Anda di halaman 1dari 35

PORT ENGINEERING

Perencanaan Pelabuhan
Lecturer : Riyan Benny Sukmara, ST., MT. (2 credit, 6th meeting)
ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

Alur Pelayaran adalah jalur yang digunakan untuk


mengarahkan kapal menuju kolam pelabuhan.

Alur pelayaran merupakan


jalur yang kondisinya selalu
dijaga pada kedalam tertentu,
sehingga perlu proses
maintenance/pengerukan
untuk mempertahankan
kedalaman tersebut.

Gambar 6.1 Tipikal Alur Pelayaran


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

Pada daerah pendekatan, alur masuk dan saluran dapat


dibedakan menurut tinggi tebing.

 Daerah pendekatan h = 0
 Daerah alur masuk 0 < h < H
dengan perbandingan h/H < 0,4
 Saluran h > H

Pada alur pelayaran biasanya ditandai dengan alat bantu


pelayaran berupa pelampung/lampu.

Gambar 6.2 Saluran alur pelayaran


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

PERSYARATAN ALUR PELAYARAN


Alinyemen yang ideal adalah alur yang lurus dan tegak
lurus garis pantai menuju pelabuhan dan minimum
garis lengkung (Curve) ataupun S Curve yang bisa
menyulitkan gerakan (maneuver kapal).

Penetapan garis alur pelayaran :


 Kedalaman air laut
 Kondisi klimatologi
 Kondisi garis pantai
 Prilaku migrasi sedimen laut sekitar alur
pelayaran

Gambar 6.1 Tipikal Alur Pelayaran


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

PEMILIHAN KARAKTERISTIK ALUR


Alinyemen yang ideal adalah alur yang lurus dan
tegak lurus garis pantai menuju pelabuhan dan
minimum garis lengkung (Curve) ataupun S Curve
yang bisa menyulitkan gerakan (maneuver kapal).

Gambar 6.3 Gerak Kapal menuju pelabuhan


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

PEMILIHAN KARAKTERISTIK ALUR


Olah Gerak Kapal Masuk Pelabuhan

Keterangan Gambar :

1. Kapal
2. Kapal tunda
3. alur pelayaran
4. kolam putar
5. pemecah gelombang (breakwater)

Gambar 6.3 Gerak Kapal menuju pelabuhan


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

PEMILIHAN KARAKTERISTIK ALUR


Olah Gerak Kapal Keluar Pelabuhan

Gambar 6.4 Gerak Kapal meninggalkan pelabuhan


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

PEMILIHAN KARAKTERISTIK ALUR

Faktor yang mempengaruhi pemilihan karakteristik alur masuk pelabuhan :


1. Keadaan traffic kapal
2. Keadaan geografi dan meteorology
3. Sifat dan variasi fisik dasar saluran
4. Fasilitas-fasilitas pada pelayaran
5. Karakteristik kapal yang berlabuh
6. Kondisi pasang-surut, arus dan gelombang

Gambar 6.3 Gerak Kapal menuju pelabuhan


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KEDALAMAN ALUR PELAYARAN

Perhitungan keadalaman alur pelayaran menggunakan perumusan


:

𝑯=𝒅+𝑮+𝑹+𝑷+𝑺+𝑲
Dimana :
d = draft kapal
G = gerak vertikal kapal karena gelombang
dan squat
R = ruang bebas bersih
P = Ketelitian pengukuran
S = pengendapan sedimen antara dua
pengerukan
K = toleransi pengerukan

Gambar 6.4 Kedalaman Alur Pelayaran


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KEDALAMAN ALUR PELAYARAN


CONTOH KASUS PADA
PERENCANAAN ALUR
PELAYARAN

Gambar 6.5 Contoh permasalah pada perencanaan alur pelayaran


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KEDALAMAN ALUR PELAYARAN

Draft Kapal
Draft kapal tergantung pada karakteristik kapal terbesar yang
menggunakan pelabuhan, muatan yang diangkut, dan juga sifat-
sifat air, seperti : berat jenis air, salinitas dan temperatur.
Nilai draft kapal dapat dilihat pada Tabel 6.1 ditambah dengan
angka koreksi minimum sebesar 0,3m.

Gambar 6.6 Draft Kapal


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KEDALAMAN ALUR PELAYARAN


Tabel 6.1 Karakteristik Kapal
Draft Kapal
ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KEDALAMAN ALUR PELAYARAN

Squat
Squat adalah pertambahan draft kapal terhadap muka air yang
disebabkan oleh kecepatan kapal. Squat ini diperhitungkan
berdasarkan dimensi dan kecepatan kapal dan kedalaman air.

Gambar 6.7 Squat


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KEDALAMAN ALUR PELAYARAN

Squat
Besarnya nilai squat dapat
dihitung dengan perumusan
berikut yang didasarkan pada
hasil percobaan laboratorium
(Triatmodjo, Bambang (1986) Hal, 114) : dimana:
Δ = Volume air yang dipindahkan (m3)
Lpp = panjang garis air
∆ 𝑭𝒓 𝟐 Fr = Froude Number
𝒛 = 𝟐, 𝟒 𝟐
.
𝑳𝒑𝒑 = 𝑉 𝑔ℎ
𝟏 − 𝑭𝒓 𝟐 V = Kecepatan (m/s)
g = Perepatan gravitasi (m/s2)
h = kedalaman air (m)
ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KEDALAMAN ALUR PELAYARAN

Gerak Kapal Karena Pengaruh Gelombang


Gerak kapal relative terhadap posisinya pada saat diam
adalah penting untuk perencanaan alur pelayaran. Gerakan
arah vertikal digunakan untuk menentukan kedalaman alur
pelayaran, sedangkan gerakan horizontal untuk menentukan
lebar alur pelayaran
ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KEDALAMAN ALUR PELAYARAN

Gerak Kapal Karena Pengaruh Gelombang

Gambar 6.8 Pengaruh gelombang pada gerak kapal


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KEDALAMAN ALUR PELAYARAN

Gerak Kapal Karena Pengaruh Gelombang


Beberapa parameter diatas harus diperhitungkan dalam penentuan kedalaman
alur pelayaran, untuk menyederhanakan perhitungan, maka Brunn (1981)
memberikan nilai ruang kebebasan bruto secara umum untuk berbagai daerah
berikut ini :
1)Pada lau terbuka yang mengalami gelombang besar dan kecepatan kapal
masih besar, ruang kebebasan bruto adalah 20% dari draft kapal maksimum.
2)Daerah tempat kapal melempar sauh/jangkar dimana gelombang besar, 15%
dari draft kapal maksimum.
3)Alur diluar kolam pelabuhan dimana gelombang besar, 15% dari draft kapal
4)Alur yang tidak terbuka terhadap gelombang, 10% dari draft kapal
5)Kolam pelabuhan tidak terlindung gelombang, 10% - 15% draft kapal.
6)Kolam terlindung dari gelombang, 7% dari draft kapal.
ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

LEBAR ALUR PELAYARAN

Lebar alur pelayaran diukur dari sisi-sisi miring saluran dan pada kedalaman
kapal rencana, hal tersebut terpengaruh oleh beberapa faktor, yaitu :
1) lebar, kecepatan, dan gerakan kapal
2) traffic kapal (1 jalur atau 2 jalur)
3) kedalaman alur
4) apakah alur sempit atau lebar
5) stabilitas tebing alur
6) angin, gelombang, arus, dan arus melintang dalam alur.

Tidak ada perumusan yang eksplisit dalam perhitungan lebar alur, sehingga
lebar alur ditentukan berdasarkan :
 Jika satu jalur (tidak bersimpangan) lebar alur = 4 kali lebar kapal
 Jika bersimpangan, maka lebar alur = 6 – 7 kali lebar kapal.
ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

LEBAR ALUR PELAYARAN


B

1,5B 1,8B 1,5B

Gambar 6.9 Lebar alur pelayaran (1 JALUR)


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

LEBAR ALUR PELAYARAN


B

1,5B 1,8B 1,8B 1,5B

Gambar 6.9 Lebar alur pelayaran (2 JALUR)


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

LEBAR ALUR PELAYARAN

Adapun cara lain menentukan lebar alur pelayaran adalah berdasarkan tabel
yang diberikan oleh OCDI (1991) :

Tabel 2.2 Lebar alur pelayaran menurut OCDI

Lebar Alur
No. Panjang Alur Kondisi Pelayaran

1
Relatif Kapal sering bersimpangan 2Loa
Kapal tidak sering
2 Panjang bersimpangan
1,5Loa
3
Selain dari Kapal sering bersimpangan 1,5Loa
Kapal tidak sering
4 alur diatas bersimpangan
Loa
ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

LAYOUT ALUR PELAYARAN

Dalam perencanaan alur pelayaran, maka sedapat mungkin trase alur pelayaran
merupakan garis lurus, apabila hal tersebut tidak memungkinkan maka trase
direncanakan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, seperti : kondisi
tanah dasar laut, kondisi pelayaran (arus, gelombang, angin), peralatan bantu
dan pertimbangan ekonomis.

• Sedapat mungkin garis lurus


• Garis lurus diantara dua lengkung jaraknya min. 10 x LOA
• Trase alur mengikuti arah arus dominan
• Kapal masuk berlawanan arah dengan pergerakan arah arus
• Bila pergerakan kapal banyak dipengaruhi arah angin maka sebaiknya lebar alur cukup
besar
• Kapal tidak diperbolehkan berhenti atau labuh jangkar tepat di depan pintu masuk alur
• Pelebaran pada tikungan adalah 2 kali s/d 4 kali Lebar Kapal (B) maks.
ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

LAYOUT ALUR PELAYARAN

Gambar 6.10 Alur pada belokan

Katerangan : Syarat :
R = jari-jari belokan R ≥ 3L untuk α < 25o
L = panjang kapal R ≥ 5L untuk 25o < α < 35o
α = sudut belokan R ≥ 10L untuk α > 35o
ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KOLAM PELABUHAN
Kolam pelabuhan harus cukup tenang dan mempunyai luasan yang cukup dan
kedalaman yang cukup, sehingga memungkinkan kapal untuk berlabuh dengan
aman.
Tabel 2.3 Luas Kolam untuk Tambatan

No. Penggunaan Tipe Tambatan Tanah Dasar atau Jari-jari (m)


Kecepatan Angin
1 Tambatan berputar Pengakeran baik Loa + 6H
Penggunaan 360o
2 Pengakeran jelek Loa + 6H + 30
lepas pantai
3 atau bongkar Tambatan dengan 2 Pengakeran baik Loa + 4,5H
muat barang jangkar
4 Pengakeran jelek Loa + 4,5H + 25
Panambatan
5 Kec. Angin 20 m/s Loa + 3H + 90
selama badai
6 Kec. Angin 30 m/s Loa + 4H + 145
ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KOLAM PELABUHAN

Tabel 2.4 Luas kolam untuk tambatan pelampung

No Tipe Penambatan Luas


Tipe pelampung
1 Lingkaran jari-jari (Loa + 25m)
Tunggal
Tipe Tambatan Segiempat dengan panjang
2
Ganda (Loa + 50m) dan lebar (L/2)
ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KEDALAMAN KOLAM PELABUHAN Tabel 2.4 Kedalaman kolam pelabuhan

Kedalaman kolam pelabuhan minimum


kolam pelabuhan adalah 1,5 x Draft kapal
pada kondisi penuh muatan.
ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KOLAM PUTAR (Turning Basin)

Luas kolam putar digunakan untuk merubah arah kapal


minimum adalah lingkaran dengan jari-jari 1,5xLoa dari
kapal terbesar yang menggunakannya.
Bila maneuver putar kapal menggunakan bantuan
jangkar, maka jari-jari lingkarannya sama dengan Loa.
ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KATENANGAN PELABUHAN

Pada saat bongkar muat, maka tinggi gelombang pada pelabuhan harus
seminimum mungkin, adapun tinggi gelombang kritis pada saat kapal bongkar
muat ditentukan berdasarkan, jenis kapal, ukuran dan kondisi bongkar muat.

Tabel 2.5 Tinggi Gelombang Kritis Pelabuhan

Tinggi Gelombang Kritis untuk


No Ukuran Kapal
Bongkar Muat (H1/3)
1 Kapal Kecil 0,3 m
2 Kapal Sedang 0,5 m
3 Kapa Besar 0,7 – 1,5 m
ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

RAMBU PADA PELAYARAN


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

RAMBU PADA PELAYARAN


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

RAMBU PADA PELAYARAN


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

RAMBU PADA PELAYARAN


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KECELAKAAN KAPAL (Ship Crash Accidents)


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KECELAKAAN KAPAL (Ship Crash Accidents)


ALUR PELAYARAN
Entrance Channel

KECELAKAAN KAPAL (Ship Crash Accidents)

Anda mungkin juga menyukai