Anda di halaman 1dari 14

B$PAfi hEA}'GGARAI B.*TA?

'
PROVTS{SI }SlT A ?E}'GG.E&.& ?$EUR

F'EfrA?TIRA}I BUP*?g ffiAT{GGERAI gAEAf.


uou'o1::;:::. 20 ie

PENURIiNAN ST1J N Ti I\iG

DEllGAl\'RAHhiA? TiJFIAi"l YAitG l,tAF{A ESA

BUPA?I MA$GGAE"4I BARAT,

fuienimbang : a. behxara dalam raneka perrururrarr Stwating di


Kabupater: &{arrggarai Barato perlu dilakukan
upaya perbaikae Giri, sera::a terpadu, tcrirrtegrasi
dall berkesinarnbu*€ra* dala*n beci?r:,k upaya
preventif , beraktif dan rehatritatif;
b_ b*hrqia Epaya perbaikan gLZi se-bagai:nana
Cissaksud paCa hur'.f a perlu mendapat
dr:kungan Ferareriatair Kabupaten lv?a:rggarai
Earat dan Masyarakat;
C" batxx-a berdasarka:: pertimb*c.gac sebagairua:ra
dirnaks*d dal*rr: hur*f, €r! huruf b,perlu
eenetapka* Feraturaa Bupati ient*ng Perrurunarl
Stunti*g;
iti[en rir cqt 1 Uxdang-Urrdar:g Nanncr S Tahurr 2,*&3 tentang
Fembe*trrka* Ka.brrpatan iHarrggara{ tsarat
{Letetlarara $egara Eepublik Indonesia Tahr:n
2*03 lrl*mar ?8" ?a:rrba}:"ar: Lembarar: F{egara
R-ep::blik lc?doz?esia Nemor a27 13;
t_ Uada:rg-Uttdatg Nom*r 36 ?ahun 2*Gg tentarrg
Kesehaiart {l"eabaran S*gara Reptrhl.ik trnCanesia
Tahnn 2**q Sfolrrsr 144, Tarsbahan l"emba:-a*.
Negara Repubtrik Indc*esier ltolrtcr 5S53h
e Unda*g-Undar.€ Norn*r 12 Tahua 2011 texlira;rg
Pembeatr:kax Peratu.ran Ferund.a:rg-r:iada::gan
{Ieabaran }segara }*epub?lk krd*rlesia ?a}run
2*11 Ncmsr 8?, Tamh*tran Lembaraa Negara
Eepublik Indonesia $om*r $ffia);
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OL2 tentang
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun zALl Nomor 227, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5360)
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2OL4 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2AL4 Nomor 246, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5589) sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2OL4 tentang
Pemerintaha:r Daerah (Lembaran Negara Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 56791;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahua L999
tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131,
Tambahan Lemharan Negara Republik Indonesia
Nomor 4a2a\
7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2OA4
tentang Keamanan, Mutu, dan Gia Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2OO4 Nomor lO7, Tambahan I,embaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4a241;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2Al2
tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
{Lembaran Negara Republik Indonesia Ta}run
2OL2 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 529U;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2Al2
tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2OL2 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 52911;
l0.Peraturan Pemerintah Nomor L7 Tahun 2015
tentang Ketahanan Pangan dan Gizi {Lenabaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 568O);
ll.Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizr
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2AI3 Nomor lOO);
l2.Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2Ol7 tentang
Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi {Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol7 Nomor
188);
l3.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 tahun
2O1O tentang Pedoman Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi (Berita Negara Republik lndonesia
Tahun 2010 Nomor 383);
l"4.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun
2O1O tentang Pedoman Penanggulangan
Gangguan Akibat Kekurangan Garam Yodium di ,
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2}rc/
Nomor 675);
l5.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 155 /
Menkes/Per/l/2OL0 ftntang Penggunaan Kartu
Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita;
l6.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 2269 I
Menkes/Per/Xl/2011 tentang Pedoman
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
7s5);
l7.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 tahun
2OL2 tentang Bahan Tambahan Pangan {Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol2 Nomor
7571;
lS.Peraturan Menteri Kesehatan Norror 26 Tahun
2013 tentang Penyelenggaran Pekerjaan dan
Praklik Tenaga Gizt {Berita Negara Republik
Ind.onesia Tahun 2013 Nomor a77l;
l9.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun
2013 tentang Angka Kecukupan Gizr Yang
Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia {Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1a38);
2o.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun
2Ol4 tentang Petunjuk Tekrris Bantuan
Operasional Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 20L4 Nomor 120);
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun
2OI4 tentang Sanitasi Total tserbasis Masyarakat
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2OL4
Nomor 825);
ZZ.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun
2OL4 tentang Upaya Perbaikan Gizi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2Al4 Nomor 825|;
23.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun
2Al4 tentang Upaya Kesehatan Anak {Berita
Negara Republik Iadonesia Tahun 2A14 Nomor
e67l;
Z4.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun
2AL4 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
Jaminan Kesehatan Nasional {Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2AA Nomor 87al;
25.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun
2Ol4 tentang Pedoman Gizi Seimbang (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2OL+ Nomor
111O);
26.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 88 Tahun
2014 tentang Standar Tablet Tambah Darah bagi
Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil {Berita Negara
Republik Indonesia Ta-Lrun 2Al4 Nom.or 18 O);
27.Perafraran Menteri Kesehatan Nomor 2L Tahun
2015 tentang Standar Kapsul Vitamin A bagi B.yr,
Anak Balita dan Ibu Nifas {Berita Negara Republik
IndonesiaTahun 2015 Nomor a4\|;
28.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun
2016 tentang Standar Produk Suplementasi Giz1, /
{Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2AL6 /
Nomor 16OO);
29.Peraturaa Daerah Kabupaten Manggarai Barat
Nomor 12 Tahun 2O1O tentang Penyelenggaraan
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi Dan Anak
Balita (Lembaran Daerah Ikbupaten Manggarai
Barat Tahun 2OLA Nomor 12)
30.Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Barat
Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Manggarai
Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Manggarai
Barat Tahun 2QL6 Nomor 5)

MEMUTUSKAN:
MenetapKan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENURUNAN STUNTING

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Manggarai Barat.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai
Barat.
3. Bupati adalah Bupati Manggarai Barat.
4. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai
Barat.
5. Kepala Dinas Kesehatan adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Manggarai Barat.
6. Pemangku kepentingan adalah semua pihak dalam masyarakat,
yakni individu, komunitas atau kelompok masyarakat, unsutr
penyelenggara Pemerintahan Daerah, sektor swasta, instansi,
lembaga, dan pihak terkait lainnya, yang memiliki hubungan dan
kepentingan terhadap penrrasalalean stunting.
7. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan
gizi kronis, terutama dalam 1OOO Hari Pertama Kehidupan (HPK)
sehingga menyebabkart, antara lain anak terlalu pendek untuk
usianya, terganggu perkembangan otak, kecerdasan, dan gangguan
metabolisme tubuh.
8. Intervensi Gizi Spesifik adalah intervensi yang ditujukan kepada
anak dala:n 1.OOO Hari Pertama Kehidupan (HPK), pada umunlnya
dilakukan oleh sektor kesehatan, dan bersifat jangka pendek.
9. Seribu Hari Pertama Kehidupaa (HPK) adalah masa sejak anak
dalam kandungan (27O hrari masa kehamilan) hingga bemsia 2 (dua)
tahun.
l0.Intervensi Gizi Sensitif adalah intewensi yang ditujukan melalui
berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dengan
sasaran masyarakat umum.
11.Upaya perbaikan gizi adalah kegiatan danlatau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan
untuk memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat datam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan reliabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten dan/atau masyarakat.
l2.Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi ya4g mengalami
penyakit, gangguan atau kondisi tertentu pada suatu walchr tertenful,
di suatu wilayah. I
l3.Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu
penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh
yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Penyakit ini, antara
lain diabetes mellitus, stroke, jantung koroner, kardiovaskuler,
dislipidemia, dan gagal grnjal.
l4.Tenaga Gizi terlatih adalah tenaga gizi lulusan pendidikan formal
gtzi, minimal lulusan Diploma III Gizt yang memiliki sertifikat
pelatihan gizi tertentu.
l5.Petugas Gizi adalah Tenaga Gizi atau orang yang peduli SLZL yar.:g
bekerja di sarana pelayanan kesehatan.
l6.Fortifikasi bahan pangan adalah proses penambahan mikronutrien
(vitamin dan unsur renik esensia) pada makanan.
l7.Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UI(BM) yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh dan untuk masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian
ibu dan bayi.
18.Air Susu Ibu yang selarjutnya disingkat ASI adalah cairan hidup
yang mengandung sel-sel darah putih, imunoglobulin, enzim dan
hormon, serta protein spesifik, dan zat-zat g:rza lainnya yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
19.Air Susu Ibu Ekslusif yang selanjutnya disingkat ASI Eksklusif
adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan
minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan,
kecuali obat dan vitamin.
20.Rumah Desa Sehat yang selanjutnya disingkat RDS adalah
secretariat bersama yang merupakan wahana/forum bagi pelaku
atau pegiat pemberdayaan masyarakat desa berbasis karakteristik
local yang dikelola oleh masyarakat sebagai upaya peningkatan akses
informasi dan pemenuhan kualitas layanan social dasar bagr
masyarakat desa, dibidang kesehatan.
2l.Kader Pembangunan Manusia selanjutnya disingkat KPM adalah
kader masyarakat terpilih yarrg mempunyai kepedulian dan bersedia
mendedikasikan diri untuk ikut berperan datam pembanguanan
manusia di Desa, terutama dalam monitoring dan fasilitasi
konvergensi penanganan stunting.

BAB II
ASAS, MAKSUD, DAN TUJUAN

Pasal 2

Asas*asas penurunan stunting adalah:


a. bertindak cepat dan akurat, artinya datam upaya penurunan
stunting, tenaga gizi terlatih harus bertindak sesuai dengan prosedur
tetap pelayanan gizi dan kode etik profesi;
b. penguatan kelennbagaan dan kerja sama, artinya dalam upaya
penurunarl stunting tidak hanya dapat dilakukan secara sektoral.,
akan tetapi membutuhkan dukungan seldor dan program lain
sejalan dengan aksi konvergensi / aksi integrasi penumnan stunting;
c. transparansi, artinya asas yang menentukan bahwa dqlam segala hd ,
yang berhubungan dengan penurunEm stunting harus dilakukal(
secara terbuka,
d. peka budaya, artinya asas yang menentukan bahwa dalam segala hal
yang berhubungan dengan penurun€m stunting harus
memperhatikan sosio budaya gizi daerah setempat; dan
e. akuntabilitas, artinya asas y€mg menentukan bahwa dalam segala
hal yang berhubungan dengan penurunan stunting harus dilakukan
dengan penuh tanggung jawab.

Pasal 3

Maksud ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah untuk meningkatkan


mutu gizi perseorallgarl, keluarga, dan masyarakat melalui:
a. perbaikan pola konsumsi makanan;
b. perbaikan perilaku sadar gizi;
c. peningkatan akses dan mutu pelaya*an gizi sesuai dengan kem.4juan
ilmu dan teknologi; dan
d. peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizt.

Pasal 4

Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah:


a. mendorong upaya pencegahan dan penurunan stunting dengan
pelayanan yang op+imal kepada ibu hamil, ibu melahirkan, bayi baru
lahir, dan bayi berusia 6 (enam) bulan sampai dengan 2 {dua} tahun;
b. meningkatkan status M masyarakat dan kuaritas sumber daya
manusia;
c. menyinergikan peraturan lain yang berkaitan dengan upaya pencegahan
dan penurunarl stunting; dan
d. menglrasilkan generasi sehat dan cerdas.
BAB III
PILITR PENT'RI'ilAIT STI'ITTING

Pasal 5

Aksi bersama dan terobosan untuk penurunan stunting dilakukan melalui


beberapa pilar yang meliputi:
a. komitmen dan visi pemimpin daerah;
b. kampanye dengan fokus pada pemahaman, perubahan perilaku,
komitmen politik, dan akuntabilitas;
c. konvergensi, koordinasi dan konsolidasi program nasional, daerah
dan rnas5rrakat;
d- mendorong keb{jakan nutritional food security; dan
e. pemantauan dan evaluasi.

BAB TV

RUASG LINeKIrp, KOMITMEIT, SASARAI{, DAI{ I{BGIATAI{

Bagran Kesatu
Ruang Lingkup

Pasal 6

Ruang lingkup penurunan stunting berkaitan dengan intervensi dri w.rifrlr/


dan intervensi gizi sensitif.
Bagran Kedua
Komitmen

Pasal 7

(1) Pemerintah Daerah berkomitmen dan secara konsisten berupaya


menurunkan prevalensi stunting.
(2) Komitmen dan konsistensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
cara mendorong, mendukung, dan menjadikan program penunrnan
stunting menjadi program prioritas daerah.
(3) Upaya penurunan stunting harus menjadi komitmen bersama seluruh
pemangku kepentingan yang ada.

Bagian Ketiga
Sasaran

Pasal 8

(1) Sasaran kegiatan penurunan stunting, meliputi:


a. sasaran untuk intervensi gizi spesifik; dan
b. sasaran untuk intervensi gizi sensitif;
(2) Sasaran untuk intervensi gizi spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, meliputi:
a. ibu hamil;
b. ibu men5rusui dan anak di bawah usia 6 (enam) bulan; dan
c. ibu menyusui dan anak u,sia 7-23 (tduh sampai dengan dua puluh
tiga) bulan.
(3) Sasaran untuk intervensi gizi sensitif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a yaitu mas5rarakat umum, khususnya keluarga.

Bagian Keempat
Kegiatan

Pasal 9

{1) Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sas€rran ibu hamil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat 2 huruf a, meliputi:
a. memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi
kekurangan energi dan protein kronis;
b. mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat'
c. mengatasi kekurangan yodium;
d. menanggulangi kecacingan pada ibu hamil; dan
e. melindungi ibu hamil dari malaria dan TBC
(2) Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasa-ran ibu menyusui dan anak
dibawah usia 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud daiam pasal 8 ayat
2 huruf b, meliputi:
a. mendorong inisiasi men5rusu dini (IMD);
b. mendorong pemberian ASI Eksklusif; dan
c. Konseling pemberian ASi
(3) Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu menyusui dan anak
usia 7-23 (tujuh sampai dengan dua puluh tiga) bulan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat 2 huruf c, meliputi:
a. mendorong melanjutkan pemberial ASI hingga usia 23 bulan
didampingi oleh pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI);
b. menyediakan obat cacing;
c. menyediakan suplementasi zink;
d. melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan;
e. memberikan perlindungan terhadap ibu menyusui yang mengalarni ,
penyulitan seperti: diabetes mellitus, hipertensi, post operasif
hepatitis, dan lain-lainnya;
f. memberikan imunisasi lengkap; darr
g. melakukan pencegahan dan pengobatan diare

(4) Kegiatan intervensi *ri sensitif dengan sasaran masyarakat umum


sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3, meliputi:
a. menyediakan dan memastikan akses pada air bersih;
b. menyediakan dan memastikan akses pada sanitasi;
c. melakukan fortifikasi bahan pangan;
d. menyediakan akses kepada layalan kesehatari dan Keiuarga
Berencana (KB);
e. menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);
f. menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal);
g. memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua;
h. memberikan pendidikan anak usia dini universal;
i. memberikan pendidikan gizi masyarakat;
j. memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi
pada remaja;
k. menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin; dan
1. meningkatkan ketahanan pangan dan gjzt.

BAB V
STRATEGI

Bagran Kesatu
Kemandirian Keluarga

Pasal 1O

(1) Dalam upaya penufl.rna.n stunting dilakukan strategi edukasi kesehatan


dan gizi untuk menumbuhkan kemandirian keluarga;
(2) Strategi edukasi kesehatan dan gizt sebagaimana dimaksud pada ayat
(U dilakukan terkait dengan upaya promotif dan preventif melalui
intervensi perubahan perilaku individu dan masyarakat, serta yang
menyentuh sasaran yang paling utama, yaifu keluarga;
(3) Kemandirian keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui peningkatan lssmarnpuan keluarga untuk
mengenali, menilai dan melakukan tindakan secara mandiri yang
didampingi oleh tenaga kesehatan dan community provider, secara
berkala, kontinu, dan terintergrasi;
(4) Kemandirian keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilihat dari berbagai indikator yang meliputi:
a. sejauh mana keluarga menyadari pentingnya kesehatan daa ga;
b. sejauh mana keluarga mengetahui apakah angota keluarganya
mengalami masalah kesehatan dan giai;
c. keluarga mengetahui apa yafigharus ditakukan; dan
d. keluarga memanfaatkan dan berupaya mengakses pelayanan
kesehatan yang disediakan;
(5) Kemandtian keluarga sebagaimana dimaksr:.d pada ayat {U dalam
pemenuh an giat keluarga;
(6) Dalam rangla pemenuhan gizi keluarga perlu didorong pemanfaatan
pekarangan;
(7) Pemanfaatan pekarangan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dilakukan dengan konsep kebun, kolam, dan kandang {K3}; dan
{8} Konsep K3 sebageirnana rlimaksud pada ayat (71 dilaksanakan dalam ,
rangka pemenuhan protein nabati dan hewani yang dibutuhkan lblu{-
hamil, bayi, dan keluarga.
Bagian Kedua
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

Pasal 11

{1} Datam upaya mempercepat penurunan stunting dilakukan Gerakan


Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS);
{2) GERMAS sebagaimana dimaksud pada ayat (U dilaksanakan untuk
menyinergikan tindakan upaya promotif dan preventif masalah stunting
serta meningkatkan produlctivitas masyarakat.
(3) GERMAS sebagaimana dimaksud pada ayat {l) dilaksanakan melalui:
a. peninglatan alrtivitas lisik;
b- peningfuatan perilaku hidup sehat;
c. penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi;
d. peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit;
e. pening!<atan kualitas ling!<uagan; darl
f. peninglatan edukasi hidup sehat.
(4) GERMAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikampanyekan oleh
Dinas Kesehatan dan selurtrh Organisasi Perangkat Daerah, terutama
guna penurunan stunting.

Bagian Ketiga
Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan

Pasal 12

{1} Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan {HPK} merupakan komitmen


bersaaa antara Pemerintah Daerah, pemerntah desa, dan masyarakat
sebagai gerakan partisipasi untuk percepatan penurunan stunting;
(2) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat {U melalui penggalangan
partisipasi dan kepedulian para peraangkr kepentingan secara
terencana dan terkoordinasi terhadap kebutuhan gul janin dan bayi
pada 1O0O Hari Pertama Kehidupannya;
(3) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat {1} dilaksanakan dalam
bentuk, antara lain:
a. penandatangan pakta. integritas oleh Pemerintah Daerah, pemerintah
desa, masyarakat, dan pemang!<u kepentingan terkait;
b. komunikasi, edukasi dan pemberian informasi baik formal maupun
informal;
c.
kampanye di berbagai media;
d. pemberian pengfrargaan bagi masyarakat peduli penurunan stunting;
dan
e. kegiatan-kegiatan lain yang mendukuag.
{4} Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat {1} dikoordinasikan oleh
Dinas Kesehatan.
{5} Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (U dimasukkan dalam
rencana strategis Dinas Kesehatan dan didukung anggaran Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Kesehatan serta. perencanaan dan
penganggaran pemerintah desa.

Bagran Keempat
Posyandu

Pasal 13 i

(1) Dalam ranglca penurrnan e perlu


r---- ------ stunting ' dilakukaa revitalisasi/
{
posyandu;
{2} Pemantauan pertumbuhan balita harus dilakukan di posyandu untuk
mendeteksi dini terjadinya gangguan perhrmbuhan; dan
{3) Biaya operasional posyandu dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa.

Bagran Kelima
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Pasal 14

(1) Perilaku Hidup Bersih dan sehat {PHBS} harus diupayakan oleh setiap
warga, termasuk derlgan meningfuatkan akses terhadap air bersih dan
fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan; dan
(2) Dalam upaya pencegahan stunting melalui PHBS, setiap orang dilarang:
a. Merokok di sekitar i$s fuarnil dan balita;
b. Buang air besar sembarangan; dan
c. Buang sampah sembarangan.
Bagran Keenam
RDS

Pasa1 15

(1) RDS sebagai sekretariat bersama merupakan wahana/forum bag


pelaku bagi pelaku atau pesat pemberdayaan masyarakat desa
berbasis karalcteristik lokal sebagai upaya peningt<atan akses informasi
dan pemenuhan kualitas layanan sosial dasar bagi masyarakat di
bidang kesehatan.
(2) RDS bertujuan untuk memfasilitasi :
a. Meningkatkan kesadaran dan partisrpasi masyarakat dalam proses
pernbangunan desa
b. Mendorong ketersediaan dukungan pelayanan dasar yang berkualitas
di desa, dan
c. Memastikan pelayanan sosial dasar didapatkan oleh seluruh
masyarakat desa

Bagran Ketujuh
KPM

Pasal 16

{U KPM merupakan kader masyarakat terpilih yang mempunyai


kepedulian dan bersedia mendedikasikan diri untuk ikut berperan
dalam pembanguanan manusia di Desa, terutama dalam
monitoring dan fasilitasi konvergensi penanganan stunting.
t2) KPM mempunyai tugas:
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap Stunting melalui
pengukuran tinegi badan bqyi dan balita sebagai deteksi diai stunting
b. Mengidentiftkasi sasaran rurnah tangga 1.OOO HPK melalui peta social
desa dan pengkqiian kondisi desa (PKD)
c. Memfasilitasi desa untuk mengoptimalkan penggunaan dana desa
dalam RKPDes dan APtsDes untuk intervensi stunting
d. Mendukung desa dan masyarakat untuk memantau dqn memastikan
integrasi intervensi 5 paket layanan pada rumah tangga 1.000 HPK,
dan
e. Menerima dan melaporkan hasil pemantauan dan perkemban gr-A^\r/
dan balita
BAB W
EDUKASI, PELATIHAN, DAN PENYULUHAN GIZI

Bagan Kesatu
Edukasi Gizi

Pasal 15

(1) Edukasi gizi diselenggarakan dalam upaya menciptakan pemahaman


yang sama tentang hat-hal yang terkait dengan gizi;.
{2} Edukasi gizi sebagaimana r{irnaksud pada ayat {1} meliputi:
a. pengertian gizi;
b. masal.ah gizi;
c. faktor-faktor yang memengaruhi rnasalah gpn; daurr
d. praktik-pratdik yang baik dan benar untuk memerbaiki keadaan gizi.
{3} Edukasi gz1, sebagaimana dimaksud pada ayat (U diselenggarakan
secara periodik oleh Dinas Kesehatan.

Bagran Kedua
Pelatihan Gizi

Pasal 16

(1) Pelatihan g'zL diselenggarakan dalam upaya peninglatan pengetahuan,


pemahaman dan keterampilaa Petugas Gizi dan masyarakat dalam
upaya penumn€rn stunting yang berkualitas;
(2) Pelatihan gjzr sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan
secara periodik oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa

Bagran Ketiga
Pen5ruluhan Gizi

Pasal 17

{1) Penyuluhan gizi kepada masyarakat dalam upaya penurunan stunting


diselenggarakan di dalam gedung dan di luar gedung;
(2) Penyuluhan gizi di dalam gedung sebagaimana dimaksud pada ayat {1}
dilakukan melalui konseling gizi di Puskesmas dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya sebagai bagran dari upaya kesehatan perseorangan;
(3) Penyuluhan gizi di luar gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan di Posyandu dan pertemuan-pertemuan kelompok
masyarakat;
(4) Penyrluhan $n dalam upaya penumnafl stunting dapat dilakukan di
rumah sakit dalam bentuk konseling gizi di ruang ravrat inap dan ruang
rawat jalan serta penyuluhan kelompok di ruang rawat jalan.

BAB VII
PENELITIAN DAI{ PENGEMBANGAN GIA

Pasal 18

{1} Penelitian dan pengembangan gizi dikkukan guna menerapkan iknu


pengetahuan dan teknologi tepat guna di bidang gizi 'dalam rangka
menentukan intervensi yang tepat penurunan stunting;
(2) Penelitian, pengembangan, dan perlerapan hasil penelitian giri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan Tdengan
memperhatikan noilna-norma yang berlaku dalam masyarak"t. f*
BAB VIII
PELIMPAHAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 19

(f) Bupati melimpahkan wewenalr.g dan tanggung jawab penurunan


stunting di Kabupaten Manggarai Barat kepada Dinas Kesehatan;
{2) Wewenang dan tanggung jawab penuruaarl stunting di Kabupaten
Manggarai Barat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh Tim
Penuruna:r Stunting Kabupaten Manggarai Barat;
{3} Tim Penurunan Stunting sebagaim.ana dimaksud pada ayat (2) terdiri
atas unsur perangkat daerah, masyarakat, akademisi, praktisi dan
pelaku usaha;
(4) Tim Penurunan Sturiting Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) bertugas :
a. melakukan koordinasi dan komunikasi efektif lintas program dan
lintas sektor dalam upaya penurunan stunting;
b. mengk4ii dan menganalisis permasalahan stunting dan perbaikan
gtzi dL Kabupaten Manggarai Barat;
c. merencanakan tujuan, sasaran, prioritas, strategi dan program
penurunan stunting di Kabupaten Manggarai Barat;
d. melaksanakan mapping (pemetaan) peran lintas sektor terkait
dengan penurunan stunting;
e. melaksanakan dan mengalokasikan program penurunan stunting di
Kabupaten Manggarai Barat dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang
berkelanjutan;
f. monitoring dan mengevaluasi program penurunan stunting di
Kabupaten Manggarai Barat;
g. memberikan sosialisasi program peneegahan dan penurunan
stunting kepada kecamatan-kecamatan dan desa-desa di Kabupaten
Manggarai Barat;
h. memberikan rekomendasi kepada Bupati tentang perencanaan dan
pelaksanaan upaya penunrnan stunting di Kabupaten Manggarai
Barat; dan
i. menyampaikan laporan kepada Bupati. secara berkala.
{5} Tim Penurunan Stunting sebagaim"ana dimaksud pada ayat {21
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB IX
PBNAJAMAN SASARAN, KINERJA, DAN MANFAAT

Bagian Kesatu
Penajaman Sasaran Wilayah Penurunan Stunting

Pasa1 2O

(1) Dalam upaya penurunan stunting dilakukan penajaman sasaran


wilayah intervensi;
{21 Penajaman sasaran wilayah penurunan stunting sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut:
a. tingginya angka kejadian stunting;
b. perlunya efisiensi sumber daya;
c. lebih fokus dalam implementasi dan efektivitas percepatan
penurunan stunting;
d. pengukuran target pencapaian yang lebih terkendali; dan
e. dapat dijadikan dasar perluasaa sasararl pencegahan a*r/
pemrrunan stunting.
Bagian Kedua
Indikator Kinerja

Pasal 2 1

(1) Indikator kinerja dari upaya penurunan stunting harus terukur;


(2) Indikator kine{a dari setiap perangkat daerah yang terlibat dalam
program penurunan stunting harus mengacu pada target penurunan
prevalensi stunting; dan
(3) Target penurunan prevalensi stunting harus terjadi secara konsisten
sebesar 3% (tiga persen) setiap tahun.

Bagian Ketiga
Manfaat

Pasal 22

Manfaat dari upaya pencegahan stunting adalah melahirkan generasi


sehat dan cerdas, serta diharapkan berdampak terhadap penurunan
angka kemiskinan.

BAB X
PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 23

(1) Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan seluas-luasnya dalam


mewujudkan peningkatan status Stzi individu, keluarga dan
masyarakat, sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Bupati ini.
(2) Dalam rangka penurunan stunting dan intervensinya, masyarakat dapat
menyampaikan permasalahan, masukan dan/atau cara pemecahan
masalah mengenai hal-hal di bidang kesehatan dan g;rzl;
(3) Pemerintah Daerah membina, mendorong, dan menggerakkan swadaya
masyarakat di bidang gpn dan penurunan stunting agar dapat lebih
berdaya guna dan berhasil guna.

BAB XI
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pasal 24

(1) Setiap tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan harus


melaksanakan pencatatan dan pelaporan upaya penurunan stunting;
(2) Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan mendorong tenaga kesehatan
dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam melakukan pencatatan dan
pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
(3) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan dengan menggunakan aplikasi; dan
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
berjenjang.

BAB XII
PENGHARGAAN

Pasal 25

(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada masyarakat


dan/atau institusi yang peduli terhadap p"n,...o.run stunting
o di/
Kabupaten Manggaraigarat; f
(2\
fgmberian penghargaan sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) dapat
dimulai dari kecamatan sampai tingkat kabupaten;
(rl Kategori, kriteria, dan t-rcntuk pemberian penghargaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oteri bhls K&ehatan; d-an
t4) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
pada saat hari-hari besar nasional dan/atau hari-hari besar kesehatan.

BAB XIII
PENDANAAN

pasal 26

Pendanaan bagi pelaksairaan upaya penuruna_n stunting bersumber dari:


a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Beranja Daerah provinsi Nusa Tenggara
rlmur;
c. Anggaran Pendapatan dan Beranja Daerah Kabupaten Manggarai Barat;
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; dan
e. sumber-sumber lain yarg sah dan tidak mengikat sesuai dengan
ketentuan peraturan perund.ang-undangan.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Peraturan Bupati ini mulai berlal<u pada tanggal diundangkan.

4g* setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Manggarat F,arat.
l,
Ditetapkan di : Labuan B4jo
Pada tanggal : 2r Juli 2019

;r, t

Diundangkan di Manggarai Barat CH. DUI.A


Pada tanggal 25 1u[i 2org

BEzuTA DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT TAHUN 2A1g NOMOR :

Anda mungkin juga menyukai