Anda di halaman 1dari 24

PROGRAM INOVASI

GERAKAN MASYARAKAT SADAR STUNTING


(GEMASTING)

UPTD PUSKESMAS TULANG BAWANG 1

PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG


DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS TULANG BAWANG 1

KECAMATAN BANJAR AGUNG

2021
ABSTRAK

Periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan masa kritis dari
awal proses tumbuh kembang seorang anak, yaitu mulai dari masa konsepsi
sampai usianya dua tahun. Anak yang mengalami kekurangan gizi kronik sejak
dalam 1.000 HPK ini dapat berisiko menderita stunting (UNICEF, 2017).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan
prevalensi stunting di tingkat nasional sebesar 6,4% selama periode 5 tahun, yaitu
dari 37,2% (2013) menjadi 30,8 (2018). Sedangkan untuk balita berstatus normal
terjadi peningkatan dari 48,6% (2013) menjadi 57,8% (2018). Adapun sisanya
mengalami masalah gizi lain.
Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK di
samping berisiko pada hambatan pertumbuhan fisik dan kerentanan anak terhadap
penyakit, juga menyebabkan hambatan perkembangan kognitif yang akan
berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan.
Meningkatnya kasus balita stunting yang ditemukan diwilayah kerja
Puskesmas Tulang Bawang 1 pada tahun 2021 yaitu sebesar 6,93% sedangkan
pada tahun 2020 sebesar 2,14% balita stunting. Hal inilah yang menjadi landasan
GEMASTING (Gerakan Masyarakat Sadar Stunting) dilaksanakan sebagai
langkah strategis untuk percepatan dan penanganan stunting diseluruh wilayah
kerja Puskesmas Tulang Bawang 1.
Terbentuk dan terlaksananya program Inovasi Gerakan Masyarakat Sadar
Stunting (Gemasting) sebagai terobosan untuk mempercepat penurunan angka
stunting, mencegah masalah gizi seperti gizi kurang, gizi buruk, obesitas. Dengan
diadakan program inovasi ini, diharapkan meningkatkan kualitas hidup anak
sehingga menghasilkan generasi yang berkualitas dan siap serta mampu
menghadapi perkembangan zaman yang pesat ini.

i
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GRAFIK iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan 3
C. Tujuan 3
D. Ruang Lingkup 4
E. Manfaat 4

BAB II PENJABARAN PROGRAM 5

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 15

BAB IV PENUTUP 16

LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Luas Wilayah, Jarak dan Waktu Tempuh 5

Tabel 2. Data Jumlah Penduduk Per Kampung 7

Tabel 3. Data Mata Pencaharian Masyarakat Kec. Banjar Agung 8

Tabel 4. Distribusi Sarana Pendidikan 9

Tabel 5. Sumber Air Minum Masyarakat Kecamatan Banjar Agung 10

Tabel 6. Jumlah Posyandu 11

Tabel 7. Data Pencapaian Program Gizi 12

Tabel 8. Data Cakupan Program Gizi 14

iii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Jumlah Penduduk Desa Kecamatan Banjar Agung 6

Grafik 2. Persentase Proporsi Penduduk per Jenis Kelamin 7

Grafik 3. Persentase Mata Pencaharian Penduduk 8

Grafik 4. Persentase Cakupan Program Gizi 14

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai


aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar
mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor
penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu
negara yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan
tingkat pendidikan. Tenaga SDM yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh
tingkat kesehatan dan status gizi yang baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan
gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya
perbaikan gizi di dalam keluarga dan pelayanan gizi pada individu (Kemenkes RI,
2013).

Periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan masa kritis dari
awal proses tumbuh kembang seorang anak, yaitu mulai dari masa konsepsi
sampai usianya dua tahun. Anak yang mengalami kekurangan gizi kronik sejak
dalam 1.000 HPK ini dapat berisiko menderita stunting (UNICEF, 2017).

Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal
tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi
kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Anak tergolong stunting
apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi
panjang atau tinggi anak seumurnya.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan


prevalensi stunting di tingkat nasional sebesar 6,4% selama periode 5 tahun, yaitu
dari 37,2% (2013) menjadi 30,8 (2018). Sedangkan untuk balita berstatus normal
terjadi peningkatan dari 48,6% (2013) menjadi 57,8% (2018). Adapun sisanya
mengalami masalah gizi lain.

1
Global Nutrition Report 2016 mencatat bahwa prevalensi stunting di
Indonesia berada pada peringkat 108 dari 132 negara. Dalam laporan sebelumnya,
Indonesia tercatat sebagai salah satu dari 17 negara yang mengalami beban ganda
gizi, baik kelebihan maupun kekurangan gizi. Di kawasan Asia Tenggara,
prevalensi stunting di Indonesia merupakan tertinggi kedua, setelah Cambodia
(International Food Policy Research Instititute, 2016).

Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK di
samping berisiko pada hambatan pertumbuhan fisik dan kerentanan anak terhadap
penyakit, juga menyebabkan hambatan perkembangan kognitif yang akan
berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan.
Stunting dan masalah gizi lain diperkirakan menurunkan produk domestik bruto
(PDB) sekitar 3% per tahun (World Bank, 2014).

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi (stunting), dalam
jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak kecerdasan, gangguan
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam
jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga
mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia
tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya
produktivitas ekonomi (Kemenkes RI, 2016).

World Health Organization (WHO) menyatakan resolusi target global


pada gizi ibu dan anak sebagai prioritas. Target utamanya bertujuan untuk
menurunkan stunting pada anak sebanyak 40% secara global atau 3,9% penurunan
pertahun di antara tahun 2012 dan 2025 (WHO, 2012). Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 menyebutkan bahwa terdapat
empat program prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia, salah satunya
adalah penurunan prevelansi balita pendek (stunting).

Menurut WHO upaya pencegahan pada stunting dapat dimulai sejak


remaja. Remaja putri dapat mulai diberikan pengetahuan dan pemahaman

2
mengenai pentingnya pemenuhan nutrisi saat remaja. Pemenuhan nutrisi saat
remaja dapat mencegah terjadinya gizi yang kurang saat masa kehamilan. Nutrisi
yang adekuat saat kehamilan dapat mencegah terjadinya pertumbuhan yang
terhambat pada janin yang dikandung (WHO, 2013).

Selain itu, pencegahan stunting juga difokuskan pada 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK), yaitu pada Ibu Hamil, Ibu Menyusui, Anak 0- 23 bulan.
Periode 1.000 HPK merupakan periode yang efektif dalam mencegah terjadinya
stunting karena merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan. Pada
1.000 HPK anak akan mengalami masa “Periode Emas” dimana pertumbuhan
anak akan berlangsung cepat. Oleh karena itu, pada periode ini cakupan gizi harus
terpenuhi mulai dari 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi
dilahirkan (Kemenkes RI, 2016).

B. Permasalahan

Meningkatnya kasus balita stunting yang ditemukan diwilayah kerja


Puskesmas Tulang Bawang 1 pada tahun 2021 yaitu sebesar 6,93% sedangkan
pada tahun 2020 sebesar 2,14% balita stunting. Hal inilah yang menjadi landasan
GEMASTING (Gerakan Masyarakat Sadar Stunting) dilaksanakan sebagai
langkah strategis untuk percepatan dan penanganan stunting diseluruh wilayah
kerja Puskesmas Tulang Bawang 1.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mempercepat penurunan Stunting di wilayah kerja Puskesmas Tulang
Bawang 1 pada tahun 2021.

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya stunting dan
pentingnya pencegahan stunting.
b. Menemuka balita stunting diwilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang
1 serta memberikan intervensi kepada seluruh balita stunting yang di
temukan.

3
c. Kader mengetahui cara penggunaan aplikasi E-PPGBM dan alat
antropometri sehingga intervensi dapat dilaksanakan dengan cepat.

D. Ruang Lingkup

Sasaran Gerakan Masyarakat Sadar Stunting (GEMASTING)

1. Masyarakat

2. Balita

3. Kader Posyandu

E. Manfaat

1. Bagi Masyarakat
a. Mengetahui informasi terkait stunting
b. Terjaringnya balita stunting dan ibu hamil KEK
c. Balita stunting dan ibu hamil KEK dapat diintervensi secara tepat dan
cepat

2. Bagi Kader dan Tokoh Masyarakat


a. Mengetahui informasi terkait stunting
b. Dapat berperan aktif dalam pelacakan dan upaya pencegahan balita
stunting dan ibu hamil KEK

3. Bagi Puskesmas
Melakukan upaya promotif, preventif, dan skrining untuk
menurunkan prevalensi stunting pada balita di posyandu wilayah kerja
Puskesmas Tulang Bawang 1.

4. Bagi Sektor Lain


a. Dapat berkoordinasi kegiatan sektornya dengan bidang kesehatan
b. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan lebih efektif dan
efesien

4
BAB II

ISI

PENJABARAN PROGRAM

A. Situasi Umum

1. Geografis
Puskesmas Tulang Bawang I terletak di Desa Tunggal Warga Kecamatan
Banjar Agung. Kecamatan Banjar Agung terdiri dari 11 desa. Luas wilayah kerja
Puskesmas Tulang Bawang I adalah ± 9,772 Ha. Jarak Puskesmas Tulang Bawang
I ke ibu kota Kabupaten adalah ± 27 km. Batas wilayah kerja adalah sebagai
berikut:

a. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kibang Budi Jaya.

b. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Gedung Aji Lama.

c. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Penawar Jaya.

d. Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Banjar Baru.

Tabel 1.
Luas Wilayah, Jarak dan Waktu dari Puskesmas Tulang Bawang 1
Luas Jarak Waktu Alat Transportasi
NO DESA Wilayah Tempuh Tempuh
Roda 2 Roda 4
(Km²) (Km) (Menit)
1. Tunggal Warga 757 3 7 v v
2. Warga Makmur Jaya 763 5 12 v v
3. Warga Indah Jaya 759 8 20 v v
4. Dwi Warga Tunggal 753 4 10 v v
Jaya
5. Tri Tunggal Jaya 1.219 7 17 v v
6. Banjar Agung 484 5 12 v v
7. Banjar Dewa 467 8 20 v v
8. Moris Jaya 1.450 10 25 v v

5
Luas Jarak Waktu Alat Transportasi
NO DESA Wilayah Tempuh Tempuh
Roda 2 Roda 4
(Km²) (Km) (Menit)
9. Tri Mukti Jaya 851 12 30 v v

10. Tri Dharma Wira 754 14 35 v v


Jaya
11. Tri Mulya Jaya 751 16 40 v v
9.008
Sumber : Persetujuan Jarak Tempuh TL. Bawang 1 dengan Kecamatan Banjar Agung

2. Demografi

Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang I tahun 2020


adalah 42.366 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari laki-laki 22.031 jiwa dan
perempuan 20.335 jiwa.

Grafik 1.
Jumlah Penduduk Menurut Desa Kecamatan Banjar Agung Tahun 2021

6
Tabel 2.

Data Jumlah Penduduk Per Kampung


No Desa Jumlah Penduduk
1. Tunggal Warga 6426
2. Warga Makmur Jaya 2761
3. Warga Indah Jaya 1159
4. Dwi Warga Tunggal Jaya 11258
5. Tri Tuggal Jaya 5504
6. Banjar Agung 3942
7. Banjar Dewa 2755
8. Moris Jaya 3909
9. Tri Mukti Jaya 1334
10. Tri Dharma Wira Jaya 2217
11. Tri Mulya Jaya 1618
Jumlah 42.883
Sumber : Laporan data kependudukan Kec.Banjar Agung Tahun 2021

Grafik 2.
Persentase Proporsi Penduduk per Jenis Kelamin

7
3. Sosial Budaya dan Ekonomi

Penduduk wilayah Kerja UPT Puskesmas Tulang Bawang 1 berlatar belakang


Suku Lampung, Jawa, Bali, Padang, Sunda, Batak yang hidup berbaur ditiap desa.
Perilaku masyarakat sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat, seperti persatuan
yang diwujudkan dalam sikap gotong royong yang masih kokoh. Ini terlihat pada acara-
acara seperti selamatan, pernikahan dan masih banyak lagi acara-acara lain yang sangat
mencerminkan budaya atau adat istiadat setempat.

Kondisi Perekonomian Kecamatan Banjar Agung dapat dilihat dari mata


pencaharian penduduk. Mata pencaharian penduduk diwilayah kerja UPT Puskesmas
Tulang Bawang 1 pun beragam tetapi lebih didominasi oleh petani untuk lebih jelasnya
bisa dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.
Data Mata Pencaharian Masyarakat Kec. Banjar Agung Tahun 2021

No. Mata Pencaharian Persentase

1. Petani 70

2. Pedagang 10

3. Pegawai 5

4. Buruh 10

5. Lain-lain 5

Sumber data : Profil Kecamatan Banjar Agung Tahun 2021

Grafik 3.

Persentase Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2021

8
4. Pendidikan

Tingkat pendidikan atau sumber daya manusia sangat berpengaruh


terhadap kesehatan, baik kesehatan secara personal maupun kesehatan ligkungan.
Untuk menunjang sumber daya manusia maka diperlukan sarana pendidikan
sebagai sarana pengembangan sumberdaya manusia secara formal.

Berikut adalah tabel distribusi sarana pendidikan yang ada diwilayah kerja UPT
Puskesmas Tulang Bawang 1.

Tabel 4

Distribusi Sarana Pendidikan

di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tulang Bawang 1 Tahun 2021

No Kampung TK SD SLTP SLTA


1. Tunggal Warga 2 2 0 0
2. Warga Makmur Jaya 4 2 1 1
3. Warga Indah Jaya 1 1 1 1
4. Dwi Warga Tunggal Jaya 2 1 1 1
5. Tri Tunggal Jaya 1 1 0 0
6. Banjar Agung 4 3 4 4
7. Banjar Dewa 3 2 3 0
8. Moris Jaya 3 4 1 2
9. Tri Mukti Jaya 2 3 1 1
10. Tri Dharma Wira Jaya 1 0 0 0
11. Tri Mulya Jaya 2 1 0 0
Jumlah 25 20 12 10
Sumber : Laporan UKS Th. 2020

Sebagai faktor predisposisi terhadap perubahan perilaku khususnya bagi


pengetahuan tentang kesehatan, maka diharapkan masyarakat yang berpendidikan
tinggi memiliki kesadaran yang tinggi pula dalam perilaku hidup sehat.

5. Lingkungan

a. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi
syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air
bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah,

9
ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian yang sesuai dan lantai rumah
tidak terbuat dari tanah.
b. Tempat-Tempat Umum
Tempat-tempat umum (TTU) merupakan suatu sarana yang
dikunjungi oleh banyak orang dan berpotensi menjadi tempat penyebaran
penyakit. TTU meliputi pasar, masjid dan lain-lain. TTU yang memenuhi
syarat kesehatan adalah tempat umum yang memiliki sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi
yang baik, luas lantai (luas ruangan) sesuai dengan jumlah pengunjung dan
memiliki pencahayaan yang memadai.
c. Akses Terhadap Air Minum
Sumber air minum yang digunakan oleh masyarakat diwilayah kerja UPT
Puskesmas Tulang Bawang 1 yaitu :

Tabel 5.
Sumber Air Minum Masyarakat Kec. Banjar Agung
No Sumber Air Persentase %
1. Sumur Gali 86
2. Sumur BOR 10
3. PAM 4

6. Perilaku Sehat / Perilaku Masyarakat


Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat terhadap kesehatan,
dapat dilihat dalam beberapa indikator yaitu :
 Persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan menurut cara
pengobatan
 Persentase penduduk yang berobat jalan menurut tempat berobat
 Persentase anak usia 2-4 tahun yang pernah disusui
 Kebiasaan merokok
 Persentase penduduk yang melakukan aktifitas fisik
 Kebiasaan mengkonsumsi makanan sehat

10
Sedangkan Indikator Rumah Tangga Sehat yaitu :
 Pertolongan dan persalinan oleh nakes
 Balita diberi ASI Eksklusif
 Memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan
 Tidak merokok
 Melakukan aktifitas fisik setiap hari
 Tersedianya akses air bersih
 Makan buah dan sayur tiap hari
 Tersedianya jamban sesuai standar kesehatan
 Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni
 Lantai rumah bukan dari tanah

a. Posyandu
Dalam rangka meningkatkan cakupan kesehatan terhadap masyarakat
berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang
ada di masyarakat. Posyandu merupaan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) yang paling dikenal oleh masyarakat,
posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas. Jumlah posyandu yang
ada diwilayah kerja UPT Puskesmas Tulang Bawang 1 sebanyak 17 posyandu.

Tabel 6.
Jumlah Posyandu
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tulang Bawang 1 Tahun 2021
No Kampung Jumlah Posyandu
Mandiri
1. Tunggal Warga 1
2. Warga Makmur Jaya 1
3. Warga Indah Jaya 1
4. Dwi Warga Tunggal Jaya 3
5. Tri Tunggal Jaya 2
6. Banjar Agung 2
7. Banjar Dewa 1

11
No Kampung Jumlah Posyandu
Mandiri
8. Moris Jaya 3
9. Tri Mukti Jaya 1
10. Tri Dharma Wira Jaya 1
11. Tri Mulya Jaya 1
Jumlah 17

b. Pembiayaan Kesehatan oleh Masyarakat


Dalam rangka meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam pembiayaan
kesehatan, sudah lama dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan
kesehatan bagi masyarakat. Pada saat ini berkembang cara pembiayaan pra upaya
seperti asuransi kesehatan yang dikelola oleh swasta serta jaminan kesehatan yang
dikelola pemerintah yaitu BPJS-JKN.

7. Status Gizi Masyarakat


a. Status Gizi Balita
Tidak ada kasus balita kekurangan energi protein di tahun 2021.
Tabel 7.
Data Pencapaian Program Gizi PKM Tulang Bawang 1 Tahun 2021
No Jenis Kegiatan Indikator 2021 (%)
1 Pertambahan N/D 88
Pertumbuhan Balita BGM 6
D/S 83
Balita mendapat Vit. A 2 47
kali/tahun
2 Pelayanan Gizi Cakupan Bumilo mendapat FE 82
Cakupan MP-ASI -
Balita Gizi Buruk mendapatkan -
Perawatan
Bayi dengan ASI Eksklusif 64

12
No Jenis Kegiatan Indikator 2021 (%)
3 Penyuluhan Perilaku Desa dengan Garam Yodium 95
Sehat Baik
4 Penyelenggaraan Kecamatan Bebas Rawan Gizi -
Kewaspadaan Gizi Kampung KLB Gizi ditangani -
<24 jam
Sumber : Laporan Program Gizi PKM Tulang Bawang 1 Tahun 2021

8. Peningkatan Gizi
Tujuan upaya peningkatan gizi di Puskesmas yaitu status gizi masyarakat
melalui usaha pemantauan status gizi kelompok-kelompok masyarakat yang
beresiko tinggi (ibu hamil dan balita ), pemberian makanan tambahan( PMT) baik
yang bersifat penyuluhan dan pemulihan.
Ruang lingkup kegiatan gizi :
 Menimbang berat badan balita untuk memantau pertumbuhan anak.
Dilakukan secara rutin setiap bulan diposyandu.
 Pemeriksaan HB dan BB pada ibu hamil secara rutin.Dilakukan untuk
mengetahui status gizi pada ibu hamil.
 Pemberian makanan tambahan (PMT) untuk balita kurang gizi. PMT
pemulihan dilakukan melalui pemberian makanan yang bersifat
suplementasi seperti Multivitamin, sulfa ferosus, susu dan sebagainya.
 Memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat.
 Pembagian vitamin A untuk balita 2 kali setahun, suplemen tablet besi
untuk ibu hamil yang datang ke posyandu dan puskesmas dan pemberian
obat cacing untuk anak yang kurang gizi karena gangguan parasit cacing.

13
Tabel 8.
Data Cakupan Program Gizi PKM Tulang Bawang 1

NO Cakupan (%) Per Tahun


2021

1 Bayi D/S 83

2 Balita D/S 83

3 Balita N/D 88

4 ASI Eksklusif 64

5 Vit A Bayi 86

6 Vit A Balita 47

7 Bumil mendapat Fe 82

Sumber : Laporan Surveilans Gizi PKM TB 1 tahun 2021

Grafik 8.
Persentase Cakupan Program Gizi PKM Tulang Bawang 1

14
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diuraikan dalam makalah ini antara lain

1. Terbentuk dan terlaksananya program Inovasi Gerakan Masyarakat Sadar


Stunting (Gemasting) sebagai terobosan untuk mempercepat penurunan
angka stunting, mencegah masalah gizi seperti gizi kurang, gizi buruk,
obesitas. Dengan diadakan program inovasi ini, diharapkan meningkatkan
kualitas hidup anak sehingga menghasilkan generasi yang berkualitas dan
siap serta mampu menghadapi perkembangan zaman yang pesat ini.
2. Terbentuknya inovasi ini tentunya melibatkan lintas program yaitu Gizi,
KIA, Promkes dan Kesling serta peran lintas sektor seperti PLKB,
Sekolah, KUA, Kepolisian dan aparat kampung dan kecamatan.

B. Saran

1. Demi berjalannya Program Inovasi Gerakan Masyarakat Sadar Stunting


(Gemasting), maka perlu peran aktif dari berbagai lintas program antara
lain : Program Gizi, KIA, Promkes dan Kesling.
2. Peran lintas sektor dan tokoh masyarakat yang ada di Banjar Agung masih
perlu ditingkatkan agar upaya ini dapat berjalan dengan baik.

15
BAB IV

PENUTUP

Hakekat dari kegiatan program pengembangan / inovatif adalah sebagai


instrument untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan derajat kesehatan
masyarakat. Kegiatan pembangunan termasuk pembangunan kesehatan
merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup manusia,
terlebih kesehatan ibu dan anak, karena dalam hal ini akan menjadi investasi
berharga yang berdampak pada kemajuan dan kecerdasan bangsa dimasa yang
akan datang.

Harapan di masa yang akan datang Program Gerakan Masyarakat Sadar


Stunting (Gemasting) juga dapat dlaksanakan ditiap-tiap wilayah kerja Puskesmas
Tulang Bawang 1, menjalin peran serta masyarakat dan meningkatkan kerjasama
lintas sektoral dalam percepatan penurunan angka stunting sehingga kualitas
hidup masyarakat meningkat yang menghasilkan generasi berkualitas Kecamatan
Banjar Agung dan dapat besaing dengan negara lain.

Penulisan makalah kesehatan yang berhungan dengan Gerakan Masyarakat


Sadar Stunting (Gemasting) ini, masih jauh dari sempurna sehingga kritik, saran
dan masukan sangat diperlukan untuk upaya perbaikan dalam penyusunan
sehingga penulisan makalah yang akan datang lebih baik lagi.

16
LAMPIRAN

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai