Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
BAB II LATAR BELAKANG............................................................................3
BAB III TUJUAN...........................................................................................5
A. TUJUAN UMUM…………………………………………………………………… 5
B. TUJUAN KHUSUS………………………………………………….................. 5
3
BAB I
PENDAHULUAN
Stunting atau sering disebut pendek adalah kondisi gagal tumbuh akibat
kekurangan gizi kronis dan stimulasi psikososial serta paparan infeksi berulang
terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga
anak berusia dua tahun. Anak tergolong stunting apabila Panjang atau tinggi
badannya berada dibawah minus dua standar deviasi (-2SD) anak seusianya.
Masyarakat belum menyadari bahwa stunting adalah suatu masalah serius, hal
ini dikarenakan belum banyak yang mengetahui penyebab, dampak dan
pencegahannya.
Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK tidak
hanya menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik dan meningkatkan
kerentanan terhadap penyakit, tetapi juga mengancam perkembangan kognitif
yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan saat ini dan produktivitas anak
dimasa dewasanya. Secara jangka Panjang, stanting dapat mengakibatkan
kerugian ekonomi di Indonesia yang diperkirakan mencapai 10,5% dari produk
domestik bruto (PDB), atau setara dengan Rp 386 triliun.
Prevalensi stunting dalam 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa stunting
merupakan salah satu masalah gizi terbesar pada balita di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8% balita menderita
stunting dan 29,9% balita pendek dan sangat pendek yang apabila dilakukan
intervensi yang tepat maka dapat mengoptimmalkan potensi yang dimiliki.
Masalah gizi lain terkait dengan stunting yang masih menjadi masalah
Kesehatan masyarakat adalah ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) sebanyak
17,3%, anemia pada ibu hamil (48,9%), bayi lahir premature (29,5%), Berat Bayi
Lahir Rendah atau BBLR (6,2%), balita dengan status gizi buruk (17,7%) dan
anemia pada balita.
Penurunan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab langsung
dan tidak langsung. Mengacu pada “The Conceptual Fremwork of the
Determinants of Child Unde”nutrition", “The Underlying Drive RSKIA of
Malnutrition”, dan “Faktor Penyebab Masalah Gizi Konteks Indonesia” penyebab
langsung masalah gizi pada anak, termasuk stunting, adalah konsumsi makanan
dan status infeksi. Adapun penyebab tidak langsungnya meliputi ketersediaan
1
dan pola konsumsi rumah tangga, pola asuh pemberian ASI/MP ASI, pola asuh
psikososial, penyediaan MP ASI, kebersihan dan sanitasi, pelayanan kesehatan
dan kesehatan lingkungan. Intervensi terhadap penyebab langsung dan tidak
langsung tersebut diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik kekurangan
maupun kelebihan gizi.
Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu, mencakup
intervensi gizi spesifik dan gizi sensitive. Pengalaman global menunjukkan
bahwa penyelenggaraan intervensi yang terpadu untuk menyasar kelompok
prioritas di lokasi prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi dan
tumbuh kembang anak, serta pencegahan stunting. Salah satu masalah dalam
pencegahan stunting adalah masih kurangnya penyelenggaraan intervensi gizi
spesifik yang terpadu. Selama ini intervensi gizi spesifik dilakukan oleh
Puskesmas dan dikoordinasikan oleh Kemenkes Pusat. Terhitung per 2022,
program intervensi stunting ini dimasukkan kedalam pelayanan Rumah Sakit.
2
BAB II
LATAR BELAKANG
3
anak dan higienitas lingkungan yang buruk, sehingga menyebabkan gangguan
penyerapan nutrisi dan gangguan sistem imunitas, yang pada akhirnya
mengakibatkan stunting. Selain itu, tidak dapat dipungkiri adanya lingkungan
sosial-ekonomi yang rendah seperti kemiskinan, pengabaian pengasuhan anak,
kurangnya pengetahuan dan pendidikan, dan ketidaksukaan anak pada
makanan tertentu juga berkontribusi pada timbulnya stunting dan wasting.
Dalam rangka penanganan stunting dan wasting secara aktif, RSI Garam
Kalianget membentuk tim dengan pendekatan multidisiplin guna mencegah dan
menangani stunting dan wasting pada anak. Pendekatan asuhan pada 1000 hari
pertama kehidupan dilakukan sejak persiapan kehamilan, saat kehamilan,
kelahiran, setelah kelahiran, usia balita dan sekolah menjadi fokus pada
implementasi. Berbagai ilmu ikut andil dalam pelaksanaan, diantaranya adalah
spesialis anak, obstetri dan ginekologi, penyakit dalam, perawat, ahli gizi dan
tim medis lainnya.
4
BAB III
TUJUAN
A. Tujuan Umum
Program kerja tim intervensi stunting ini disusun dengan tujuan agar
dapat meningkatkan mutu pelayanan secara optimal pada pasien stunting
dan masalah gizi lainnya dengan mengupayakan pemulihan pasien dan
pencegahan kejadian stunting sejak dini melalui prosedur dan Tindakan
yang dapat dipertanggung jawabkan serta memenuhi etika kedokteran.
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien, dan keluarga
2. Melakukan intervensi spesifik gizi dan penerapan Rumah Sakit Sayang Ibu
3. Menjadikan rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting dan wasting
rujukan
5
BAB IV
A. Kegiatan pokok
Kegiatan pokok pelayanaan intervensi stunting dan wasting antara
lain memberikan edukasi dan konseling gizi kepada pasien dan keluarga,
program 1000 HPK, memberikan suplementasi tablet besi folat pada ibu
hamil, promosi dan konseling IMD dan ASI eksklusif, Pemberian Makanan
Bayi dan Anak (PMBA), pemantauan pertumbuhan (pelayanan Tumbuh
Kembang bayi dan balita), pemberian imunisasi, pemberian vitamin A,
pemberian makanan tambahan balita gizi kurang. Melaksanakan
tatalaksana tim asuhan gizi pada pasien stunting, gizi kurang dan gizi
buruk. Menyusun program kerja tahunan, mengadakan pertemuan,
mengadakan sosialisasi internal dan ekternal dengan jejaring puskemas.
Mengusulkan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan SDM, serta
mengawasi dan mengevaluasi kegiatan.
B. Rincian Kegiatan
1) Memberikan edukasi dan konseling gizi kepada pasien dan keluarga
mengenai gizi anak, gizi ibu hamil dan menyusui, IMD dan ASI
eksklusif, pemantauan pertumbuhan dan lain-lain dengan target
100% pasien dan keluarga memahaminya.
2) Menyusun program kerja
a. Membuat anggaran dan pembiayaan
b. Membuat laporan setiap bulan
c. Membuat jadwal kegiatan konseling
3) Mngevaluasi tatalaksana tim asuhan gizi pada pasien stuntin, gizi
kurang dan pasien gizi buruk.
4) Mengadakan pertemuan rutin triwulan
a. Mengadakan rapat Bersama Tim guna membahas masalah yang
ada terkait dengan pelaksanaan tugas
b. Melakukan pencatatan, pelaporan, evaluasi, analisa serta tindak
lanjut dari masalah yang ditemukan.
6
5) Mengadakan sosialisasi dengan puskesmas atau FKTP jejaring sebagai
bukti pelaksanaan pendampingan klinis dan manajemen serta
penguatan jejaring dalam tata laksana stunting dan gizi buruk.
6) Mengadakan sosialisasi internal program intervensi stunting dan
wasting
a. Membuat kerangka acuan kegiatan
b. Membuat laporan kegiatan sosialisasi
7) Mengusulkan Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan SDM
8) Membuat laporan kegiatan intervensi stunting dan wasting ke Dinas
Kesehatan Kota Sumenep dan ke Puskesmas jejaring.
9) Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan dalam usaha intervensi
stunting dan wasting.
a. Mengontrol dan melihat secara langsung pelaksanaan kegiatan
tugas masing-masing tim tiap 6 bulan
b. Mengadakan evaluasi program.
7
BAB V
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
8
BAB VI
SASARAN
9
BAB VII
2022
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3. Mengadakan pelayanan
Pemantauan Pertumbuhan
(Pelayanan Tumbuh Kembang
bayi dan balita)
10
manajemen tiap tahun sekali
9. Merencanakan peningkatan
kebutuhan SDM melalui
pengajuan program pelatihan
terkait layanan stunting dan
wasting
BAB VIII
11
EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORANNYA
BAB IX
12
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
BAB X
13
PEMBIAYAAN
14
BAB XI
PENUTUP
15
18
19