yang bernilai estetika
Kemungkinan perkembangan bagian kantor untuk perubahan sesuai dengan
perkembangan volume beban kerja dan struktur organisasi.

Pada ruangan yang memiliki fungsi khusus seperti ruang instalasi laboratorium, ruang isolasi
dan atau instalasi lainnya memerlukan beberapa persyaratan khusus yang harus diperhatikan
untuk menjaga kemungkinan kecelakaan dan sebagai upaya perlindungan kerja bagi petugas
seperti penerangan yang khusus, perlengkapan deteksi kebakaran, perlengkapan perlindungan
kerja serta standar lainnya seperti suhu, kelembaban, tekanan udara, kebisingan dan tekanan
udara menurut fungsi ruang atau unit.

Untuk ruangan yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar dalam ruangan harus
cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku) Standardisasi sarana dan prasarana di
lingkungan KKP yang dimaksud mencakup standardisasi luas tanah dan bangunan,
standardisasi perlengkapan ruangan dan standardisasi peralatan.

Luas tanah dan bangunan yang standarkan di lingkungan KKP meliputi:

Ruangan kantor
Laboratorium dan lnstalasi lainnya
Ruang pelayanan kesehatan
Ruang lsolasi dan Asrama Karantina

4-53
Ruangan kantor yang distandarkan sebagaimana dimaksud diatur bagi seluruh pejabat dan
pegawai yang bertugas di lingkungan KKP. Ruangan kantor yang distandarkan, meliputi:
Ruangan kerja;
Ruang tamu
Ruang rapat
Ruang staf
Ruang server dan simkeipel
Ruang jabatan fungsional
Toilet
Lain-lain sesuai kebutuhan

Ruang laboratorium dan lnstalasi yang distandarkan, meliputi:


Laboratorium kimia darah
Laboratorium vektor dan sanitasi
Laboratorium dan instalasi lainnya sesuai kebutuhan

Ruang pelayanan kesehatan yang distandarkan meliputi:


Poliklinik Umum dan vaksinasi internasional
Poliklinik Kesehatan Kerja
Ruang Obat
Pelayanan umum dan dokumen kesehatan terpadu
Lain-lain sesuai kebutuhan

Kantor Kesehatan Pelabuhan berdasarkan Kepmen Kemenkes no. 13141MENKESISWIX/2010,


terbagi menjadi

a. KKP Kelas I
Luas keseluruhan tanah dan bangunan pada KKP Kelas 1 yang idealnya sebesar 1.000 m2
dan asrama karantina 200 m2.

b. KKP Kelas II
Luas keseluruhan tanah dan bangunan pada KKP Kelas II yang idealnya sebesar 600 m2 dan
asrama karantina 100 m2.

c. KKP Kelas Ill


Luas ruangan pada KKP Kelas Ill yang idealnya sebesar 500 m2 dan asrama karantina 100 m 2.

4-54
Standar asrama karantina :

Terdapat minimal lima kamar yang dilengkapi dengan tempat tidur


Ada kamar mandi dan perlengkapan lainnya
Ada ruangan perawat dan dokter yang terpisah dengan calon penumpang, ABK /Crew
yang dikarantina
Setiap pelabuhan dan bandara wajib memiliki asrama karantina

Untuk Pelabuhan Pengumpul, Pengumpan Regional, dan Pengumpan Lokal, hierarki KKP yang
digunakan adalah KKP Kelas II dan KKP Kelas III.

4.2.2 Tempat Ibadah (Mushola)

Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat dengan memperhatikan
struktur penduduk menurut agama yang dianut, dan tata cara atau pola masyarakat setempat
dalam menjalankan ibadah agamanya.

Adapun jenis sarana ibadah untuk agama Islam, direncanakan sebagai berikut;

a) kelompok penduduk 250 jiwa, diperlukan musholla/langgar;


b) kelompok penduduk 2.500 jiwa, disediakan masjid;

Untuk sarana ibadah agama Islam dan Kristen Protestan dan Katolik, kebutuhan ruang dihitung
dengan dasar perencanaan 1,2 m2/jemaah, termasuk ruang ibadah, ruang pelayanan dan
sirkulasi pergerakan.

Untuk sarana ibadah agama Islam, luas lahan minimal direncanakan sebagai berikut:

a) musholla/langgar dengan luas lahan minimal 45 m2;


b) mesjid dengan luas lahan minimal 300 m2;

Jumlah Kebutuhan Per Satuan


Jenis Penduduk Sarana Standard Radius
No.
Sarana Pendukung Luas Lantai Luas Lahan (m2/Jiwa) Pencapaian
(Jiwa) Min. (m2) Min. (m2)
100 bila
1. Musholla/
250 45 bangunan 0,36 100 m
Langgar
tersendiri
2. Mesjid
2.500 300 600 0,24 1.000 m
Warga

Acuan diambil dari Kota SNI 03-1733-1989, tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan
Kota.

4-55
Catatan: Berdasarkan analisis konsultan, standard dalam tabel tersebut sudah termasuk koefisien
jemaah mushola/masjid terhadap jumlah penduduk.

Standar kriteria mushola adalah sebagai berikut:

Area bersih dan tidak bau


Pencahayaan dan penghawaan cukup
Tersedia air bersih untuk berwudhu
Kemudahan dalam mengambil air wudhu
Jelas batas suci dan tidak suci
Jelas arah kiblat
Tersedia peralatan sholat dan kemudahan perawatan

Untuk agama lain, kebutuhan ruang dan lahan disesuaikan dengan kebiasaan penganut agama
setempat dalam melakukan ibadah agamanya.

4.3 Fasilitas Penunjang

4.3.1 Kantor

Menurut PM PU No 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan


Gedung Negara, luas ruang bangunan gedung kantor dihitung berdasarkan ketentuan sebagai
berikut:
a. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi sederhana rata-
rata sebesar 9,6 m2 per-personil
b. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi tidak sederhana
rata-rata sebesar 10 m2 per-personil
c. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-ruang khusus atau ruang
pelayanan masyarakat,

Kebutuhan total luas gedung kantor dihitung berdasarkan jumlah personil yang akan ditampung
dikalikan standar luas sesuai dengan klasifikasi bangunannya. Kebutuhan tersebut diambil
berdasarkan data.

4-56
4.3.2 Pos Jaga

Sebuah pos harus bisa melihat ke berbagai sisi. Sebaiknya pos jaga dilengkapi toilet. Ukuran pos
jaga minimal 2,7 m x 3,6 m. Standar ini adalah hasil pengamatan konsultan berdasarkan kegiatan
yang diakomodasi oleh pos jaga. Contoh denah pos jaga adalah sebagai berikut:

Gambar 4. 12. Gambar Contoh Denah Pos Jaga

4.3.3 Jalan

Jalan akses ke pelabuhan akan mengacu kepada pola jaringan jalan dan pola sirkulasi kendaraan
sesuai dengan yang direncanakan, dalam hal:

Arus lalu lintas


Ketinggian level muka jalan
Lebar jalan

Perencanaan jalan ini memperhatikan:


Alignment sesuai pemakaian
Keamanan dan kelancaran
Beban kendaraan
Awet dan mudah dalam pemeliharaan
Dilengkapi dengan drainase yang baik

4-57
Berdasarkan perencanaan geometrik jalan, jalan yang akan dan sudah dibangun pada komplek
kawasan pendaratan ikan diklasifikasikan sebagai jalan lingkungan industri dengan mengikuti
ketentuan sebagai berikut:

Kemiringan melintang maksimum 2%


Kecepatan rencana kendaraan maksimum 40 km/jam
Kelandaian vertical maksimum 60%

Berdasarkan fungsinya jalan masuk dan di dalam kawasan pelabuhan direncanakan ada 3 type
yaitu:

Type I : Jalan utama dengan lebar badan jalan 12. Jalan ini direncanakan dapat dilewati
kendaraan truk T=10 ton dua arah
Type II : Jalan utama dengan lebar badan jalan 8 meter. Jalan ini direncanakan dapat dilewati
kendaraan truk 5-10 T=10 ton dua arah
Type III : Jalan pelayanan dengan lebar badan jalan 4-6 m. Jalan ini direncanakan dapat
dilewati kendaraan truk 10 ton satu arah
Perkerasan yang direncanakan:
Type I :
Lapisan Penutup = 0,30 m (untuk beton)
Lapisan Penutup = 0,70 m (untuk Hotmix)
Base = 0,20 m
Sub Base = 0,25 m
Type II :
Lapisan Penutup = 0,03 m
Base = 0,15 m
Sub base = 0,20 m
Sub base (pondasi bawah), menggunakan sirtu
Base (pondasi atas) menggunakan batu pecah 5/7 yang diisi oleh koral campur pasir,
kemudian digiling matang (sistem macadam)

4.3.4 Drainase

Komplek kawasan pelabuhan membutuhkan perencanaan drainase, sehingga seluruh air hujan
dapat dialirkan keluar dari komplek dengan lancar dan cepat. Seluruh jalan dalam komplek akan
dilengkapi dengan saluran di kedua sisinya untuk menampung air hujan yang jatuh di jalan dan
dari bangunan. Perencanaan ini akan memperhitungkan curah hujan berdasarkan data yang ada

4-58
dan perkiraan volume limpasan dari bangunan-bangunan. Selain menampung air hujan, drainase
di kawasan pelabuhan ini harus memperhatikan kondisi pasang surut.

Perencanaan drainase ini akan memperhatikan:

Elevasi dasar saluran


Arah kemiringan
Kelancaran dan kecepatan pengaliran
Keamanan bagi pedestrian dan kendaraan
Kemudahan pemeliharaan
Tidak mengganggu arus kendaraan

4.3.5 Lapangan Parkir

Lapangan parkir perlu disediakan sesuai kebutuhan supaya tidak mengganggu arus lalu lintas
lainnya karena banyaknya kendaraan yang parkir sembarangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menentukan kebutuhan lahan parkir adalah sebagai berikut:
Jumlah total kendaraan yang parkir dalam satuan waktu tertentu, dimana akumulasi
maksimum merupakan demand tertinggi
Durasi/lamanya kendaraan parkir
Tujuan akhir pergerakan, maksud pergerakan, dan waktu berjalan kaki

Ukuran ruang parkir ditentukan oleh jenis kendaraan yang akan parkir, untuk mobil
penumpang. Lapisan penutup (lapisan aus) menggunakan plat beton dengan tebal minimum
t=30 cm, dan dihitung untuk pemakaian oleh truk besar pengangkut produk maupun peralatan
dengan beban 21 ton tekanan gandar. Panjang satuan parker disesuaikan dengan perkiraan truk
yang akan menggunakan area parkir tersebut berikut ini adalah ukuran standar truk yang
mungkin singgah di pelabuhan.

4-59
4-60
Gambar 4. 13. Gambar Contoh Denah Pos Jaga
Sumber: Neufert

Berdasarkan standar ukuran truk di atas maka ditentukan dimensi parkir pada masing-masing
terminal adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 18 Dimensi Unit Parkir


Jenis Terminal Jenis Kendaraan Ukuran Unit Parkir
Mobil Penumpang 2,5 m x 5 m
Terminal Penumpang
Motor Penumpang 1mx2 m
Kantor Administrasi Kargo 2,5 m x 5 m
Terminal General Cargo
Truk Kargo 4 m x 12 m
Kantor Administrasi Peti
2,5 m x 5 m
Terminal Peti Kemas ( Container) Kemas
5 m x 18 m
Truk Trailer
Kantor Administrasi Curah
2,5 m x 5 m
Terminal Curah Kering Kering
4 m x 12 m
Truk Silo
Kantor Administrasi Curah
2,5 m x 5 m
Terminal Curah Cair Cair
5 m x 15 m
Truk Tanki
Area Penunjang Mobil 2,5 m x 5 m
Motor 1mx2 m
Sumber: Hasil Analisis

4-61
4.3.6 Ruang Genset

Rumah Genset berfungsi sebagai ruang pusat pengendali tenaga listrik bagi penerangan dan
tenaga penggerak (mesin, pompa) yang ada dalam site. Dalam powerhouse ini terletak main panel
dan genset yang mengatur suplai tenaga listrik dari PLN dan genset.

Ukuran standar untuk ruang genset dengan penggerak mesin diesel adalah sebagai berikut:

Gambar 4. 14 Ruang Genset


Sumber: http://www.serbaelektro.com/2015/02/cara-menghitung-luas-rumah-generator.html

Tabel 4. 19 Ukuran Kebutuhan Standar Rumah Genset


Daya Genset L B H B h
(kVA) (m) (m) (m) (m) (m)
20 - 60 5,0 4,0 3,0 1,5 2,0
100 - 200 6,0 4,5 3,5 1,5 2,0
250 - 550 7,0 5,0 4,0 2,2 2,0
650 - 1500 10 5,0 4,0 2,2 2,0
Sumber: http://www.serbaelektro.com/2015/02/cara-menghitung-luas-rumah-generator.html

4-62
4-63

Anda mungkin juga menyukai