Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FT.

SISTEM SYARAF RENAL


KARDIOVASKULER

Disusun oleh :

Devi Agustin Purnamasari 20144160A


Fanny Erla Zuhana 20144176A
Nyoman Ruddy Parijata 20144179A

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2017


I. JUDUL
Migrain

II. DEFINISI
Menurut International Headache Society, 2004, migren adalah nyeri kepala
dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Nyeri biasanya unilateral,
sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperberat oleh
aktivitas, dan dapat disertai mual, muntah, fotofobia dan fonofobia. Konsep klasik
mengatakan migren adalah gangguan fungsional otak dengan manifestasi nyeri
kepala unilateral yang sifatnya mendenyut atau mendentum yang terjadi
mendadak disertai mual atau muntah.Konsep tersebut telah diperluas oleh The
Research Group On Migraine and Headache of The World Federation Of
Neurology. Migren merupakan gangguan bersifat familial dengan karakteristik
serangan nyeri kepala yang berulang-ulang yang intensitas, frekuensi dan lamanya
bervariasi.Nyeri kepala umumnya unilateral, disertai anoreksia, mual, dan
muntah.Dalam beberapa kasus migren ini didahului oleh gangguan neurologik dan
gangguan perasaan hati.
Definisi migren yang lain yang ditetapkan oleh panitia ad hoc mengenai
nyeri kepala (Ad Hoc Comittee on Classification of Headache) adalah serangan
nyeri kepala unilateral berulang-ulang dengan frekuensi lama dan hebatnya rasa
nyeri yang beraneka ragam dan biasanya berhubungan dengan tidak suka makan
dan terkadang dengan mual dan muntah. Terkadang didahului oleh gangguan
sensorik, motorik, dan kejiwaan.Sering dengan faktor keturunan. Blau (2003)
mengusulkan definisi migren sebagai nyeri kepala berulang-ulang berlangsung
antara 2-72 jam dan bebas nyeri antara serangan nyeri kepala, harus berhubungan
dengan gangguan visual atau gastrointerstinal atau keduanya.Gejala visual timbul
sebagai aura dan/atau fotofobia selama nyeri kepala.Bila tidak ada gangguan
visual hanya berupa gangguan gastrointestinal, maka muntah harus sebagai gejala
pada beberapa serangan (Harsono, 2005, Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua).

III. ETIOLOGI dan FAKTOR PENCETUS MIGREN


Menurut Harsono (2005), Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua, sampai
saat ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migren, diduga sebagai
gangguan neurobiologis, perubahan sensitivitas sistem saraf dan aktivasi sistem
trigeminal vaskular, sehingga migren termasuk dalam nyeri kepala primer.
Diketahui ada beberapa faktor pencetus timbulnya serangan migren yaitu :
1. Perubahan hormonal
Beberapa wanita yang menderita migren merasakan frekuensi serangan
akan meningkat saat menstruasi. Bahkan ada diantaranya yang hanya
merasakan serangan migren saat menstruasi.Istilah ‘menstrual migraine’
sering digunakan untuk menyebut migren yang terjadi pada wanita saat dua
hari sebelum menstruasi dan sehari setelahnya. Ini terjadi disebabkan
penurunan kadar estrogen.
2. Kafein
Kafein terkandung dalam banyak produk makanan seperti minuman
ringan, teh, cokelat, dan kopi. Kafein dalam jumlah yang sedikit akan
meningkatkan kewaspadaan dan tenaga, namun bila diminum dalam dosis
yang tinggi akan menyebabkan gangguan tidur, lekas marah, cemas dan sakit
kepala.
3. Puasa dan terlambat makan
Puasa dapat mencetuskan terjadinya migren oleh karena saat puasa
terjadi pelepasan hormone yang berhubungan dengan stres dan penurunan
kadar gula darah.
4. Ketegangan jiwa (stres) baik emosional maupun fisik atau setelah istirahat
dari ketegangan.
5. Cahaya kilat atau berkelip
Cahaya yang terlalu terang dan intensitas perangsangan visual yang
terlalu tinggi akan menyebabkan sakit kepala pada manusia normal.
Mekanisme ini juga berlaku untuk penderita migren yang memiliki kepekaan
cahaya yang lebih tinggi daripada manusia normal.
6. Makanan
Penyedap makanan atau MSG dilaporkan dapat menyebabkan sakit
kepala, kemerahan pada wajah, berkeringat dan berdebar-debar jika
dikonsumsi dalam jumlah yang besar pada saat perut kosong. Fenomena ini
disebut ‘Chinese Restaurant Syndrome’.Aspartam atau pemanis buatan pada
minuman diet dan makanan ringan, dapat menjadi pencetus migren bila
dimakan dalam jumlah besar dan jangka waktu yang lama.
7. Banyak tidur atau kurang tidur
Gangguan mekanisme tidur seperti tidur terlalu lama, kurang tidur,
sering terjaga tengah malam, sangat erat hubungannya dengan migren dan
sakit kepala tegang, sehingga perbaikan dari mekanisme tidur ini akan
membantu mengurangi frekuensi timbulnya migren.
8. Faktor herediter
9. Faktor kepribadian

IV. PATOFISIOLOGI MIGRAIN


Migren umum adalah proses sentral yang melibatkan baik kortikal melalui
cortical spreading depression atau proses di batang otak. Proses sentral
dibangkitkan melalui inflamasi neurogenik di meningen dan vasodilatasi, yang
dalam hal ini disebut sebagai mekanisme nyeri perifer, kemudian nosiseptif aferen
teraktivasi membawa sinyal nyeri ini melalui kompleks trigeminoservikal. Dari
sistem trigeminoservikal ini sinyal nyeri secara ascending melalui talamus
diteruskan ke korteks. Terjadi pelepasan calcitonin gene-related peptide (CGRP)
sebagai vasodilator endogen yang menimbulkan kaskade asam
arakhidonat.Nukleus batang otak dan periaquaductal gray matter (PAG) dianggap
berperan sentral dalam patoi siologi migren. Disfungsi primer terletak pada
nukleus batang otak yang terlibat dalam proses antinosisepsi. Nukleus raph
dorsalis pada PAG merupakan penghasil 65% 5HT otak dan locus cereleus
menghasilkan sekitar 96% norepinefrin di otak

V. KLASIFIKASI MIGRAIN
Menurut The International Headache Society, klasifikasi migren adalah
sebagai berikut :
1. Migren tanpa aura
2. Migren dengan aura
a. Migren dengan aura yang khas
b. Migren dengan aura yang diperpanjang
c. Migren dengan lumpuh separuh badan (familial hemiflegic migraine)
d. Migren dengan basilaris
e. Migren aura tanpa nyeri kepala
f. Migren dengan awitan aura akut
3. Migren oftalmoplegik
4. Migren retinal
5. Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranial
6. Migren dengan komplikasi status migren (serangan migren dengan sakit
kepala lebih dari 72 jam)
- Tanpa lebihan penggunaan obat
- Kelebihan penggunaaan obat untuk migren
- infark migren
7. Gangguan seperti migren yang tidak terklasifikasikan
Dahulu dikenal adanya classic migraine dan common migraine.Classic
migraine didahului atau disertai dengan fenomena defisit neurologik fokal,
misalnya gangguan penglihatan, sensorik, atau wicara.Sedangkan common
migraine tidak didahului atau disertai dengan fenomena defisit
neurologikfokal. Oleh Ad Hoc Comittee of the International Headache
Society (1987) diajukan perubahan nama atau sebutan untuk keduanya
menjadi migren dengan aura untuk classic migraine dan migren tanpa aura
untuk common migraine.

VI. DIAGNOSA
Kriteria diagnosis :
 Migrain tanpa aura :
a. Setidaknya lima serangan memenuhi kriteria B hingga D
b. Serangan sakit kepala berlangsung 4 hingga 72 jam (tidak dirawat atau telah
dirawat namun belum sukses).
c. Sakit kepala memiliki setidaknya dua dari karakteristik berikut:
1. Lokasinya satu sisi (unilateral)
2. Kualitas berdenyut (pulsating)
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Diperberat oleh atau menyebabkan
d. Terganggunya aktivitas fisik rutin/harian (misalnya berjalan atau naik tangga)
Selama sakit kepala berlangsung setidaknya disertai satu hal berikut ini:
1. Mual dan/atau muntah
2. 2. Photophobia dan phonophobia
3. E. Tidak berhubungan dengan gangguan
4. lainnya.
 Migrain dengan aura
- Setidaknya dua serangan memenuhi kriteria B.
- Migren dengan aura memenuhi kriteria B C. Tidak berhubungan dengan
gangguan lainnya.

VII. GUIDLINE TERAPI

Alogaritma Pengobatan untuk Sakit Kepala Migrain


Algoritma pengobatan untuk manajemen profilaksis migren

A. Kasus
Seorang wanita pengusaha berusia 35 tahun,memiliki riwayat migraine,
mengalami serangan migraine yang meningkat saat perusahaannya kolaps. Dokter
sempat memberikan hasil diagnose baru bahwa ibu tsb mengalami depresi.
Sebelumnya ia mengalami rata2 serangan 2-3 kali dalam sebulan saat ini menjadi
3-4 kali dalam sebulan. Saat serangan diawali aura mencium bau khas diikuti rasa
nyeri sebelah di kepala disertai mual muntah. Skala nyerinya 5 (dari 10 skala),
biasanya ia hanya memakai obat migraine yang dijual bebas berisi aspirin dan
kafein untuk mengurangi nyerinya, namun dirasakannya tidak menurunkan rasa
nyeri tsb.
Riwayat keluarga:
Ayah pernah menjalani pengobatan syaraf, ibu mengalami migraine dan pernah
mengalami depresi , menderita hipertensi, dan DM tipe 2, kakak dan adiknya tidak
punya riwayat gangguan syaraf.
Pasien sempat beberapa bulan lari ke alcohol untuk menghilangkan stress yang
sedang dialaminya.
 Data klinis :
 TD 140/90, HR 76, RR 18, suhu tubuh 37oC, BB 78 kg, tinggi badan 155 cm.
 Riwayat pengobatan hingga saat ini:
 Naratriptan 2,5 mg per oral saat serangan migraine, diulang 4 jam bila terjadi
serangan kembali hingga dosis maks 5 mg/24 jam
 Metoclopramide 10 mg per oral saat migraine
 Asam valproat 500 mg menjelang tidur
 Semenjak diketahui ada depresi dokter mengganti asam valproat dengan fluoxetin 20
mg/hari dan diazepam 2 mg bid

B. Metode SOAP
 SUBYEK
Nama pasien : Ny. WP
Umur : 35 tahun
Riwayat keluarga : Ayah pernah menjalani pengobatan syaraf, ibu
mengalami migraine dan pernah mengalami depresi , menderita hipertensi,
dan DM tipe 2, kakak dan adiknya tidak punya riwayat gangguan syaraf.
Riwayat pengobatan : Naratriptan 2,5 mg, Metoclopramide 10 mg,
fluoxetin 20 mg/hari dan diazepam 2 mg bid
 OBYEKTIF

 ASSESMENT

 PLANNING
1. Penggunaan naratriptan sebenarnya sudah tepat. Peningkatan intensitas
serangan migren yang terjadi dicurigai karena pasien mengalami
depresi. Selain itu hipertensi pada pasien yang tidak ditangani.
Menurut guidline di DIPIRO 9th penanganan profilaksis untuk pasien
migraen yang dikarenakan penyakit lain yaitu hipertensi menggunakan
obat antihipertensi golongan beta blocker (Propanolol)
2. Pemberian fluoxetin sudah tepat karena pasien mengalami depresi
3. Untuk hipertensi stage 1 : digunakan obat hipertensi golongan beta
blocker yaitu Propanolol yang diindikasikan untuk profilaksis migrain
4. Metoclpramide tetap diberikan dikarenakan untuk pengobatan mual
dan muntah akibat migrain
VIII. TUJUAN TERAPI
- Menyembuhkan penderita sampai sembuh,
- Mencegah kekambuhan

IX. TERAPI FARMAKOLOGI


1. Pasien diberikan Naratriptan 2,5 mg per oral saat serangan migraine, diulang 4
jam bila terjadi serangan kembali hingga dosis maks 5 mg/24 jam
2. Metoclopramide 10 mg per oral saat migraine
3. pasien diberikan fluoxetin 20 mg/hari dan propanolol 80mg 2xsehari untuk
mengobati depresi dan menurunkan tekanan darah dan sebagai obat untuk
terapi profilaksis
X. TERAPI NON FARMAKOLOGI
1. Istirahat yang cukup
2. Mengurangi konsumsi alkohol
3. Mengurangi konsumsi kafein
4. Makan yang bergizi dan teratur
5. Menepelkan es dikepala dan beristirahat atau tidur sejenak, biasanya
diruangan yang agak gelap tenang dan bermanfaat bagi pasien migrain
6. Menghindari faktor pemicu migrain seperti stress

XI. KIE
1. Diberikan propanolol 80mg 2xsehari untuk menurunkan tekanan darah tinggi
2. Diberikan fluoxetin 20mg/hari mengobati depresi
3. Diberikan metoklorpramid dan naratriptan saat migraine.
4. Penggunaan obat sebaiknya diberikan selang waktu.
5. Beritahu agar obat disimpan dalam tempat yang kering dan sejuk atau pada
suhu ruangan.
6. Pastikan pasien minum obat secara teratur, informasikan kepada keluarga
pasien agar selalu mengingatkan pasien untuk minum obat secara teratur.
7. Sebaiknya menghindari minuman mengandung kafein dan minuman
beralkohol.

XII. EVALUASI OBAT TERPILIH


Naratriptan
 Indikasi : migrain
 Peringatan : harus menjalani pemeriksaan jsntung sebelum menggunakan
obat ini
 Kontra indikasi : hipersensitivitas
 Dosis :

Metoklopramid
 Indikasi : gastroparesis
 Peringatan : gangguan hati dan ginjal
 Kontra indikasi : obstruksi gastrointestinal
 Dosis :

Fluoxetin
 Indikasi : anti depresana
 Peringatan : hati-hati untuk penderita diabetes
 Kontra indikasi : hipersensitivitas
 Dosis :

Propanolol
 Indikasi : hipertensi, angina, aritmia.
 Peringatan : hindari putus oat yang mendadak terutama pada penyakit
jantung iskemi, riwayat penyakit paru obstruktif.
 Kontara indikasi : asma, gagal jantung, hipotensi.
 Dosis : dosis awal 80mg 2xsehari, dapat ditingkatkan sampai 160-
320mg/hari dengan interval mingguan bila perlu.

XIII. MONITORING OBAT


 Monitoring frekuensi, intensitas dan durasi sakit kepala
 Monitoring efek samping obat
 Monitoring mual dan muntah
 Monitoring tekanan datah tinggi
 Monitoring terapi profilaksis untuk efek samping, outcome terapi dan
komplikasi

XIV. DAFTAR PUSTAKA


- Headache Classifi cation Subcommittee of the International Headache
Society. The International Classifi cation of Headache Disorders: 2nd
edition. Cephalalgia 2004;24 Suppl 1:1–160.
- Rasmussen BK. Epidemiology of headache. Cephalalgia.1995;15(1):45–
68.
- De Lissovoy G, Lazarus SS. The economic cost of migraine. Present state
of knowledge. Neurology 1994;44(6 Suppl 4):S56-62.
- Osterhaus J, Gutterman D, Plachetka J. Health care resources and lost
labor costs of migraine headache in the United States. Pharmacoeconomics
1992;2:67-76.
- World Health Organization. Mental Health: New Understanding, WHO:
New Hope, Geneva, 2001.
- Rasmussen BK, Jensen R, Schroll M, Olesen J. Epidemiology of headache
in a general population – a prevalence study. J. Clin. Epidemiol. 1991;
44(11): 1147–57.
- Steiner TJ, Scher AI, Stewart WF, Kolodner K, Liberman J, Lipton RB.
The prevalence and disability burden of adult migraine in England and
their relationships to age, gender and ethnicity. Cephalalgia. 2003; 23(7):
519–27.
- Silberstein SD, Rosenberg J. Multispecialty consensus on diagnosis and
treatment of headache. Neurology 2000; 54: 1553.
- Lipton RB, Scher AI, Steiner TJ, et al. Patterns of health care utilization
for migraine in England and in the United States. Neurology. 2003; 60(3):
441–8.
- Mathew NT, Tfelt-Hansen P. General and Pharmacologic Approach to
Migraine management. In: Olesen J, Goadsby PJ, Ramadan NM, Tfelt-
Hansen P, Welch KMA, eds. The Headaches, 3rd ed. Philadelphia, PA:
Lippincott Williams & Wilkins; 2006 p.433-440.

Anda mungkin juga menyukai