Anda di halaman 1dari 5

MONITORING GARAM

BERYODIUM
No. Dok :
032/KAK.PG.DOK-INT/SBT/2019

KAK No. Revisi : 01

Tanggal Terbit : 17 Januari 2019

Halaman : 5 Halaman

PUSKESMAS dr. Nooraisyah, M.Kes


SEBATUNG NIP. 19851102 201101 2 008

A. PENDAHULUAN

Dampak serius GAKY menyebabkan gangguan perkembangan kecerdasan,


menurunkan produktivitas, kegagalan ekonomi, menurunkan daya tahan,
meningkatkan kesakitan dan kematian (Depkes RI, 2004).Pada penelitian Sidiq
(2013), tentang fungsi kognitif anak sekolah dasar penderita GAKY dan Non
GAKY di SD Negeri Ngargoyoso 2 Kabupaten Karanganyar menunjukkan tidak
ada perbedaan yang signifikan antara anak penderita GAKY dan Non GAKY. Hal
ini terjadi karena fungsi kognitif tidak hanya dipengaruhi oleh GAKY, akan tetapi
juga bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Patmonodewo (2003), menyatakan
fungsi kognitif dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan sel dan interaksi sel dalam
otak serta kesehatan. Menurut Evans (2004), fungsi kognitif dipengaruhi oleh
genetik, lingkungan, tingkat stres, dan pengasuhan orang tua.
Anak yang menderita GAKY akan mengalami hambatan dalam melakukan
aktivitas fisik. Keterbatasan kemampuan otak akibat adanya GAKY dapat
mengakibatkan otot tidak maksimal dalam bekerja. Gangguan fungsi
metabolisme tubuh juga dapat menjadi penyebab kinerja otot menjadi lemah, dan
apabila metabolisme dalam tubuh lambat dapat menyebabkan aktivitas fisik
menjadi kurang (De Pee et al, 2010). Penelitian Kusnanto (2007), di Magelang
menunjukkan bahwa anak sekolah yang hipotiroid mengalami aktivitas fisik yang
lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak hipotiroid, hal ini terjadi
karena otot terasa lemas sehingga tubuh tidak dapat bekerja secara maksimal.

1
B. LATAR BELAKANG

Masalah kekurangan yodium sudah sejak lama dikenal di Indonesia. Yodium


merupakan zat gizi mikro penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan
mental. Masalah GAKY merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan
kualitas sumber daya manusia yang mencakup 3 aspek, yaitu aspek
perkembangan kecerdasan, aspek perkembangan sosial dan aspek
perkembangan ekonomi.
Hasil Riskesdas tahun 2013, secara keseluruhan (perkotaan dan pedesaan)
rumah tangga yang mengonsumsi garam mengandung cukup yodium mencapai
77,1%, yang mengonsumsi garam kurang mengandung yodium sebesar 14,8%
dan yang tidak mengandung yodium sebesar 8,1%. Berkaitan dengan itu Direktur
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, mengeluarkan Surat Edaran Nomor :
JM.03.03/BV/2195/09 tertanggal 3 Juli 2009, mengenai Percepatan
Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Yodium yang antara lain
menginstruksikan kepada seluruh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar
meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait dalam peningkatan garam
beryodium dan menghentikan suplementasi kapsul minyak yodium pada sasaran
(WUS, ibu hamil, ibu menyusui dan anak SD/MI). Hal ini diperkuat dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 tahun 2010 tentang Pedoman
Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium di Daerah.
Pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 telah menetapkan 4 sasaran pembangunan kesehatan yaitu
meningkatkan umur harapan hidup dari 70,7 ( Proyeksi BPS, 2008) menjadi 72,
menurunkan angka kematian bayi dari 34 ( SDKI, 2007) menjadi 24 per 1000
kelahiran hidup, menurunkan angka kematian ibu dari 346 ( SDKI, 2012) menjadi
306 per 100 ribu kelahiran hidup dan menurunkan gizi kurang (termasuk gizi
buruk ) dari 19,6% (Riskesdas, 2013 ) menjadi kurang dari 17% dan menurunkan
balita pendek dari 37% ( Riskesdas, 2013) menjadi kurang dari 28%.
Untuk mencapai sasaran RPJMN 2015 – 2019 Bidang Kesehatan,
Kementerian Kesehatan telah menetapkan RENSTRA Kementerian Kesehatan
2015- 2019, yang memuat indikator keluaran yang harus dicapai. Salah satu dari
8 indikator keluaran di bidang Perbaikan Gizi yang harus dicapai pada tahun
2019 yaitu 90 % rumah tangga mengonsumsi garam beryodium dengan
kadungan yodium cukup. Oleh karena itu program penanggulangan GAKY
difokuskan pada peningkatkan konsumsi garam beryodium.

2
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tersedianya informasi secara terus menerus setiap tahun tentang konsumsi
garam beryodium rumah tangga di wilayah Puskesmas Sebatung

2. Tujuan Khusus
1) Mendapatkan data rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan
kandungan yodium cukup (>=30 ppm), kurang ( < 30 ppm) dan tidak
mengandung yodium.
2) Diperolehnya informasi tentang :
 Merk garam yang digunakan di rumah tang
 Jenis garam yang digunakan di rumah tangga
 Lokasi penyimpanan
 Tempat membeli
 Cara penyimpanan garam beryodium

D. KEGIATAN POKOK
Pemantauan dan pemeriksaan garam yodium di tingkat masyarakat
melalui kegiatan monitoring ke tingkat SD/MI dengan cara penetesan iodina test
kepada garam yang dibawa oleh siswa yang dipakai di rumah

E. CARA PELAKSANAAN
a. Persiapan
1. Petugas membuat jadwal kegiatan monitoring garam kesekolah SD/MI.
2. Petugas mengirim surat pemberitahuan dan jadwal kegiatan monitoring
garam ke SD/MI.
3. Petugas menyiapkan alat dan bahan

b. Pelaksanaan
1. Petugas datang kesekolah SD/MI sesuai dengan jadwal
2. Petugas menyampaikan maksud dan tujuan
3. Petugas melakukan pemeriksaan garam, yang dibawa murid (sampel),
dengan cara :
a. Petugas mengambil satu sendok makan garam yang akan diuji. Bila
garam berbentuk bata maka harus dihaluskan terlebih dahulu.
b. Petugas meneteskan 2-3 tetes cairan/iodin tes kepermukaan garam
tersebut.

3
c. Petugas memperhatikan perubahan warna yang terjadi pada garam
setelah ditetesi cairan uji garam beryodium
d. Petugas membaca hasil dengan kriteria sbb :
1) Bila garam berubah warna menjadi ungu tua berate garam
tersebut mengandung cukup yodium (≥30 ppm).
2) Bila berwarna ungu muda atau keputih – putihan berate garam
tersebut mengandung yodium kurang (<30 ppm)
3) Bila tidak berubah warna berate garam tersebut tidak
mengandung yodium
4. Setelah selesai pemeriksaan, petugas mencatat hasil pemeriksaan
garam pada murid dan guru tersebut dalam form Monitoring garam
beryodium
5. Petugas merekap dan melaporkan hasil pemeriksaan pada murid dan
guru

c. SASARAN

Rumah tangga yang memiliki anak SD/MI

d. JADWAL

Kegiatan direncanakan pada Bulan September di sekolah SD/MI wilayah kerja


Puskesmas Sebatung.

Januari Februari Maret April Mei Juni


No Kegiatan (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

MONITORING
Juli Agustus September Oktober November Desember
1 GARAM
(Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu)
BERYODIUM
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
   

e. EVALUASI

Evaluasi dilaksanakan setelah kegiatan monitoring garam beryodium selesai.

f. PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

1. Pencatatan
Pencatatan kegiatan dilakukan oleh penanggung jawab progam setiap kali
selesai kegiatan.

4
2. Pelaporan
Pelaporan dibuat oleh penanggung jawab program selanjutkan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.
3. Evaluasi
Evaluasi kegiatan dilakukan setiap akhir tahun.

Anda mungkin juga menyukai