Anda di halaman 1dari 5

Kementan Bersama Kementerian Lain Bergerak

Tuntaskan Daerah Rentan Rawan Pangan

Jakarta - Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Agung


Hendriadi menekankan pentingnya kerja sama antar lembaga dan kementerian terkait dalam
rangka penuntasan daerah rentan rawan pangan.

 
Kata Agung, Kerja sama ini antara lain dengan membangun infrastruktur secara masif,
mengintensifkan peta ketahanan dan kerentanan pangan atau food security and vulnerability
atlas (SFVA) serta menjalankan program Obor Pangan Lestari (OPAL).
 
"Program Opal dibuat untuk menjaga ketahanan pangan nasional dengan pemanfaatan lahan
pekarangan. Dalam hal ini kita harus melakukan sinergi pembebasan daerah rawan pangan,"
ujar Agung dalam acara Fokus Grup Diskusi (FGD) di Hotel Bidakara Grand Pancoran,
Jakarta, Rabu (24/6).
 
Menurut Agung, program Opal merupakan satu diantara program pengentasan kemiskinan
yang sudah berjalan secara nasional baik di tingkat kota maupun kabupaten yang sangat
rentan rawan pangan. Utamanya di wilayah Indonesia bagian Timur yang memiliki kendala
pengairan.
 
"Ujungnya adalah, kita ingin semua program yang dijalankan secara sinergi ini bisa
mengentaskan kemiskinan dan mengurangi stanting pada ibu hamil. Tentu ini ada kaitanya
dengan asupan pangan. Makanya kita libatkan juga dari berbagai unsur, termasuk
Kementerian Kesehatan," katanya.
 
Menurut Agung, hasil pemetaan Kementan pada kasus kerentanan rawan pangan ini
diantaranya terjadi di daerah Sigi, Sulawesi Tengah. Di sana, kasus yang ditemukan bahkan
sampai masuk kategori level kronis.
 
"Makanya kapasitas produksi pangan harus kita tingkatkan untuk mencukupi permintaan
konsumsi. Tapi sudah kita inisiasi dengan program Obor Pangan Lestari seperti membangun
koperasi usaha tani dan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Semua ini menjadi upaya kita untuk
meningkatkan ketersediaan pangan," katanya.
 
Direktur Jenderal Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Kirana
Pritasari mendukung upaya Kementerian Pertanian dalam membangun penanganan
kerentanan rawan pangan melalui program Opal.
 
"Menurut saya program ini juga ada kaitanya dengan penanganan stunting. Tentu kami sangat
menyambut baik kerja sama ini untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat, termasuk
pentingnya ketahanan pangan di tingkat keluarga," katanya.
 
Menurut dia, penanganan stunting yang berkaitan dengan asupan pangan sangatlah penting
untuk menghindari kondisi kronis, seperti penurunan tinggi badan dan penyusutan kesehatan
dari rata-rata anak seusianya.
 
"Ini akan menjadi masalah besar bagi bangsa kita kalau kemudian generasi ini terus menjadi
sumber daya manusia yang akhirnya tidak kompetitif tidak produktif dan nanti secara
ekonomi akan mempengaruhi pembangunan bangsa kita," katanya.
 
Dari akademisi, Rektor Universitas Yarsi, Prof. Fasli Jalal juga mendukung langkah kongkrit
Kementan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program Opal. Kata dia,
program tersebut sudah mencakup program teknis lainya pada bidang ketahanan pangan.
 
"Terus terang ini sinergi yang luar biasa karena dari semua sisi sudah tersentuh, termasuk dari
sisi makro yang biasanya tergantung pada kondisi lokal. Nah harapan kita, selain dari
jaminan makro ini dengan dua instrumen keberdayaan masyarakat bahwa mereka sendiri
yang mencukupi dulu di tingkat mereka," tukasnya.
 
Sekedar informasi, sinergi Fokus Grup Diskusi ini juga dihadiri Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR), Kemendesa PDT Transmigrasi, Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Sosial Bappenas dan Lemhanas. Dalam paparnya, masing-
masing perwakilan mendukung semua upaya penanganan rentan pangan.

Program ketahanan pangan untuk penanggulangan stunting (kekurangan gizi anak)

Memproduksi Tepung Sangkan ® (tepung pisang dan ikan)

Dimulai dengan industri hulu dengan penyediaan buah pisang kepok putih yang berkualitas.

Budidaya pisang kepok putih menjadi program unggulan Kementerian Pertanian yang terintegrasi
dengan pengolahan tepung. Budidaya Pisang Kepok Putih bisa dilakukan dengan model plasma dan
inti adalah pabrik tepung pisang.

Pengadaan bibit pisang dengan menggunakan sistem kultur jaringan. BUMN PT Sang Hiyang Seri
dapat dilibatkan dalam penyediaan bibit pisang.

Tepung pisang akan dijadikan bahan baku formula Tepung Sangkan dengan menggunakan karagenan
sebagai 'gelling agent' yang berkualitas unggul.

Bahan baku tepung ikan tongkol bisa dilakukan oleh BUMN Perum Perindo untuk ambil bagian
dalam peran ketahanan pangan menanggulangi stunting.
Produk akhir Tepung Sangkan dalam kemasan siap seduh dikawal oleh Kemenperin Dirjen Agro,
sebagai produk akhir industri hilir bidang pangan.

Untuk membantu menurunkan populasi stunting dari Kementerian Kesehatan maka BUMN
menyalurkan CSR dengan cara membeli produk Tepung Sangkan.

Kemensos yang menangani penyaluaran Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) sebagai user. Maka
program Nutrisi Tepung Sangkan dapat menggunakan dana APBN Kemensos plus CSR BUMN.

Untuk jangka panjangnya produk ini bisa dijadikan komoditas pangan untuk balita melalui BUMDES
atau kelompok usaha di tingkat desa. Maka dana desa ikut berperan aktif menanggulangi kebutuhan
gizi anak.

Kelembagaan mungkin sebaiknya melibatkan BUMN Perumperindo.

Karena bantuan nutrisi balita adalah misi sosial sesuai UUD, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menanggulangi keadaan darurat stunting.

Perumperindo juga sudah bergerak dibidang pengolahan ikan dan akan mengembangkan kuliner.

[09:02, 10/31/2019] Priono Syamsul Leo: Tugas Dirjen Agro Kemenperin:

Menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan


struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan

industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri hasil hutan dan
perkebunan, industri makanan, hasil laut dan perikanan, dan industri minuman dan tembakau.

[09:03, 10/31/2019] Priono Syamsul Leo: Sepertinya Kemensos punya tugas distribusi:

Kementerian Sosial (Kemsos) akan menyalurkan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) bagi Keluarga
Penerima Manfaat (KPM) dalam Program Keluarga Harapan (PKH) yang memegang Kartu Keluarga
Sejahtera (KKS).

[09:06, 10/31/2019] Priono Syamsul Leo: Salaf nanti punya tugas membuat riset formula Tepung
Sangkan ®, dengan teknik formulasi karagenan sebagai 'gelling agent'.

Formula ini nanti dipatenkan, idealnya biaya riset kita siapkan sendiri.
Badan Ketahanan Pangan dan WFP Tingkatkan Kerjasama
Atasi Kemiskinan dan Kerawanan Pangan

Untuk memantapkan kerja sama yang telah dibangun antara Badan Ketahanan Pangan
Kementerian Pertanian dengan World Food Programme (WFP), Kepala BKP, Dr. Agung Hendriadi
didampingi Sekretaris Badan Ketahanan Pangan, Ir. Mulyadi Hendiawan dan Kepala Pusat
Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Benny Rachman telah menerima kunjungan Direktur WFP
untuk Indonesia, Ms. Anthea (5-9). Pertemuan tersebut membahas kerja sama yang telah dibangun
sejak tahun 2002 dan memantapkan langkah kerja sama ke depan. Dalam kesempatan tersebut, Ms.
Anthea Webb menyampaikan ucapan selamat atas dilantiknya Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng
sebagai Kepala BKP. Selanjutnya WFP juga mengapresiasi komitmen BKP untuk terus
mengembangkan Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas–
FSVA). Keberadaan FSVA saat ini telah menjadi dasar bagi Kementerian/Lembaga seperti
Kemendes, Kemensos, Kemenkes dan Kemendikbud sebagai dasar penentuan lokasi program dan
kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk pengentasan kemiskinan, penanganan rawan pangan.
Secara global, FSVA Indonesia telah menjadi best practices dalam pengembangan FSVA bagi
negara lain, diantaranya Kamboja dan Srilanka. Negara lain yang pernah ke Indonesia untuk
mendalami FSVA adalah Filipina dan Afganistan. Aktivitas kerja sama yang intensif antara BKP
dan WFP mencakup pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKP) dan penyusunan
Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan. Buletin tersebut khususnya dilakukan dengan kerja sama
intensif antara BKP, BMKG, WFP, FAO, BNPB, LAPAN, dan BPS. Direktur WFP juga
mendukung terhadap upaya Gerakan Diversifikasi Konsumsi Pangan yang menjadi mandat BKP.
Hal ini selaras dengan komitmen WFP untuk mendukung promosi konsumsi pangan beragam,
bergizi seimbang dan aman (balanced diet). Kepala BKP, Dr. Agung Hendriadi menyambut baik
kerja sama yang sudah dijalin selama ini, dan kedepannya akan ditandatangani kerja sama periode
2017 -2020, sehingga WFP dapat lebih intensif dalam pelaksanaan capacity building dengan
melibatkan pakar baik lokal maupunn internasional, demi memantapkan pembangunan ketahanan
pangan nasional. Kepala BKP juga mengatakan bahwa, hasil survey FSVA akan dijadikan basis
penyusunan program BKP khususnya untuk pengentasan darerah rawan rentan pangan sesuai
semangat tahun ke 3 Pemerintahan Jokowi-JK dalam hal pemerataan perteumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai