DISKUSI :
OUTLINE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Latar belakang
Kondisi Bangunan Gedung di Indonesia
Pengaturan BG di Indonesia
Prinsip Keberlanjutan dalam
Perundangan bangunan gedung
Peran Kementerian PU
Konsep Pedoman Bangunan Gedung
& Lingkungan Hijau
Gerakan Hijau Kementerian PU
Tantangan ke depan
1. LATAR BELAKANG
Data dan Fakta
Fakta tentang Bangunan Gedung di
dunia:
Menghabiskan lebih dari 1/3 sumber
daya dunia untuk konstruksinya;
Menggunakan 40% dari total energi
global;
Menggunakan 12 % dari total
persediaan air bersih;
Menghasilkan 40% dari total emisi
greenhouse gas (GHG);
Pada tahun 2030, diperkirakan 1/3 total
emisi CO2 dunia berasal dari bangunan
gedung, dengan penyumbang terbesar
dari negara-negara di Asia
Sumber: IPCC, Fourth Assessment Report on Climate Change 2007
1. LATAR BELAKANG
Komitmen Pemerintah dalam Perubahan Iklim Global
A. Kebijakan terkait
1. Ratifikasi Konvensi Kerangka
PBB tentang Perubahan
Iklim lewat, UU No. 6/1994;
2. Ratifikasi Protokol Kyoto
lewat UU No. 17/2004;
3. Pengembangan institusi,
terkait dengan perubahan
iklim;
4. Kebijakan Sektor Energi,
termasuk di dalamnya:
Inpres No. 10/2005 tentang
Penghematan Energi;
5. Rencana Aksi Nasional
Dalam Perubahan Iklim;
6. Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca (GRK)
Proyeksi kenaikan
emisi CO2
Sumber: Global Insight, RISI, WMM, PLN, IEA: Indonesia GHG Abatement Cost Curve
Perkiraan
penggunaan
energi kian
meningkat ,
terutama
dari hunian
dan
komersial
- Rapermen BG Hijau
- Juknis BG Hijau
UUBG
PPBG
Penjelasan
Pasal 6
Pasal 6 (1)
Pasal 11 (2)
Pasal 12 (2)
Pasal 18 (4)
Pasal 20 (4)
Pasal 20 (5)
Penjelasan
Pasal 23 (1)
Persyaratan Arsitektur BG
Penyediaan RTH pada BG
Pasal 14 (4)
Pasal 25 (1)
Pasal 25 (2)
Persyaratan Pengendalian
Dampak Lingkungan
Pasal 15 (1)
Pasal 15 (2)
Pasal 26 (1)
Pasal 26 (2)
Persyaratan Kesehatan
Pasal 22 (1)
Pasal 40 (3)
Pasal 23 (1)
Pasal 41 (4)
Pasal 24 (2)
Pasal 44 (1)
Pasal 45 (3)
Pasal 46 (2)
Pasal 25 (1)
Pasal 47 (1)
Pasal 47 (3)
Pembinaan
Pengawasan
1. Kab/Kota : Pendampingan
Penyusunan Raperda BG
2. Stakeholder lainnya:
Sosialisasi/diseminasi,
pelatihan/workshops tentang
BG, kerjasama teknis, dll
1. Monitoring/Evaluasi terhadap
muatan program/
substansi/kepuasan
masyarakat tentang Perda
BG;
2. Evaluasi terhadap kontribusi
pembangunan BG Hijau
terhadap RAN-GRK
Pelaksanaan
Tahap Pembangunan
Audit
1. Persyaratan Administratif
2. Persyaratan Teknis, dan
Pemenuhan Kriteria BGH:
SLF
Dokumen
Rencana Teknis
BGH
(Target yang
ingin dicapai)
Pembongkaran
Tahap Pemanfaatan
Pengelolaan tapak
Efisiensi energi
Efisiensi air
Material dan sumber daya
Mutu dan kenyamanan dalam
BGH
Manajemen penyelenggaraan
BGH
Kalkulasi
mengenai
dampak
ekonomi,
sosial dan
lingkungan
Pemeriksaan Berkala
Tahap
Audit
Kesesuaian
antara Target
dan
Pelaksanaan
Konstruksi
S L Fn
6.
PENDATAAN /
PENDAFTARAN
RTRW
KAB/KOTA,
RDTRKP
AMDAL
TABG
TABG
TABG
RTBL
IMB
TABG
SLFn
SLF
PELAKSANAAN
PERENCANAAN
TABG
K
T
TABG
RTB
PEMANFAATAN
PEMBONGKARAN
KI
PEMBANGUNAN
PERSETJ/
REKOM.
INSTANSI
LAIN
PELESTARIAN
PENYEDIA JASA
KETERANGAN :
M
KT
KI
RTB
TABG
SLF
SLFn
Masyarakat
Kajian Teknis
Kajian Identifikasi
Rencana Teknis Pembongkaran
Tim Ahli Bangunan Gedung
Sertifikat Laik Fungsi
Perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi
Pengaturan
Pelaku
1. Masyarakat/Instansi calon
pemilik/pengguna BG hijau;
2. Konfirmasi kesesuaian
persyaratan teknis dan
peruntukan tata ruang dalam
Advis Planning
1. RTRW/RDTRKP/Panduan detail
kawasan (RTBL yang memuat
persyaratan hijau kawasan);
2. Persyaratan mengenai dampak
lingkungan;
3. Persyaratan tentang KLHS
1. Masyarakat/instansi calon
pemilik/pengguna BG hijau;
2. Aparat Pemda (Dinas Tata Kota,
Dinas LH)
Pengaturan
Pelaku
1. Masyarakat/Instansi calon
pemilik/pengguna BG hijau;
2. ULP/LPSE apabila kegiatan
pemerintah, yang memahami aturan
pemilihan penyedia jasa untuk BG
hijau;
Pengaturan
1. Pedoman Umum BG Hijau;
2. Perda tentang BG Hijau
Pelaku
1. Aparat Pemda yang
memahami/mendapat
pelatihan/training tentang BG hijau;
2. TABG yang
memahami/berpengalaman dalam
penyelenggaraan BG hijau;
Pengaturan
Pelaku
1. Masyarakat/Instansi calon
pemilik/pengguna BG hijau;
2. ULP/LPSE apabila kegiatan
pemerintah, yang memahami aturan
pemilihan penyedia jasa untuk BG
hijau;
2. Proses pelaksanaan
konstruksi
Proses
3. Proses pemeriksaan
kelaikan fungsi (SLF-1)
Pengaturan
1. Pedoman Umum BG hijau;
2. Juknis BG hijau;
3. Rating system (voluntary) yang
digunakan
Pelaku
1. Aparat Pemda yang
memahami/mendapat
pelatihan/training tentang BG hijau;
2. Rating system disediakan oleh pihak
ketiga yang independen, kompeten,
dan diakreditasi resmi;
3. Penyedia jasa (perencana,
MK/Pengawas) yang tersertifikasi
oleh Lembaga terakreditasi resmi;
4. Penyedia jasa pengkaji teknis BG
hijau yang tersertifikat
D. Tahap Pemanfaatan
Proses
Pengaturan
Pelaku
1. Building Management/Pengelola
Bangunan/Penyedia jasa yang tersertifikasi oleh
Lembaga terakreditasi resmi;
2. Pemilik/penggunan BG hijau yang mendapatkan
pelatihan/training tentang perawatan dan
pemeliharaan dari perencana dan/atau
pelaksana konstruksi
2. Proses Pemeriksaaan
berkala BG hijau
1. Building Management/Pengelola
Bangunan/Penyedia jasa yang tersertifikasi oleh
Lembaga terakreditasi resmi;
E. Tahap Pembongkaran
Proses
1. Proses pembongkaran
Pengaturan
1. Pedoman Teknis Pembongkaran;
2. Pedoman Umum BG hijau (tata
cara pembongkaran)
3. Juknis BG hijau (minimalisasi
limbah, sampah, transportasi
limbah, dll)
4. Permen PU No. 26/2007 tentang
TABG
Pelaku
1. Perencana teknis dan MK/Pengawas
pembogkaran yang tersertifikasi oleh
Lembaga terakreditasi resmi;
2. Pelaksana pembongkaran yang tersertifikasi
oleh Lembaga terakreditasi resmi;
3. TABG yang memahami/berpengalaman dalam
penyelenggaraan BG hijau
Detail
Pedoman Umum BG hijau;
Juknis BG hijau;
Pedoman Pemilihan Penyedia Jasa BG hijau;
Perda/Pergub BG hijau
Aktor Utama
1.
2.
3.
4.
1. Asosiasi profesi;
2. Pemda
3. Pemerintah
1. Pemda
2. Asosiasi profesi
3. Akademisi/Universitas
1.
2.
3.
4.
5. Masyarakat/instansi pemilik/pengguna
BG hijau
1. Pemerintah
2. Pemda
3. Asosiasi profesi/Fabrikan/Suplier
1. Kementerian PU;
2. Pemda
Pemda
Kementerian PU
Asosiasi profesi
Penyedia jasa/Fabrikan/Suplier
7. GERAKAN HIJAU
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DASAR HUKUM
UU 28/2002 BANGUNAN GEDUNG
UU 7/2004 SUMBER DAYA AIR
UU 17/2004 PENGESAHAN PROTOKOL KYOTO ATAS
KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG
PERUBAHAN IKLIM
UU 32/2004 PEMERINTAHAN DAERAH
UU 38/2004 JALAN
UU 24/2007 PENANGGULANGAN BENCANA
UU 26/2007 PENATAAN RUANG
UU 32/2009 PERLINDUNGAN & PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
Saluran Irigasi
Pintu Air
Aspal Porous
7. KONSTRUKSI HIJAU
Pemetaan terhadap penyedia jasa yang telah siap untuk menerapkan konstruksi hijau;
Peningkatan kapasitas aparat Kementerian PU mengenai Penerapan Konsep Hijau dalam
Penyelenggaraan Infrastruktur melalui training Greenship Associate (GA) bekerjasama
dengan GBCI;
Sosialisasi penghunian Gedung Hijau Kementerian PU untuk seluruh staf BP Konstruksi;
Sosialisasi Perdagangan Karbon sebagai salah satu alternatif pembiayaan infratruktur
hijau, kerjasama dgn Asosiasi Pengelola Karbon Indonesia (APKI);
Melakukan sosialisasi teknologi konstruksi hijau.
Catatan:
Pemaparan lebih dalam mengenai hal ini akan disampaikan oleh Kepala Puslitbang
Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum.
7. KONSTRUKSI HIJAU
Penyelenggaraan Infrastruktur
Hijau
8. Tantangan ke depan
1.
Mendorong tersusunnya Perda BG (saat ini baru sekitar 22% dari total kab/kota di
Indonesia) menimbulkan tantangan implementasi pengaturan BGH di tingkat kab/kota,
termasuk mengakomodasi muatan pengaturan BGH dalam Perda BG;
2.
3.
4.
Pengembangan kapasitas dalam pemenuhan IMB, SLF, TABG dan Pendataan BG bagi
aparat pemerintah daerah kab/kota untuk penyelenggaraan BGH.
5.
PENUTUP
Pohon memiliki sifat ekologis dan green building adalah hasil
rekayasa engineering yg memiliki sifat ramah lingkungan.
Konsep Pohon & Green Building pada hakekatnya dapat
disinergikan unt mendapatkan fungsi kenyamanan, efisiensi dan
sustainability diberbagai tingkatan baik skala bangunan,
lingkungan/ komunitas maupun skala kota sejalan dengan
kebijakan bangunan gedung dan lingkungan hijau serta gerakan
hijau Kementerian Pekerjaan Umum
Pohon dan Hutan perlu disinergikan dalam kehidupan perkotaan yg hijau serta berkelanjutan.
Hutan kota akan memberikan efek kesegaran udara, pendinginan, serta penyerapan CO2
Pemanfaatan pohon dalan bagunan gedung hijau akan meningkatkan efisiensi energi dalam
engineering solution.
Sudah selayaknya bahwa pelaku pembangunan gedung maupun inrfrastruktur dapat
meningkatkan komitmennya dalam mewujudkan kenyamanan dan kelestarian lingkungan
untuk generasi mendatang
Gerakan hijau kementerian PU diharapkan akan dapat mendorong semua pihak dalam
mewujudkan kehidupan yang lebih nyaman , efisien dan sustainability.
SUMBER: greenitall.com
1. Komitmen efisiensi energi pada 2020 dengan skenario BAU adalah 1.936,6 juta SBM;
2. Potensi efisiensi energi terkait dengan bangunan gedung terdapat pada rumah tangga, komersial
dan industri.
1. Sektor Energi:
Energi
Industri manufaktur
Transportasi
Bangunan gedung
Agrikultur
2. Sektor Pertanian:
Tanaman pangan
Ternak dan pemupukan
B. Gas kontributor
C. Pemanasan Global
-
Pemanasan global
mempercepat
perubahan iklim;
Akibat dari
perubahan iklim a.l:
naiknya suhu ratarata, naiknya
permukaan air laut,
cuaca ekstrim, dan
mencairnya es
kutub
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
11.
12.
13.
14.
15.
16.