Anda di halaman 1dari 47

Presented in Seminar ICCE 2018 :

“System and Infrastructure of Marine Transportation


in Supporting Logistic System in Indonesia”
Bandung January 28th ,2018

KONEKTIVITAS ANTAR MODA DALAM


MENDUKUNG PROGRAM TOL LAUT
Oleh : Wahyono Bimarso

ASIAN DEVELOPMENT BANK CONSULTANT


WAHYONO BIMARSO
• 1971 : Institut Teknologi 10 November (ITS) Surabaya Jurusan Teknik Sipil
• 1972-1977 : Institut Teknologi Bandung Jurusan Teknik Sipil
• 1978 : Jakarta International Airport Project Cengkareng(Site Engineer)
• 1979 : Port and Harbour Engineering JICA Japan
• 1982-1983 : IHE Delft The Netherland Post Graduate Study Hydraulic Engineering
• 1978-1984 : Staf Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan Ditjen Hubla
• 1984 – 1988 : Kasubdit Perencanaan Direktorat Teknik PT. Pelindo I Medan
• 1986 : Virginia Polytechnique Institute and State University ,Blackburg USA
• 1988 - 1995 : Kabag Perencanaan,Informasi dan Pengembangan Pelindo 1,Medan
• 1995 - 2001 : Direktur Teknik PT Pelindo 4 Makasar
• 2001 - 2004 : Direktur Utama PT Pengerukan Indonesia (Persero)
• 2004 - Sekarang : Port Trainer Bidang kePelabuhanan
• 2007 - Sekarang : Direktur Utama PT DIAGRAM TRIPROPORSI ENGINEERING CONSULTANT
• 2005 – Sekarang : Ketua HAPI (Himpunan Ahli Pelabuhan Indonesia)
• 2010 – sekarang : Sekretaris Forum Transportasi Laut MTI
• 2012 - sekarang : Anggota Tim Kajian Angkutan Laut dan Ferry Kantor WANTIMPRES
• 2010 - Sekarang : Anggota TIM Pengarah Study Puslitbang Laut Badan Litbang
• Kementrian Perhubungan
• 2012 – sekarang : Dosen Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia(STIMLOG)
• 2017 Januari-now: Konsultan Asian Development Bank - Bappenas dibidang Kajian Tol Laut
AGENDA
1. Kebijakan Pemerintah dibidang angkutan Laut dan Konsep Tol Laut
2. Keadaan Angkutan Laut Nasional dan Konsep Angkutan Antar Moda
3. Keadaan Pelabuhan di Indonesia
4. Kajian Konsultan Mengenai Tol Laut
5. Key Point hasil Kajian Tol Laut
1. Kebijakan Pemerintah dalam Angkutan Laut dan Tol Laut

 Indonesia negara kepulauan terbesar di dunia (17.504 pulau), namun masih terdapat banyak pulau yang relatif terpencil/
belum berkembang/ terdepan/terluar dan daerah perbatasan  Perbedaan tingkat pembangunan di KBI vs KTI
 Laut mempengaruhi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan sistem pertahanan keamanan negara.
 Transportasi laut merupakan infrastruktur dasar yang harus dijamin ketersediaannya oleh Pemerintah dan tidak dapat
diserahkan kepada mekanisme pasar.
 Pendekatan pembangunan transportasi laut : Ship Follows the Trade dan Ship Promotes the Trade
 Untuk mendukung sarana transportasi laut diperlukan prasarana yang berupa pelabuhan.
 Pelabuhan sebagai infrastruktur fasilitas publik, diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat bukan untuk
mencari keuntungan semata.
4
KETIDAKSEIMBANGAN PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN MUATAN NASIONAL

BELAWAN
BITUNG

BATAM
SORONG
JAYAPURA

AMBON
POMAKO

MAKASSAR
JAKARTA
SURABAYA

MERAUKE

Kondisi saat ini muatan terkonsentrasi di Kawasan Barat Indonesia, maka untuk menyeimbangkan muatan ke
Kawasan Timur Indonesia diperlukan upaya optimalisasi kerjasama antar sektor seperti perindustrian,
pertanian, pertambangan, dsb guna menyeimbangkan mata rantai jaringan logistik barat dan timur Indonesia,
selain itu didukung dengan peningkatan infrastruktur pelabuhan di Kawasan Timur Indonesia antara lain
pengadaan peralatan bongkar muat sehingga dapat meningkatkan kinerja pelayanan pelabuhan lebih efisien
55
TOL LAUT SEBAGAI KONEKTIVITAS INDONESIA

TOL LAUT adalah


“Konektivitas laut yang efektif
berupa adanya kapal yang
melayari secara rutin dan
terjadwal dari Barat sampai ke
Timur Indonesia”

6
Arahan Presiden Jokowi 29 Maret 2016 Mengenai Tol Laut
1. Pelaksanaan Toll Laut bertujuan untuk menyatukan,kesetaraan dan kesamaan
di Indonesia
2. Perlu program yang berkelanjutan untuk mengurangi disparitas harga diantara
satu daerah dengan daerah lainnya
3. Konsep Toll Laut secara umum adalah sbb:
a. Kebutuhan untuk mengevaluasi Jaringan Transportasi Laut dan Jaringan
Tambahannya
b. Transportasi Cargo bervariasi,maka diperlukan transportasi yang effisien
baik cargo yang datang maupun muatan baliknya
c. Memperbaiki rantai pasok perdagangan yang kurang efisien dan jadikan
harga yang berimbang diseluruh tempat di Indonesia
d. Indonesia Timur perlu perhatian lebih khususnya propinsi Maluku, Nusa
Slide - 7

Tenggara timur dan Papua.


KEBIJAKAN TRANSPORTASI LAUT
PEMBANGUNAN POROS MARITIM NASIONAL
(TOL LAUT DAN PENGEMBANGAN PELABUHAN)
No. HUB
(Berdasarkan Perpres Nomor 2 Tahun 2016 tentang RPJMN Tahun 2015-2019)
1 Pelabuhan Belawan / Kuala Tanjung*
MALAHAYATI
2 Pelabuhan Tg. Priok
3 Pelabuhan Tg. Perak
BELAWAN
4 Pelabuhan Makassar
5 Pelabuhan Bitung * BITUNG
BATAM TERNATE
PONTIANAK SAMARINDA
No. FEEDER PANTOLOAN
TELUK BAYUR JAMBI SORONG
BALIKPAPAN

1 Pelabuhan Malahayati
BANJARMASIN
P.BAI
2 Pelabuhan Batam PALEMBANG SAMPIT
KENDARI JAYAPURA
3 Pelabuhan Jambi (Talang Duku) AMBON
PANJANG TJ PRIOK
4 Pelabuhan Palembang
SEMARANG MAKASAR
5 Pelabuhan Panjang Rencana Pelabuhan Hub

6 Pelabuhan Teluk Bayur Rencana Pelabuhan Feeder SURABAYA


7 Pelabuhan Tg. Emas / Semarang

8 Pelabuhan Pontianak KUPANG

9 Pelabuhan Banjarmasin 1. Pemerintah telah mencanangkan Kebijakan Nawa Cita dan Indonesia
10 Pelabuhan Sampit
menjadi Poros Maritim serta Program Tol Laut.
11 Pelabuhan Balikpapan / Kariangau
12 Pelabuhan Samarinda / Palaran
13 Pelabuhan Tenau / Kupang
2. Program Tol Laut dilatarbelakangi karena adanya disparitas harga yang
14 Pelabuhan Pantoloan cukup tinggi antara wilayah barat dan timur. Pertumbuhan ekonomi
15 Pelabuhan Ternate yang terpusat di Pulau Jawa mengakibatkan transportasi laut di
16 Pelabuhan Kendari Indonesia tidak efisien dan mahal karena tidak adanya muatan balik
17 Pelabuhan Sorong dari wilayah-wilayah yang pertumbuhan ekonominya rendah,
18 Pelabuhan Ambon 8
khususnya di Kawasan Timur Indonesia.
19 Pelabuhan Jayapura
PENYELENGARAAN TOL LAUT & ELEMEN PENDUKUNG

PELABUHAN
PENYELENGGARAAN
ANGKUTAN LAUT
PENYELENGGARAAN PERINTIS
ANGKUTAN LAUT PENUMPANG DAN 1. Fasilitas Pelabuhan;
PERINTIS BARANG
PENUMPANG 2. Produktifitas
Pelabuhan.
PENYELENGGARAAN
ANGKUTAN SUNGAI,
DANAU DAN

PENYELENGGARAAN
TOL PENYEBERANGAN
SARANA
KEWAJIBAN
PELAYANAN PUBLIK
(PSO) ANGKUTAN
BARANG
LAUT PENGANGKUT
1. Rute
PENYELENGGARAAN
ANGKUTAN 2. Ukuran Kapal;
PETIKEMAS TERATUR
DAN BERJADWAL 3. Kepastian
PENYELENGGARAAN Dermaga
ANGKUTAN TERNAK
(Window
System);
4. Inaportnet
2. Keadaan Angkutan Laut Nasional dan Konsep Angkutan Antar Moda
Bagaimana Transportasi antar Moda di Indonesia?Transportasi antar Moda di
Indonesia belum benar2 dapat disebut transportasi antar Moda

5. Kapal Penumpang PT PELNI


1. Kapal General Cargo
6. Kapal Pelayaran Rakyat
2. Kapal kontainer
7. Kapal RO-RO untuk Ferry
3. Kapal RO-RO Ship untuk jarak
8. Kapal Kapal Swasta
jauh
9. Jalan
4. Kapal Perintis
10. Jalan Kereta Api
PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT PERINTIS TAHUN 2015-2016
DALAM MENINGKATKAN KONEKTIVITAS NASIONAL
SASARAN
 Menghubungkan daerah yang masih
tertinggal dan/atau wilayah terpencil,
terluar perbatasan yang belum
berkembang dengan daerah yang
sudah berkembang atau maju;

 Menghubungkan daerah yang moda


transportasi lainnya belum memadai;

 Menghubungkan daerah yang secara


komersial belum menguntungkan
untuk dilayani oleh pelaksana
kegiatan angkutan laut, angkutan
sungai dan danau, atau angkutan
penyeberangan.

PENUMPANG PENUMPANG DAN BARANG BARANG


TA 2014 TA 2015 TA 2016
↓ ↓ ↓
84 TRAYEK 86 TRAYEK 96 TRAYEK

42 TRAYEK DILAYANI OLEH KPL SWASTA Dilaksanakan dalam program


54 TRAYEK DILAYANI OLEH (Kpl barang yg mendpt dispensasi utk PSO ANGKUTAN BARANG
KAPAL NEGARA mengangkut pnp)

“Peningkatan jumlah trayek kapal perintis setiap tahun sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan konektivitas
nasional dalam memberikan pelayanan transportasi laut kepada masyarakat. Saat ini Penyelengaraan Angkutan Laut
Perintis Melayani 96 Trayek dengan 40 Pelabuhan pangkal dan 519 Pelabuhan singgah.”
PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DI LAUT (TOL LAUT)
INTEGRASI DENGAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN

Lirung

Tarempa
Natuna P. Sebatik Tahuna
Sinabang Morotai
Tobelo
Maba
Sangatta
Tidore P. Gebe
P. Nias Biak
Babang
Namlea Manokwari Serui
Mentawai Belang-
belang Wasior
Fak - Fak Nabire
Kaimana
Bau-bau Namrole
Timika
Makassar
P. Enggano
Wanci
Tg.Priok P. Kisar Moa
Kalabahi Dobo
Tg. Perak Maumere Merauke
Larantuka Saumlaki
Calabai/Dompu Loweleba
T-1= T-7 =
T-2= T-8 = Waingapu Rote
T-3= T-9 = Rencana Rumah Kita (PUSAT – PUSAT LOGISTIK) Sabu
T-4= T-10 = KERJASAMA DENGAN BUMN Rencana Trayek Integrasi KAPAL
T-5= T 11 = Pelabuhan yang Diusahakan
PENYEBERANGAN/RO-RO
T-6= T - 12 = (T-1, T-2, T-4, T-5, T-6, T-7,T-9)
T - 13 = Pelabuhan yang Tidak Diusahakan
PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT KAPAL PELNI TAHUN 2015-2016 MELALUI SKEMA PSO

NO NAMA KAPAL
17 KM. BUKIT RAYA
NO NAMA KAPAL NO NAMA KAPAL
18 KM. TILONGKABILA
1 KM. KELUD 9 KM. NGAPULU
19 KM. PANGRANGO
2 KM. TIDAR 10 KM. KELIMUTU
20 KM. SANGIANG
3 KM. UMSINI 11 KM. LAWIT
21 KM. WILIS
4 KM. BUKIT SIGUNTANG 12 KM. TATAMAILAU
22 KM. GUNUNG DEMPO
5 KM. DOROLONDA 13 KM. SIRIMAU
23 KM. DOBONSOLO
6 KM. LABOBAR 14 KM. AWU
24 KM. CIREMAI
7 KM. LAMBELU 15 KM. LEUSER
25 JET LINER
8 KM. SINABUNG 16 KM. BINAIYA
26. KM. EGON
KONEKTIVITAS ANGKUTAN PENYEBRANGAN SEBAGAI PEREKAT ANTAR PULAU NUSANTARA

01. Banda Aceh

29. Sinabang

02. Sibolga
30. Bitung
03. Batam 23. Ternate
16. Pontianak
25. Sorong
04. Padang 26. Biak
05. Palembang 17.Balikpapan
22. Luwuk
18. Batulicin 24. Ambon
06. Bengkulu
19. Bajo’e
07. Bakauheni
21. Bau-Bau
10. Surabaya 20. Selayar
08. Merak
12. Lembar 14. Sape 27. Merauke
09. Jepara
28. Tual
11. Ketapang
13. Kayangan
15. Kupang

Kapal :136 unit Rute : 195 Rute Pelabuhan : 35 unit


Komersial : 76 unit Komersial : 52 Rute Komersial : 18 unit
Perintis : 60 unit Perintis : 143 Rute Perintis : 17 unit
PERAN KEMENHUB PENGEMBANGAN DAN PENATAAN PELAYARAN RAKYAT

Sumber: Bappenas, 2015


PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DI LAUT (TOL LAUT)
INTEGRASI DENGAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN

Lirung

Tarempa
Natuna P. Sebatik Tahuna
Sinabang Morotai
Tobelo
Maba
Sangatta
Tidore P. Gebe
P. Nias Biak
Babang
Namlea Manokwari Serui
Mentawai Belang-
belang Wasior
Fak - Fak Nabire
Kaimana
Bau-bau Namrole
Timika
Makassar
P. Enggano
Wanci
Tg.Priok P. Kisar Moa
Kalabahi Dobo
Tg. Perak Maumere Merauke
Larantuka Saumlaki
Calabai/Dompu Loweleba
T-1= T-7 =
T-2= T-8 = Waingapu Rote
T-3= T-9 = Rencana Rumah Kita (PUSAT – PUSAT LOGISTIK) Sabu
T-4= T-10 = KERJASAMA DENGAN BUMN Rencana Trayek Integrasi KAPAL
T-5= T 11 = Pelabuhan yang Diusahakan
PENYEBERANGAN/RO-RO
T-6= T - 12 = (T-1, T-2, T-4, T-5, T-6, T-7,T-9)
T - 13 = Pelabuhan yang Tidak Diusahakan
3. Keadaan Pelabuhan di Indonesia
4.Kajian Konsultan mengenai Toll Laut
• TA SCOPE
(Improving Multimodal and Connectivity to Support Toll Laut

Analyze Maritime and Land Network


Update Network Plan
Improved Policy and Institutions
Network
Implementation Plan, including Invesment Plan Development

Implementation

Policy and
Institutional
OUTPUT 1: NETWORK ANALYSIS OF SEA
TOLLWAY CORRIDOR

> Technical Paper: Port and


shipping network model
OUTPUT 3: DEVELOPMENT OF
update and analysis IMPLEMENTATION PLAN AND
> Hinterland multi modal INVESTMENT PROJECT PIPELINE
transport connection plans
> Short and medium term
Sea Tollway
Implementation Plan
OUTPUT 2: IMPROVEMENT OF POLICY > Technical Paper:
FRAMEWORK
investment project
> Review and recommendation of development and
policies and framework
appraisal
> Review financial structure
> Develop monitoring system
including KPI
> Technical Paper: Review of
existing policies and
recommended policy revision
In: Introduction, Need Revision for Names in Apx V from Bernda;
Need Indonesian Names
PENDULUM NUSANTARA
Konsep Pendulum Nusantara menurut Drewry Maritime Advisors, 2012 bahwa
penyelenggaraan angkutan laut akan lebih optimal dan efisian apabila menggunakan kapal dengan kapasitas
3.500 TEUs yang akan melayani rute pelayaran dari Belawan – Sorong, dan sebaliknya. Selain itu, juga
dihitung pilihan biaya yang akan timbul dengan menggunakan 3 kapal kontainer dengan ukuran yang
berbeda, yakni: 2.000 TEUs, 2.500 TEUs, dan 3.500 TEUs.

PETA JARINGAN PENDULUM


NUSANTARA

Sumber: Drewry Maritime Advisors, 2012

Pelabuhan Belawan, Tanjung Perak, Makassar, dan Sorong berfungsi sebagai domestik hub ports. Peabuhan Hub
ports ini akan terkoneksi atau tehubung dengan jaringan pelabuhan sebagai spoke port (Konsep pelabuhan Hub
and Spoke).
Kajian Cardno Improving Multimodal Transport
Netwoork analysys by Carno Consultant
Standart hasil analisis cardno
Target Ukuran Kapal
Biaya Pelabuhan dan Pelayaran
Kajian Konsultan Peningkatan Transportasi Antar Moda 2017(1)
• Investment • Financing Plan
• Justification of Hinterland Projects • Sources
• Can’t Avoid • PPP
• Tariff Reform
• Clarify: Projects / Hinterland
• Motivation
• Highest projects for Largest Budget
• Cost Recovery
• Question of timing is already answered • PPP
• Prioritization • iInflation
• Select highest projects for development • Independent Tariff Regulator
• Port Development
• Function of route? • Review Institutional Question
• No, route is a function of Transshipment • Review CMMA
Ports • Never got much reaction, need agreement
• Why talk about routes?
• M&E
• It is fairly confusing(!)
• Conclude?
• Distinguish 3 main parts
• Review Main Items
• Benchmarking, KPIs
• Multimodalism new
• Local Level Execution (Inputs and • Not just Indonesia
Outputs)
• Action Plan • Demonstration effect: learn from limited
dialog
• Many Questions About Implementation • Need more multimodal dialog
• Private Sector Shipping • Private Sector Input: Freight Committee

• Maximum Private Sector Shipping


Kajian Konsultan Peningkatan Transportasi Antar Moda 2017(2)
• Ownership of Ports / Responsibility for Development / • National Freight Committee Secretariat
Maintenance • national data collection,
• Output 2 favored OP • performance monitoring,
• No feedback • convening National Freight Committee meetings,
• Further reflection: appears to be a matter of money • sharing information on multimodal needs with the
planning community, and
• multimodal implementation monitoring will lie with
• Tol Laut the National Freight Committee Secretariat
• We are pushing multimodalism • communicating projects and capacity building at the
• Containerization local level)
• Economics of Scale • Management improvements
• Reduced congestion wherever it lies • ICT systems,
• Hope we have made it clear • electronic payment processes,
• want a high-capacity liner route network • competition in the provision of labor services,
• E to W connectivity • and true 24/7 port operations
• Logistics processes, capacity
• Holding Company • ICT
• (outside our scope) • well known
• off-record: Pelindos have a lot more important issues • INAPORTNET
to address • A berthing windows to better time the use of quay
line space,
• Similar system for trucks (truck booking), and
• vessel safety (VTMIS)
Kajian Konsultan Peningkatan Transportasi Antar Moda 2017(3)
• Public vs Private
• Planning Process
• - Ports
• Planning Template
• Prioritization Method (boring!)
• Coordinateion
• Financial Sector reform:
• Data Needs
• to address profitability
• to address investment • M&E: Benchmarking, KPIs
• to address lack of private-sector funding
• Actins
• Encourage Private Sector
• “Social Safety Net”
• Segregation of most profitable ports
• Focus on more profitable ports
• An interim approach
5.Key Point hasil Kajian Study Tol Laut
1. Konsep Tol Laut RPJMN,Litbang,ITS,Pelindo bisa diimplementasikan secara bertahap
sambil menunggu kesiapan perkembangan Cargo dan Kesiapan Infrastruktur
Dermaga,alur Pelayaran
2. High Cost Economy bukan diakibatkan oleh transportasi laut saja,namun juga oleh
angkutan darat dan Lokal Monopoli dari business lokal,seperti Tol Laut PELNI,sukses
untuk menurunkan harga transport Point to Point
3. Implementasi Tol Laut harus ada kejelasan dari Pemerintah,karena pada saat ini sudah
ada sebagian rute Tol Laut oleh Perusahaan Pelayaran dari Belawan-Tanjung Priok-
Tanjung Perak-Makasar-Bitung pp dan ada juga Belawan-Tanjung Priok-Tanjung Perak-
Ambon
4. Implementasi Tol Laut jangan sampai menghasilkan Rute yang bersinggungngan
dengan rute komersial karena menghasilkan Unfair bussiness
5. Secara umum diseluruh Indonesia jalan Nasional sudah bagus(antara 60-80 persen)
tetapi jalan propinsi,jalan kota,jalan desa dll masih rusak parah sehingga produksi
pertanian dan perkebunan tidak bisa bersaing
6. Masih ada pemain bisnis lokal yang melakukan monopoli sehingga harga tidak bisa
turun,oleh sebab itu institusi Pengendali harga semacam organisasi BULOG
7. Angkutan balik dari timur ke barat paling tinggi 20 persen (al dari
Sorong,Jayapura,Ambon,Ternate,Kendari,Pantoloan,Tenau karena belum ada Industri
Key Point of Study Tol Laut(Operasional Pelabuhan)

1. Produktifitas Pelabuhanharus ditingkatkan antara 25-30 box/crane/jam


2. System IT dan SDM yang Proffesional di Pelabuhan dan jam kerja 24jam setiap
hari
3. Peningkatan TKBM Pelabuhan dengan tambahan organisasi Koperasi Pelabuhan
4. Pengembangan Fasilitas Pendukung Pelabuhan seperti Pergudangan dan
kawasan Industri
5. Penurunan Waktu kapal di Pelabuhan(Turn Round Time) dengan
komponen2nya yaitu Waiting Time,Berthing Time,Juga Dwelling time untuk
Penumpukan Peti Kemas , masih perlu penjabaran dari penyebab lamanya
kapal di Pelabuhan misalnya dari akibat Pelindo atau OP/KSOP,Pengguna
Jasa,Perusahaan Pelayaran,Perusahaan Bongkar/Muat
6. Harus ada KEPASTIAN dan DUKUNGAN dari semua Fihak:
PEMERINTAH(Kebijakan,monitor dan Pengawasan),OPERATOR
PELABUHAN(membangun pelabuhan dan peralatan B/M yg
modern),PELAYARAN(memastikan tersedianya kapal sampai ukuran
3000TEUS),PENGGUNA JASA(memastikan barang yang akan dikirim dengan
Volume yang Cukup)
Comment and Recommendation During Workshop 1 , 2 and 3
1. Perlu sinkronisasi dengan Bappenas untuk membangun Sorong dan Pelabuhan Kendari yang telah
mendapatkan PMN dari Pemerintah
2. Perlu tambahan dermaga 2 berth di Pantoloan karena BOR sudah 75%,demikian Pula perlu tambahan
Crane untuk beberapa Pelabuhan al di Ambon,Pantoloan,Sorong,Jayapura,Tanjung Perak
3. Kereta api, outlet dari pintu barang hingga ke pelabuhan harus jelas.
4. Service level pelabuhan perlu diperhatikan dalam penentuan tarif. Jika service level baik, maka tarif dapat
naik.
5. Pelindo III di Surabaya, hanya menyiapkan 1 tambatan untuk kapal Tol Laut PELNI, sementara ada 9 trayek
(6 PELNI, 3 Swasta) yang harus merapat di Surabaya.
6. Dari Hasil Kajian Drewry konsultan yang diundang Pelindo2 disimpulkan komposisis biaya transport
adalah sbb: 50% cost dari darat, 30% cost dari port, 20% cost dari laut: maka perlu mencermati lebih ke
darat.
7. Ketidak efisienan terjadi : bahan bakar, infrastruktur kepelabuhanan, TKBM, efektif time pelabuhan
belum 24 jam, inbalance trip (timur konsumtif).
8. SPIL sudah melaksanakan Tol Laut dari Belawan-Tanjung Priok-Tanjung Perak-Ambon sedangkan TEMAS
melaksanakan Tol Laut dari Belawan-Tanjung Priok-Tj Perak-Makasar- Bitung
9. Ada Kebijakan baru yaitu keharusan sertifikasi container yang cukup mahal. Dan ini bisa menambah
COST Perusahaan Pelayaran
10. Rute Tol Laut MOT perlu dibuka tender seluas-luasnya agar subsidi efektif- dan efisien dan pemain yang
ada perlu diberi kesempatan bekerja sama dan evaluasinya secara terbuka
Comment and Recommendation During Workshop 1 , 2 and 3
1. Perbaikan/Pelebaran jalan masuk Pelabuhan perlu dilakukan di Belawan
,Pantoloan ,Makasar,Kuala Tanjung,Bitung,Depapre sebagai perluaran Jayapura
2. Masih ada permasalahan pengelolaan pelabuhan antara KSOP dan Pelindo di
Pelabuhan Kendari untuk Bungkutoko dan Jayapura untuk Depapre
3. Perlu pembangunan jalan ke Pelabuhan baru karena adanya Pemindahan lokasi
Pelabuhan baru al Muara Sabak Pemindahan dari Pelabuhan Jambi,Jalan ke
Tanjung Carat karena Penambahan kapasitas Boom Baru,Pembangunan Jalan
Ke Sintang karena Pembangunan Pelabuhan Baru Kijing
4. PMN merupakan jalan keluar sementara namun pada achirnya pelabuhan
harusnya bisa lebih mandiri
5. Tarif Pelabuhan dirasa mahal oleh pengguna jasa ,namun pada kenyataannya
tarif resmi sangat rendah sehingga Pelabuhan mengalami kerugian dan tidak
dapat berinvestasi infrastruktur secara normal
6. Pemberian subsidi kepada PELNI seharusnya merupakan aktifitas sementara
7. Perbaikan Jalan Nasional,Propinsi,Kota diperlukan untuk menurunkan ongkos
transport,seperti contoh di Pontianak jalan2 tersebut rusak parah sehingga
produk lokal tidak bisa bersaing
Terimakasih : Wahyono Bimarso
Email : yon26@yahoo.com
kibawonomumpuni@gmail.com
+62811861714,+628568467772,+628118111052
Informasi Tambahan
ARAH DAN TUJUAN ANGKUTAN ANTAR MODA DI
INDONESIA
 MENINGKATKAN TRANSPORTASI MARITIM  DUKUNGAN KEBIJAKAN
• Pelabuhan yang efisien dengan kapasitas besar • Peraturan yang mendukung
• Rute Maritim yang efisien dengan kapasitas besar Perusahaan Pelayaran
• Biaya efektif untuk pergerakan barang • Perencanaan,Penganggaran
• Dukungan Logistik • Institusi dapat melaksanakan
Rencana
• Skala Meningkat
• Kebijakan Moneter/keuangan dan
 MENINGKATKAN TRANSPORTASI ANTAR MODA Dukungan sumber daya
• Hinterland Terintegrasi dengan Maritim
 MENYEIMBANGKAN PERTUMBUHAN
• Jalan,Kereta Api
 EKONOMI BARAT DAN TIMUR
• Logistik,Kontainerisasi,Efisiensi
• Kelancaran dan ketidak
seimbangan regional
• Menurunkan Biaya dan
Pertumbuhan ekonomi meningkat
PLANNING FRAMEWORK
ALUR PIKIR ASESMEN TOL LAUT

MENYADARI PENTINGNYA PERANAN ANGKUTAN DALAM NEGERI BAGI INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN, MAKA
KEHADIRAN BERBAGAI JENIS KAPAL SANGAT DIPERLUKAN UNTUK MENGHUBUNGKAN ANTAR WILAYAH DI INDONESIA
DAN PADA KENYATAANNYA KAPAL2 DIMAKSUD (KAPAL BARANG UMUM, PETI KEMAS, RORO, PERINTIS, PELAYARAN
RAKYAT, DAN KAPAL PENUMPANG) MEMANG SUDAH ADA DAN SEDANG BEROPERASI DI INDONESIA

Hampir sebagai besar wilayah Indonesia Namun dibeberpa wilayah tertentu, utamanya di wilayah Timur Indonesia masih
sdh terhubungkan oleh kapal2 dimaksud terdapat wilayah yang jarang sekali terjangkau oleh kapal2 dimaksud atau bahkan
ada wilayah yg samasekali belum terjangkau . Ini semua menimbulkan perbedaar
yang tdk seimbang antara Indonesia bagian Barat dan bagian Timur

Sementara itu Menteri Perhubungan telah dan sedang


Kondisi ini diketahui pula oleh Pemerintah sehingga Pemerintah mengoperasikan kapal yang menghubungkan pelabuhan2 kecil di
melalui RPJMNnya merumuskan gagasan Tol Laut yang wilayah Timur (dan juga barat) dengan homebase di Tg Priok dan
menghubungkan 5 pelabuhan utama secara pendulum dan 19 Tg Perak dalam 6 trayek angkutan laut secara tetap dan teratur
pelabuhan feeder (2016) dan tambahan 7 trayek utk tahun 2017 atas dasar
mekanisme PSO
ini juga disebut dlm rangka pelaksanaan Tol Laut
Kerangka Utama Perencanaan Tol Laut
SISTRANAS

SISLOGNAS MP3EI

RPJMN 2015-2019
RIPN

Tol Nawacita #3
“Development
Laut of outer
regions”

In: Planning Framework


Keadaan dan Kapasitas Transportasi
antar Moda di Indonesia

• Indonesian Shipping FleetArmada Kapal Nasional


• Pelabuhan Jalan Raya,Jalan Kereta Api
• Rencana Transportasi antar Moda
Lalulintas Angkutan Laut Domestik
KAPAL GENERAL CARGO DAN KONVENSIONAL
KAPAL PENUMPANG PT Pelni
Kapal General Kargo masih beroperasi saat ini namun sudah dengan jumlah Armada Kapal Penumpang 25 Kapal
sangat sedikit dan menurun dan terdesak menjadi hanya
pengumpan didareah terpencil.Mereka bekerja sebagai KAPAL KAPAL TRAMPER YANG MELAYANI
tramper atau semi liner ANGKUTAN CURAH CAIR DAN CURAH PADAT
KAPAL KONTAINER PELAYARAN DOMESTIK : KAPAL PERINTIS
Saat ini Ada 53 Operator Kapal Kontainer dengan Jumlah Total Rute ada 60 diseluruh Indonesia 11 rute barat
armada 293 kapal yang melayani Perairan di Indonesia dan 49 rute timur,melayani 422 lokasi dengan
dengan Bisnis yang kompetitif dan kebanyakan mempunya Jumlah Armada 26 kapal Kargo dan Penumpang
home base dan dimulai di Pelabuhan Tanjung Priok and
Tanjung Perak.600 teus sampai 1800 TEUS,ada juga sebagian milik Pemerintah dan Kapal Cargo Swasta
kapal mempunya Home base di Belawan
KAPAL RO-RO JARAK JAUH
Dilayani oleh PT ASDP(1 RO-RO) dan PT PELNI(3 R0-R0)
serta swasta ada 23 Kapal PT Prima Vista ,PT Dharma Lautan
Utama, PT Dharma Bahari Utama, PT Pelayaran Putra Sejati,
PT Bukit Merapin Nusantara Line , PT Munic Lines, PT
Anugrah Samudra)
Apa Yang harus dilakukan Indonesia
BEBERAPA ISU PENTING YANG HARUS DIKLARIFIKASIKAN DAN DISETING LEBIH LANJUT DALAM IMPLEMENTASI TOL LAUT

1. Pelaksanaan dan Perjanjian Pelayaran Tol Laut harus dibuatkan Dasar


Hukumnya oleh Peraturan Pemerintah
2. Harus ada Keputusan tentang Desain dan Ukuran Kapal yang beroperasi
3. Pertimbangan tentang Pengadaan Kapal
4. Pertimbangan tentang Penempatan Kapal di tiap rote
5. Keikut sertaan Perusahaan Pelayaran swasta
6. Keikut sertaaan dan intervensi Pemerintah
7. Apakah Kapal yang tidak terdaftar dalam Rute Tol Laut dapat beroperasi
dalam wilayah tersebut sesuai dengan yang sudah ada dalam perjanjian?
8. Apakah kapal yang sudah ada akan tetap beroperasi secara overlap dengan
Rute Tol Laut?
9. Bagaimana hubungan antara kapal Tol Laut yang rutenya sudah disepakati
dengan Rute Tol Laut sesuai Konsep dari Kementrian Perhubungan yang
sudah berjalan?
KONSESUS UMUM TOL LAUT

• 1. Ada beberapa Konsep tentang Tol Laut yang berbeda yaitu


• PENDULUM NUSANTARA ,Konsep dari BAPPENAS dan juga Konsep
• yang diterapkan Ditjen Perhubungan Laut Sepert 6 trayek PT PELNI
• 2. Tol Laut bisa menurunkan Biaya dari Transportasi Peti Kemas baik dari
• Perusahaan Pelayaran,Bongkar Muat ataupun Alih
• Muatam(Transhipment)
• 3. Kelebihan Tol Laut tidak bisa mencapai daerah Hinterland karena
• jaringan transportasi yang tidak memadai
• 4. Tantangan terbesar khusus Indonesia Timur yaitu Jumlah Penduduk
• sedikit,Tidak ada Industri,Demand yang kecil dan Volume juga Kecil, dan
• skala ekonomi juga kecil

Anda mungkin juga menyukai