Anda di halaman 1dari 5

Etiologi

Dibawah ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price, dan Wilson
(2006) diantaranya adalah tubula intestinal, penyakit peradangan, penyakit
vaskuler hipertensif, gangguan jaringan ikat, gangguan kongenital dan
herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik, nefropati obsruktif. Beberapa
contoh dari golongan penyakit tersebut adalah:

1. Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielo nefritis kronik dan


refluks nefropati.
2. Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskular seperti hipertensi, nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, dan stenosis arteria renalis.
4. Gangguan jaringan ikat seperti Lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa, dan seklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal
polikistik, dan asidosis tubulus ginjal.
6. Penyakit metabolik seperti diabetes militus, gout, dan
hiperparatiroidisme, serta amiloidosis.
7. Nefropati toksik seperti penyalah gunaan analgetik, dan nefropati timah.
(Price, dan Wilson. 2006)
Klasifikasi
Klasifikasi stadium gagal ginjal kronik

Stadium LFG (mL/min/1,73 m2) Deskripsi


1 90 Kerusakan ginjal minimal
2 60-89 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan
3 30-59 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang
4 15-29 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat
5 <15 Gagal ginjal terminal

LFG berlaku untuk anak usia 2 tahun atau lebih . LFG = Laju filtrasi
glomerulus dari National Kidney Fondation Kidney Disease Outcomes Quality
Intiative.

(Marcdante.2014)
Penatalaksanaan
Penderita CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai
dengan derajat penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara umum.
Menurut Suwitra (2006), sesuai dengan derajat penyakit CKD dapat dilihat dalam
tabel berikut :

Stadium LFG (mL/min/1,73 m2) Perencanaan penatalaksanaan terapi


Dilakukan terapi pada penyakit dasarnya,
1 90 (progresion) fungsi ginjal, memperkecil resiko
kardiovaskuler
2 60-89 Menghambat perburukan (progresion) fungsi ginjal
Mengevaluasi dan melakukan terapi pada
3 30-59
komplikasi
4 15-29 Persiapan untuk mengganti ginjal (dialisis)
Dialysis dan mempersiapkan terapi penggantian
5 <15
ginjal (transplantasi ginjal)

Menurut Suwitra (2009) penatalaksanaan untuk CKD secara umum


antara lain adalah sebagai berikut :
1. Waktu yang tepat dalam penatalaksanaan penyakit dasar CKD
adalah sebelum terjadinya penurunan LFG, sehingga peningkatan
fungsi ginjal tidak terjadi. Pada ukuran ginjal yang masih normal
secara ultrasono grafi, biopsi serta pemeriksaan histopatologi
ginjal dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi
spesifik. Sebaliknya bila LFG sudah menurun sampai 2030 %
dari normal terapi dari penyakit das ar sudah tidak bermanfaat.
2. Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan
LFG pada pasien penyakit CKD, hal tersebut untuk mengetahui
kondisi komorbid yang dapat memperburuk keadaan pasien.
Faktor-faktor komorbid ini antara lain, gangguan keseimbangan
cairan, hipertensi yang tak terkontrol, infeksi traktus urinarius,
obstruksi traktus urinarius, obat-obat nefrotoksik, bahan radio
kontras, atau peningkatan aktifitas penyakit dasarnya. Pembatasan
cairan dan elektrolit pada penyakit CKD sangat diperlukan. Hal
tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya edema dan
komplikasi kardiovaskuler. Asupan cairan diatur seimbang antara
masukan dan pengeluaran urin serta Insesible Water Loss (IWL).
Dengan asumsi antara 500-800 ml/hari yang sesuai dengan luas
tubuh. Elektrolit yang harus diawasi dalam asupannya adalah
natrium dan kalium. Pembatasan kalium dilakukan karena
hiperkalemi dapat mengakibatkan aritmia jantung yang fatal. Oleh
karena itu pembatasan obat dan makanan yang mengandung
kalium (sayuran dan buah) harus dibatasi dalam jumlah 3,5-5,5
mEg/lt. sedangkan pada natrium dibatasi untuk menghindari
terjadinya hipertensi dan edema. Jumlah garam disetarakan dengan
tekanan darah dan adanya edema.
3. Menghambat perburukan fungsi ginjal. Penyebab turunnya fungsi
ginjal adalah hiperventilasi glomerulus yaitu :
a. Batasan asupan protein, mulai dilakukan pada LFG < 60
ml/mnt, sedangkan diatas batasan tersebut tidak dianjurkan
pembatasan protein. Protein yang dibatasi antara 0,6-0,8/kg
BB/hr, yang 0,35-0,50 gr diantaranya protein nilai biologis
tinggi. Kalori yang diberikan sebesar 30-35 kkal/ kg BB/hr
dalam pemberian diit. Protein perlu dilakukan pembatasan
dengan ketat, karena protein akan dipecah dan diencerkan
melalui ginjal, tidak seperti karbohidrat. Namun saat terjadi
malnutrisi masukan protein dapat ditingkatkan sedikit,
selain itu makanan tinggi protein yang mengandung ion
hydrogen, fosfor, sulfur, dan ion anorganik lain yang
diekresikan melalui ginjal. Selain itu pembatasan protein
bertujuan untuk membatasi asupan fosfat karena fosfat dan
protein berasal dari sumber yang sama, agar tidak terjadi
hiperfosfatemia.
b. Terapi farmakologi untuk mengurangi hipertensi
intraglomerulus. Pemakaian obat anti hipertensi disamping
bermanfaat untuk memperkecil resiko komplikasi pada
kardiovaskuler juga penting untuk memperlambat
perburukan kerusakan nefron dengan cara mengurangi
hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus. Selain
itu pemakaian obat hipertensi seperti penghambat enzim
konverting angiotensin (Angiotensin Converting Enzim /
ACE inhibitor) dapat memperlambat perburukan fungsi
ginjal. Hal ini terjadi akibat mekanisme kerjanya sebagai
anti hipertensi dan anti proteinuri.
4. Pencegahan dan terapi penyakit kardio faskuler merupakan hal
yang penting, karena 40-45 % kematian pada penderita CKD
disebabkan oleh penyakit komplikasinya pada kardiovaskuler. Hal-
hal yang termasuk pencegahan dan terapi penyakit vaskuler adalah
pengendalian hipertensi, DM, dislipidemia, anemia,
hiperfosvatemia, dan terapi pada kelebian cairan dan elektrolit.
Semua ini terkait dengan pencegahan dan terapi terhadap
komplikasi CKD secara keseluruhan.
5. CKD mengakibatkan berbagai komplikasi yang manifestasinya
sesuai dengan derajat penurunan LFG. Seperti anemia dilakukan
penambahan / tranfusi eritropoitin. Pemberian kalsitrol untuk
mengatasi osteodistrasi renal. Namun dalam pemakaiannya harus
dipertimbangkan karena dapat meningkatkan absorsi fosfat.
6. Terapi dialisis dan transplantasi dapat dilakukan pada tahap CKD
derajat 4-5. Terapi ini biasanya disebut dengan terapi pengganti
ginjal.
Pencegahan
Penapisan menjadi penting dilakukan terutama untuk anak-anak
berisiko tinggi. Pencegahan kerusakan ginjal dan mengubah perjalanan
penyakit juga tidak kalah pentingnya melalui terapi sejak awal dan
pengawasan progresifitas penyakit.

Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi


pemaparan terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit ginjal
(pencegahan paparan infeksi, konseling genetik, pencegahan obesitas, dan lain
lain).
Pencegahan sekunder dilakukan dengan menjaga agar progresifitas CKD tidak
terus berlanjut dengan penanganan yang tepat pada setiap stadium CKD.
Pencegahan tersier difokuskan pada penundaan komplikasi jangka panjang,
disabilitas atau kecacatan akibat CKD melalui terapi penggantian ginjal
(dialisis atau transplantasi ginjal).
(Mahesa,Dedi R.2010)
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan lab darah
- Hematologi (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit)
- RFT (Renal Fungsi Test) untuk ureum dan kreatinin
- LFT (Liner Fungsi Test)
- Elektrolit (Klorida,Kalium dan Kalsium)
2. Foto polos untuk mengetahui batu yang bersifat radioopat /nefrokalsinosis
3. CT scan dapat menentukan massa ginjal / identifikasi batu ginjal
4. Pemeriksaan Urine
- Urin rutin
- Urin khusus (benda keton, analisis kristal,batu)
5. Pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG dam ECO
6. USG abdominal
7. Program
(Pernefri.2012)
AFTAR PUSTAa
- Pernefri.2012. konsensus Anemia pada penderita gagal ginjal kronik. Jakarta :
perhimpunan nefrologi
- Price, S. A & Wilson, L. M. (2006), Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi 6. Jakata : EGC
- Marcdante,R.J.dkk.2014. Nelson ilmu kesehatan anak esensial,edisi 6.
Singapore : Elsevier
- Suwitra, Ketut. 2009. Gagal ginjal Kronik : Buku Ajar lmu Penyakit Dalam
jilid 2 edisi 5. Jakarta : Interna Publishing.
- Mahesa, Dedi. 2010. Penyakit ginjal kronis. Bandung : FK Univ. Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai