Anda di halaman 1dari 4

PELACAKAN GIZI BURUK

No. Dok :
040/KAK.PG.DOK-INT/SBT/2019

KAK No. Revisi : 01

Tanggal Terbit : 18 Januari 2019

Halaman : 4 Halaman

PUSKESMAS dr. Nooraisyah, M.Kes


SEBATUNG NIP. 19851102 201101 2 008

A. PENDAHULUAN
Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat
badan yang paling pesat dibanding dengan kelompok umur lain, masa ini tidak
terulang sehingga disebut window of opportunity, untuk mengetahui apakah
balita tumbuh dan berkembang secara normal atau tidak, penilaian tumbuh
kembang balita yang mudah diamati adalah pola tumbuh kembang fisik, salah
satunya dalam mengukur berat badan balita (Soetjiningsih, 2002).
Badan kesehatan dunia (WHO, 2011) memperkirakan bahwa 54%
kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Di Indonesia, saat ini
tercatat 4,5% dari 22 juta balita atau 900 ribu balita di Indonesia mengalami gizi
kurang atau gizi buruk dan mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak
(Kemenkes,2012).
Hasil Riskesdas (2010), menunjukkan pravelensi gizi kurang menjadi
17,9% dan gizi buruk menjadi 4,9%, artinya kemungkinan besar sasaran pada
tahun 2014 sebesar 15,0% untuk gizi kurang dan 3,5% untuk gizi buruk dapat
tercapai (Depkes RI, 2010).

B. LATAR BELAKANG
Status gizi anak balita telah mengalami perbaikanyang ditandai dengan
menurunnya prevalensi gizi kurang dari 24,5% (Susenas, 2005) menjadi 18,4%
ditahun 2007 dan tahun 2010 menjadi 17,9%, walaupun demikian masalah balita
pendek (stunting) masih tinggi yaitu sebesar 35,6% pada tahun 2010 dan 37,2%
pada tahun 2013 (Riskesdas,2013)
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
bidang kesehatan 2015-2019 telah ditetapkan salah satu sasaran pembangunan
yang akan dicapai adlah menurunkan prevlensi gizi kurang enjadi setinggi-

1
tingginya 17% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi setinggi-
tinggiya 28%.
Rencana aksi Pembinaan gizi masyarakat telah ditetapkan 8 indikator
kinerja, yaitu: (1) balita ditimbang berat badannya; (2) balita gizi buruk mendapat
perawatan; (3) balita 6-59 bulan menapat kapsul vitain A; (4) bayi usia 06 bulan
mendapat ASI Ekslusif; (5) ibu hamil mendapat 90 tabet Fe; (6) rumah tangga
mengkonsumsi garam beriodium; (7) kabupaten.kota melaksanakan surveilans
gizi; dan (8) enyediaan stok cadangan (buffer stock) makanan pendampng ASI
untuk daerah bencana
Untuk memperoleh informasi kasus gizi buruk yang merupakan
peningkatan kinerja pembinaan gizi masyarakat secara cepat,akurat, teratur dan
berkelanjutan, perlu dilaksanakan kegiatan surveilans gizi buruk di Puskesmas.
Oleh karena itu, slah satu kegiatan program perbaikan dan peningkatan
gizi masyarakat salah satunya adalah pelacakan kasus gizi buruk atau surveilan
gizi buruk diwilayah kerja Puskesmas.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Memperoleh informasi kasus gizi buruk secara cepat dan akurat, teratur
dan berkelanjutan
b. Menemukan sedini mungkin kasus gizi buruk dan penanggulangannya
secara cepat
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya factor resiko gizi buruk disuatu wilayah sebagai bahan
informasi bagi sector terkait dalam penentuan intervensi
b. Ditetapkannya rencana pencegahan dan penanggulangan gizi buruk
secara komferhensif
c. Memberikan rekomendasi untuk penyusunan kebijakan perencanaan
Puskesmas kedepan yang efektif dan efisien

D. KEGIATAN POKOK
Rangkaian kegiatan enyelidikan atau investigasi terhadap factor resiko
terjadinya gizi buruk dan penemuan kasus balita gizi buruk lainnya di wilayah
kerja Puskesmas Sebatung.

E. CARA PELAKSANAAN
a. Persiapan
1. Mempelajari laporan balita gizi buruk

2
2. Menyiapkan Alat Antropometri (Timbangan berat badan dan alat ukur
tinggi badan)
3. Menyiapkan Instrumen Pelacakan (Form Pelacakan Gizi buruk)
4. Berkoordinasi dengan Petugas Surveilans, dan dokter puskesmas untuk
melaksanakan pelacakan

b. Pelaksanaan
1. Menerima laporan adanya balita gizi buruk baik dari masyarakat, kader
maupun Bides/Nakes.
2. Memvalidasi data kesasaran oleh petugas gizi dan Bides (umur, BB,
PB/TB, dan status gizi) dengan melihat indeks BB/U, BB/TB WHO-NCHS.
3. Bersamaan dengan validasi melakukan pelacakan gizi buruk dengan
wawancara dan pengamatan.
4. Petugas gizi/bides merujuk kasus gizi buruk tersebut ke puskesmas
dengan tujuan mendapatkan diagnosis dari dokter/tenaga medis untuk
mengetahui adanya penyakit yang penyerta.
5. Bila ditemukan penyakit penyerta, maka diberikan pengobatan sesuai
dengan ajuran dokter, dapat dilakukan rawat jalan maupun rawat inap
sesuai dengan jenis penyakit.
6. Mencatat dan melaporkan kasus gizi buruk ke DKK

F. SASARAN

Semua Bayi dan Balita yang mengalami gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas
Sebatung.

G. JADWAL

Pelacakan dilakukan setiap bulan di wilayah kerja Puskesmas Sebatung

N Januari Februari Maret April Mei Juni


o Kegiatan (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
                       
Pelacakan Juli Agustus September Oktober November Desember
1
Gizi Buruk (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
                       

H. EVALUASI

Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap bulan untuk


mengontrol perkembangan status gizi bayi dan balita

3
I. PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
1. Pencatatan
Pencatatan kegiatan dilakukan oleh penanggung jawab progam setiap kali
selesai kegiatan.
2. Pelaporan
Pelaporan dibuat oleh penanggung jawab program selanjutkan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.
3. Evaluasi
Evaluasi kegiatan dilakukan setiap akhir tahun.

Anda mungkin juga menyukai