Anda di halaman 1dari 2

Tata Hubungan Kerja Antara Otoritas Pelabuhan, Syahbandar dan Badan

Usaha Pelabuhan Sesuai UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran


Posted by bisot pada September 10, 2008
Dalam tulisan di bawah ini makalah tidak diambil seutuhnya hanya diambil sesuai dengan kebutuhan materi yang
ada hubungannya dengan prospek usaha EMKL dan JPT yang ada dan di atur dalam UU no. 17 th. 2008.
Menurut persepsi penulis, dengan topik tersebut sepertinya ingin disampaikan 4 (empat) pesan utama yaitu :
1. Pelaksanaan pemisahan penyelenggaraan pelabuhan dari owner/regulator/operator menjadi owner/regulator
(Otoritas
Pelabuhan)
dan
operator
(Badan
Usaha
Pelabuhan)
perlu
segera
diwujudkan.
2. Memberikan kesempatan yang lebih luas kepada sektor swasta untuk berpartisipasi dalam pengadaan dan
pengoperasian
fasilitas
pelabuhan
(private
sector
participation
disingkat
PSP).
3. Keberadaan Otoritas Pelabuhan, Badan Usaha Pelabuhan dan Syahbandar harus merupakan the three
musketeers dalam penyelenggaraan pelabuhan atau merupakan 3 pilar utama dalam penyelenggaraan pelabuhan.
4. Oleh karena itu hubungan kerja diantara mereka memang harus ditata dengan baik sehingga jelas hak dan
kewajibannya masing-masing serta saling menghormati keberadaan, tugas dan wewenang pihak-pihak lainnya.
Namun tentunya jangan dilupakan bahwa di pelabuhan terdapat juga pelaku-pelaku kegiatan lainnya yaitu pelaku
kegiatan usaha jasa yang terkait dengan pelabuhan, para peng-guna jasa kepelabuhanan (pengusaha pelayaran
dan pemilik barang atau wakilnya dan penum-pang kapal laut) dan instansi yang melakukan kegiatan pemerintah
lainnya (CIQ) yang juga sa-ling berinteraksi diantara mereka dalam batas-batas hak dan kewajiban mereka
masing-masing.
Dalam makalah ini dibahas mengenai Penyelenggaraan Kegiatan Pelabuhan yang merupakan Bagian Kedua dalam
UU no.17 tahun
2008
dan
diatur
lebih
rinci
dalam
pasal
79
sampai
dengan
pasal
101.
Di Bagian Kedua ini diuraikan dengan jelas format kelembagaan (institusional arrangement) penyelenggaraan
pelabuhan yang baru sesuai UU Pelayaran no. 17 tahun 2008 yang terbagi dalam dua kelompok kegiatan yaitu 1)
Kegiatan
Pemerintahan
dan
2)
Kegiatan
Pengusahaan.
Kegiatan
Pemerintahan
seperti
yang
diatur
dalam
pasal
80
diuraikan
seperti
berikut
:
a) Kegiatan yang menjalankan fungsi pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan kegiatan pelabuhan
(mungkin yang dimaksud adalah kegiatan yang ada kaitannya dengan penyediaan jasa kepelabuhanan) yang
dilakukan oleh penyelenggara pelabuhan. (Pasal 80 ayat 3 jo Pasal 81 ayat 1) yaitu :

Otoritas
Pelabuhan
(OP)
atau

Unit
Penyelenggara
Pelabuhan
(UPP)
b) Kegiatan pemerintahan yang menjalankan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran yang dilaksanakan oleh
Syahbandar.
(Pasal
80
ayat
4)
c) Kegiatan pemerintahan yang menjalankan fungsi CIQ, yang dilakukan oleh masing-masing instansi yang
bersangkutan
yaitu
Bea
Cukai,
Imigrasi
dan
Karantina
pelabuhan.
(Pasal
80
ayat
5)
d) Kegiatan pemerintahan lainnya yang bersifat tidak tetap. (Pasal 80 ayat 2)
Kegiatan
Pengusahaan
di
Pelabuhan
terdiri
dari
(pasal
90
ayat
1)
:
a) Kegiatan penyediaan dan atau pelayanan jasa kepelabuhanan yang dilaksanakan oleh Badan Usaha Pelabuhan
(BUP)
b) Kegiatan jasa terkait dengan kepelabuhanan (antara lain perkantoran, perhotelan, instalasi air bersih, listrik dan
lain-lain)
Otoritas Pelabuhan
Karakteristik
utama
dari
eksistensi
Otoritas
Pelabuhan
(OP)
yaitu
:
Dibentuk untuk satu atau beberapa pelabuhan komersial oleh dan bertanggung jawab kepada Menteri (pasal 81
ayat
1
dan
2,
pasal
82
ayat
1
dan
2)
Aparatnya adalah PNS yang mempunyai kemampuan dan kompetensi di bidang kepelabuhanan (pasal 86)

Sebagai
wakil
pemerintah
memberikan
konsesi
kepada
BUP
(Pasal
82
ayat
4)
Pemegang hak pengelolaan tanah dan pemanfaatan perairan (pasal 85)
Tugas dan tanggung jawab Otoritas Pelabuhan (OP) secara singkat meliputi hal-hal yang terkait dengan :
1. Penyediaan lahan (daratan dan perairan) serta pembangunan dan pemeliharaan basic infrastructure (alur
pelayaran,
kolam
pelabuhan,
penahan
gelombang,
jaringan
jalan
dalam
pelabuhan)
2.
Penyusunan
Rencana
Induk
Pelabuhan
termasuk
DLKR
dan
DLKP
3. Keamanan dan ketertiban di pelabuhan, kelestarian lingkungan serta kelancaran arus barang.
4.
Penyusunan
tarif
5. Pelayanan jasa kepelabuhanan apabila tidak dilakukan oleh Badan Usaha Pelabuhan (BUP).
(lihat pasal 83 ayat 1 dan 2)
Wewenang
Otoritas

Mengatur
dan

Mengawasi

Pelabuhan
(pasal
mengawasi
penggunaan
lahan
penggunaan
DLKR

84)
daratan

dan

yaitu
dan

:
perairan
DLKP


Mengatur
lalu
lintas
kapal
keluar/masuk
pelabuhan
melalui
kegiatan
pemanduan

Menetapkan
standar
kinerja
operasional
pelayanan
jasa
kepelabuhanan
Dari karakteristik, tugas dan tanggungjawab OP sebagaimana diuraikan diatas, nampaknya pengorganisasiannya
lebih cenderung menggunakan format pengelolaan pelabuhan sebagai landlord port, dengan catatan dapat pula
melakukan
kegiatan
pelayanan
jasa
kepelabuhanan
yang
memang
tidak
dilakukan
oleh
BUP.
Sedangkan format pengelolaan UPP cenderung merupakan service port, dengan catatan dalam keadaan tertentu
dapat pulan menyerahkan salah satu segmen pelayanan jasa kepelabuhanannya kepada BUP (pasal 91 ayat 4).
Sebagai perbandingan, hampir diseluruh pelabuhan Eropa Barat, Amerika Serikat, Australia dan Asia (termasuk
ASEAN) menggunakan sistim pengelolaan landlord port authority dengan variasi-variasi ada satu port authority
mengelola satu pelabuhan saja, ada pula satu landlord authority yang mengelola beberapa pelabuhan seperti di
Filipina
(Philipines
Port
Authority)
Kelembagaan pelabuhan Singapura yang sebelum tahun 1996 merupakan service port (the owner/regulator as
well as the operator) dengan nama Port of Singapore Authority yang lebih dikenal dengan singkatan PSA, sejak
awal tahun 1966 format pengelolaannya dipisahkan menjadi the Maritime and Port Authority of Singapore (MPA
Singapore) sebagai landlord port and regulator yang merupakan penggabungan dari Bational Maritime Board, the
Marine Department dan the Regulatory Departments of PSA. Kemudia PSA lama dirubah statusnya menjadi PSA
Corporation yang bertindak sebagai main operator dari pelabuhan Singapura. Dalam hubungan ini pada bulan
September 1997 MPA memberikan licences kepada PSA Corp untuk mengoperasikan se;uruh terminal barang dan
penumpang
dan
pelayanan
jasa
kepanduan
dan
penundaan
di
pelabuhan
Singapura.
Nampaknya di Indonesia menurut Undang Undang Pelayaran yang baru, pelabuhan-pelabuhan yang diusahakan
secara komersial, diarahkan juga ke landlord port authority yang sekaligus juga menjadi regulator dan sedangkan
yang
menjadi
regulatornya
adalah
Badan
Usaha
Pelabuhan
(BUP).
Perbedaannya dengan pelabuhan negara lain terletak pada kelembagaan dan status penyelenggaranya. Di negara
lain pada umumnya penyelenggaranya adalah badan otonom yang terpisah dari birokrasi pemerintahan termasuk
harta kekayaannya, meskipun badan otonom tersebut dimiliki oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah
(penyelenggara pelabuhan Rotterdam sebagai landlord adalah Rotterdam Port Authority (Rotterdam Municipal Port
Management)
yang
merupakan
perusahaan
pelabuhan
(Havenbedrijf
Rotterdam
NV).
Perbedaan ini membawa pula pada perbedaan dalam status pengorganisasiannya. Di Singapura misalnya terdapat
semacam Board of Commissioners yang disebut Board of MPA dengan keanggotaan terdiri dari 9 orang yang
berasal dari berbagai kalangan yang terkait, kemudian Direktur Jenderal MPA sebagai managernya yang dibantu
oleh 7 divisi (corporate service division information technology division, policy division, port division, shipping
division, technology division, training division) Perlu dikemukakan bahwa MPA ini sesuai namanya juga bertindak
sebagai
regulator
di
bidang
shipping.
Di Indonesia, karena aparat OP merupakan PNS maka kelembagaan OP sepertinya akan merupakan full
government agency yang langsung bertanggungjawab kepada Menteri dan anggaran biayanya dari APBN
sedangkan penghasilannya akan merupakan penghasilan negara bukan pajak (PNBP), Penanggung jawab OP
mungkin disebut Kepala OP atau Direktur OP yang dibantu oleh Bagian sekretariat dan divisi-divisi yang terkait
dengan pelaksanaan tupoksi dan wewenangnya. Jadi tidak ada semacam board of commissioners-nya.
Copy paste dari Warta GAFEKSI No. 78

Anda mungkin juga menyukai