Anda di halaman 1dari 6

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

SMF NEUROLOGI

MIGRAIN
Nomor Dokumen
No. Nomor Revisi Hal
005/KOMDIK/I 01 1/6
/2023
Ditetapkan :
Direktur RSI Garam Kalianget
Kabupaten Sumenep

Tanggal terbit
9 Januari 2023

dr. Budi Herlambang


DEFINISI Migren adalah suatu istilah yang digunakan untuk nyeri
kepala primer. Nyeri kepala berulang dengan manifestasi
serangan selama 4-72 jam. Karakteristik nyeri kepala
unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah
berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan
nausea dan atau fotofobia dan fonofobia.
ANAMNESIS Suatu serangan migren dapat menyebabkan sebagian atau
seluruh tanda dan gejala, sebagai berikut:
a. Nyeri sedang sampai berat, kebanyakan penderita migren
merasakan nyeri hanya pada satu sisi kepala, hanya sedikit
yang merasakan nyeri pada kedua sisi kepala.
b. Sakit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk.
c. Pusing berputar pada migrain vestibular.
d. Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik.
e. Saat serangan nyeri kepala penderita tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari.
f. Disertai mual dengan atau tanpa muntah.
g. Fotofobia dan atau fonofobia.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF NEUROLOGI

MIGRAIN
Nomor Dokumen
No. Nomor Revisi Hal
005/KOMDIK/I 01 2/6
/2023
h. Apabila terdapat aura, paling sedikit terdapat dua dari
karakteristik di bawah ini:
 Sekurangnya satu gejala aura menyebar secara
bertahap ≥5 menit, dan/atau dua atau lebih gejala
terjadi secara berurutan.
 Masing-masing gejala aura berlangsung antara 5-60
menit.
 Setidaknya satu gejala aura unilateral.
 Aura disertai dengan, atau diikuti oleh gejala nyeri
kepala dalam waktu 60 menit.
PEMERIKSAAN FISIK Pada pemeriksaan fisik, tanda vital dalam batas normal,
pemeriksaan neurologis normal. Temuan-temuan yang
abnormal menunjukkan sebab-sebab sekunder, yang
memerlukan pendekatan diagnostik dan terapi yang berbeda.
KRITERIA DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis
dan pemeriksaan fisik umum dan neurologis.
Kriteria diagnosis Migren tanpa Aura
a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi
kriteria B-D.
b. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4 – 72 jam
(tidak diobati atau tidak berhasil diobati).
c. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara
karakteristik berikut :
1. Lokasi unilateral
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF NEUROLOGI

MIGRAIN
Nomor Dokumen
No. Nomor Revisi Hal
005/KOMDIK/I 01 3/6
/2023
4. Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau
penderita menghindari aktivitas fisik rutin (seperti
berjalan atau naik tangga).
d. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:
1. Nausea dan atau muntah
2. Fotofobia dan fonofobia
e. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari
ICHD-3 dan transient ischemic attack harus dieksklusi
DIAGNOSIS BANDING 1. Tension Type Headache
2. Nyeri kepala klister
3. Nyeri kepala servikogenik
PEMERIKSAAN a. Darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, dll (atas indikasi,
PENUNJANG untuk menyingkirkan penyebab sekunder)
b. CT scan kepala / MRI kepala (untuk menyingkirkan
penyebab sekunder) Neuroimaging diindikasikan pada:
- Sakit kepala yang pertama atau yang terparah seumur
hidup penderita.
- Perubahan pada frekuensi keparahan atau gambaran
klinis pada migren.
- Pemeriksaan neurologis yang abnormal.
- Sakit kepala yang progresif atau persisten.
- Gejala-gejala neurologis yang tidak memenuhi kriteria
migren tanpa aura atau hal-hal lain yang memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.
- Defisit neurologis yang persisten.
- Hemikrania yang selalu pada sisi yang sama dan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF NEUROLOGI

MIGRAIN
Nomor Dokumen
No. Nomor Revisi Hal
005/KOMDIK/I 01 4/6
/2023
berkaitan dengan gejala-gejala neurologis yang
kontralateral.
- Respon yang tidak adekuat terhadap terapi rutin.
- Gejala klinis yang tidak biasa.
TATALAKSANA A. Terapi abortif migrain:
a. Abortif non spesifik : analgetik, obat anti-inflamasi
non steroid (OAINS)
b. Abortif spesifik : triptan, dihidroergotamin, ergotamin,
diberikan jika analgetik atau OAINS tidak ada respon.
Risiko medication overuse headache (MOH) harus
dijelaskan ke pasien, ketika memulai terapi migrain akut
- Analgetik dan OAINS
1) Aspirin 500 - 1000 mg per 4-6 jam (Level of
evidence : A)
2) Ibuprofen 400 – 800 mg per 6 jam (A).
3) Parasetamol 500 -1000 mg per 6-8 jam untuk terapi
migrain akut ringan sampai sedang (B).
4) Kalium diklofenak (powder) 50 -100 mg per hari
dosis tunggal.
- Antimuntah
1) Antimuntah oral atau per rektal dapat digunakan
untuk mengurangi gejala mual dan muntah dan
meningkatkan pengosongan lambung (B).
2) Metokloperamid 10mg atau donperidone 10mg oral
dan 30mg rektal.
- Triptan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF NEUROLOGI

MIGRAIN
Nomor Dokumen
No. Nomor Revisi Hal
005/KOMDIK/I 01 5/6
/2023
1) Triptan oral dapat digunakan pada semua migran
berat jika serangan sebelumnya belum dapat
dikendalikan dengan analgesik sederhana (A).
2) Sumatriptan 30mg, Eletriptan 40-80 mg atau
Rizatriptan 10 mg (A).
- Ergotamin
Ergotamin tidak direkomendasikan untuk migrain akut
(A).
B. Terapi profilaksi migrain:
- Prinsip umum :
1) Obat harus dititrasi perlahan sampai dosis efektif
atau maksimum untuk meminimalkan efek
samping.
2) Obat harus diberikan 6 sampai 8 minggu mengikuti
dosis titrasi.
3) Pilihan obat harus sesuai profil efek samping dan
kondisi komorbid pasien.
4) Setelah 6-12 bulan profilaksi efektif, obat
dihentikan secara bertahap.
- Beta bloker
1) Propanolol 80-240 mg per hari sebagai terapi
profilaksi lini pertama (A).
2) Timolol 10-15 mg dua kali/hari, dan metropolol
45- 200 mg/hari, dapat sebagai obat profilaksi
alternatif (A)
- Antiepilepsi
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF NEUROLOGI

MIGRAIN
Nomor Dokumen
No. Nomor Revisi Hal
005/KOMDIK/I 01 6/6
/2023
1) Topiramat 25-200 mg per hari untuk profilaksi
migrain episodik dan kronik (A).
2) Asam valproat 400-1000 mg per hari untuk
profilaksi migrain episodik (A).
- Antidepresi
1) Amitriptilin 10-75mg, untuk profikasi migrain (B).
- Obat antiinflamasi non steroid
Ibuprofen 200 mg 2 kali sehari (B)
PROGNOSIS 1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad sanationam : dubia ad malam
3. Ad fungsionam : dubia ad bonam
KEPUSTAKAAN 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,
2014.
2. Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi
Indonesia, KNI PP Perdossi,2015
3. Diagnosis danv Penatalaksanaan Nyeri kepala,
Konsensus Nasional V Pokdi Nyeri Kepala Perdossi,
2016

Anda mungkin juga menyukai