Anda di halaman 1dari 79

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN


SEKRETARIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta - 10110; Telp./Fax.: (021)34833061; 34833065

STUDI SISTRANAS PADA TATARAN TRANSPORTASI


LOKAL (TATRALOK) DI KABUPATEN MALAKA

PT. Kreasi Cipta Konsultan

Laporan Antara
Materi Pembahasan
2

 Pendahuluan
 Metodologi
 Tinjauan Pustaka
 Hasil Pengumpulan Data
 Analisis Awal
 Rencana Kerja Selanjutnya
3 PENDAHULUAN
Latar Belakang
4

 Peran Transportasi yang sangat penting sebagai urat nadi


kehidupan yang berfungsi sebagai penggerak, pendorong dan
penunjang pembangunan.
 Transportasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari elemen yang
kompleks yang dituangkan dalam Sistem Transportasi Nasional
(Sistranas).
 Perkembangan lingkungan strategis dan kehidupan nasional serta
dinamika wilayah Kabupaten/Kota maka diperlukan penyusunan
Sistranas pada Tatralok sebagai pedoman pembangunan
transportasi.
 Kebutuhan Kabupaten Malaka (sebagai kabupaten baru) terhadap
sistem transportasi yang mendukung sehingga potensi ekonomi yang
ada di wilayah tersebut bisa berkembang menjadi lebih baik.
Alasan Kegiatan Dilaksanakan
5

 Dasar Hukum:
 UU No. 26/2007 tentang Tata Ruang;
 UU No. 23/2007 tentang Perkeretaapian;
 UU No. 17/2008 tentang Pelayaran;
 UU No. 1/2009 tentang Penerbangan; dan
 UU No. 22/2009 tentang LLAJ.
 Perwujudan Sistranas pada Tatranas, Tatrawil dan Tatralok
sebagai acuan bagi semua pihak dalam penyelenggaraan
transportasiyang efektif dan efisien baik pada tataran lokal,
wilayah maupun nasional.
 Surat dari Pemerintah Daerah Kabupaten Malaka No
AP.600/23/1/2015 tentang Usulan Penyusunan Dokumen
Tatralok Kabupaten Malaka.
Maksud, Tujuan dan Keluaran
6

 Maksud:
Menyusun Tataran Tranportasi Lokal sejalan dengan dinamika perkembangan
ekonomi wilayah dan pola Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
sebagai pedoman pengaturan, pembangunan dan penyelenggaraan
transportasi lokal.
 Tujuan:
Tersedianya dokumen rencana dan program pengembangan transportasi lokal
di Kabupaten Malaka, yang efektif dan efisien dalam mendukung
pengembangan ekonomi di Kabupaten bersangkutan.
 Keluaran:
 Tersedianya dokumen Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK) beserta
konsep legalitas penetapannya di Kabupaten Malaka.
 Keluaran kegiatan adalah laporan hasil penelitian berikut legalitasnya di
Kabupaten Malaka.
Ruang Lingkup Kegiatan
7

1. Identifikasi permasalahan sistem transportasi yang ada;


2. Identifikasi kondisi eksisting jaringan transportasi, kondisi eksisting sarana dan praranayang ada,
dan kondisi eksisting sarana dan prasaran pendukung transportasi;
3. Identifikasi pelayanan jaringan transportasi, kinerja jaringan transportasi, dan jaringan kinerja
transportasi secara terpadu;
4. Identifikasi wilayah bangkitan ekonomi yang akan menimbulkan bangkitan dan tarikan pergerakan
transportasi;
5. Identifikasi pergerakan penumpang dan barang di dalam wilayah Kabupaten Malaka dan wilayah
sekitar yang terkait;
6. Pengkajian model pengembangan jaringan transportasi lokal kabupaten;
7. Merumuskan alternatif pengembangan jaringan prasarana dan pelayanan transportasi;
8. Merumuskan kebijakan, strategi dan program pengembangan jaringan prasarana dan pelayanan
transportasi;
9. Menetapkan prioritas dan tahapan pengembangan jaringan transportasi, sarana transportasi, dan
fasilitas pendukung transportasi dalam kurun waktu 2016, 2021, 2026 dan 2031;
10. Menyusun rancangan peraturan Bupati tentang Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal
(Tatralok);
11. Mengadakan FGD di Ibu Kota Kabupaten untuk mendapatkan masukan alternatif pengembangan
jaringan transportasi lokal;
12. Menyelenggarakan seminar dalam rangka penyempurnaan laporan akhir dan legalitas Tatralok di
Ibu Kota Propinsi.
Lokasi Kegiatan
8
9 METODOLOGI
Isu Strategis
10

 Merupakan kabupaten baru, pengembangan dari Kabupaten Belu (melalui UU No


3 tahun 2013)
 Pertimbangan pembentukan Kabupaten Malaka:
 adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat di wilayah perbatasan,
 meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan di Kabupaten Belu
 kebutuhan peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan,
dan kemasyarakatan, serta kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah
untuk penyelenggaraan otonomi daerah.
 Dengan pertimbangan bahwa transportasi adalah kebutuhan ikutan,
pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Malaka sangat dipengaruhi oleh:
 Kebijakan pengembangan wilayah (termasuk dalam hal ini
perekonomian/pembangunan)
 Kebijakan nasional terkait kawasan perbatasan - sehingga tidak semua
pengembangan berorientasi pada pertimbangan aspek pertumbuhan ekonomi,
pengembangan wilayah atau aspek efisiensi sistem (jika ada), misalnya
pembangunan jaringan prasarana jalan, pelabuhan, dll
Latar Belakang, Maksud
dan Tujuan, Ruang

Pendahuluan
Lingkup Kegiatan
11

Peraturan Perundang- Pemantapan Metodologi Tatrawil Kabupaten


undangan dan Pengumpuan Data Malaka
Dokumen Rencana
Pengembangan
Transportasi Kondisi Wilayah dan
Metodologi dan Tahapan

Transportasi Kabupaten

Antara
Pola Distribusi Malaka
Penumpang dan Barang
Evaluasi dan Rumusan
Permasalahan

Kondisi Ideal (yang


diharapkan) Transportasi
Kabupaten Malaka
Identifikasi Kebutuhan
Pengembangan

Konsep Laporan Akhir


Transportasi Lokal
Kabupaten Malaka

Pemodelan Transportasi
(4 stages modelling) +
peramalan demand
Kegiatan

Prioritas Pengembangan
Transportasi

Pemeriksaan Kinerja
Sistem Transportasi

Finalisasi
Kebijakan, Strategi dan
Program/Rencana Aksi
12 TINJAUAN PUSTAKA
Pola Pikir Sistranas
13

Sumber: Sistem Transportasi Nasional, Kemenhub 2012


Pola Pikir Sistranas dalam Tatranas
14

Sumber: Sistem Transportasi Nasional dalam Tatranas, Kemenhub 2012


Integrasi Perwujudan Sistranas
15

Sumber: Sistem Transportasi Nasional dalam Tatranas, Kemenhub 2012


Sistem Perkotaan Nasional
16
Pulau PKN PKW PKSN
Sumatera 9 56 4
Jawa 10 35 -
Bali - Nusa Tenggara 3 13 1
Kalimantan 7 28 9
Sulawesi 5 24 2
Maluku - Papua 5 20 7
Total (440 Kab/Kota) 39 176 23

Keterangan:
PKN
PKW
PKSN/KOTA PERBATASAN
Sumber: PP No. 26 tahun 2008
Dasar Hukum
17

 UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan


 UU No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
 UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
 UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
 UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
 UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan
 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
 Peraturan Presiden No. 88 Tahun 2011 tentang RTR Kepulauan Nusa Tenggara
(2010 - 2030)
 Perda No. 1 Tahun 2011 tentang RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010 -
2030
 Sistranas dan Tatranas.
Peraturan Perundangan-1
18
UU No. 38 Tahun 2004 UU No. 22 Tahun 2009 UU No. 17 Tahun 2008 UU No. 1 Tahun 2009
(Tentang Jalan) (Tentang LLAJ) (Tentang Pelayaran) (Tentang Penerbangan)

• Pembinaan dan 1. Memperlancar arus 1. Simpul dalam jaringan


Jalan Umum: penyelenggaraan perpindahan orang dan/atau transportasi sesuai dengan
Sebagai bagian dari lalulintas dan angkutan barang melalui perairan hierarkinya
prasarana transportasi dengan mengutamakan dan 2. Pintu gerbang kegiatan
jalan dilaksanakan oleh
melindungi angkutan di perekonomian
mempunyai peran penting instansi pembina sesuai perairan dalam rangka 3. Tempat kegiatan alih moda
dalam bidang ekonomi, dengan tugas pokok dan memperlancar kegiatan transportasi
sosial budaya, lingkungan fungsinya perekonomian nasional 4. Pendorong dan penunjang
hidup, politik, pertahanan 2. Membina jiwa kebaharian; kegiatan industri dan/atau
dan keamanan. • Penyelenggaraan lalulintas 3. Menjunjung kedaulatan perdagangan
dan angkutan jalan negara; 5. Pembuka isolasi daerah,
Jalan Tol: dilakukan secara 4. Menciptakan daya saing pengembangan daerah
bagian dari sistem jaringan dengan mengembangkan perbatasan dan
terkoordinasi dan
industri angkutan perairan penanganan bencana,
jalan umum yang dilakukan oleh forum nasional; serta
merupakan lintas alternatif lalulintas dan angkutan 5. Menunjang, menggerakan dan 6. Prasarana memperkukuh
jalan mendorong pencapaian tujuan Wawasan Nusantara dan
Jalan Khusus: pembangunan nasional; kedaulatan negara
jalan yang dibangun oleh • Keanggotaan Forum 6. Memperkukuh kesatuan
instansi, badan usaha, Lalulintas dan Angkutan bangsa dalam rangka
perseorangan atau Jalan terdiri atas unsur perwujudan Wawasan
kelompok masyarakat untuk Nusantara;
pembina, penyelenggara,
7. Meningkatkan ketahanan
kepentingan sendiri akademisi dan masyarakat nasional
Peraturan Perundangan-2
19 UU No. 26 Tahun 2007 (Tentang UU No. 23 Tahun 2007
Penataan Ruang) (Tentang Perkeretaapian)

• Penyelenggaraan penataan ruang • Penyelenggaraan Perkeretaapian: Perkeretaapian Umum dan


bertujuan untuk mewujudkan ruang Perkeretaapian Khusus
wilayah nasional yang aman, • Prasarana perkeretaapian meliputi: jalur kereta api, stasiun kereta
nyaman, produktif dan api dan fasilitas pengeoperasian kereta api
berkelanjutan berlandaskan • jalur kereta api meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang
Wawasan Nusantara dan milik jalur kereta api dan ruang pengawasan jalur kereta api
Ketahanan Nasional • Stasiun Kereta Api:
• Dalam pemanfaatan ruang 1. Untuk Keperluan naik turun penumpang
wilayah dilakukan: 2. Untuk keperluan bongkar muat barang
1. Perumusan kebijakan strategis • Fasilitas pengoperasian KA:
operasional rencana tata ruang 1. Peralatan persinyalan
wilayah dan rencana tata ruang 2. Peralatan Telekomunikasi
kawasan strategis 3. Instalasi Listrik
2. Perumusan program sektoral • Sarana pekeretaapian menurut jenisnya terdiri dari lokomotif,
dalam rangka perwujudan kereta, gerbong dan peralatan khusus
struktur ruang dan pola ruang • Lalu lintas angkutan kereta api pada dasarnya terdiri dari tata
wilayah dan kawasan strategis cara berlalu lintas kereta api dan penanganan kecelakaan kereta
3. Pelaksanaan pembangunan api
sesuai dengan program • Jaringan pelayanan perkeretaapian meliputi jaringan pelayanan
pemanfaatan ruang wilayah perkeretaapian antarkota dan jaringan pelayanan perkeretaapian
dan kawasan strategis perkotaan
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan
PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan -1
20

Klasifikasi Jalan Umum


No Pembagian Klasifikasi Definisi
sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa
Sistem Jaringan Jalan
untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
Menurut Primer
1 menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat kegiatan
Sistem
Sistem Jaringan Jalan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa
Sekunder untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan
jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan
Jalan Arteri jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna
jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi
Jalan Kolektor dengan ciri perjalananjarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah
Menurut
2 jalan masuk dibatasi
Fungsi
jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
Jalan Lokal perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi
jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri
Jalan Lingkungan
perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006 - diolah
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan
PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan -2
21

Klasifikasi Jalan Umum


No Pembagian Klasifikasi Definisi
jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
Jalan Nasional
menghubungkan antaribukota propinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol
jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota
Jalan Propinsi propinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota,
dan jalan strategis propinsi
jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk Jalan
Nasional maupun Jalan Propinsi, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
Jalan Kabupaten ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat
3 Menurut Status
kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan
jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten
jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat
pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
Jalan Kota
menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang
berada di dalam kota
jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam
Jalan Desa
desa, serta jalan lingkungan
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006 - diolah
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan
PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan -3
22

Klasifikasi Jalan Umum


No Pembagian Klasifikasi Definisi
Jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan dengan ukuran: lebar
Jalan Kelas I
maks 2.500 mm, tinggi maks 4.200 mm, muatan sumbu maks 10 T
Jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan dengan
Jalan Kelas II ukuran: lebar maks 2.500 mm, panjang maks 12.000, tinggi maks 4.200 mm,
muatan sumbu maks 8 T.
4 Menurut Kelas Jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan dengan
Jalan Kelas III ukuran: lebar maks 2.100 mm, panjang maks 9.000, tinggi maks 3.500 mm,
muatan sumbu terberat 8 T.
Jalan arteri yang dpat dilalui kendaraan dengan ukuran: lebar melebihi dari 2.500
Jalan kelas
mm, panjang melebihi dari 18.000, tinggi melebihi 4.200 mm, muatan sumbu
khusus
melebihi 10 T.

Sumber: PP No. 34 Tahun 2006 - diolah


UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan
PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan -4
23

Sumber: dicuplik dari Dep. Pekerjaan Umum, 2004


UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan
PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan -5
24

Sumber: dicuplik dari Dep. Pekerjaan Umum, 2004


Rencana Struktur Ruang Provinsi NTT
Sumber: RTRW Provinsi NTT 2010 - 2030
25
Rencana Pola Ruang Provinsi NTT
Sumber: RTRW Provinsi NTT 2010 - 2030
26
Rencana Jalur Transportasi Darat Provinsi NTT
Sumber: RTRW Provinsi NTT 2010 - 2030
27
Rencana Jalur Transportasi Laut Provinsi NTT
Sumber: RTRW Provinsi NTT 2010 - 2030
28
Jaringan Jalan Nasional di Provinsi NTT
29

Sumber: Peraturan Menteri PUPR No. 248/KPTS/M/2015


Rencana Sistem Perkotaan Wilayah
Kabupaten Malaka
30

 Arahan pengembangan sistem perkotaan bertujuan untuk memperkuat


kelompok kawasan-kawasan perkotaan yang terdapat di Kabupaten
Malaka.
 Kawasan perkotaan diarahkan pertumbuhannya agar mampu saling
berinteraksi melalui keterkaitannya dan keteraturan fungsi-fungsi
pengembangannya.
 Rencana Sistem Perkotaan
PKL PKLp PPK PPL
Betun di • Maroma Rai (Kec. • Raihenek (Kec. • Fatuao (Kec. Io Kufeu)
Kecamatan Kobalima Timur) Kobalima) • Sarina (Kec. Botin Leo
Malaka • Kmilaran (Kec. • Kaputu (Kec. Bele)
Tengah Weliman) Sasitamean) • Biudukfoho (Kec. Rinhat)
• Boas (Kec. Malaka • Hanemasin (Kec.
Timur) Wewiku)
• Besikama (Kec. • Eokpuran (Kec. Laen
Malaka Barat) manen)

Sumber: Raperda RTRW Kab. Malaka 2014 - 2034


Rencana Pola Ruang Kabupaten Malaka
Sumber: Rapeda RTRW Kabupaten Malaka 2014-2034
31
Rencana Struktur Ruang Kabupaten Malaka
Sumber: Raperda RTRW Kabupaten Malaka 2014-2034
32
Peningkatan Status Jalan Kabupaten Malaka
Sumber: Raperda RTRW Kabupaten Malaka 2014-2034
33
Rencana Sistem Transportasi Kabupaten Malaka
Sumber: Raperda RTRW Kabupaten Malaka 2014-2034
34
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan
Prasarana Tranportasi Darat -1
35

1. Pengembangan jaringan jalan:


 Melakukan pelebaran jaringan jalan kolektor primer dan lokal primer.
 Melakukan peningkatan kualitas perkerasan jalan (antara lain: Besikama-
Wanibesak; Webua-Motamasin; Rainino-Kaputu; Kakase-Biudukfoho;
Fatukbesi-Fatuknutuk; Weliman-Biudukfoho; Numponi-Uabau; Kaputu-
Umasukaer; Boas-Uarau-Wemasa-Motamasin).
 Penataan estetika koridor jalan pada jalan perkotaan di Betun.
 Pengembangan jalan baru.

2. Pengelolaan jalan:
 Peningkatan status jalan kabupaten menjadi jalan propinsi di ruas Jalan
Weliman -Biudukfoho, Umasukaer - Kaputu - Rainino.
 Peningkatan status jalan propinsi menjadi jalan nasional pada ruas Jalan
Webua - Motamasin, Webua - Besikama - Lamea, Simp.Halilulik - Teun -
Simp.Webua.
 Peningkatan status jalan kabupaten menjadi jalan strategis nasional pada
ruas jalan Metamauk - Futusakar, Simpang Uarau - Maromarai - Kotabot.

Sumber: Raperda RTRW Kab. Malaka 2014 - 2034


Rencana Pengembangan Sistem Jaringan
Prasarana Tranportasi Darat -2
36

3. Pengembangan jalan arteri primer:


 Ruas Jalan Webua - Motamasin sebagai penghubung menuju Pintu Lintas Batas
RI - RDTL (PLB) III Motamasin.
 Ruas jalan yang menghubungkan Kupang - RDTL (Timor Leste) melalui Kupang -
TTS - TTU - Simpang Haliulik - Boas - Uarau - Wemasa - Motamasin - Timor
Leste sebagai ruas jalan yang menghubungkan pintu lintas batas (PLB)
Motamasin dengan RDTL.
 Ruas jalan provinsi menjadi jalan nasional pada ruas jalan ; Webua -
Besikama - Lamea menuju Boking (TTS) - Kupang, sebagai penghubung menuju
ibukota provinsi NTT.
 Ruas jalan kabupaten menjadi jalan strategis nasional pada ruas jalan
Metamauk - Fatusakar menuju Laktutus (Fatubesi Kab. Belu) sebagai jalan
sabuk perbatasan antar negara RI - RDTL.

Sumber: Raperda RTRW Kab. Malaka 2014 - 2034


Rencana Pengembangan Sistem Jaringan
Prasarana Tranportasi Darat -3
37

4. Pengembangan jalan lingkar:


 Ruas jalan yang mengelilingi perkotaan Betun Kecamatan Malaka Tengah,
yaitu ruas jalan Webua - Harekakae - Kletek - Bereliku - Naimana -
Forekmodok - Atokama - Umaklolok - Umasukaer - Wehali - Kamanasa -
Bebua.
 Jalan sabuk perbatasan RI dan RDTL total panjang 28 kilometer yang meliputi
ruas jalan Fatusakar - Metamauk.
5. Pengembangan jalan kolektor primer:
jaringan jalan yang menghubungkan Kupang - RDTL (Timor Leste), melalui ruas
jalan yang menghubungkan Malaka Tengah - Weliman - Biudukfoho - Nunfutu -
Boking - Kolbano - Amanuban Selatan - Amarasi - Kupang Barat (Selatan Timor)
dan ruas jalan Rainino - Kaputu - Umasakaer sebagai penghubung antara
perbatasan Kabupaten Malaka dengan Kabupaten TTU menuju PKlp Betun.

Sumber: Raperda RTRW Kab. Malaka 2014 - 2034


Rencana Pengembangan Sistem Jaringan
Prasarana Tranportasi Darat -4
38

6. Pengembangan jalan lokal primer


7. Pengembangan prasarana terminal penumpang
 Peningkatan kualitas terminal Pedesaan di beberapa desa.
 Peningkatan pengelolaan terminal tipe melalui kelembagaan.
 Memisahkan lokasi terminal yang tergabung dengan fasilitas perdagangan
dan jasa sehingga tidak berdampak terhadap arus masuk dan keluar
kendaraan.
 Pengembangan status terminal dari terminal pedesaan menjadi terminal kelas
C dan terminal kelas B, di Betun sebagai ibukota kecamatan dan ibukota
Kabupaten Malaka.
 Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal,
sekurang-kurangnya berjarak 30 m.
8. Pengembangan angkutan umum

Sumber: Raperda RTRW Kab. Malaka 2014 - 2034


Studi Tinjau Ulang Tatrawil Provinsi NTT
Perkiraan Kondisi /Masalah di Masa Mendatang -1
39

 Pergerakan penumpang di dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur didominasi


oleh moda angkutan darat., seperti Sepeda Motor, Angkutan Umum, dan Mobil.
 Sepeda motor menjadi moda angkutan darat yang menarik dilihat dari sisi
kecepatan yang tinggi dan biaya transport relatif murah.
 Moda angkutan sungai dan penyebrangan didominasi untuk perjalanan antar pulau
atau wilayah.
 Pertumbuhan jumlah dan penggunaan sepeda motor harus dipertahankan tidak
terlalu tinggi untuk mencegah permasalahan di bidang keselamatan lalulintas.
 Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan propinsi kepulauan yang sangat
memerlukan moda transportasi penyebrangan, angkutan laut dan angkutan udara
sebagai sarana interkoneksi regional unggulan.
 Permasalahan transportasi di masa mendatang tidak lepas dari perkembangan
wilayah dan karakter kependudukan yang ada di wilayah Provinsi NTT.

Sumber: Balitbanghub, 2011


Studi Tinjau Ulang Tatrawil Provinsi NTT
Perkiraan Kondisi /Masalah Transportasi di Masa Mendatang
40

 Pada kawasan perbatasan dengan Negara Timor Leste yang merupakan kawasan Pertahanan dan Keamanan
perlu dibangun jaringan jalan disepanjang areal perbatasan (border area) guna menunjang fungsi dan peran TNI
dalam menjaga kawasan perbatasan.
 Sebagai wilayah kepulauan dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang interkoneksi antar pulau yang menerus
dengan frekuensi pelayanan yang tetap.
 Perkembangan Bandara yang sangat pesat memerlukan peningkatan layanan prasarana penunjang yang lebih
handal.
 Pengembangan konsep terminal multimodal diharapkan mampu mengurangi beban lalulintas terutama di kawasan
perkotaan.
 Terbukanya outlet-outlet di Provinsi NTT akan menarik perjalanan dari wilayah hinterland NTT yang selanjutnya
berimplikasi pada kebutuhan penyediaan sarana prasarana yang memadai. Diperlukan kerjasama antar Pemda
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
 Pengaturan dan penataan penggunaan ruang jalan harus lebih tegas dan konsisten untuk mengurangi
perkembangan penggunaan ruang jalan untuk kegiatan di luar kegiatan lalulintas.
 Realisasi peningkatan kinerja angkutan umum yang tak kunjung jadi meruapakan tantangan berat bagi upaya
menahan laju pertumbuhan sepeda motor.
 Upaya peningkatan prosentase kendaraan angkutan umum memerlukan kemitraan yang tinggi dari berbagai pihak
dalam hal penyediaan prasarana. penataan tata ruang yang memungkinkan terjangkaunya pusat-pusat kegiatan
dari area permukiman.
 Masih banyaknya wilayah-wilayah yang terpencil/terisolasi di Provinsi NTT akibat keterbatasan sarana
penyeberangan dan akibat tantangan fisik alam, yang menuntut upaya ekstra dalam penyediaan jaringan sarana
dan prasarana.
 Dengan peningkatan kuantitas dan kualitas transportasi jaringan jalan akan memungkinkan sekali pengembangan
lintasan angkutan barang. Untuk itu perlu peningkatan jumlah jembatan timbang serta kontrol yang lebih tegas dan
konsisten untuk mengurangi dampak kerusakan jalan dan jembatan.
Sumber: Balitbanghub, 2011
Studi Tinjau Ulang Tatrawil Provinsi NTT
Kebijakan Transportasi Jalan -1
41

1. Pembangunan fasilitas perlengkapan dan keselamatan transportasi jalan


terkait dengan peningkatan jaringan jalan lintas Nusa Tenggara dengan
prioritas tinggi yang menghubungkan: Kupang - Soe - Kefamenanu -
Kiupukan - Halilulik - Atambua - Motaain;
2. Pembangunan fasilitas perlengkapan dan keselamatan transportasi jalan
terkait dengan peningkatan jaringan jalan lingkar Sumba dengan prioritas
sedang yang menghubungkan kota-kota: Waikelo - Waitabula -
Waikabubak - Waingapu;
3. Pengembangan fasilitas perlengkapan dan keselamatan transportasi jalan
terkait dengan peningkatan jaringan jalan di wilayah Atambua yang
menghubungkan kota Atambua - Weiluli; Atambua - Motaain dengan
memperhatikan fungsi pertahanan;

Sumber: Balitbanghub, 2011


Studi Tinjau Ulang Tatrawil Provinsi NTT
Kebijakan Transportasi Jalan -2
42

4. Pengembangan simpul jaringan perlengkapan dan transportasi jalan untuk


terminal penumpang tipe A diutamakan pada kota-kota yang berfungsi
sebagai PKN (Pusat Kegiatan Nasional) atau kota-kota yang memliki
permintaan tinggi untuk pergerakan penumpang antar kota, antar provinsi,
dan/atau lintas batas negara;
5. Sistem jaringan dan keselamatan transportasi jalan Kepulauan Nusa
Tenggara dikembangkan sebagai satu kesatuan sistem jaringan transportasi
yang terpadu;
6. Pengembangan sistem transportasi lintas negara dari dan menuju Timor Leste;
7. Pengembangan keselamatan di Pulau Nusa Tenggara meliputi Perbaikan
DRK/LBK dan Penyelenggaraan Road Safety Audit;
8. Penyelenggaraan Road Safety Audit;
9. Pengembangan Manajemen Keselamatan, meliputi pembentukan UPK dan SIK
(Sistem Informasi Keselamatan) serta pembentukan DKTJ di setiap kabupaten.

Sumber: Balitbanghub, 2011


Studi Tinjau Ulang Tatrawil Provinsi NTT
Kebijakan Transportasi Penyeberangan -1
43

1. Mengarahkan pengembangan simpul dan keselamatan jaringan


penyeberangan lintas antar provinsi dalam lingkup internal Kepulauan
Nusa Tenggara Timur yang memiliki interaksi kuat meliputi: Sape -
Komodo dan Sape - Labuhan Bajo;
2. Mengarahkan pengembangan simpul dan keselamatan jaringan
penyeberangan lintas antar propinsi dan kabupaten/kota dalam Provinsi
yang menghubungkan kota-kota: Labuhan Kayangan - Labuhan-Pototano,
Labuhan Telong Elong - Labuhan Benete, Labuhan Lua Air - Pulau Moyo,
Calabai - Pulau Moyo, Waingapu - Ende, Ende - Kupang, Larantuka -
Kupang;

Sumber: Balitbanghub, 2011


Studi Tinjau Ulang Tatrawil Provinsi NTT
Kebijakan Transportasi Penyeberangan -2
44

3. Mengarahkan pengembangan simpul dan keselamatan jaringan


penyeberangan lintas antar Provinsi dengan eksternal Kepulauan Nusa
Tenggara lainnya yang memiliki interaksi kuat meliputi: antara Nusa
Tenggara Barat dan Bali meliputi Lembar - Padang Bai; antara Nusa
Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan meliputi Ruteng - Selayar; antara
Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dengan Jawa Timur
meliputi Lombok Barat - Surabaya/Lamongan dan Kupang - Surabaya/
Lamongan; serta antara Nusa Tenggara Timur dan Maluku meliputi Pulau
Alor - Pulau Wetar;
4. Sistem jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan di
Kepulauan Nusa Tenggara Timur dikembangkan sebagai satu kesatuan
sistem jaringan transportasi yang terpadu.

Sumber: Balitbanghub, 2011


Studi Tinjau Ulang Tatrawil Provinsi NTT
Kebijakan Transportasi Laut
45

1. Membuka akses terisolir di pulau-pulau kecil dan mengatasi kesenjangan


pembangunan antar wilayah;
2. Mengembangkan transportasi laut sebagai upaya untuk menghubungkan
gugus-gugus pulau sebagai satu kesatuan wilayah;
3. Meningkatkan dukungan untuk pengembangan jalur-jalur perdagangan
dari kawasan-kawasan andalan dan kawasan budidaya lain, tujuan-
tujuan pemasaran, ke kawasan Asia Pasifik dan ke Australia dengan
memanfaatkan jalur ALKI IIIA dan IIIB;
4. Mengembangkan jalur-jalur pelayaran internasional dalam rangka
mendukung kegiatan ekspor-impor melalui pelabuhan-pelabuhan
internasional;
5. Mengembangkan keterkaitan yang erat dan saling mendukung antara
kegiatan kepelabuhanan dengan kegiatan industri maritim,
pertambangan, dan/atau industri pengolahan bahan baku.

Sumber: Balitbanghub, 2011


Studi Tinjau Ulang Tatrawil Provinsi NTT
Kebijakan Transportasi Udara
46

1. Memantapkan fungsi bandara pusat penyebaran di wilayah Kepulauan


Nusa Tenggara Timur dalam rangka meningkatkan aksesibilitas antar
kota dalam lingkup wilayah Nusa Tenggara Timur maupun antar kota
dalam lingkup nasional dan internasional;
2. Mendukung pengembangan potensi pariwisata pada lokasi-lokasi yang
sangat potensial;
3. Membuka dan memantapkan jalur-jalur penerbangan internasional
antara kota-kota PKN dengan negara tetangga dan negara-negara
pusat pemasaran produksi/jasa dari Nusa Tenggara, Timur khususnya ke
Australia dan Timor Leste.

Sumber: Balitbanghub, 2011


Penetapan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh -1
47

Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di Kabupaten Malaka digolongkan menurut


kepentingan terdiri dari:
 Kawasan strategis dengan sudut kepentingan ekonomi seperti Kawasan
agropolitan, kawasan Pertambangan marmer, kawasan minapolitan,
kawasan usaha pertenakan, kawasan wisata bahari, dan kawasan strategi
industri dan perdagangan;
 Kawasan strategis dengan sudut kepentingan lingkungan hidup seperti
kawasan hutan lindung, kawasan cagar alam, kawasan suaka
margasatwa;
 Kawasan strategis dengan sudut kepentingan sosial budaya seperti Rumah
adat dan Perkampungan adat;
 Kawasan strategis dengan sudut kepentingan pertahanan dan keamanan
di Kawasan Perbatasan;

Sumber: Peraturan Bupati Malaka Nomor 14 Tahun 2014 tentang Penetapan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh
Penetapan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh -2
48
No Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Lokasi
1 Kawasan strategis dengan sudut kepentingan ekonomi
Kec. Malaka Tengah, Kec. Malaka Barat, Kec. Weliman, Kec. Wewiku,
a. Kawasan Agropolitan
Kec. Kobalima, Kec. Rinhat
b. Kawasan pertambangan
1. Pertambangan Marmer Kec. Malaka Timur dan Kec. Kobalima
2. Rembesan Minyak Kec. Kobalima (Pantai Selatan), Kec. Malaka Tengah dan Kec. Malaka Barat)
3. Mangan Seluruh wilayah Kab. Malaka
4. Batu Gamping Kec. Malaka Timur dan Malaka Tengah
5. Batu Setengah Permata Desa Sanleo Kec. Malaka Timur
c. Kawasan Minapolitan
1. Perikanan Budidaya Kec. Wewiku, Kec. Malaka Tengah, Kec. Malaka Barat, Kec. Kobalima
d. Kawasan usaha peternakan utama yang menjadi pusat pengembangan
1. Kawasan Usaha Peternakan Kapitan Meo Kec. Laenmanen
e. Kawasan usaha peternakan lainnya yang mendukung kawasan utama
1. Kawasan Manumutin Silole Kec. Sasitamean dan Kec. Io Kufeau
2. Kawasan Wekakoli Kec. Malaka Tengah dan Kec. Rinhat
3. Kawasan laloren Kec. Kobalima, Kec. Malaka Timur dan Kobalima Timur
f. Kawasan Wisata Bahari Pantai Selatan Kec. Wewiku, Kec. Malaka Barat dan Kobalima
g. Kawasan strategis industri dan perdagangan antar Negara RI - RDTL
1. Kawasan Pengembangan Kec. Kobalima dan Kec. Kobalima Timur
2. Kawasan Pusat Pengembangan Kec. Rainawe atau Kec. Kobalima
Penetapan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh -3
49
No Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Lokasi
2 Kawasan strategis dengan sudut kepentingan lingkungan hidup
a. Kawasan hutan lindung
1. Kawasan hutan lindung Selie Kec. Kobalima
2. Kawasan hutan lindung Sonmahole Kec. Laenmanen dan Kec. Sasitamean
3. Kawasan hutan lindung Lakaan Mandeu Kec. Malaka Timur
4. Kawasan hutan lindung Fatusakar Kec. Kobalima Timur
Kec. Malaka Tengah, Kec. Malaka Barat, Kec. Kobalima, Kec.
b. Kawasan cagar alam
Wewiku
c. Kawasan suaka margasatwa
1. Suaka Margasatwa Kateri Kec. Malaka Tengah, Kec. Sasitamean, Kec. Kobalima
3 Kawasan strategis dengan sudut kepentingan sosial budaya
a. Rumat Adat Ailotuk Laran - Maromak Oan Kec. Malaka Tengah
b. Rumah Adat Loro Dirna Kec. Malaka Timur
c. Rumah Adat Wesey wehali Kec. Malaka Barat
d. Perkampungan adat Kamanansa Kec. Malaka Tengah
e. Perkampungan adat Bolan Kec. Malaka Tengah
f. Perkampungan Adat Haitimuk Kec. Weliman
g. Rumah Adat Sisi Kec. Kobalima
c. Rumah Adat Lawalu Kec. Kobalima Timur
4 Kawasan strategis dengan sudut kepentingan pertahanan dan keamanan
a. Kawasan perbatasan antara RI - RDTL
b. Kawasan perbatasan di wilayah Perbatasan Selatan Kec. Kobalima Timur
c. Batas Darat Negara RI-RDTL Kec. Kobalima dan Kec. Kobalima Timur
50 HASIL PENGUMPULAN DATA
 Prasarana Jalan
o Kondisi Jalan

o Kondisi Jembatan

 Kondisi Lalu Lintas


 Angkutan Jalan
o Terminal

o Kondisi Angkutan Umum

 Rencana Bandara
 Rencana Pengembangan Sistem Transportasi
Pembentukan Kabupaten Malaka
51

Pertimbangan Dasar:
a. untuk mendorong perkembangan dan kemajuan di Provinsi Nusa Tenggara
Timur, khususnya di Kabupaten Belu, serta adanya aspirasi yang berkembang
dalam masyarakat di wilayah perbatasan, dipandang perlu meningkatkan
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik guna
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat;
b. kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, politik, jumlah penduduk, luas
daerah, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, rentang kendali
penyelenggaraan pemerintahan, dan meningkatnya beban tugas dan volume kerja
di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di Kabupaten Belu;
c. pembentukan Kabupaten Malaka dimaksudkan untuk mendorong peningkatan
pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta
kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk penyelenggaraan
otonomi daerah.

Sumber: Undang-Undang No. 3 tahun 2013


Wilayah Kabupaten
52 Malaka
Kabupaten Malaka berada di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Secara astronomis
Kabupaten Malaka terletak pada 124° -
126° Bujur Timur dan 9° - 10° Lintang
Selatan dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:
 Sebelah utara : Kabupaten Belu
 Sebelah selatan : Laut Timor
 Sebelah timur : Negara Timor Leste
 Sebelah barat : Kab. TTU & TTS

Sumber: Kabupaten Malaka Dalam Angka, 2016


Kependudukan Kabupaten Malaka
53

Luas
Pddk Kepadatan
No Kecamatan Wilayah
(jiwa) (jiwa/Km2)
(Km2)
1 Malaka Barat 20.684 87,41 236,60
2 Rinhat 15.117 151,72 99,60
3 Wewiku 18.583 97,90 189,80
4 Weliman 18.358 88,25 208,00
5 Malaka Tengah 38.514 168,69 228,30
6 Sasita Mean 8.569 65,48 130,90
7 Io Kufeu 7.959 67,79 117,40
8 Botin Leobele 4.956 39,03 127,00
9 Malaka Timur 9.531 83,28 114,40
10 Laen Manen 11.490 94,02 122,20
11 Kobalima 17.539 120,95 145,00
12 Kobalima Timur 6.592 96,11 68,60
Jumlah 177.892 1.062,73 167,40

Sumber: Kabupaten Malaka dalam Angka, 2016


Kondisi Perekonomian
PDRB Kabupaten Malaka 2015
54

900,000
800,000 PDRB ADHB
700,000 PDRB ADHK
600,000
Juta Rupiah

500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
-

ADHB ADHK
Sumber: Kabupaten Malaka dalam Angka, 2016 Total PDRB (juta Rp) 1.971.835,20 1.462.307,80
Kondisi Pariwisata
Obyek Wisata Kabupaten Malaka
55

No Obyek Wisata Lokasi


1 Teluk Hasan Kec. Kobalima Desa Litamali
Maubesi dan
Gunung Lumpur
Masin Lulik
2 Pantai Motadikin Kec. Malaka Tengah Desa Fahiluka
3 Rumah Adat Kec. Malaka Timur Desa Sanleo,
Lorodirma
4 Perkampungan Adat Kec. Malak Timur Desa Kusa
Tuaninu Taisuni
5 Pantai Abudenok Kec. Kobalima timur Desa Alas
Selatan
6 Pantai Menu Kab. Malaka
7 Bendungan Kec. Malaka Tengah Desa Kakaniuk
Benenain
8 Perkampungan Adat Kec. Malaka Timur Desa Babulu
Wekumu
9 Danau Mantasi Kec. Sasitamean Desa Babotin
10 Mata Air Weliman Kec. Weliman Desa Laleten
11 Gua Kelelawar Kec. Malaka Barat Desa Umatoos
12 Pantai Taberek Kec. Wewiku Desa Alkani
13 Danau Nanebo Kec. Rinhat Desa Aidois

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malaka, 2016


Kondisi Pariwisata
Jumlah Wisatawan Kabupaten Malaka 2015
56

Desember
Nopember
Oktober
September
Agustus
Juli
Juni
Mei
April
Maret
Februari
Januari
0 100 200 300 400 500 600 700
Wisatawan

Domestik (P) Domestik (L) Asing (P) Asing (L)

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malaka, 2016


Prasarana Jalan Kabupaten Malaka -1
57

Jenis Jaringan Jalan


Permukaan Nasional Provinsi Kabupaten
Aspal - - 48,15
Krikil - - 287,17
Tanah - - -
Lainnya 66,575 82,3 -
Total 66,575 82,3 335,32

Sumber: Bappeda Kabupaten Malaka, 2016


Prasarana Jalan Kabupaten Malaka -2
58

Kondisi Jalan

Jalan Nasional
Jalan Provinsi
Jalan Kabupaten
Jalan Rusak
Tahap Pembangunan
Water Crossing
Prasarana Jalan Kabupaten Malaka -3
59

No Ruas jalan
1 Ruas jalan menuju Desa Harekakae
2 Ruas Jalan menuju Desa Kletek
3 Ruas Jalan menuju Besikama
4 Ruas Jalan Menuju SMPN 1 Malaka
5 Ruas Jalan menuju Desa Haitimuk
6 Ruas Jalan Menuju Desa Bone Tasea
Sumber: Hasil Survei, 2016 7 Ruas Jalan Raya Haliluik - Betun
Prasarana Jalan Kabupaten Malaka -4
60

8-17

No Ruas Jalan
8 Menuju Desa Beaneno
9 Menuju Desa Nunponi
10 Sasitamean - Laenmanen
11 Reihenek - Holibot - Boaz
12 Walaus - Wemer
13 Betun - Motamasin
14 Motamasin - Laktutus (Alas)
15 Rinhat - Lo Kefau
16 Lintas Selatan Malaka
Sumber: Hasil Survei, 2016 17 Wemer
Kondisi Jembatan Kabupaten Malaka
61

Sumber: Hasil Survei, 2016


Lokasi Survei Traffic Counting
62

Sumber: Hasil Survei, 2016


Kondisi Lalu Lintas Kabupaten Malaka
63

Volume Jam Puncak (smp/jam)


No Nama Jalan
Pagi Siang Sore
1 Jl. Ahmad Yani (Betun - Perbatasan RI - RDTL) 101,6 61,6 103,2
2 Betun 41,6 38,4 36,8
3 Jl. Raya Halilulik - Betun 62,8 130 39,6
4 Kobalima 20 15,2 7,2
5 Kobalima Timur 20 47,2 24,8
6 Betun-Perbatasan RI-RDTL (Kobalima Timur) 32 43,2 36,8
7 Malaka Tengah 180 214,4 195,2
8 Sungai Mota 46,8 59,6 30
2% 6%
4%
Sepeda Motor
Mobil
11%
Angkutan Umum
Bus
Truk

77%
Proporsi Kendaraan
Sumber: Hasil Survei, 2016
Kinerja Ruas Jalan Kabupaten Malaka
64

VCR
No Nama Ruas Kapasitas
Pagi Siang Sore
Jl. Ahmad Yani (Betun-Perbatasan RI-
1 2.520 0,0403 0,0244 0,0410
RDTL)
2 Betun 2.520 0,0165 0,0152 0,0146
3 Jl. Raya Halilulik - Betun 2.940 0,0214 0,0442 0,0135
4 Kobalima 2.100 0,0095 0,0072 0,0034
5 Kobalima Timur 2.100 0,0095 0,0225 0,0118
Betun-Perbatasan RI-RDTL (Kobalima
6 2.520 0,0127 0,0171 0,0146
Timur)
7 Malaka Tengah 2.940 0,0612 0,0729 0,0664
8 Sungai Mota 1.680 0,0279 0,0355 0,0179

Sumber: Hasil Survei, 2016


Lokasi dan Kondisi Terminal
Kabupaten Malaka
65

Sumber: Hasil Survei, 2016


Kondisi Angkutan Umum
66

Jumlah armada angkutan


desa dan Bus yang
beroperasi
di Kabupaten Malaka:
64 dan 30 unit

Sumber: Hasil Survei, 2016


Rute Trayek Angkutan Umum
Kabupaten Malaka
67

Sumber: Hasil Survei, 2016


Lokasi Rencana Pengembangan
Bandara dan Pelabuhan Laut
68

Sumber: Hasil Survei, 2016


69 ISU STRATEGIS DAN USULAN PROGRAM

 Pengembangan Model Transportasi


 Isu Strategis
 Usulan Program
Model Jaringan Jalan dan Sistem Zona
70

Kec./
No. Zona Tipe
Kab./Negara
301 Malaka Barat Zona Dalam
302 Rinhat Zona Dalam
303 Wewiku Zona Dalam
304 Weliman Zona Dalam
305 Malaka Tengah Zona Dalam
306 Sasita Mean Zona Dalam
307 Io Kufeu Zona Dalam
Model Sistem Jaringan Jalan Model Sistem Zona 308 Botin Leobele Zona Dalam
309 Malaka Timur Zona Dalam
310 Laen Manen Zona Dalam
311 Kobalima Zona Dalam
312 Kobalima Timur Zona Dalam
313 Kabupaten TTS Zona Luar
314 Kabupaten TTU Zona Luar
315 Kabupaten BELU Zona Luar
Sumber: Hasil Analisis, 2016 316 RDTL Zona Luar
Model Bangkitan dan Tarikan Wilayah Studi
71

Model Bangkitan Tarikan Perjalanan Model Distribusi Perjalanan

Sumber: Hasil Analisis, 2016


Model Pembebanan dan Pola Pergerakan
Perjalanan
72

Model Pembebanan Jaringan Jalan Pola Pergerakan Perjalanan


 3.500 smp/hari = 9.500 kend/hari
 77% adalah sepeda motor
Isu Strategis
73

Jaringan Jalan Angkutan Jalan


• Belum tersedianya peta jaringan jalan yang resmi. • Drainase jalan yang buruk sehingga saat
• Kondisi jaringan jalan di Kabupaten Malaka terutama musim hujan sering banjir
jalan-jalan menuju daerah perdesaan memiliki kondisi • Pelayanan angkutan umum di Kabupaten
tidak mantap perkerasanannya seperti di Kecamatan Malaka saat ini tidak memiliki trayek resmi
Sasitamean dan Kecamatan Io Kufeu. sehingga pelayanannya cenderung door to
• Konektifitas antara Kec. Botin Leobele dengan Kec. door sesuai permintaan penumpang.
Malaka Tengah terputus akibat tidak ada jembatan • Tidak berfungsinya beberapa terminal
penghubung. angkutan penumpang sehingga kegiatan naik
• Tidak adanya jembatan sehingga terputusnya Kec. turun penumpang dilakukan di pinggir jalan.
Kobaliman dengan jalan provinsi. • Peraturan daerah terkait transportasi masih
• Jaringan jalan yang terputus di Welaos dan Rnhart-Io menginduk pada peraturan yang ada di
Kufeu terutama pada saat musim hujan karena tidak Kabupaten Belu.
tersedianya jembatan penghubung. • Lokasi pusat produksi pertanian/peternakan
• Jalan terputus yang menghubungkan Rinhart-Io Kufeo yang sangat menyebar
• Belum tersedianya perlengkapan jalan (rambu, marka
jalan, PJU, dll.).
Program
Pengembangan Pembangunan Sub Terminal
Kec. Laemanen
Pembangunan jalan Kolektor
Primer Laktutus - Dafala

Jangka Pendek
74
Pembangunan Sub Terminal
Kec. Malaka Timur

Pembangunan Sub Terminal


Kec. Sasitaeman

Pembangunan Sub Terminal


Kec. Io Kufeu

Pengembangan fasilitas
pejalan kaki
Pembangunan Sub Terminal
Kec. Kobalima Timur
Penataan Parkir dan fasilitas
pejalan kaki Kawasan Pasar
Kota Betun Pembangunan Sub Terminal
Kec. Botin Leobele

Penyuluhan Masyarakat
Sekota Betun

Pengembangan Pelabuhan
Laut di Malaka Tengah
Pembangunan Sub Terminal
Kec. Rinhat
Pembangunan jalan Kolektor
Pembangunan Sub Terminal Primer Betun – Io kufeu
Kec. Weliman
Penataan Parkir Kawasan
Terminal B
Pembangunan Sub Terminal
Kec. Weiku
Penataan Parkir dan fasilitas
pejalan kaki Kawasan Alun –
Pembangunan Bandara Baru,, Alun Kota Betun
pengembangan antar moda
menuju Bandara Baru
Program
Pengembangan
75 Jangka Menengah

Penyuluhan Masyarakat
Sekota Betun

Pengembangan fasilitas
pejalan kaki

Pengembangan fasilitas
pejalan kaki Kawasan Alun
– Alun Kota Betun

Pengembangan fasilitas
pejalan kaki Kawasan Pasar
Kota Betun

Pembangunan Bandara
Baru, pengembangan antar
moda menuju Bandara Baru
Program
Pengembangan
76 Jangka Panjang

Penyuluhan Masyarakat
Sekota Betun

Pengembangan pelayanan
terintegrasi akses Bandara
Baru, pengembangan antar
moda menuju Bandara Baru
77 RENCANA KERJA SELANJUTNYA
Rencana Kerja Selanjutnya
78

 Merumuskan alternatif pengembangan jaringan


prasarana dan pelayanan transportasi;
 Merumuskan kebijakan, strategi dan program
pengembangan jaringan prasarana dan pelayanan
transportasi;
 Menetapkan prioritas dan tahapan pengembangan
jaringan transportasi, sarana transportasi, dan fasilitas
pendukung transportasi dalam kurun waktu 2016,
2021, 2026 dan 2031;
 Menyusun rancangan peraturan Bupati tentang
Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok).
TERIMA KASIH…

Anda mungkin juga menyukai