SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan
SISKA KOMARIYAH
NIM: AK.1.16.048
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat
dukungan dari berbagai pihak baik secara moril ataupun materil. Penulis ingin
Kencana.
Bandung.
vi
7. Kepada seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan do’a
ini.
8. Kepada tim acara tonight show dan malam-malam yang selalu membawa tawa
disetiap tayangannya.
9. Kepada Mada, Yuni dan Teh Wini yang bersedia saya ganggu waktunya setiap
tengah malam.
ini.
sempurna. Akhir kata semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis
Siska Komariyah
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.................................................................................. x
DAFTAR BAGAN ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 9
2.1 Konsep Talasemia ............................................................ 9
2.1.1 Definisi Talasemia ................................................. 9
2.1.2 Etiologi Talasemia ................................................. 9
2.1.3 Klasifikasi Talasemia ............................................. 10
2.1.4 Manifestasi Klinis Talasemia ................................. 11
2.1.5 Patofisiologi Talasemia .......................................... 13
2.1.6 Penatalaksanaan Talasemia .................................... 15
2.1.7 Dampak Talasemia ................................................. 18
2.2 Konsep Kelasi Besi .......................................................... 20
2.2.1 Definisi Kelasi Besi................................................ 20
2.2.2 Manfaat dan Permasalahan Zat Besi ...................... 20
2.2.3 Jenis Obat Kelasi Besi............................................ 21
2.2.4 Efek Samping Kelasi Besi...................................... 23
viii
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Terapi
Kelasi Besi ............................................................ 23
2.3 Konsep Pertumbuhan ....................................................... 24
2.3.1 Definisi Pertumbuhan............................................. 24
2.3.2 Patofisiologi Pertumbuhan pada Pasien Talasemia
................................................................................ 25
2.3.3 Prosedur Penilaian gangguan Pertumbuhan ........... 28
2.4 Konsep Kepatuhan........................................................... 30
2.4.1 Definisi Kepatuhan ................................................. 30
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan ................. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 33
3.1 Rancangan Penelitian ...................................................... 33
3.2 Variabel Penelitian .......................................................... 33
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................... 34
3.4 Tahapan Literature Review ............................................. 36
3.5 Analisa Data .................................................................... 40
3.6 Etika Penelitian ............................................................... 41
3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................... 43
4.1 Hasil Penelitian ............................................................... 43
4.2 Pembahasan ..................................................................... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 50
5.1 Kesimpulan ..................................................................... 50
5.2 Saran................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR BAGAN
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Talasemia merupakan salah satu jenis penyakit kelainan darah bawaan yang
biasanya ditandai dengan kondisi sel darah merah (eritrosit) yang mudah rusak
atau lebih pendek umurnya dari sel darah normal pada umunya, yaitu 120 hari
5% dari populasi dunia membawa gen sifat untuk gangguan hemoglobin, terutama
penyakit sel sabit dan talasemia. Indonesia merupakan negara yang berada dalam
sabuk talasemia dengan prevalensi karier talasemia mencapai sekitar 3,8% dari
peningkatan kasus talasemia yang terus menerus sejak tahun 2012 sebanyak 4896
menyebutkan tiga provinsi dengan jumlah kasus talasemia pada tahun 2016 yang
tertinggi adalah Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta.
berdasarkan gejalanya, talasemia dibagi menjadi tiga jenis yaitu talasemia minor,
talasemia intermedia dan talasemia mayor. Talasemia minor atau pembawa sifat,
hidup seperti orang normal, tidak mengalami perubahan penampilan fisik dan
tidak bergejala sama sekali. Namun individu ini memiliki risiko mempunyai anak
1
intermedia memiliki kadar Hb yang lebih rendah (berkisar 8-10 g/dL), sehingga
tetap memerlukan transfusi darah namun tidak rutin dan pasien tetap dapat hidup
komplikasi lebih lanjut. Talasemia mayor dapat hidup dengan normal jika
kelasi besi teratur dan pemantauan ketat oleh dokter. Pasien dengan talasemia
besi yang mengakibatkan kerusakan organ-organ dalam tubuh seperti hati, limpa,
Pasien talasemia akan tampak terlihat normal ketika mereka lahir seperti
bayi-bayi biasanya dan tidak menunjukkan gejala pada awal masa kelahirannya.
Gejala-gejala talasemia akan mulai terlihat pada saat anak memasuki usia 3-18
bulan. Umumnya sel darah mengalami siklus produk normal yaitu 120 hari, sama
halnya dengan penderita talasemia, hanya saja sel darah merah yang mereka
miliki berumur pendek atau kurang dari 120 hari. Sedangkan, darah yang baru
penderita. Untuk menutupi sel kekurangan sel darah merah, maka sel darah merah
harus didatangkan dari luar tubuh melalui transfusi darah (Sukri, 2016).
fisik dan struktur tubuh karena adanya multiplikasi sel-sel dan juga bertambah
besarnya sel yang dapat diukur secara kuantitatif seperti pertambahan ukuran
berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Pasien talasemia sering mengalami
2
gangguan pertumbuhan. Pertumbuhan terhambat sering terjadi pada pasien
talasemia mayor anak dan remaja. Pada pasien talasemia kadar hemoglobin sangat
Pengobatan penyakit talasemia sampai saat ini belum sampai pada tingkat
tulang, dan pankreas. Dampak lain yang ditimbulkan akibat transfusi yaitu
terjadinya penumpukan zat besi dalam tubuh (Sukri, 2016). Penumpukan zat besi
dalam jaringan tubuh ini dapat menyebabkan kondisi hati, jantung dan organ
lainnya rusak. Penumpukan zat besi dalam jantung akan menyebabkan gagal
jantung, penumpukan zat besi yang terjadi di kulit akan menyebabkan kulit
3
menjadi berwarna hitam keabu-abuan. Sedangkan, jika penumpukan zat besi
bagian tubuh (Sukri, 2016). Terapi yang dapat diberikan pada pasien talasemia
yang melakukan transfusi secara reguler adalah terapi kelasi besi (Safitri, 2015).
Kelasi besi adalah salah satu perawatan yang harus dilakukan oleh pasien
talasemia yang bertujuan untuk mencegah komplikasi akibat penumpukan zat besi
di organ tubuh. Terapi kelasi besi bertujuan untuk detosifikasi kelebihan besi yaitu
mengikat besi yang tidak terikat transferin di plasma dan mengeluarkan besi dari
tubuh. Pemberian terapi kelasi besi dapat mencegah komplikasi kelebihan besi
dan menurunkan angka kematian pada pasien talasemia (Menkes, 2018). Sebagian
Pemberian kelasi besi dimulai setelah diberikan saat kadar feritin serum ≥
1000 ng/mL, atau sudah mndapat transfusi darah 10-15 kali, dan sudah menerima
darah sebanyak 3 liter. Kelebihan beban besi akan terjadi apabila penderita
kematian usia muda. Terapi kelasi besi ini efektif untuk menurunkan kadar besi
atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan kesehatan
(Kozier, 2010) . Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan itu adalah usia,
jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, efek samping terapi, agama,
4
penyerta, pengetahuan, status ekonomi orang tua, dan penanggung jawab
pembayaran (Brunner & Suddarth, 2013). Dampak yang terjadi pada pasien
talasemia akibat kurang patuhnya terapi talasemia yaitu terjadi pada kondisi fisik,
sedangkan dampak bagi keluarga lebih cenderung pada waktu dan biaya yang
masalah ekonomi serta orang tua menjadi merasa bersalah, frustasi, cemas dan
talasemia (Arifna, 2017). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosnia Safitri
kepatuhan konsumsi kelasi besi dengan pertumbuhan. Pemberian kelasi besi yang
optimal dapat mengurangi deposit besi yang terjadi pada pasien talasemia dan
Sampai saat ini talasemia belum dapat disembuhkan dan pengobatan utama
yang dapat dilakukan adalah transfusi darah yang dilkaukan setiap bulan seumur
penumpukan besi pada jaringan parenkim hati yang disertai dengn kadar seum
besi yang tinggi. Efek samping yang terjadi dari transfusi darah ini adalah
menignkatnya akumulasi zat besi dalam tubuh (Harvina, 2018). Talasemia mayor
5
terjadi dalam tubuh diakibatkan oleh pembentukan sel darah merah yang terus
menerus namun berumur kurang dari 120 hari dan asupan sel darah merah dari
luar melalui transfusi yang dimana sel darah merah ini memiliki komponen zat
Pemberian terapi kelasi besi dapat mencegah komplikasi kelebihan zat besi
dan menurunkan angka kematian pada pasien talasemia (Menkes, 2018). Salah
satu dampak yang pertama dirasakan oleh pasien talasemia adalah dari segi
teman sebayanya yang normal. Namun hal itu dapat diminimalisir dengan
transfusi yang teratur dan konsumsi kelasi besi yang teratur (Sukri, 2016).
pada pasien talasemia terkait proses hemosiderosis yang terjadi pada sistem
endokrin termasuk pada kelenjar tiroid. Menurut penelitian Styne dalam Safitri
(2015) menyatakan bahwa penggunan kelasi besi ini dapat mengurangi deposit
besi pada kelenjar tiroid. Pasien talasemia dapat tumbuh normal bila kadar
hemoglobin dipertahankan diatas 10-11 g/dl dan diikuti terapi kelasi besi yang
memadai (Made dan Ketut, 2011). Gangguan pertumbuhan dapat terjadi akibat
transfusi darah berulang yang dapat menyebabkan penimbunan zat besi dalam
tubuh, maka dari itu kepatuhan konsumsi kelasi besi harus sangat diperhatikan.
talasemia mayor.
6
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka
talasemia.
talasemia.
7
2) Hasil dari literature review ini bisa menjadi data dasar dalam
talasemia.
talasemia.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
biasanya ditandai dengan kondisi sel darah merah (eritrosit) yang mudah
rusak atau lebih pendek umurnya dari sel darah normal pada umunya,
9
2.1.3 Klasifikasi Talasemia
1. Talasemia Mayor
darah sejak tahun pertama pertumbuhan pada rentang usia 6-24 bulan
2. Talasemia Intermedia
yang menurun dari ayah dan ibunya sama seperti talasemia mayor.
10
perawatan transfusi darah, terkadang hanya 3 atau 6 bulan sekali atau
mayor ketika anemia kronis tidak tertangani dengan baik dan sudah
3. Talasemia Minor
karena abnormalitas gen yang terjadi hanya melibatkan salah satu dari
1. Kelainan tulang
11
Gejala kelainan tulang yang paling menonjol adalah pada bagian
2. Pembesaran Limpa
Kerusakan sel darah sering kali terjadi pada pasien talasemia yang
yang rusak.
3. Penyakit Jantung
darah.
12
2.1.5 Patofisiologi Talasemia
dua rantai α dan dua rantai y terdapat pada eritrosit janin mulai
HbA (adult hemoglobin) yang terdiri dari dua rantai α dan dua rantai
13
turun sehingga mengurangi gejala penyakit dan menyediakan
foto sinar X. Fasies talasemia, atau disebut facies Cooley, khas pada
hati dan limpa terjadi karena destruksi eritrosit yang berlebihan dan
14
sirkulasi dan kemudian pada organ-organ. Besi disimpan dalam jaringan
bulan setelah lahir pada saat sintesis rantai y tidak digantikan oleh
sintesis rantai ß.
adalah berkurangnya kadar hemoglobin <7 g/dl yaitu saat hipoksia mulai
15
1. Transfusi darah
minggu, tanpa adanya tanda infeksi atau didapatkan nilai Hb > 7 g/dL
2. Kelasi Besi
pasien. Untuk saat ini, ada tiga jenis kelasi besi yang digunakan yaitu,
16
menyertainya seperti kelebihan besi, diabetes, dan penggunaan kelasi
dan E). Nutrien yang perlu diperhatikan pada pasien talasemia adalah
4. Splenektomi
ketika transfusi rutin dapat dilakukan sejak usia dini dan berlangsung
17
6. Vaksinasi
7. Psikososial
keturunan dapat berakibat pada rasa penyesalan dan menarik diri dari
18
1. Pertumbuhan
Dampak yang akan dirasakan oleh pasien talasemia adalah dari segi
yang teratur.
2. Pendidikan
3. Psikologis
seperti ini. Untuk itu, hal yang perlu dipikirkan saat ini adalah
merupakan kasus per kasus yang akan berbeda tiap individu, sehingga
19
2.2 Konsep Kelasi Besi
transfusi darah yang dilakukan setiap bulan selama hidup pada pasien
talasemia mayor (Rujito, 2019). Kelasi besi merupakan salah satu dari
besi yaitu dengan mengikat besi yang tidak terikat transferin di plasma
mendapatkan perawatan kelasi besi bila kadar feritin serum darah sudah
1000 mg/ml, transfusi darah sudah diberikan sebanyak 10-20 kali atau
Zat besi dalam tubuh sangat dibutuhkan untuk pembuatan sel darah
merah yang baru. Sel darah merah berfungsi sebagai pegikat oksigen dari
melalui paru-paru. Zat besi dalam tubuh memiliki peranan yang penting,
20
tubuh, mengatur suhu tubuh, membantu pembentukan enzim, membantu
Kelebihan zat besi awalnya akan disimpan oleh tubuh di sel hati
yang diperkirakan bisa menampung sampai 20 gram zat besi. Zat besi
jantung, kulit, dan kelenjar endokrin apabila hati sudah tidak mampu lagi
Jenis kelasi besi yang terbaik adalah yang dapat digunakan pasien
21
1. Deferoxamine (desferal)
berlangsung selama 8-12 jam per harinya dengan dosis 30-60 mg/kg
2. Deferipron (Ferripox)
deferoxamine. Dosis yang diberikan untuk jenis kelasi besi ini adalah
75-100 mg/kg per harinya dibagi dalam 3 dosis dan diberikan per oral
(Rujito,2019).
3. Deferasirox (Exjade)
22
2.2.4 Efek Penggunaan Kelasi Besi
indikator serum feritin ataupun metode yang lebih valid yaitu dengan
apabila <7000 ug/g berat kering hati atau feritin serum antara 1000 –
2500 ngmL. Namun perlu diingat untuk parameter terakhir ini tidak
mempresentasikan nilai yang valid kadar besi dalam tubuh karena dapat
atau efek sampingnya. Komplikasi yang dapat terjadi akibat terapi kleasi
23
d) Kepatuhan pasien
yaitu :
tubuh
tubuh, sistem organ dan pada sel (Robbiyah, 2014). Pasien talasemia
24
2.3.2 Patofisiologi Pertumbuhan pada Pasien Talasemia
disebabkan oleh multi faktor yaitu disebabkan oleh anemia kronis dan
hipoksia, gangguan fungsi hati, defisiensi zink dan asam folat, iron
endokrin.pada tahap awal kehidupan, yaitu usia satu sampai lima tahun,
faktor emosional, defisiensi zink dan asam folat serta anemia kronis dan
GH.
pertumbuhan dan sintesis protein. Zink diabsorbsi pada usus kecil dan
urin dan meningkat akibat hemolisis yang terjadi pada pasien talasemia,
melalui urin.
25
Anemia kronis dan hipoksia terjadi apabila pasien talasemia
bebas ini akan terakumulasi dalam darah. Tanpa intervensi terapi, besi
bebas yang dikenal dengan non transferin binding protein (NTBI) akan
26
lemak, protein dan DNA sehingga menimbulkan kerusakan organ
besi melalui transfusi, tanpa pemberian transfusi sel darah merah akan
27
mempengaruhi kondrosit secara langsung dengan meningkatkan sekresi
28
3. Menilai kecepatan pertumbuhan. Pertumbuhan merupakan suatu
29
selama masa anak dan remaja. Usia tulang ( bone age ) merupakan
Greulich and Pyle. Kegunaan dari penilaian usia tulang ini adalah
terapi dan kesehatan (Kozier, 2010). Menurut Sarafino dalam Yetti dkk
Kozier (2010) :
30
c. Persepsi keparahan masalah kesehatan
tidak membantu
dilakukan
yaitu :
b. Kualitas interaksi
31
yang pendek tidak akan menjadi tidak produktif jika diberikan
32