Anda di halaman 1dari 128

45

PENGARUH KOMBINASI PEMBERIAN TEKNIK


RELAKSASI NAFAS DALAM DAN TERAPI MURROTAL
MELALUI MEDIA AUDIO TERHADAP RESPON NYERI SAAT
INLET AKSES FEMORAL PASIEN HEMODIALISIS
DI RUMAH SAKIT ISLAM (RSI) FATIMAH CILACAP

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi SI Keperawatan
STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap

Oleh :
YOLA AMELIA
NIM 108 116 034

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2020

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ATAU KEASLIAN
PENELITIAN

Skripsi iniadalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telh saya nyatakan dengan benar

Nama : Yola Amelia

NIM : 108116034

Tanda Tangan :

Tanggal : Agustus 2020

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nyasehingga

penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini yang disusun sebagai salah satu

syarat untuk melakukan penelitian dalam rangka memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan pada Program Studi S1 Keperawatan STIKES Al-Irsyad Al-

Islamiyyah Cilacap.

Penulis menyadari bahwa, terselesaikannya usulan penelitian ini tidak lepas

dari bimbingan, dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yang telah memberikan segala kenikmatan,

kesehatan dan hidayah yang tak terhingga, sehingga Skripsi ini dapat tersusun

dengan baik

2. Raasulullah Shallalahu’alaihi wassalam yang telah menjadi tauladan yang baik

dan penuntun hidup

3. Bapak, Ibu, Adik dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan baik

secara moril dan materi serta do’a yang tidak pernah ada hentinya untuk

kesuksesan penyusunan Skripsi ini

4. Bapak/Ibu Direktur RSI Fatimah Cilacap yang telah banyak membantu dalam

memperoleh data yang diperlukan

5. Bapak Sarwa, AMK.,S.Pd.,M.Kes. Selaku ketua STIKES Al-Irsyad Al-

Islamiyyah Cilacap

v
6. Ibu Evy Apriani, M.Kep, Ns Selaku ketua Program Studi SI Keperawatan

STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap yang telah memberikan semangat

dan dukungan dalam penyusunan penelitian ini

7. Bapak Ahmad Subandi, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An. selaku penguji Utama

8. Bapak Sodikin, M.Kep., Sp.,KMB. selaku dosen pembimbing utama yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis

dalam penyusunan usulan penelitian ini.

9. Bapak Bejo Danang Saputra, M.Kep. selaku dosen pembimbing anggota yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis

dalam penyusunan usulan penelitian ini.

10. Sahabat yang telah membantu dan memberikan support dalam menyelesaikan

skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsug

yang tidak bisa penulis sebut satu peratu

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh.

Cilacap, Agustus 2020

Penulis

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademis STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap, saya yang

bertanda tangan dibawah ini :

Nama : YOLA AMELIA

NIM : 108 116 034

Program Studi : SI Keperawatan

Jenis Karya : Skripsi

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap Hak Bebas Royaliti Noneklusif ( Non-

exclusive Royalty-Free Right ) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“ Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan Terapi Murrotal

Melalui Media Audio Terhadap Respon Nyeri Saat Inlet Akes Femoral

Pasien Hemodialisa Di Rumah Sakit Isalam (RSI) Fatimah Cilacap”.

Berserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royaliti

Nonekslusif ini STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap berhak menyimpan ,

mengalih media/formatkan, mengolah dalam bentuk pangklan data (database),

saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Cilacap

Pada tanggal : Agustus 2020

Yang menyatakan

Yola Amelia

vii
PENGARUH KOMBINASI TERAPI TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DAN TERAPI
MURROTAL MELALUI MEDIA AUDIO TERHADAP RESPON NYERIPASIEN SAAT
KANULASI (INLET AKSES FEMORAL) HEMODIALISIS
DI RSI FATIMAH CILACAP

EFFECT OF COMBINATION THERAPY IN BREATHING RELAXATION TECHNIQUES IN


MURROTAL AND THERAPY THROUGH AUDIO MEDIA ON PATIENT'S PAIN
RESPONSE WHEN CANCULATING (FEMORAL ACCESS INLET) HEMODIALISIS

Yola Amelia1, Sodikin2, Bejo Danang Saputra3


1.2.3 Health Science Institute Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
Jl. Cerme No.24 Sidanegara Cilacap

ABSTRAK

Pasien dengan terapi hemodialisis akan terpaparkan dengan rasa nyeri yang bersumber pada
insersi akses vaskuler untuk drainase darah yang keluar dan masuk pada pembuluh darah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam
dan terapi Murrotal melalui media audio terhadap respon nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses
femoral) hemodialisis di RSI Fatimah Cilacap. Jenis penelitian quasi eksperimen dengan
rancangan pretest-posttest without control group design terhadap 25 pasien yang melakukan
kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis yang diambil menggunakan metode purposive
sampling. Analisis data menggunakan uji t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien saat
kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis sebelum diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi
nafas dalam dan terapi Murrotal mempunyai respon nyeri rata-rata 6,08 dan sesudah diberikan
diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal mempunyai respon
nyeri rata-rata 3,12. Terdapat perbedaan yang signifikan respon nyeri pasien saat kanulasi (inlet
akses femoral) hemodialisis sebelum dan sesudah diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi
nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio di RSI Fatimah Cilacap (pv = 0,000, α =
0,05.

Kata kunci : Pengaruh, kombinasi, relaksasi nafas dalam, murrotal, nyeri, pasien,
kanulasi (inlet akses femoral), hemomdialisis.

ABSTRACT

Patients on hemodialysis therapy will be exposed to pain that originates from the
insertion of vascular access to drainage of blood in and out of the blood vessels. This study aims to
determine the effect of a combination of deep breathing relaxation techniques and Murrotal
therapy through audio media on the patient's pain response during cannulation (femoral access
inlet) hemodialysis at RSI Fatimah Cilacap. This type of quasi-experimental study with a pretest-
posttest without control group design of 25 patients who performed cannulation (femoral access
inlet) hemodialysis taken using purposive sampling method. Data analysis using t-test. The results
showed that patients during cannulation (femoral access inlet) hemodialysis before given a
combination of deep breathing relaxation techniques and Murrotal therapy had an average pain
response of 6.08 and after being given a combination of deep breathing relaxation techniques and
Murrotal therapy had a flat pain response average 3.12. There is a significant difference in the
patient's pain response during cannulation (femoral access inlet) hemodialysis before and after the
combination of deep breathing relaxation techniques and Murrotal therapy through audio media at
RSI Fatimah Cilacap (pv = 0,000, α = 0.05.

Keywords: Influence, combination, deep breathing relaxation, murrotal, pain, patient, cannulation
(femoral access inlet), hemomdialysis.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.............................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iv
KATA PENGANTAR......................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................vii
ABSTRAK........................................................................................................viii
DAFTAR ISI....................................................................................................ix
DAFTAR TABEL............................................................................................xii
DAFTAR BAGAN...........................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................7
C. Tujuan Penelitian..................................................................................8
D. Manfaat Penelitian................................................................................9
E. Keaslian Penelitian...............................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN DAN KERANGKA TEORI.................14


A. Hemodialysis (hemodialisis).................................................................14
1. Pengertian.......................................................................................14
2. Prinsip Hemodialisis.......................................................................14
3. Akses Vaskuler Hemodialisis.........................................................16
4. Kanulasi saat Hemodialisis.............................................................19
B. Nyeri.....................................................................................................19
1. Pengertian ......................................................................................19
2. Fisiologi Nyeri................................................................................20
3. Klasifikasi Nyeri.............................................................................20
4. Mekanisme nyeri............................................................................21
5. Penilaian Nyeri...............................................................................23
6. Penatalaksanaan nyeri.....................................................................28
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nyeri.......................................30
8. Nyeri kanulasi saat Hemodialisa....................................................32
C. Terapi Relakasi Nafas Dalam...............................................................33
1. Pengertian.......................................................................................33
2. Tujuan relaksasi nafas dalam..........................................................34
3. Manfaat relaksasi nafas dalam........................................................34
4. Penatalaksaan relaksasi nafas dalam...............................................35
5. Prosedur relaksasi nafas dalam.......................................................36
6. Mekanisme relaksasi nafas dalam terhadap nyeri...........................36
D. MurrotalAl Qur’an................................................................................39
1. Pengertian.......................................................................................39
2. Manfaat murottal Al qur’an............................................................39
3. Keterbatasan dalam terapi murrotal................................................40

ix
4. Mekanisme terapi murottal Al Qur’an terhadap nyeri....................40
5. Prosedur intervensi murrotal al qur’an untuk nyeri........................41
6. Pengaruh Terapi murottal Al Qur’an untuk menurunkan Nyeri.....42
E. Kerangka teori......................................................................................44
BAB III METODE PENELITIAN................................................................45
A. Kerangka Konsep..................................................................................45
B. Hipotesis Penelitian..............................................................................45
1. Hipotesis Alternatif (Ha).................................................................46
2. Hipotesis Nol (H0)...........................................................................46
C. Variabel Penelitian................................................................................46
1. Variabel Independent......................................................................46
2. Variabel Dependent........................................................................47
D. Definisi Operasional.............................................................................47
E. Desain Penelitian..................................................................................48
F. Populasi Dan Sampel............................................................................51
G. Lokasi Dan Waktu Penelitian...............................................................51
H. Etika Penelitian.....................................................................................51
I. Teknik Pengumpulan Data...................................................................53
J. Prosedur Pengumpulan Data.................................................................55
K. Prosedur Pelaksanaan Penelitian..........................................................55
L. Analisa Data..........................................................................................59
1. Pengolahan Data.............................................................................59
2. Analisa Data....................................................................................59

BAB IV HASIL PENELITIAN.....................................................................62


A. Karakteristik Responde.........................................................................62
B. Analisis Univariat.................................................................................64
C. Analisis Bivariat...................................................................................66

BAB V PEMBAHASAN.................................................................................68
A. Interpretasi dan diskusi hasil................................................................68
B. Keterbatasan penelitian.........................................................................76
C. Implikasi terhadap pelayanan dan penelitian........................................77

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN..............................................................79


A. Simpulan...............................................................................................79
B. Saran.....................................................................................................80

DAFTARPUSTAKA.......................................................................................81

LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................87

x
DAFTAR TABEL

Tabel.3.1. Definisi Operasional.........................................................................47


Tabel 4.1.Distribusi Frekuensi Karakteritik.....................................................61
Tabel 4.2.KarakteristikPasien Hemodialisis.....................................................62
Tabel 4.3.Respon nyeri Pasien sebelum tindakan...........................................63
Tabel 4.4.Respon nyeri Pasien sesudah tindakan............................................64
Tabel 4.5 Hasil uji normalitas...........................................................................65
Tabel 4.6 Perbedaan Respon Nyeri..................................................................66

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian...............................................................44


Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian...........................................................45
Bagan 3.2 Desain Penelitian.............................................................................47
Bagan 3.2 Skema Pelaksanaan Penelitian........................................................57

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Visual Analog Scale (Potter & Perry, 2010).................................24


Gambar 2.2. Verbal Rating Scale(Potter & Perry, 2010).................................25
Gambar 2.3. Numeric Rating Scale (Potter & Perry, 2010).............................27
Gambar 2.4. Wong Baker Face Rating Scale (Potter & Perry, 2010)..............27

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal kronik adalah keadaan penurunan fungsi ginjal secara

progresif serta permanen yang dapat diakibatkan oleh berbagai macam

penyakit. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang terbanyak

sebagai penyebab gagal ginjal terminal, diikuti dengan hipertensi sistemik.

Manifestasi klinis gagal ginjal kronik akan bergantung pada tingkat kerusakan

ginjal yang digambarkan melalui ketidakmampuan ginjal untuk

mengeksresikan sisa nitrogen, melakukan regulasi keseimbangan cairan dan

elektrolit, serta sekresi hormon (Putri & Yadi, 2014).

Masalah kesehatan gagal ginjal kronik telah mendunia dengan

prevalensi yang terus meningkat setiap tahunnya. Menurut Center for Disease

Control (CDC, 2015) di Amerika Serikat sekitar 1,9% dari populasi penduduk

atau 3,4 juta jiwa terkena penyakit ginjal. Angka kematian pasien penyakit

ginjal adalah sekitar 14,9 setiap 100 ribu penduduk dan menempati posisi 9

penyebab kematian. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2018 prevalensi penyakit ginjal kronik sesuai diagnosis dokter penyakit ginjal

kronik naik dari 2% (Riskesdas 2013) menjadi 3,8%, dimana urutan pertama

adalah Kalimantan utara dengan prevalensi sebesar 6,4% dan terakhir adalah

Sulawesi Barat sebesar 1,8%.

Pasien dengan gagal ginjal kronik akan mengalami kerusakan fungsi

ginjal yang parah dan kronik yang mengakibatkan pasien akan sulit untuk

1
2

ditolong. Salah satu penanganan yang tepat untuk pasien gagal ginjal kronik

adalah berupa terapi pengganti ginjal. Terapi pengganti ginjal yang sering

dilakukan adalah Hemodialisis (Widyastuti, Butar & Bebasari, 2014).

Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal pada pasien gagal

ginjal untuk membantu membuang zat metabolit dan kelebihan cairan tubuh

menggunakan mesin. Prosedur tindakan ini harus dijalani pasien gagal ginjal

selama seumur hidupnya, kecuali pasien beralih menggunakan transplantasi

ginjal (Sanusi, 2015).

Interval waktu hemodialisis tergantung pada tingkat kerusakan nefron

yang sudah tidak berfungsi. Pasien gagal ginjal umumnya menjalani proses

hemodialisis 2 – 3 kali dalam seminggu, sementara bila pasien jatuh pada

kondisi sindrom uremik biasanya menjalani proses hemodialisis 3 – 5 kali

dalam seminggu dan berlangsung selama seumur hidup pasien (Sukandar,

2013).

Pasien yang memerlukan hemodialisis rutin dua kali dalam satu minggu

akan mengalami luka tusukan sekitar hampir 200 kali tusukan jarum dalam

satu tahun. Menurut Celik et al (2011), pasien dengan hemodialisis akan

menghadapi stress dan nyeri luka tusuk sekitar 300 kali tusukan dalam satu

tahun. Nyeri yang dirasakan oleh pasien hemodialisis pada umumnya yaitu;

pada saat penusukan jarum, pada saat kalibrasi atau karena bevel jarum fistula

yang panjang. Namun nyeri pada saat insersi merupakan rangking tertinggi

yang dikeluhkan oleh pasien hemodialisis terutama pada pasien yang

menggunakan cara rope-ladder.


3

Pasien dengan terapi hemodialisis akan terpaparkan dengan rasa nyeri

yang bersumber pada insersi akses vaskuler untuk drainase darah yang keluar

dan masuk pada pembuluh darah. Tindakan kanulasi hemodialisis akan

memberikan respon ketidak nyamanan akibat rangsang tusukan jarum dengan

ukuran besar (15 sampai dengan 17 gauge) yang menembus jaringan kulit dan

pembuluh darah sehingga akan menstimulasi serabut syaraf sensoris dan

menimbulkan nyeri (Arifiyanto, 2015). Hasil penelitian Arifiyanto (2015)

menunjukkan bahwa rata-rata nyeri responden saat kanulasi outlet HD yaitu

4,55. Penelitian Kaneda, et al (2003) terhadap 30 pasien yang menggunakakan

akses femoral didapatkan 5 pasien mengeluhkan sakit yang sangat (severe

dalam skala VAS) segera setelah ditusuk atau insersi pada daerah tempat

insersi jarum hemodialisa. Bahkan ada satu orang yang mengalami trauma

akibat akses femoral dengan nyeri tusuk yang baru mereda setelah satu

minggu, namun bruit yang keras dan dangkal bertahan di tempat dilakukannya

insersi jarum. Pasien tersebut memerlukan perawatan 15 hari untuk

meringankan rasa sakit dan menjalani operasi akibat trauma akses femoral.

Nyeri adalah fenomena fisiologik yang seringkali sangat mengganggu

individu atau pada usaha tindakan penyembuhan. Rasa nyeri juga sering

disertai komponen psikofisiologik, berupa kegiatan system saraf otonom

misalnya perubahan tekanan darah, frekuensi denyut jantung atau berkeringat.

Nyeri bagi masing–masing individu sangatlah bervariasi. Perbedaan tersebut

bukanlah semata–mata karena etiologinya, namun banyak faktor yang

mempengaruhi (Setiardjo, 2013). Nyeri terbagi 2 tipe yaitu: nyeri akut dan

nyeri kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi akibat kerusakan jaringan
4

dan lambatnya penyembuhan dari jaringan yang rusak sedangkan nyeri kronis

adalah nyeri konstan yang menetap sepanjang periode tertentu (Afrianti,

Utami, & Sri Utami, 2013).

Bourbonnais dan Tousignant (2012) dalam penelitian kualitatif

menjelaskan bahwa dari 25 pasien yang diwawancara, sebanyak tiga orang

pasien (12%) mengeluhkan nyeri pada saat insersi dan pencabutan jarum

dengan tingkat nyeri ringan-sedang, sementara sebagian besar yang lainnya

tidak mengomentari nyeri karena sebelum insersi menggunakan Eutetic

Minture of Local Anesthetics (EMLA). Sebanyak 15% pasien mengeluh nyeri

pada prosedur hemodialisis termasuk nyeri insersi. Hasil penelitian Arifiyanto

(2015) menunjukkan bahwa pasien hemodialisis rata-rata telah melakukan

paket hemodialisis sejak ditetapkan menjadi responden sebanyak 152,75 kali

dengan jumlah pelaksanaan HD terrendah 12 kali dan terbanyak 489 kali

dengan ukuran jarum fistula yang digunakan semua responden sama yaitu 16

gauge. Rata-rata nyeri responden saat kanulasi outlet HD yaitu 4,55, standar

deviasi 0,826 dengan skala nyeri terendah 3 dan tertinggi 5.

Penggunaan yang tepat dari analgesik saja atau dengan kombinasinya

merupakan kunci untuk menurunkan intensitas nyeri. Tidak semua nyeri dapat

diintervensi dengan analgetik sistemik bahkan beberapa penelitian

menunjukkan stigma yang kurang baik ditujukan pada penggunaan obat-obat

penurun rasa nyeri (Brown, 2014). Sehingga penatalaksanaan non-

farmakologis dapat diterapkan sebagai pengganti intervensi atau kombinasi

atau terapi komplementer dalam menurunkan intensitas nyeri.


5

Salah satu bentuk terapi komplementer dalam menurunkan intensitas

nyeri adalah teknik relaksasi, salah satunya adalah teknik relaksasi nafas

dalam. Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan

ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas nafas

abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan

matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman (Smeltzer & Bare, 2010).

Menarik napas dalam dan mengisi udara dalam paru-paru dapat

merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh

insisi (trauma) jaringan pada saat pembedahan. Relaksasi otot-otot ini akan

meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami trauma sehingga

mempercepat penyembuhan dan menurunkan (menghilangkan) sensasi nyeri

(Rampengan, Rondonuwu & Onibala, 2014).

Hasil penelitian Nekada, Roesli, dan Sriati (2014) menunjukkan bahwa

ada pengaruh gabungan relaksasi napas dalam dan otot progresif terhadap

sakit kepala, kram otot, mual dan muntah yang ditunjukkan dengan nilai p

sebesar 0,000. Penelitian Mustikaningtyas (2015) menemukan bahwa

pemberian terapi breathing exercise tidak hanya dapat menurunkan intensitas

nyeri tetapi dapat pula menurunkan level fatigue atau tingkat kelemahan yaitu

dari skala 5 menjadi 4.

Terapi komplementer lain yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri

adalah terapi murotal. Penelitian yang dilakukan Ahmad Al-Qadhi, dimana

hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil positif bahwa mendengarkan ayat

suci Al- Quran memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan

ketegangan urat saraf reflektif (Aryanti, Bahtiar & Albayani, 2013).


6

Penatalaksanaan nyeri akut melalui bacaan Al-quran dapat

menstimulasi neuropeptide dan stimulasi pengeluaran opioid endogen natural,

melalui rangsangan bacaan Al-Quran dapat menurunkan ketegangan sistem

saraf dan membuat relaksasi. Pemberian terapi bacaan Al-Quran berdampak

pada ketenangan, perubahan sel-sel tubuh dan menjadi modalitas pilihan

dalam memicu opioid endogen serta sebagai kesembuhan penyakit jasmani

dan rohani (Sodikin, 2012).

Menurut Al Kaheel (2012) bunyi bacaan al quran memiliki frekuensi

tertentu dan panjang gelombang tertentu. Gelombang suara ini menyebarkan

gelombang yang mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan

keseimbangannya. Efek dari mendengarkan bacaan al qur’an diantaranya

adalah meningkatkan kekebalan tubuh, menciptakan kedamaian hati dan

menurunkan ketegangan saraf, menurunkan kegelisahan, dan mengurangi

kecemasan.

Hasil penelitian Sodikin (2012) menunjukkan ada perbedaan skala nyeri

sebelum dan sesudah Terapi Bacaan Al-quran (TBA). Hasil penelitian

Marliyana (2018) menunjukkan bahwa sebelum pemberian tindakan terapi

murotal Qur’an rata-rata skala nyeri yaitu 9,25 dan setelah pemberian tindakan

terapi murotal Qur’an terjadi penurunan skala nyeri menjadi 0.68 Hasil uji

statistik diketahui ada pengaruh pemberian terapi murotal Qur’an terhadap

skala nyeri.

Berdasarkan data dari unit hemodialisis RSI Fatimah Cilacap diketahui

bahwa jumlah pasien GGK yang menjalani hemodialisis sampai dengan bulan

Maret tahun 2020 adalah sebanyak 135 orang dengan rincian 33 menggunakan
7

akses femoral, dan sisanya sebanyak 102 orang menggunakan akses AV-

Shunt. Sabitha, et al (2008) mengemukakan nyeri saat kanulasi AV-Shunt tetap

menjadi masalah umum saat hemodialisis. Nyeri yang ditimbulkan oleh

penyisipan kanula besar ke AV-Shunt merupakan penyebab nyeri utama yang

dirasakan anak-anak dan orang dewasa saat menjalani hemodialisa. Penelitian

Kaneda, et al (2003 dalam Pratama, 2017) terhadap 30 pasien yang

menggunakakan akses femoral didapatkan 5 pasien mengeluhkan sakit yang

sangat (severe dalam skala VAS) segera setelah ditusuk atau insersi pada

daerah tempat insersi jarum hemodialisa. Bahkan ada satu orang yang

mengalami trauma akibat akses femoral dengan nyeri tusuk yang baru mereda

setelah satu minggu, namun bruit yang keras dan dangkal bertahan di tempat

dilakukannya insersi jarum. Pasien tersebut memerlukan perawatan 15 hari

untuk meringankan rasa sakit dan menjalani operasi akibat trauma akses

femoral. Berdasarkan kedua hasil penelitian terlihat bahwa nyeri pada kanulasi

hemodialisis menggunakan akses femoral lebih nyeri dibandingkan akses AV-

Shunt.

Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan

terapi Murrotal melalui media audio terhadap respon nyeri pasien saat

kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis di RSI Fatimah Cilacap.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah “Adakah pengaruh kombinasi terapi teknik relaksasi


8

nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio terhadap respon nyeri

pasien saat kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis di RSI Fatimah

Cilacap?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan

terapi Murrotal melalui media audio terhadap respon nyeri pasien saat

kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis di RSI Fatimah Cilacap.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik pasien HD di RSI Fatimah Cilacap yang

meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, dan lama HD.

b. Mengetahui gambaran tingkat nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses

femoral) hemodialisis sebelum diberikan kombinasi terapi teknik

relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio di RSI

Fatimah Cilacap.

c. Mengetahui gambaran tingkat nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses

femoral) hemodialisis sesudah diberikan kombinasi terapi teknik

relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio di RSI

Fatimah Cilacap.

d. Mengetahui perbedaan tingkat nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses

femoral) hemodialisis sebelum dan sesudah diberikan kombinasi

terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media

audio di RSI Fatimah Cilacap.


9

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat menambah pustaka tentang pengaruh

kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal

melalui media audio terhadap respon nyeri pasien saat kanulasi

hemodialisis.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pengelolaan

nyeri pada pasien saat kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis.

2. Praktis

a. Perawat

Hasil penelitian dapat dijadikan masukan dan khasanah keilmuan

keperawatan yang dijadikan dasar dalam mengembangkan intervensi

keperawatan khususnya dalam mengelola nyeri pada pasien saat

kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis.

b. RSI Fatimah Cilacap

Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pengembangan asuhan

keperawatan pada pasien saat kanulasi (inlet akses femoral)

hemodialisis khususnya dalam menurunkan tingkat nyeri dengan

mengkombinasikan tindakan farmakologi dan non farmakologi

khususnya teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal.

c. Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan wawasan pengaruh kombinasi terapi

teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio

terhadap respon nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses femoral)


10

hemodialisis, mengaplikasikan mata kuliah Metodologi Riset dan Riset

Keperawatan, serta merupakan pengalaman dalam melakukan

penelitian.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang mempunyai fokus penelitian yang hampir sama dengan

penelitian yang akan dilakukan peneliti diantaranya adalah :

1. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada

Pasien Fraktur yang dilakukan oleh Aini, dan Reskita pada tahun 2018

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh

teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur.

Penelitian ini menggunakan desain Pra-eksperimental dengan cara

melibatkan satu kelompok subjek, dengan rancangan One Group pretest-

posttest. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive

sampling yang berjumlah 30 responden. Penelitian ini dilakukan pada

tahun 2017 di RSI Siti Khadijah Palembang. Analisis data dalam

penelitian ini menggunakan uji wilcoxon didapatkan (p-value=0.001) yang

artinya ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalan terhadap penurunan

nyeri pada pasien fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada

variabel terikat yaitu nyeri, intervensi yang diberikan adalah teknik

relaksasi nafas dalam dan untuk mengukur nyeri menggunakan Numeric

Rating Schale (NRS), dan teknik analisis menggunakan uji t.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada

variabel bebas yaitu selain teknik relaksasi nafas dalam dalam penelitian
11

ini mengkombinasikan dengan terapi Murrotal, obyek penelitian di RSI

Fatimah Cilacap, metode penelitian menggunakan quasi experiment

dengan rancangan pretest posttest without kontrol group design.

2. Pemberian Terapi Murotal Qur’an Terhadap Nyeri Saat Perawatan Luka

Post Op Laparotomi di Ruang Kutilang RS.Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi

Lampung yang dilakukan oleh Marliyana pada tahun 2018

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian

terapi murotal Qur’an terhadap penurunan skala nyeri saat perawatan luka

di ruang kutilang RS. Dr.Hi.Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jenis

penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain quasi eksperimen

menggunakan rancangan one group pretest post test design. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2017. Subyek dalam

penelitian ini adalah 30 orang pasien post laparotomi di ruang kutilang RS

Dr.Hi.Abdoel Moeloek. Uji hipotesis dengan uji paired sample t-test. Hasil

analisa univariat diperoleh bahwa sebelum pemberian tindakan terapi

murotal Qur’an rata-rata skala nyeri yaitu 9,25 dan setelah pemberian

tindakan terapi murotal Qur’an terjadi penurunan skala nyeri menjadi 0.68

Hasil analisis bivariat diketahui ada pengaruh pemberian terapi murotal

Qur’an terhadap skala nyeri pasien post op laparatomi saat dilakukan

perawatan luka di di ruang kutilang RS Dr.Hi.Abdoel Moeloek tahun 2017

(p-value= 0,000).

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada

variabel terikat yaitu nyeri, intervensi yang diberikan adalah teknik

murrotal dalam dan untuk mengukur nyeri menggunakan Numeric Rating

Schale (NRS), dan teknik analisis menggunakan uji paired sample t-test.
12

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada

variabel bebas yaitu selain terapi Murrotal dalam penelitian ini

mengkombinasikan dengan teknik relaksasi nafas dalam, obyek penelitian

di RSI Fatimah Cilacap, metode penelitian menggunakan quasi

experiment dengan rancangan pretest posttest without kontrol group

design.

3. Pengaruh Terapi Bacaan Al-Quran Melalui Media Audio Terhadap

Respon Nyeri Pasien Post Operasi Hernia Di RS Cilacap yang dilakukan

oleh Sodikin pada tahun 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bacaan

Al-quran (TBA) terhadap respon nyeri post operasi hernia. Desain

penelitian ini adalah Quasi experiment pre and post test non equivalent

control group dengan jumlah 20 responden. Hasil penelitian ada perbedaan

skala nyeri (p=0,008;α=0,05) dan denyut nadi (p=0,001;α=0,05) sebelum

dan sesudah TBA. Sementara pada kelompok tidak TBA didapatkan hasil

tidak ada perbedaan skala nyeri dan denyut nadi sebelum dan sesudah

terapi; terdapat perbedaan skala nyeri setelah TBA pada kedua kelompok

(p=0,005;α=0,05); tidak ada perbedaan denyut nadi setelah terapi pada

kedua kelompok; tidak ada hubungan faktor usia dan pengalaman

mengatasi nyeri post operasi dengan nyeri dan denyut nadi.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada

variabel terikat yaitu nyeri, intervensi yang diberikan adalah teknik

murrotal dan desain penelitian ini adalah quasi experiment, dan teknik

analisis menggunakan uji t.


13

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada

variabel bebas atau intervensi yang dilakukan yaitu tenik relaksasi nafas

dalam dan murrotal, metode penelitian menggunakan rancangan pretest

posttest with kontrol group design objek penelitian di RSI Fatimah

Cilacap.
14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hemodialysis (Hemodialisis)

a. Pengertian

Hemodialisis adalah suatu proses pembersihan darah dengan

menggunakan ginjal buatan (dializer), dari zat-zat yang

konsentrasinya berlebihan di dalam tubuh, dimana prinsip

hemodialisis adalah dengan melewatkan darah pada membran

semipermeabel sehingga terjadi proses difusi toksin karena terjadinya

perbedaan gradien konsentrasi. Hemodialisis digunakan pada pasien

dengan gagal ginjal untuk mengurangi nilai urea, nitrogen darah,

kreatinin, hiperkalemia dan memperbaiki keadaan asidosis metabolik

(Erwinsyah, 2009, dalam Sari, 2015) Hemodialisis bertujuan untuk

menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi (membuang sisa-

sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa

metabolisme yang lain), menggantikan fungsi ginjal dalam

mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin

saat ginjal sehat, dan meningkatkan kualitas hidup pasien yang

menderita penurunan fungsi ginjal (Suhardjono, 2014 dalam

Ramadhan, dkk, 2018).

b. Prinsip Hemodialisis

Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh dengan toksin dan

limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dializer tempat darah

14
tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien.

Sebagian besar dializer merupakan lempengan rata atau ginjal serat

artificial berongga yang berisi ribuan tubulus selofan yang halus dan

bekerja sebagai membran semipermeabel. Aliran darah akan melewati

tubulus tersebut sementara cairan dialisat bersirkulasi di sekelilingnya.

Pertukaran limbah dari darah ke dalam cairan dialisat akan terjadi

melalui membrane semipermeabel tubulus (Smeltzer & Bare, 2017).

Menurut Atmodjo (2009) prinsip hemodialisis terdiri atas :

1) Proses difusi: yaitu berpindahnya bahan-bahan terlarut baik dari

dalam darah ke cairan dialisat maupun berpindahnya bahan-

bahan terlarut dalam dialisat masuk ke dalam darah pasien

melewati membran semi permeabel. Bahan-bahan yang berasal

dari darah misalnya: ureum, kreatinin, asam urat, sodium, kalium

dan lajn-lainnya, sedang bahan-bahan yang masuk dari cairan

dialisat masuk ke dalam darah melewati membran semi

permeabel tadi misalnya kalsium, asetat. Dapat berpindahnya

bahan-bahan terlarut tadi karena adanya perbedaan konsentrasi

bahan faktor-faktor lain diantaranya: bahan material dialiser dan

permiabilitas membran, luas permukaan dializer, besarnya

molekul, kecepatan aliran darah, kecepatan aliran dialisat,

besarnya koefisien ultrafiltrasi dialiser.

2) Proses ultrafiltrasi dan osmotik, yaitu berpindahnya solvent (air)

dengan zat-zat terlarut (solute) dari darah melewati membran

dialisis masuk ke dalam cairan dialisat karena perbedaan tekanan


hidrostatik, antara tekanan hidrostatik di dalam darah dibanding

dengan di dalam dialisat, dan hal ini digambarkan dengan Trans

membrane pressure (TMP). TMP adalah: jumlah aljabar dan

tekanan positif didalam ruang darah + tekanan di ruang dialisat

dikurangi tekanan osmotik protein darah (25-30 mmHg). Selama

terjadi hemodialisis, maka baik proses difusi maupun proses

ultrafiltrasi terjadi bersama-sama..

c. Akses Vaskuler Hemodialisis

Menurut Nikmah (2015) terdapat 2 kategori tempat inserting

hemodialisis yaitu :

1) Akses Vaskular Eksternal

a) Vena femoralis

Kateter femoralis menurut Lancester (1992, dalam

Nikmah, 2015) adalah pemasangan kanul kateter secara

perkutaneus pada vena femoralis. Kateter dimasukkan ke

dalam vena femoralis yang terletak di bawah ligamen

inguinalis. Pemasangan kateter femoralis lebih mudah

daripada pemasangan pada kateter subklavia atau jugularis

interna dan umumnya memberikan akses lebih cepat pada

sirkulasi. Panjang kateter femoral sedikitnya 19 cm sehingga

ujung kateter terletak di vena cava inferior.

Gutch, Stoner dan Corea (1999, dalam Syamsiyah,

2011) mengatakan bahwa indikasi pemasangan kateter femoral

adalah pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir dimana


akses vaskuler lainnya mengalami sumbatan karena bekuan

darah tetapi memerlukan hemodialisis segera atau pada pasien

yang mengalami stenosis pada vena subklavia. Sedangkan

kontraindikasi pemasangan keteter femoral adalah pada pasien

yang mengalami thrombosis ileofemoral yang dapat

menimbulkan risiko emboli.

Komplikasi yang sangat sering terjadi pada pemasangan

kateter ini adalah infeksi. Menurut Mandang (2011 dalam

Syamsiyah, 2011) pemasangan kateter pada arteri besar seperti

arteri femoral, mempunyai risiko yang besar seperti infeksi,

trombosis, diskoneksi dan perdarahan. Menurut Gutch, Stoner

& Corea (1999, dalam Syamsiyah, 2011) komplikasi yang

umumnya terjadi adalah hematoma, emboli, thrombosis vena

ileofemoralis, fistulae arteriovenousus, perdarahan peritoneal

akibat perforasi vena atau tusukan yang menembus arteri

femoralis serta infeksi. Penggunaan kateter vena femoralis

saat hemodialisis berlangsung juga mengharuskan pasien

dalam posisi telentang di tempat tidur selama 3,5-4 jam agar

fungsi akses vaskuler maksimal

b) Vena subklavia

Kateter double lumen dimasukkan melalui midklavikula

dengan tujuan kateter tersebut dapat sampai ke suprasternal.

Kateter vena subklavikula lebih aman dan nyaman digunakan

untuk akses vaskuler sementara dibandingkan kateter vena


femoral dan tidak mengharuskan pasien dirawat di rumah

sakit. Hal ini disebabkan karena rendahnya risiko terjadi

infeksi dan dapat dipakai sampai lebih dari 1 minggu.

c) Vena jugularis interna

Kateter dimasukkan pada kulit dari sagital, dua jari di

bawah klavikula, antara sternum dan kepala klavikula dari otot

sternokleidomastoideus. Pemakaian kateter jugularis interna

lebih aman, nyaman, dan dapat digunakan beberapa minggu.

2) Akses Vaskular internal

a) Arteriovenous fistulae (AVF) atau AV Shunt

Operasi penyambungan atau anastomissi arteri dengan

vena adalah salah satu akses vaskuler yang tersering

dikerjakan pada penderita gagal ginjal. Sering disebut Arterio

Venous Shunt (AV-Shunt) atau Arterio Venous Fistula (AV-

Fistula), atau disebut juga operasi Brescia Cimino. Biasanya

operasi ini dilakukan pada lengan bawah yang tidak domain

(biasanya lengan kiri) (Yuwono 2010).

b) Arteriovenous Graft

Adalah suatu pembedahan dengan menempatkan graft

polytetrafluooethylene pada lengan bawah atau lengan atas.

Keuntungannya adalah graft ini dapat diapakai dalam waktu

setelah 3 minggu, kerugiannya adalah dapat terjadi thrombosis

dan infeksi lebih tinggi dari pemakaian AV Shunt.


d. Kanulasi saat Hemodialisis

Hemodialisa merupakan pilihan terapi terbanyak pada gagal

ginjal tahap akhir, pasien dengan terapi haemodialisa akan

terpaparkan dengan rasa nyeri yang bersumber pada insersi akses

vaskuler guna drainase darah yang keluar dan masuk pada pembuluh

darah.). Tindakan kanulasi hemodialisis akan memberikan respon

ketidak nyamanan akibat rangsang tusukan jarum dengan ukuran

besar (15 sampai dengan 17 gauge) yang menembus jaringan kulit dan

pembuluh darah sehingga akan menstimulasi serabut syaraf sensoris

dan menimbulkan nyeri (Sabitha et al, 2008). Kanulasi adalah suatu

tindakan memasukkan jarum melalui kulit menuju pembuluh darah

(AV Shunt atau Femoral) sebagai sarana untuk menghubungkan

antara sirkulasi vaskular dan mesin dialisa selama proses HD

(Daugirdas, Blake & Ing, 2007 dalam Pranowo, Prasetyo dan

Handayani, 2016).

2. Nyeri

a. Pengertian

Nyeri diartikan sebagai sensasi ketidaknyamanan tubuh pasien

post operasi yang dipersepsikan oleh jiwa, fantasi luka yang

dihubungkan dengan kondisi aktual atau potensial kerusakan jaringan

dan keberadaanya diketahui bila orang pernah merasakannya

(Tamsuri, 2007 dalam Sodikin, 2012). Sedangkan Corwin (2009)

menyatakan nyeri adalah sensasi subyektif, rasa tidak nyaman yang

biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial.


b. Fisiologi Nyeri

Corwin (2009) mengemukakan bahwa reseptor nyeri disebut

nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujung-ujung saraf bebas yang

berespons terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis,

deformasi, suhu yang ekstrim dan berbagai bahan kimia. Pada

rangsangan yang intensif, reseptor-reseptor lain misalnya badan pacini

dan Meissner mengirim informasi yang dipersepsikan sebagi nyeri.

Zat-zat kimia yang memperparah nyeri adalah histamin,bradikinon,

serotonin, beberapa prostaglandin, ion kalsium dan ion hidrogen.

Masing-masing zat tersebut tertimbun di tempat cedera, hipoksia atau

kematian sel. Walaupun semua reseptor nyeri mampu berespons

terhadap setiap jenis rangsangan taktil, masing-masing reseptor

berespons paling cepat hanya terhadap satu jenis rangsangan

dibandingkan terhadap rangsangan jenis lain.

c. Klasifikasi Nyeri

Hidayat (2011) mengemukakan klasifikasi nyeri secara umum

dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan

cepat menghilang, tidak melebihi enam bulan, serta ditandai

dengan adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri akut disebabkan

oleh eksternal atau penyakit dalam, dan daerah nyeri tidak

diketahui dengan pasti. Rasa nyeri sebagai akibat dari luka seperti

luka operasi ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada

arteti coroner termasuk nyeri akut.


2) Nyeri kronis, merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,

biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari

enam bulan. Nyeri kronis penyebabnya tidak diketahui atau karena

pengobatan yang terlalu lama, dan daerah nyeri sulit dibedakan

intensitasnya, sehingga sulit di evaluasi. Nyeri yang termasuk

dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri

kronis dan nyeri psikomatis.

Menurut Asmadi (2008 dalam Afifi, 2019), berdasarkan tempat

nyeri terbagi atas :

1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh

misalnya pada kulit, mukosa.

2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang

lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.

3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit

organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di

daerah berbeda, bukan daerah asal nyeri.

4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada

sistem saraf pusat, spinal, cord, batang otak, talamus dan lain-lain..

d. Mekanisme nyeri

Menurut Asmadi (2008 dalam Afifi, 2019) ada beberapa teori

yang menjelaskan mekanisme nyeri yaitu :

1) Teori Spesifik

Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan

struktur tubu melalui saraf sensoris. Saraf sensoris untuk setiap


indra perasa bersifat spesifik. Artinya saraf sensoris dingin hanya

dapat dirangsang oleh sensasi dingin, bukan oleh panas. Ada dua

tipe saraf yang menghantarkan stimulus nyeri yaitu serabut saraf

tipe delata A dan serabut saraf tipe C.

Menurut teori spesifik, timbulnya sensasi nyeri berhubungan

dengan pengaktifan ujung-ujung serabut saraf bebas oleh

perubahan mekanik, rangsangan kimia atau temperatur yang

berlebihan. Persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf nyeri

diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di talamus.

2) Teori Intensitas

Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor.

Setiap rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri

jika intensitasnya cukup kuat.

3) The Gate Control Theory

Teori gerbang (gate theory) untuk nyeri menjelaskan

mengenai bagaimana harapan personal dan kultural, suasana hati

dan rasa takut dapat mempengaruhi persepsi seseorang mengenai

nyeri dan toleransi nyeri. Teori gerbang nyeri menjelaskan

bagaimana pengalihan perhatian (distraksi) dapat mengurangi

nyeri, sedangkan pemusatan perhatian terhadap suatu rangsangan

nyeri sapat menyebabkan nyeri semakin terasa. Gating juga terjadi

pada stimulasi saraf perifer ke korda spinalis. Apabila reseptor

taktil kulit Aβ besar dirangsang bersamaan dengan saat serat Aδ

dan C menyalurkan rangsang nyeri maka pengaktivan traktus


neospinotalamikus dan paleospinotalamikus akan berkurang. Hal

ini tampaknya disebabkan oleh hambatan lateral sel-sel spina

dorsalis oleh reseptor kulit Aβ. Menggosok kepala atau kulit

setelah suatu cedera merangsang serat-serat Aβ besar dan sedikit

banyak menimbulkan analgesia. Ini merupakan suatu contoh gating

penyaluran nyeri.

e. Penilaian Nyeri

Menurut Potter dan Perry (2015) pengukuran skala nyeri terdiri

atas:

1) Visual Analog Scale (VAS)

Skala analog visual (VAS) adalah cara yang paling banyak

digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan

secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang

pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm,

dengan atau tanpa tanda pada tiap sentimeter (Yudiyanta, 2015)

Penilaian skala visual analog sangat cocok untuk mengukur nyeri

khususnya nyeri akut operasi (Kruzer, Kark & Hussain, 2007;

Wong et al., 2009 dalam Sodikin, 2012). Secara singkat nilai

numerik skala 0 (tidak ada nyeri); skala 1-3 (nyeri ringan) secara

kasat mata nyeri dapat dilihat pasien mampu menunjukkan

komunikasi yang baik; skala 4-6 (nyeri sedang) pada kondisi nyeri

ini pasien biasanya menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri

dan mampu mengikuti perintah dengan baik; skala 7-9 (nyeri

hebat) nyeri yang dirasakan akan menimbulkan pasien tidak dapat


mengikuti perintah walaupun masih berespon terhadap tindakan,

tidak dapat diatasi dengan alih posisi dan distraksi; skala 10 (nyeri

sangat berat).

Gambar 2.1 Visual Analog Scale (Potter & Perry, 2010)

2) Verbal Rating Scale (VRS)

Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk

menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan

pada skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri. Skala

numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode pascabedah,

karena secara alami verbal/kata-kata tidak terlalu mengandalkan

koordinasi visual dan motorik. Skala verbal menggunakan kata-

kata dan bukan garis atau angka untuk menggambarkan tingkat

nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada nyeri, sedang,

parah. Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali

tidak hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang, baik/ nyeri

hilang sama sekali. Karena skala ini membatasi pilihan kata

pasien, skala ini tidak dapat membedakan berbagai tipe nyeri.


Gambar 2.2. Verbal Rating Scale (Potter & Perry, 2010)

3) Numeric Rating Scale (NRS)

NRS dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif

terhadap dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik

daripada VAS terutama untuk menilai nyeri akut. Namun,

kekurangannya adalah keterbatasan pilihan kata untuk

menggambarkan rasa nyeri, tidak memungkinkan untuk

membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti dan dianggap

terdapat jarak yang sama antar kata yang menggambarkan efek

analgesik.

Skala NRS mengharuskan pasien untuk menilai rasa sakit

pada skala garis 0-10, dengan 0 mewakili tidak ada rasa sakit dan

10 mewakili rasa sakit terburuk yang dapat dibayangkan pasien

(Potter & Perry, 2015; Breivik, 2008). Keuntungan NRS adalah

bahwa penilaian dapat diberikan dalam bentuk tertulis maupun


verbal, untuk menghindari variable pengganggu yang potensial

dalam pengukuran pengamat. NRS lebih praktis daripada VAS,

lebih mudah dipahami bagi kebanyakan orang, dan tidak

memerlukan visi, ketangkasan, kertas, dan pena yang jelas.

Seseorang bahkan dapat menentukan intensitas rasa sakit secara

akurat. NRS juga terbukti andal dan berkorelasi kuat dengan VAS

(Reich, 2015; Breivik, 2008). Skala ini bekerja paling baik ketika

menilai intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi (Potter &

Perry, 2015).

Hjermstad, et al (2011), membandingkan antara VAS dan

VRS, NRS. NRS memiliki kepatuhan yang lebih baik dalam 15

dari 19 penelitian tentang intensitas nyeri yang melaporkan hal ini,

dan merupakan alat yang direkomendasikan dalam 11 studi

berdasarkan tingkat kepatuhan yang lebih tinggi, respons yang

lebih baik dan kemudahan penggunaan, dan penerapan yang baik

relatif terhadap VAS / VRS. NRS berlaku untuk penilaian

intensitas nyeri secara unidimensional di sebagian besar studi yang

dilakukan. Firdous, et al (2017) dalam penelitiannya mengenai

perbandingan penggunaan VAS dan NRS dengan menggunakan

dua sampel t-test atau Wilcoxon rank-sum test dan Pearson's chi-

square atau Fisher exact test. Enam puluh pasien (63,8%) lebih

menyukai NRS, 32 (34,0%) lebih suka VAS, dan 2 (2,1%)

melaporkan tidak ada preferensi. Pasien yang lebih menyukai

NRS melaporkan peringkat NRS yang lebih tinggi daripada pasien


yang lebih suka VAS (rerata NRS 6,3 dibandingkan dengan 5,2, p

= 0,0409). Skala NRS juga mengungkapkan angka yang sedikit

lebih tinggi dari pada skor VAS (Phan et al,2012).

Merdekawati (2018) dalam penelitian Perbandingan validitas

skala ukur nyeri VAS dan NRS terhadap penilaian nyeri

didapatkan hasil analisis bivariat menggunakan uji kappa dengan

p-value (0,00) < α (0,05), sensitivitas VAS (85,4%), NRS (93%),

spesifitas VAS (45,9%), NRS (31,7%), akurasi VAS (50%), NRS

(50%). NRS lebih baik digunakan sebagai alat ukur untuk menilai

nyeri dikarenakan nilai sensitivnya lebih besar dari skala ukur

nyeri VAS.

Gambar 2.3. Numeric Rating Scale (Potter & Perry, 2010)

4) Wong Baker Face Rating Scale

Digunakan pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak

dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka. Skala ini

menggunakan 6 wajah dengan profil kartun yang menggambarkan

dari mulai wajah yang tersenyum, wajah kurang bahagia, sedih,

sangat sedih, sampai wajah yang sangat ketakutan.


Gambar 2.4. Wong Baker Face Rating Scale (Potter & Perry, 2010)

f. Penatalaksanaan nyeri

Menurut Corwin (2009) dan Potter dan Perry (2015)

penatalaksanaan nyeri ada 2 cara yaitu:

1) Farmakologis

a) Analgesik Narkotik

Opiate merupakan obat yang paling umum digunakan

untuk mengatasi nyeri pada klien, untuk nyeri sedang hingga

nyeri berat.

b) Analgesik lokal

Analgesik lokal bekerja dengan memblokade konduksi

saraf saat diberikan langsung ke serabut saraf.

c) Analgesik yang dikontrol klien

Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari infus

yang di isi narkotik menurut resep, dipasang dengan pengatur

pada lubang injeksi intravena. Penggunaan narkotik yang

dikendalikan klien dipakai pada klien dengan nyeri pasca

bedah, nyeri kanker, krisis sel.


d) Obat-Obat Nonsteroid (NSAIDs)

Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini

menghambat agregasi platelet, kontraindikasi meliputi klien

dengan gangguan koagulasi atau klien dengan terapi

antikoagulan. Contohnya : Ibuprofen, Naproksen,

Indometasin, Tolmetin, Piroxicam, serta Ketorolac (Toradol).

Selain itu terdapat pula golongan NSAIDs yang lain seperti

Asam Mefenamat, Meclofenomate serta Phenylbutazone, dan

lain-lain.

2) Non Farmakologis

Menurut Straus, et al (2010), penatalaksanaan non

farmakologis untuk nyeri meliputi:

a) Distraksi adalah mengalihkan perhatian pasien dari nyeri yang

dapat dilakukan dengan bernapas lambat dan berirama secara

teratur, menyanyi berirama dan menghitung ketukannya,

mendengarkan musik (termasuk murottal), dan guided

imagery

b) Relaksasi. Relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi

perilaku untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan. Pada

saat individu mengalami ketegangan dan kecemasan yang

bekerja adalah sistem saraf simpatis, sedangkan saat rileks

yang bekerja adalah sistem saraf para simpatis. Jadi relaksasi

dapat menekan rasa tegang dan cemas dengan cara resiprok,

sehingga timbul counter conditioning dan penghilangan.


Relaksasi dapat berupa relaksasi otot progresif, imajinasi

terbimbing, relaksasi napas dalam atau kombinasi keduanya.

c) Stimulasi Kutaneus yang terdiri atas

(1) Kompres panas/dingin. Aplikasi kompres panas atau

dingin dapat mengurangi nyeri akibat peradangan.

(2) Masase. Merupakan manipulasi yang dilakukan pada

jaringan lunak yang bertujuan untuk mengatasi masalah

fisik, fungsional atau terkadang psikologi. Masase

dilakukan dengan penekanan terhadap jaringan lunak baik

secara terstruktur ataupun tidak, gerakan-gerakan atau

getaran.

(3) Perangsangan saraf listrik transkutis (elektroda di kulit)

dapat menghilangkan nyeri dengan merangsang serat-serat

tipe A β besar. Akupuntur mungkin merangsang serat-serat

ini dan mengurangi nyeri

g. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nyeri

Menurut Potter & Perry (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi

nyeri, antara lain:

1) Usia

Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri.

Perbedaan perkembangan yang ditemukan di antara kedua

kelompok usia dapat mempengaruhi cara bereaksi terhadap nyeri

(misalnya, anak-anak dan lansia).

2) Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin dapat membedakan persepsi nyeri.

Wanita lebih sensitif dalam menunjukkan rasa nyeri. Terdapat

perbedaan antara wanita dengan pria dalam mengatasi rasa sakit,

mengungkapkan rasa sakit, serta menanggapi rasa sakit.

3) Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara

individumengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang

diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaannya. Ada

perbedaan makna dan sikap yang dikaitkan dengan nyeri di

berbagai kelompok budaya. Cara individu mengekspresikan nyeri

merupakan sifat kebudayaan yang lain. Beberapa kebudayaan

yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah sesuatu yang alamiah.

Kebudayaan yang lain cenderung untuk melatih perilaku yang

tertutup. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi makna dan

budaya akan membantu perawat dalam merancang asuhan

keperawatan yang relevan untuk pasien yang mengalami nyeri.

4) Perhatian

Tingkat seseorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat

dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya

pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun

dengan adanya upaya pengalihan, klien akan memfokuskan

perhatian dan konsentrasinya pada stimulus yang lain.

5) Ansietas
Nyeri dan ansietas bersifat kompleks, sehingga keberadaanya

tidak terpisahkan. Ansietas meningkatkan persepsi nyeri, tetapi

nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila

rasa cemas tidak mendapatkan perhatian, maka rasa cemas

tersebut akan menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri

yang serius.

6) Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa keletihan

menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan

kemampuan koping.

7) Mekanisme koping

Gaya koping mempengaruhi individu dalam mengatasi nyeri.

Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian

ataupun keseluruhan. Individu akan menemukan berbagai cara

untuk mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis

nyeri.

h. Nyeri kanulasi saat Hemodialisa

Kanulasi adalah suatu tindakan memasukkan jarum melalui kulit

menuju pembuluh darah (AV Shunt atau Femoral) sebagai sarana

untuk menghubungkan antara sirkulasi vaskular dan mesin dialisa

selama proses HD (Daugirdas, Blake & Ing, 2007 dalam Pranowo,

Prasetyo dan Handayani, 2016). Pasien yang mengalami dialisis

secara rutin dua kali dalam satu minggu akan mengalami luka tusukan

dan sekitar hampir 200 kali tusukan jarum dalam satu tahun. Menurut
Celik et al (2011), pasien dengan hemodialisis akan menghadapi stress

dan nyeri luka tusuk sekitar 300 kali tusukan dalam satu tahun.

Tindakan kanulasi hemodialisa akan memberikan respon ketidak

nyamanan akibat rangsang tusukan jarum dengan ukuran besar (15

sampai dengan 17 gauge) yang menembus jaringan kulit dan

pembuluh darah sehingga akan menstimulasi serabut syaraf sensoris

dan menimbulkan nyeri (Sabitha, Khakha, Mahajen, et al, 2008).

Hasil penelitian Silva et al (2016) di Brasil, sebanyak 70 pasien

dialisis dievaluasi dengan VAS, untuk keberadaan nyeri selama

kanula arteriovenosa, sebanyak 41 orang (58.5%) dari pasien

merasakan sakit dalam skala sedang, 21 orang (30%) merasakan sakit

parah dan 8 orang (11,5%) merasakan sakit ringan.

Pasien dengan akses femoral mengeluhkan sakit pada saat

penyisipan jarum. Komplikasi pada akses femoral adalah hematoma

dan nyeri tusuk jarum hemodialisa (Kaneda et al, 1995 dalam

Pratama, 2017). Sabitha, et al (2008) mengemukakan nyeri saat

kanulasi AV-Shunt tetap menjadi masalah umum saat hemodialisis.

Nyeri yang ditimbulkan oleh penyisipan kanula besar ke AV-Shunt

merupakan penyebab nyeri utama yang dirasakan anak-anak dan

orang dewasa saat menjalani hemodialisa. Nyeri tusuk AV-Shunt

menyebabkan rasa sakit. Pemberian anestesi lokal tidak sering

digunakan karena kekhawatiran vasokonstriksi, sensasi terbakar,

jaringan parut, dan infeksi. Pada rata-rata, pasien pada perawatan

hemodialisis mengalami sepuluh tusukan AV-Shunt per bulan dan


akan terus dilakukan sepanjang hidup atau sampai transplantasi ginjal

yang sukses.

3. Terapi relaksai nafas dalam

a. Pengertian

Menurut Smeltzer dan Bare (2017) teknik relaksasi merupakan

intervensi keperawatan secara mandiri untuk menurunkan intensitas

nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi

darah. Teknik relaksasi didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh

berespons pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau

kondisi penyakitnya. Teknik relaksasi dapat menurunkan ketegangan

fisiologis. Relaksasi terbagi atas relaksasi pikiran dan relaksasi otot.

Relaksasi otot dengan cara melakukan peregangan dan mengensurkan

otot-otot dengan berbagai gerakan seperti senam, pernapasan dan lain

sebagainya. (Asmadi, 2008 dalam Afifi, 2019)

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan

inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas

secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik

relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2017).

b. Tujuan relaksasi nafas dalam

Smeltzer dan Bare (2017) menyatakan bahwa tujuan dari teknik

relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli,


memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan

efisiensi batuk mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional

yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.

Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan oleh klien setelah melakukan

teknik relaksasi nafas dalam adalah dapat menghilangkan nyeri,

ketenteraman hati, dan berkurangnya rasa cemas.

c. Manfaat relaksasi nafas dalam

Menurut Priharjo (2003 dalam Riadi, 2016) manfaat dari

teknik relaksasi nafas dalam :

1) Ketentraman hati, berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah,

tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah, detak jantung lebih

rendah, mengurangi tekanan darah.

2) Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit,

3) Tidur lelap

4) Kesehatan mental menjadi lebih baik, daya ingat lebih baik,

meningkatkan daya berpikir logis, meningkatkan kreativitas,

meningkatkan keyakinan, meningkatkan daya kemauan,

intuisi, dan meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang

lain.

d. Penatalaksaan relaksasi nafas dalam

Menurut (Smeltzer & Bare, 2010) beberapa posisi relaksasi nafas

dalam yang dapat dilakukan, adalah:

1) Posisi relaksasi dengan terlentang


Berbaring terlentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit,

kedua tangan rileks disamping bawah lutut dan kepala diberi

bantal.

2) Posisi relaksasi dengan berbaring miring

Berbaring miring, kedua lutut ditekuk, dibawah kepala diberi

bantal dan dibawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut

tidak menggantung.

3) Posisi relaksasi dalam keadaan berbaring terlentang

Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk,

kedua lengan disamping telinga.

4) Posisi relaksasi dengan duduk

Duduk membungkuk, kedua lengan diatas sandaran kursi atau

diatas tempat tidur, kedua kaki tidak boleh menggantung.

e. Prosedur relaksasi nafas dalam

Prosedur teknik relaksasi nafas dalam menurut Priharjo (2003

dalam Arfa, 2012), yakni dengan bentuk pernapasan yang digunakan

pada prosedur ini adalah pernapasan diafragma yang mengacu pada

pendataran kubah diagfragma selama inspirasi yang mengakibatkan

pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk

selama inspirasi. Adapun langkah-langkah teknik relaksasi nafas

dalam adalah sebagai berikut :

1) Ciptakan lingkungan yang tenang

2) Usahakan tetap rileks dan tenang

3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan

udara melalui hitungan 1,2,3


4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil

merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks

5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui

mulut

7) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa

berkurang

8) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5

kali.

f. Mekanisme relaksasi nafas dalam terhadap nyeri

Mekanisme relaksasi nafas dalam (deep breathing relaxation) pada

sistem pernafasan berupa suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi

pernafasan dengan frekuensi pernafasan menjadi 6-10 kali permenit

sehingga terjadi peningkatan regangan kardiopulmonari (Riadi, 2016).

Stimulasi peregangan di arkus aorta dan sinus karotis diterima dan

diteruskan oleh saraf vagus ke medula oblongata (pusat regulasi

kardiovaskuler), selanjutnya merespon terjadinya peningkatan refleks

baroreseptor. Impuls aferen dari baroreseptor mencapai pusat jantung

yang akan merangsang aktivitas saraf parasimpatis dan menghambat

pusat simpatis (kardioakselerator), sehingga menyebabkan vasodilatasi

sistemik, penurunan denyut dan daya kontraksi jantung (Muttaqin,

2009).
Sistem saraf parasimpatis yang berjalan ke simpul atrium (SA)

node melalui saraf vagus melepaskan neurotransmitter asetilkolin yang

menghambat kecepatan depolarisasi SA node, sehingga terjadi

penurunan kecepatan denyut jantung (kronotropik negatif).

Perangsangan sistem saraf parasimpatis ke bagian-bagian miokardium

lainnya mengakibatkan penurunan kontraktilitas, volume sekuncup,

curah jantung yang menghasilkan suatu efek inotropik negatif.

Keadaan tersebut mengakibatkan penurunan volume sekuncup, dan

curah jantung. Pada otot rangka beberapa serabut vasomotor

mengeluarkan asetilkolin yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah.

Akibat dari penurunan curah jantung, kontraksi serat-serat otot

jantung, dan volume darah membuat tekanan darah menjadi menurun

(Muttaqin, 2009). Hal ini menyebabkan badan menjadi relaks.

Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi

terletak pada fisiologi sistem syaraf otonom yang merupakan bagian

dari sistem syaraf perifer yang mempertahankan homeostatis

lingkungan internal individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator

kimia seperti bradikinin, prostaglandin dan substansi P, akan

merangsang syaraf simpatis sehingga menyebabkan vasokostriksi yang

akhirnya meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek

seperti spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh darah,

mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme

otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla spinalis

ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri. Pada saat relaksasi nafas


dalam tersebut menghambat adanya pelepasan mediator kimia tersebut

diatas sehingga vasokonstriksi dihambat, spasme otot berkurang,

penekanan pembuluh darah berkurang sehingga nyeri berkurang

(Kristianto dan Arofiati, 2016)

Teknik relaksasi nafas dalam mampu merangsang tubuh untuk

melepaskan opoid endogen yaitu endorphin dan enkafalin. Hormon

endorphin merupakan substansi sejenis morfin yang berfungsi sebagai

penghambat transmisi impuls nyeri ke otak. Sehingga pada saat

neuron nyeri mengirimkan sinyal ke otak, terjadi sinapsis antara

neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat seharusnya

subtansi p akan menghasilkan impuls. Pada saat tersebut endorphin

akan memblokir lepasnya substansi p dari neuron sensorik, sehingga

sensasi nyeri menjadi berkurang (Widiatie, 2015).

4. Murottal Al Qur”an

a. Pengertian

Menurut Ernawati (2013) murottal adalah rekaman suara ayat-ayat

Al-Qur’an yang dilagukan oleh seorang qori’. Suara ayat-ayat Al-

Qur’an ibarat gelombang suara yang memiliki ketukan dan gelombang

tertentu, menyebar dalam tubuh kemudian menjadi getaran yang bisa

mempengaruhi fungsi gerak sel otak dan membuat keseimbangan

didalamnya. Sesuatu yang terpengaruh dengan tilawah Al-Qur’an,

getaran neuronnya akan stabil kembali. Al- Qur’an mempunyai

beberapa manfaat karena terkandung beberapa aspek yang dapat

berpengaruh terhadap kesehatan antara lain: Mengandung unsur


meditasi, autosugesti dan relaksasi. Sedangkan Zahrofi (2013)

mengemukakan bahwa terapi murottal Al-Qur’an adalah terapi bacaan

Al- Qur’an yang merupakan terapi religi dimana seseorang dibacakan

ayat- ayat Al-Qur’an selama beberapa menit atau jam sehingga

memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang.

b. Manfaat murottal Al qur’an

Menurut Heru (2008 dalam Putri, 2014) manfaaat mendengarkan

murotal Al Qur’an adalah :

1) Mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al Qur’an dengan tartil akan

mendapatkan ketenangan jiwa.

2) Lantunan Al Qur’an secara fisik mengandung unsur suara

manusia, suara manusia merupakan instrumen penyembuhan yang

menakjubkan.

c. Keterbatasan dalam terapi murrotal

Terapi murrotal al Qur’an memiliki keterbatasan yaitu

penggunaannya terbatas pada komunitas muslim. Dalam penerapan

terapi musik, selain lagu yang dipilih harus mempertimbangkan faktor

budaya, faktor-faktor lain yang sekiranya memengaruhi seperti faktor

keluarga dan religiusitas yang khas dari masyarakat Indonesia

(Geraldina, 2017).

d. Mekanisme terapi murottal Al Qur’an terhadap nyeri

Elzaky, 2011., Alkahel, 2011., Kaliomakki, 2009., Aavsang, 2008

(dalam Sodikin, 2012) mengemukakan bahwa terapi bacaan Al-quran

dapat mengurangi rasa nyeri melalui mekanisme sebagai berikut yaitu


adanya bacaan Al-quran akan menghantarkan gelombang suara,

gelombang suara akan mengubah pergerakan cairan tubuh, medan

elektromagnetis pada tubuh. Perubahan ini diikuti stimulasi perubahan

reseptor nyeri, dan merangsang jalur listrik di substansia grisea serebri

sehingga terstimulasi neurotransmitter analgesia alamiah (endorphin,

dinorphin) dan selanjutnya menekan substansi P sebagai penyebab

nyeri.

Penatalaksanaan nyeri akut pasien post operasi melalui bacaan Al-

quran dapat menstimulasi neuropeptide dan stimulasi pengeluaran

opioid endogen natural. Keterlibatan pasien post operasi dalam

mengatasi nyeri secara aktif melalui rangsangan bacaan Al-Quran

dapat menurunkan ketegangan sistem saraf dan membuat relaksasi.

Pemberian terapi bacaan Al-Quran berdampak pada ketenangan,

perubahan sel-sel tubuh dan menjadi modalitas pilihan dalam memicu

opioid endogen serta sebagai kesembuhan penyakit jasmani dan

rohani (Sodikin, 2012).

e. Prosedur intervensi murrotal al qur’an untuk nyeri

Menurut Sodikin (2012) tahap pelaksanaan terapi bacaan al qur’an

adalah:

1) Peneliti menentukan pasien post operasi yang telah menerima obat

analgetik selama 6 jam.

2) Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta hak dan

kewajiban sebagai responden, saat penjelasan pasien dan keluarga

memperhatikan
3) Responden yang menyetujui dan terlibat dalam penelitian

menandatangani lembar informed consent.

4) Pada saat responden mengisi lembar kuesioner atau instrumen,

peneliti mendampingi responden untuk mengantisipasi jika ada

pertanyaan atau tulisan yang tidak jelas.

5) Selama dilaksanakan penelitian, tidak ada responden yang

menolak diberikan intervensi.

Tahap intervensi terdiri atas:

Peneliti melakukan pengukuran skala nyeri sebelum diberikan

intervensi. Pemberian intervensi dilakukan 6 jam setelah pemberian

analgesik. Selanjutnya peneliti memberikan intervensi dan

mendampingi responden selama pemberian intervensi. Setelah selesai

intervensi, peneliti melakukan pengukuran ulang skala nyeri

sebelumnya diberi waktu 10 menit untuk istirahat. Hasil pengukuran

didokumentasikan pada lembar rekapitulasi. Peneliti mengucapkan

terima kasih.

f. Pengaruh Terapi murottal Al Qur’an untuk menurunkan Nyeri.

Heru (2008 dalam Susanto 2015) mengemukakan lantunan Al-

Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia, sedangkan

suara manusia merupakan instrument penyembuhan yang

menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara juga dapat

menurunkan hormon-hormon stress mengaktifkan hormon endorphin

alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari

rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh


sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan,

detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju

pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik

menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam

dan metabolisme yang lebih baik.

AlKahel (2011 dalam Sodikin 2012) menyebutkan membaca atau

mendengarkan Al-Quran akan memberikan efek relaksasi, sehingga

pembuluh darah nadi dan denyut jantung mengalami penurunan.

Bagian sel tubuh yang sakit, kemudian diperdengarkan bacaan Al-

Quran, akan mempengaruhi gelombang dalam tubuh dengan cara

merespon suara dengan getaran-getaran sinyalnya dikirimkan ke

sistem saraf pusat. Terapi bacaan Al-Quran ketika diperdengarkan

pada orang atau pasien akan membawa gelombang suara dan

mendorong otak untuk memproduksi zat kimia yang disebut

neuropeptide. Molekul ini akan mempengaruhi reseptor-reseptor

didalam tubuh sehingga hasilnya tubuh merasa nyaman (Wahyudi,

2012 dalam Sodikin, 2012).

Hasil penelitian Sodikin (2012) tentang Pengaruh Terapi Bacaan

Al-Quran Melalui Media Audio Terhadap Respon Nyeri Pasien Post

Operasi Hernia di RS Cilacap menunjukkan bahwa mean rank

kelompok yang diberi TBA sebelum dan sesudah terapi mempunyai

skala nyeri 7,14 dengan nilai Z -2,668. Hasil analisis menunjukkan

terdapat perbedaan yang bermakna skala nyeri sebelum dan sesudah

diberikan terapi pada kelompok TBA (p= 0,008, α = 0,05). Analisis


lebih lanjut menunjukkan skala nyeri sebelum dan sesudah terapi pada

kelompok yang diberi TBA dari pemberian intervensi 1 sampai

intervensi 3 cenderung mengalami penurunan. Terapi bacaan Al-quran

dapat mengurangi rasa nyeri melalui mekanisme sebagai berikut

adanya bacaan Al-quran akan menghantarkan gelombang suara,

gelombang suara akan mengubah pergerakan cairan tubuh, medan

elektromagnetis pada tubuh. Perubahan ini diikuti stimulasi perubahan

reseptor nyeri, dan merangsang jalur listrik di substansia grisea serebri

sehingga terstimulasi neurotransmitter analgesia alamiah (endorphin,

dinorphin) dan selanjutnya menekan substansi P sebagai penyebab

nyeri (Elzaky, 2011., Alkahel, 2011., Kaliomakki, 2009., Aavsang,

2008 dalam Sodikin, 2012).


B. Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi
nyeri :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Kebudayaan
4. Perhatian
Gagal Ginjal
5. Ansietas
Kronis
6. Keletihan Penurunan
7. Mekanisme koping Nyeri
Arteriovenous
1. Indikasi Farmako
fistulae (AVF)
Terapi Ginjal dan 2. Kontraindikasi logi
Pengganti Hemodialisis 3. Komplikasi Nyeri Analgesi Kombinasi relaksasi
Arteriovenous
Ariifisial 4. Kelemahan k nafas dalam dan
graft
Melalui
Alamiah 5. Keuntungan narkotik Murrotal
perkutaneus Analgesi
k lokal
Penatalaksanaan Analgesi
nyeri k
Non
dikontrol Murrotal
farmakol
klien
Obat-ogi
Distraksi
Obat
Relaksas
Nonstero
iid
(Relaksa
(NSAID
si
s) nafas
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian dalam)
Kompres
panas/di
Sumber : Asmadi (2008), Sabitha, et al (2008), Atmodjo (2009), Corwin (2009), Potter & Perry (2010),ngin Smeltzer and Bare (2010),
Hjermstad, et al (2011), Syamsiyah (2011), Potter & Perry (2015), Sodikin (2012), Nikmah (2015),
Masase Kristianto dan Arofiati
(2016), Pranowo, Prasetyo dan Handayani (2016), Smeltzer and Bare (2017), Ramadhan, dkkPerangsa
(2018)
ngan
saraf
listrik
transkuti
s

45
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Input Proses Output

Tingkat nyeri saat Kombinasi Tingkat nyeri saat


kanulasi (inlet Teknik relaksasi kanulasi (inlet
akses femoral) nafas dalam akses femoral)
(Pre-test) Murrotal (Post-test)

Faktor yang mempengaruhi


nyeri :
8. Usia
9. Jenis kelamin
10. Kebudayaan
11. Perhatian
12. Ansietas
13. Keletihan
14. Mekanisme koping

Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji. Oleh

karena itu, hipotesis selalu mengambil bentuk atau dinyatakan dalam kalimat

pernyataan (declarative) dan dalam pernyataan ini secara umum dihubungkan

satu atau lebih variabel dengan satu atau lebih variabel lain. Satu hipotesis

adalah satu pernyataan atau jawaban tentatif tentang hubungan antara dua

atau lebih variabel. Hipotesis merupakan jawaban, dugaan atau penjelasan

sementara tentang perilaku, atau gejala atau keadaan sebagaimana

dikemukakan dalam rumusan masalah. Hipotesis merupakan satu pernyataan

tentatif tentang hubungan antara dua variabel (independen dan dependen) dan

46
hubungan tersebut dapat diuji secara empiris (Silalahi, 2012). Hipotesis pada

penelitian ini adalah :

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat perbedaan tingkat nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses

femoral) hemodialisis sebelum dan sesudah diberikan kombinasi terapi

teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio di

RSI Fatimah Cilacap.

2. Hipotesis Nol (H0)

Tidak terdapat perbedaan tingkat nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses

femoral) hemodialisis sebelum dan sesudah diberikan kombinasi terapi

teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio di

RSI Fatimah Cilacap.

C. Variabel Penelitian

Menurut Silalahi (2012) variabel adalah satu konsep atau konstruk yang

memiliki variasi (dua atau lebih) nilai dan nilai yang melekat dalam variabel

dapat berupa angka atau kategori. Sedangkan menurut Sugiyono (2010)

variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

a. Variabel Independent

Variabel independent merupakan variabel yang mempengaruhi

variabel lain, artinya apabila variabel independent berubah maka akan

mengakibatkan perubahan variabel lain (Riyanto, 2011). Variabel


independent pada penelitian ini adalah kombinasi terapi teknik relaksasi

nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio.

b. Variabel Dependent

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

lain, artinya variabel dependent berubah akibat perubahan pada variabel

bebas (Riyanto, 2011). Variabel dependent pada penelitian ini adalah

tingkat nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang menyatakan seperangkat

petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus

diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan

empiris (artinya kita harus bisa menghitung, mengukur atau dengan cara yang

lain dapat mengumpulkan informasi melalui penalaran kita) (Silalahi, 2012).


Tabel.3.1. Identifikasi Variabel, Definisi Operasional, dan Skala
Pengukuran.
No Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Hasil Ukur Skala
Variabel
1. Independent
a. Teknik Adalah pemberian Kegiatan pemberian - -
relaksasi relaksasi nafas dalam kombinasi relaksasi
nafas dalam dengan melakukan nafas napas dalam
napas dalam, napas dan murrotal dengan
lambat (menahan cara memberikan
inspirasi secara relaksasi nafas napas
maksimal) dan dalam sebelum
menghembuskan kanulasi dilakukan
napas secara perlahan dengan suhu 100 –
pada pasien saat 150 pada pasien
kanulasi (inlet akses hemodialisis yang
femoral) hemodialisis akan melakukan
kanulasi (inlet akses - -
Adalah pemberian femoral) hemodialisis
b. Terapi terapi murrotal pada kemudian pada sa at
Murrotal pasien saat kanulasi kanulasi dilakukan
(inlet akses femoral) terapi murrotal
hemodialisis yang melalui media audio
dilakukan melalui dengan menggunakan
media audio dengan MP-3 yaitu
menggunakan MP-3 suratkanulasi (inlet
yaitu surat Ar akses femoral)
Rahmaan dan dibaca hemodialisis Ar
oleh Ghomidi selama Rahmaan dan dibaca
10 – 15 menit oleh Ghomidi selama
sebanyak 3 kali 10 – 15 menit
putaran sebanyak 3 kali
putaran
Variabel
Dependent
2. Tingkat nyeri Merupakan sensasi Diperoleh dengan Data disajikan Interval
pasien saat subyektif, rasa tidak menggunakan dalam bentuk
kanulasi nyaman yang Numerik Rating skor, dengan
hemodialisis biasanya berkaitan Scale (NRS). Skala skala numerik
dengan kerusakan ini menggunakan (0 – 10)
jaringan aktual atau angka 0 sampai 10
potensial yang untuk
dialami oleh pasien menggambarkan
saat kanulasi (inlet tingkat nyeri
akses femoral)
hemodialisis

E. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimen dengan

menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest without control group

design. Metode quasi experimental adalah salah satu rancangan penelitian

eksperimen tetapi syarat-syarat sebagai penelitian eksperimen tidak cukup

memadai, yaitu tidak adnya randomisasi (Notoatmodjo, 2018). Sedangkan

rancangan pretest-posttest without control group design merupakan


pengembangan dari rancangan eksperimen sederhana dimana pengukuran

hanya dilakukan pada satu kelompok saja tanpa ada kelompok kontrol

(Saryono, 2010).

Bentuk rancangan penelitian ini menurut Notoatmodjo (2018) adalah :

Input Proses Output


(Pre-test) (Post-test)
X
O1 O2

Bagan 3.2 Desain Penelitian

Keterangan :

O1 : Tingkat nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses femoral)

hemodialisis sebelum diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi

nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio (Pre-test).

O2 : Tingkat nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses femoral)

hemodialisis sesudah diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi

nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio (Post-test).

X : Intervensi berupa pemberian kombinasi terapi teknik relaksasi

nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio.

F. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2013).

Sedangkan menurut Saryono (2010) populasi merupakan keseluruhan

sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Populasi pada

penelitian ini adalah seluruh pasien yang melakukan kanulasi (inlet akses
femoral) hemodialisis di RSI Fatimah Cilacap dimana pada tahun 2020

ada sebanyak 33 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat

mewakili atau representatif populasi. Sampel sebaiknya memenuhi

kriteria yang dikehendaki, sampel yang dikehendaki merupakan bagian

dari populasi target yang akan diteliti secara langsung, kelompok ini

meliputi subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (Riyanto,

2011). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah pasien yang

melakukan kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis di RSI Fatimah

Cilacap yang memenuhi kriteria inklusi.

a. Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian diambil sampel minimal yaitu

sebanyak 30 orang (Nursalam, 2010 dalam Puji Harrtanto, 2018).

Sehingga sampel penelitian ada sebanyak 25 pasien yang melakukan

kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis di RSI Fatimah Cilacap.

b. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik total sampling, yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-

sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2018).

Pengambilan sampel dilakukan pada saat sebelum dan sesudah pasien

melakukan kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis di RSI Fatimah

Cilacap.
c. Kriteria sampel

1) Kriteria Inklusi

a) Pasien melakukan kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis

di RSI Fatimah Cilacap

b) Berusia 20 – 60 tahun

c) Telah melakukan kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis ≥

5 kali

d) Beragama Islam

e) Bersuku Jawa

f) Tidak mendapatkan obat analgesik (ketrolac, dan

asamefenamat).

g) Bersedia menjadi responden

2) Kriteria Eksklusi

a) Pasien dengan komplikasi.

b) Tidak bersedia menjadi responden

G. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian telah dilaksanakan di Bangsal Hemodialisa RSI

Fatimah Cilacap dari bulan Juni 2020 sampai Juli 2020.

H. Etika Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian harus melindungi responden

dengan mempertimbangkan aspek etika, yang terdiri dari sebagai berikut

(Hamid, 2007 dalam Iryanto, 2019) :

1. Self determination dan Anonymity


Responden diberi kebebasan untuk menentukan pilihan bersedia atau

tidak turut serta dalam penelitian, setelah menerima semua informasi

tentang penelitian yang dilakukan. Responden juga mendapat penjelasan

untuk berhak mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Apabila responden bersedia mengikuti penelitian, maka responden diminta

untuk menandatangani lembar informed consent. Peneliti tidak

mencantumkan nama lengkap responden, tetapi hanya nama inisial berupa

kode nomor responden.

2. Confidentiality and Privacy

Prinsip confidentiality dilakukan peneliti dengan tidak

mempublikasikan keterikatan informasi yang diberikan dengan identitas

responden. Dalam analisis dan penyajian data peneliti hanya

mendiskripsikan karakteristik responden. Peneliti menjamin privacy

responden dengan tetap menjaga harga diri responden. Peneliti hanya

menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Peneliti menjaga

semua kerahasiaan serta semua informasi responden dan hanya digunakan

untuk kepentingan penelitian.

3. Protection from discomfort and harm

Penelitian yang dilakukan tidak mengakibatkan ketidaknyamanan bagi

responden, baik fisik maupun psikis. Apabila responden mengalami

ketidaknyamanan selama pengisian kuesioner, peneliti memberikan

kesempatan kepada responden untuk menyampaikan ketidaknyamanannya,

kemudian responden dapat diajukan pilihan untuk menghentikan

penelitian atau tetap meneruskan dengan bimbingan dari petugas yang

ditunjuk oleh peneliti.


I. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data primer

Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer

diperoleh langsung dari subyek penelitian sebagai sumber informasi

yang dicari dengan menggunakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data (Saryono, 2010). Pada penelitian ini data primer

didapat dari hasil pengukuran skala nyeri pasien saat kanulasi (inlet

akses femoral) hemodialisis menggunakan Numerik Rating Scale

(NRS).

b. Data sekunder

Data sekunder disebut juga data tangan kedua. Data sekunder

adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh

oleh peneliti dari subyek penelitiannya, biasanya berupa data

dokumentasi atau data laporan yang tersedia (Saryono, 2010). Data

sekunder dari penelitian ini didapat dari catatan rekam medis RSI

Fatimah Cilacap berupa data jumlah pasien yang melakukan kanulasi

(inlet akses femoral) hemodialisis di RSI Fatimah Cilacap tahun 2020.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitias yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematik) sehingga lebih

mudah diolah (Saryono, 2010). Instrumen pada penelitian ini adalah:

a. Instrumen skala nyeri


Instrumen yang digunakan peneliti untuk menilai atau mengukur

skala nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis

menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) sebelum dan setelah

pemberian terapi. Skala nyeri yang digunakan 0-10. Skala ukur NRS

telah diuji validitasnya oleh beberpa peneliti sebelumnya

dibandingkan dengan skala ukur lainnya, diantaranya Merdekawati

(2018) menemukan uji kappa dengan p-value (0,00) < α (0,05),

sensitivitas NRS (93%), spesifitas (31,7%), akurasi (50%),

Hjermstad, et al (2011) menemukan bahwa NRS memiliki kepatuhan

yang lebih baik dalam 15 dari 19 penelitian tentang intensitas nyeri,

dan merupakan alat yang direkomendasikan dalam 11 studi

berdasarkan tingkat kepatuhan yang lebih tinggi, respons yang lebih

baik dan kemudahan penggunaan, dan penerapan yang baik relatif

terhadap VAS / VRS.

b. Media Audio

Media audio yang digunakan untuk melakukan terapi bacaan Al-

Quran (Murrotal) adalah MP3 player dengan Hand Phone dan

headset. Peneliti menggunakan terapi bacaan Al-Quran yang dibaca

oleh syekh Al-Ghomidy dari Timur Tengah. Peneliti menggunakan

Surat Ar Rahmaan. Setiap responden menerima terapi bacaan Al-

Quran dari peneliti selama 10 – 15 menit sebanyak 3 kali putaran.


J. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di ruang perawatan bangsal hemodialisa

RSI Fatimah Cilacap. adapun tahapan pengumpulan data adalah sebagai

berikut :

1. Tahap Pra Persiapan

Mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada Ketua STIKES Al-

Irsyad Al-Islammiyah Cilacap, dilanjutkan ke Bupati Cilacap melalui

Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, BAPPEDA, kemudian ke

Dinas Kesehatan untuk direkomendasikan ke RSI Fatimah Cilacap untuk

pengambilan data penelitian dan sebagai tempat penelitian.

2. Tahap Persiapan

a. Mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada Direktur RSI

Fatimah Cilacap.

b. Penentuan responden yang memenuhi kriteria sampel yang memenuhi

kriteria inklusi dan menentukan pasien yang melakukan kanulasi (inlet

akses femoral) hemodialisis yang tidak menerima obat analgesik.

c. Responden diberi penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian.

K. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan pengambilan data dilakukan pada seluruh pasien pasien saat

kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis yang menjadi sampel penelitian

dan yang sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian dilakukan oleh peneliti

dengan dibantu tiga asisten peneliti yaitu teman kuliah peneliti. Sebelum

diberikan kombinasi terapi relaksasi nafas dalam dan murrotal, masing-

masing responden diukur skala nyeri menggunakan menggunakan Numeric

Rating Scale (NRS). Skala nyeri yang digunakan 0-10. Selanjutnya pada
kanulasi berikutnya responden diberikan kombinasi terapi relaksasi nafas

dalam dan murrotal. Adapun langkah-langkah pemberian kombinasi relaksasi

nafas dalam dan murrotal adalah sebagai berikut :

1. Mengukur skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) pada

pasien, yang dilakukan oleh asisten peneliti yaitu perawat HD RSI

Fatimah Cilacap.

2. Pada HD berikutnya asisten peneliti melakukan intervensi dengan terlebih

dahulu memastikan klien siap dan bersedia melakukan kombinasi

relaksasi nafas dalam dan murrotal.

3. Ciptakan lingkungan yang tenang

4. Usahakan tetap rileks dan tenang

5. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara

melalui hitungan 1,2,3

6. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan

ekstrimitas atas dan bawah rileks

7. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

8. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut

9. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga merasa ngantuk

10. Ulangi sampai 15 kali selama 15 menit, dengan selingi istirahat singkat

setiap 5 kali.

11. Memasang headset dan menyalakaan MP3 surat Ar-Rahman yang dibaca

oleh syekh Al-Ghomidy dari Timur Tengah dalam satu kali pertemuan

dan diberikan satu kali

12. Melepas headset dari MP3 surat Ar-Rahman jika sudah selesai.
13. Setelah 3 menit, Perawat ruang HD melakukan kanulasi inlet HD.

14. Setelah kanulasi inlet HD selesai peneliti mengukur skala nyeri

menggunakan Numerik Rating Scale (NRS) (post test).

Setelah proses pemberian kombinasi terapi relaksasi nafas dalam dan

murrotal selesai, dan peneliti sudah mengukur skala nyeri menggunakan

Numerik Rating Scale (NRS), kemudian hasilnya akan dibandingkan antara

pre test dan post test.


Pasien kanulasi hemodialisis
di RSI Fatimah Cilacap

Responden sesuai
keiteria inklusi
`

Pre Test Post Test

Mengukur skala nyeri menggunakan 1. Pada HD berikutnya sebelum perawat


Numerik Rating Scale (NRS) pada ruang HD melakukan kanulasi inlet HD
pasien saat melakukan HD pada hari peneliti melakukan intervensi dengan
pertama terlebih dahulu memastikan klien siap dan
bersedia melakukan kombinasi relaksasi
nafas dalam dan murrotal
2. Melakukan kombinasi relaksasi nafas
dalam dan murrotal :
a. Ciptakan lingkungan yang tenang.
b. Usahakan tetap rileks dan tenang
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan
mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
d. Perlahan-lahan udara dihembuskan
melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
e. Anjurkan bernafas dengan irama
normal 3 kali
f. Menarik nafas lagi melalui hidung dan
menghembuskan melalui mulut
g. Anjurkan untuk mengulangi prosedur
hingga merasa ngantuk
h. Memasang headset dan menyalakaan
MP3 surat Ar-Rahman yang dibaca
oleh syekh Al-Ghomidy dari Timur
Tengah.
i. Melepas headset dari MP3 surat Ar-
Rahman jika sudah selesai
3. Perawat ruang HD melakukan kanulasi
inlet HD
4. Setelah kanulasi inlet HD selesai peneliti
mengukur skala nyeri menggunakan Numerik
Rating Scale (NRS) pada pasien

Bagan 3.2
Skema Pelaksanaan Penelitian
L. Analisa Data

1. Pengolahan data

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner (Notoatmodjo, 2018). Pada penelitian ini

peneliti memeriksa data yang diperoleh dari hasil pengukuran skala

nyeri.

b. Coding

Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan (Notoadmodjo, 2018). Pada

penelitian ini coding untuk pemberian kombinasi teknik relaksasi nafas

dalam dan murrotal sebelum 1 dan setelah 2.

c. Tabulating

Tabulasi adalah membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoadmodjo, 2018).

Pada penelitian data yang ditabulasi adalah skala nyeri sebelum dan

setelah diberikan kombinasi terapi relaksasi nafas dalam dan murrotal.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada analisis

ini menghasilkan tendensi sentral yaitu mean, median dan standar

deviasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini,

analisa univariat digunakan untuk mengetahui skala nyeri sebelum dan


sesudah diberikan kombinasi terapi relaksasi nafas dalam dan murrotal

serta karakteristik demografi responden.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi

dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif

(Saryono, 2010). pada penelitian ini peneliti menggunakan uji t-test.

Sugiyono (2010) menyatakan bahwa t-test digunakan untuk menguji

hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya

berbentuk interval atau rasio dimana distribusi dari variabel adalah

normal. Untuk itu sebelum dianalisa secara bivariat terlebih dahulu

akan diuji normalitas data. Uji normalitas data dilakukan dengan uji

statistik yaitu menggunakan Kolmogorov Smirnov (K-S) (Ghozali,

2010). Bila data terdistribusi normal maka selanjutnya dilakukan

pengujian statistik dengan uji t-test. Uji t test mengunakan Paired

Sampel T test jika datanya tidak normal peneliti mengganti dengan

pengujian non parametrik yaitu dengan uji Wilcoxon.

Uji Paired Sampel T test digunakan untuk menganalisis

perbedaan tingkat nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses femoral)

hemodialisis sebelum dan sesudah diberikan kombinasi terapi relaksasi

nafas dalam dan murrotal. Adapun rumus Paired Sampel T test sebagai

berikut (Arikunto, 2013) :

Md
t=
2
∑x
√ N ( N−1 )
d
Keterangan :

Md = Mean dari perbedaan pre test dengan post test (post test –

pre test)

xd = Deviasi masing-masing subjek (d – Md)

∑x2d = Jumlah kuadrat deviasi

N = Subjek pada sampel

Untuk membuktikan Ha ditolak atau diterima, harga t hitung

dibandingkan dengan t tabel dengan derajat kebebasan atau dk = n 1 +

n2 – 2, dan taraf signifikasi 5%. Bila t hitung lebih besar atau sama

dengan dari t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, sebaliknya bila

harga t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel berarti H0 diterima

dan Ha ditolak. Pengujian hipotesis juga bisa dilakukan dengan

melihat nilai p apabila p  0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima

(Sugiyono, 2010).
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di

RSI Fatimah Cilacap pada bulan Juli 2020. Jumlah pasien saat kanulasi (inlet

akses femoral) hemodialisis di RSI Fatimah Cilacap yang bersedia menjadi

sampel penelitian berjumlah 25 orang yang diambil dengan teknik total sampling.

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan tekstual yang didasarkan pada

hasil analisa univariat, dan analisa bivariat.

A. Karakteristik Responden

Karakteristik pasien hemodialisis di RSI Fatimah Cilacap dalam

penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan lama HD.

1. Karakteritik Pasien Hemodialisis Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan,

dan Pekerjaan di RSI Fatimah Cilacap

Karakteristik pasien hemodialisis berdasarkan umur, tingkat

pendidikan, dan pekerjaan di RSI Fatimah Cilacap dideskripsikan pada

tabel 4.1.

63
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteritik Pasien Hemodialisis Berdasarkan Umur,
Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan di RSI Fatimah Cilacap

No. Karakteristik f %
1. Umur
 Dewasa awal 4 16,0
 Dewasa akhir 13 52,0
 Lansia 8 32,0
2. Pendidikan
 SD 12 48,0
 SMP/Sederajat 8 32,0
 SMA/Sederajat 4 16,0
 Perguruan Tinggi 1 4,0
`3. Pekerjaan
 Swasta 14 56,0
 PNS 1 4,0
 IRT 10 40,0
Jumlah 25 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar pasien

hemodialisis di RSI Fatimah Cilacap berumur dalam kategori dewasa

akhir (41 – 60 tahun) yaitu sebanyak 13 orang (52,0%) dan sebagian kecil

dewasa awal (20 – 40 tahun) yaitu sebanyak 4 orang (16,0%). Paling

banyak pasien hemodialisis di RSI Fatimah Cilacap berpendidikan lulus

SD yaitu sebanyak 12 orang (48,0%) dan sebagian kecil lulus perguruan

tinggi yaitu sebanyak 1 orang (4,0%). Sebagian besar pasien hemodialisis

di RSI Fatimah Cilacap bekerja sebagai swasta yaitu sebanyak 14 orang

(56,0%) dan sebagian kecil bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 1 orang

(4,0%).

2. Karakteritik Pasien Hemodialisis Berdasarkan Lama HD di RSI Fatimah

Cilacap

Adapun karakteristik pasien hemodialisis berdasarkan lama HD di

RSI Fatimah Cilacap dideskripsikan pada tabel 4.2.


Tabel 4.2.
Karakteristik Pasien Hemodialisis Berdasarkan Lama HD
di RSI Fatimah Cilacap

n Mean STD Minimum Maksimum


Lama HD 25 5,64 9,35 1 48
Sumber : Data Primer diolah, 2020

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa berdasarkan lama HD rata-rata pasien

telah melakukan hemodialisis selama 5,64 bulan dengan paling sebentar 1

bulan dan terlama 48 bulan.

B. Analisis Univariat

Pada penelitian ini analisa univariat meliputi deskripsi respon nyeri

pasien saat kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis sebelum diberikan

kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui

media audio di RSI Fatimah Cilacap dan deskripsi respon nyeri pasien pasien

saat kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis sesudah diberikan kombinasi

terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio di

RSI Fatimah Cilacap.

1. Respon nyeri Pasien Saat Kanulasi (Inlet Akses Femoral) Hemodialisis

Sebelum diberikan Kombinasi Terapi Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan

Terapi Murrotal Melalui Media Audio di RSI Fatimah Cilacap.

Deskripsi respon nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses femoral)

hemodialisis sebelum diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi nafas

dalam dan terapi Murrotal melalui media audio di RSI Fatimah Cilacap

dapat disajikan pada tabel 4.3.


Tabel 4.3.
Respon nyeri Pasien Saat Kanulasi (Inlet Akses Femoral)
Hemodialisis Sebelum diberikan Kombinasi Terapi Teknik Relaksasi
Nafas Dalam dan Terapi Murrotal Melalui Media Audio
di RSI Fatimah Cilacap

Respon nyeri n Mean Median Sd Min Max


Pre Test 25 6,08 6,000 0,909 5 8
Sumber: Data Primer diolah, 2020

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa dari 25 pasien saat kanulasi (inlet

akses femoral) hemodialisis sebelum diberikan kombinasi terapi teknik

relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio di RSI

Fatimah Cilacap mempunyai respon nyeri rata-rata skala 6,08 dengan

respon nyeri terendah skala 5 dan tertinggi skala 8.

2. Respon nyeri Pasien Saat Kanulasi (Inlet Akses Femoral) Hemodialisis

Sesudah diberikan Kombinasi Terapi Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan

Terapi Murrotal Melalui Media Audio di RSI Fatimah Cilacap.

Deskripsi respon nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses femoral)

hemodialisis sesudah diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi nafas

dalam dan terapi Murrotal melalui media audio di RSI Fatimah Cilacap

dapat disajikan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4.
Respon nyeri Pasien Saat Kanulasi (Inlet Akses Femoral)
Hemodialisis Sesudah diberikan Kombinasi Terapi Teknik Relaksasi
Nafas Dalam dan Terapi Murrotal Melalui Media Audio
di RSI Fatimah Cilacap

Respon nyeri n Mean Median Sd Min Max


Post Test 25 3,12 3,000 0,832 2 5
Sumber: Data Primer diolah, 2020

Tabel 4.4. menunjukkan bahwa dari 25 pasien saat kanulasi (inlet

akses femoral) hemodialisis sesudah diberikan kombinasi terapi teknik


relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio di RSI

Fatimah Cilacap mempunyai respon nyeri rata-rata 3,12 dengan respon

nyeri terendah 2 dan tertinggi 5.

C. Analisis Bivariat

1. Uji Normalitas Data

Dalam penggunaan teknik analisis dengan statistik parametrik, maka

data harus berdistribusi normal, sehingga dalam penelitian ini akan

dilakukan pengujian normalitas data variabel respon nyeri. Pengujian

normalitas dalam penelitian ini akan dilakukan dengan Kolmogorov-

Smirnov. Adapun hasil uji statistik dengan Kolmogorov-Smirnov dapat

dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5
Hasil uji normalitas data menggunakan Kolmogorov Smirnov (n=25)
Respon nyeri Mean SD Z pv α
Pre test 6,08 0,909 1,275 0,077 0,05
Post test 3,12 0,832 1,186 0,120
Sumber : Analisa Data, 2020

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil pengujian normalitas data

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, didapatkan respon nyeri

mempunyai pv > 0,05. Berdasarkan nilai pv > 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa respon nyeri terdistribusi normal. Berdasakan data

yang terdistribusi normal maka dapat dilakukan pengujian menggunakan

uji parametrik, yaitu uji t.

2. Perbedaan Respon Nyeri Pasien Saat Kanulasi (Inlet Akses Femoral)

Hemodialisis Sebelum dan Sesudah Diberikan Kombinasi Terapi Teknik

Relaksasi Nafas Dalam dan Terapi Murrotal Melalui Media Audio di RSI

Fatimah Cilacap
Perbedaan respon nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses femoral)

hemodialisis sebelum dan sesudah diberikan kombinasi terapi teknik

relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio di RSI

Fatimah Cilacap dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6
Perbedaan Respon Nyeri Pasien Saat Kanulasi (Inlet Akses Femoral)
Hemodialisis Sebelum dan Sesudah Diberikan Kombinasi Terapi Teknik
Relaksasi Nafas Dalam dan Terapi Murrotal Melalui Media Audio
di RSI Fatimah Cilacap (n=25)

Respon nyeri Mean SD t Pv


Pre Test 6,08 0,909 27,483 0,000
Post Test 3,12 0,832
Sumber : Analisa Data, 2020

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata respon skala nyeri sebelum

diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi

Murrotal melalui media audio adalah 6,08 dengan standar deviasi 0,909,

sesudah diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi

Murrotal melalui media audio didapatkan rata-rata respon skala nyeri

adalah adalah 3,12 dengan standar deviasi 0,832 terlihat rata-rata respon

nyeri sesudah diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan

terapi Murrotal melalui media audio dingin turun sebesar 2,96. Hasil uji

statistik didapatkan nilai pv sebesar 0,000, maka dapat disimpulkan

terdapat perbedaan yang signifikan respon nyeri pasien saat kanulasi (inlet

akses femoral) hemodialisis sebelum dan sesudah diberikan kombinasi

terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media

audio di RSI Fatimah Cilacap.


BAB V

PEMBAHASAN

A. INTERPRETASI DAN DISKUSI HASIL

Pembahasan penelitian ini meliputi hasil analisis univariat meliputi

respon nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis sebelum

diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal

melalui media audio di RSI Fatimah Cilacap dan respon nyeri pasien pasien

saat kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis sesudah diberikan kombinasi

terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio

di RSI Fatimah Cilacap.. Analisis bivariat meliputi Perbedaan respon nyeri

pasien saat kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis sebelum dan sesudah

diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal

melalui media audio di RSI Fatimah Cilacap.

1. Analisis Univariat

a. Respon nyeri Pasien Saat Kanulasi (Inlet Akses Femoral)

Hemodialisis Sebelum diberikan Kombinasi Terapi Teknik Relaksasi

Nafas Dalam dan Terapi Murrotal Melalui Media Audio di RSI

Fatimah Cilacap.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 25 pasien saat kanulasi

(inlet akses femoral) hemodialisis sebelum diberikan kombinasi terapi

teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio

di RSI Fatimah Cilacap mempunyai respon nyeri rata-rata 6,08

dengan respon nyeri terendah 5 dan tertinggi 8.

69
Hasil penelitian mendukung penelitian Afifi (2018) bahwa dari

12 pasien saat kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis sebelum

diberikan teknik relaksasi nafas dalam di RSI Fatimah Cilacap tahun

2019 mempunyai skala nyeri rata-rata 6,083 dengan skala nyeri

terendah 5 dan tertinggi 8. Kemudian hasil penelitian Arimurti (2016)

bahwa sebagian besar skala nyeri pasien post seksio sesarea sebelum

diberikan Terapi Murrotal Al Qur’an di RSI Fatimah Cilacap tahun

2016 adalah 6, yaitu sebanyak 18 orang (64,3%).

Nyeri pasien saat kanulasi adalah nyeri tusuk yang merupakan

sensori yang tidak menyenangkan atau pengalaman emosi yang

berhubungan dengan kerusakan jaringan potensial atau

menggambarkan terminologi suatu kerusakan akibat proses

hemodiaisis. Nyeri tusuk menyebabkan impuls pada saraf perifer di

kulit yang menstimulasi nociceptor nyeri. Stimulasi nociceptor nyeri

kemudian ditransmisikan serabut saraf Aδ dan C sehingga memicu

cornu posterior sebagai neurotransmitter nyeri atau substansi P masuk

ke korda spinalis dan masuk sistem saraf pusat (otak) sehingga

dipersepsikan sebagai nyeri.

Hal ini seperti dikemukakan oleh Tamsuri, (2007 dalam

Sodikin, 2012) bahwa nyeri diartikan sebagai sensasi

ketidaknyamanan tubuh pasien post operasi yang dipersepsikan oleh

jiwa, fantasi luka yang dihubungkan dengan kondisi aktual atau

potensial kerusakan jaringan dan keberadaanya diketahui bila orang

pernah merasakannya. Selanjutnya Corwin (2009) mengemukakan


bahwa nyeri tusuk disalurkan oleh serat Aδ yang kemudian disalurkan

ke korda spinalis melalui substansi P untuk selanjutnya masuk ke

sistem saraf pusat (SSP) dan dipersepsikan sebagai nyeri.

Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien hemodialisis di

RSI Fatimah Cilacap berumur dalam kategori dewasa akhir (41 – 60

tahun) yaitu sebanyak 13 orang (52,0%). Usia mempunyai peranan

yang penting dalam mempersepsikan dan mengekspresikan rasa nyeri.

Pasien dewasa memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri

dibandingkan pada lansia dan anak-anak. Menurut Potter & Perry

(2015) usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi

nyeri. Perbedaan perkembangan yang ditemukan di antara kedua

kelompok usia dapat mempengaruhi cara bereaksi terhadap nyeri

(misalnya, anak-anak dan lansia). Smeltzer & Bare (2017)

mengemukakan bahwa usia dewasa secara verbal lebih mudah

mengungkapkan rasa ketidaknyamanan.

b. Respon nyeri Pasien Saat Kanulasi (Inlet Akses Femoral)

Hemodialisis Sesudah diberikan Kombinasi Terapi Teknik Relaksasi

Nafas Dalam dan Terapi Murrotal Melalui Media Audio di RSI

Fatimah Cilacap.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 25 pasien saat kanulasi

(inlet akses femoral) hemodialisis sesudah diberikan kombinasi terapi

teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio
di RSI Fatimah Cilacap mempunyai respon nyeri rata-rata 3,12

dengan respon nyeri terendah 2 dan tertinggi 5.

Hasil penelitian mendukung penelitian Aini dan Reskita (2018)

bahwa rerata nyeri sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam

adalah 2.80 median 3 dengan standar deviasi 1,218 dan nilai terendah

skala nyeri 1 (nyeri ringan) dan tertinggi skala nyeri 5 (nyeri sedang).

Kemudian penelitian Arimurti (2016) bahwa sebagian besar skala

nyeri pasien post seksio sesarea setelah diberikan Terapi Murrotal Al

Qur’an di RSI Fatimah Cilacap tahun 2016 adalah 2, yaitu sebanyak 22

orang (78,6%) dan sebagian kecil skala nyeri pasien post seksio

sesarea setelah diberikan Terapi Murrotal Al Qur’an adalah 3, yaitu

sebanyak 6 orang (21,4%).

Skala nyeri mengalami penurunan dapat disebabkan karena

teknik relaksasi nafas dalam dapat merelaksasikan ketegangan otot-

otot, meningkatkan ventilasi paru sehingga membuat perasaan

menjadi lebih nyaman, tenang dan otot-otot yang rileks dapat

mengaktifkan endorfin alami tubuh sehingga mampu mengurangi rasa

nyeri dan merubah mood menjadi lebih baik. Rasa nyeri akibat

kanulasi dapat dikurangi dengan teknik relaksasi nafas dalam yang

mudah dilakukan kapan saja dan dimana saja. Hal ini sejalan dengan

teori Smeltzer dan Bare (2017) teknik relaksasi merupakan intervensi

keperawatan secara mandiri untuk menurunkan intensitas nyeri,

meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.

Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan


merilekskan tegangan otot yang menunjang nyeri, ada banyak bukti

yang menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam meredakan nyeri.

Skala nyeri mengalami penurunan setelah diperdengarkan

Murrotal al Quran dapat disebabkan karena lantunan suara murrotal

dapat mengalihkan perhatian, meringankan dan menenangkan perasaan

nyeri pada pasien post operasi fraktur. Perasaan rilek karena

mendengarkan Murrotal al Quran dapat meningkatkan pengeluaran

endorfin dalam tubuh, mengurangi stres, kecemasan dan nyeri serta

memperbaiki metabolisme tubuh.

Hal ini sesuai dengan pendapat Heru (2008 dalam Susanto 2015)

mengemukakan lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur

suara manusia, sedangkan suara manusia merupakan instrument

penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah

dijangkau. Suara juga dapat menurunkan hormon-hormon stress

mengaktifkan hormon endorphin alami, meningkatkan perasaan rileks,

dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang,

memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah

menurunkan nyeri serta memperlambat pernafasan, memperlambat

detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju

pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik

menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam

dan metabolisme yang lebih baik. Kemudian sesuai dengan pendapat

AlKahel (2011 dalam Sodikin 2012) menyebutkan membaca atau

mendengarkan Al-Quran akan memberikan efek relaksasi, sehingga


pembuluh darah nadi dan denyut jantung mengalami penurunan.

dengan diperdengarkan bacaan Al-Quran, akan mempengaruhi

gelombang dalam tubuh dengan cara merespon suara dengan getaran-

getaran sinyalnya dikirimkan ke sistem saraf pusat.

2. Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian bahwa rata-rata respon nyeri sebelum

diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi

Murrotal melalui media audio adalah 6,08 dengan standar deviasi 0,909,

sesudah diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi

Murrotal melalui media audio didapatkan rata-rata respon nyeri adalah

adalah 3,12 dengan standar deviasi 0,832 terlihat rata-rata respon nyeri

sesudah diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi

Murrotal melalui media audio dingin turun sebesar 2,96. Hasil uji statistik

didapatkan nilai pv sebesar 0,000, maka dapat disimpulkan terdapat

perbedaan yang signifikan respon nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses

femoral) hemodialisis sebelum dan sesudah diberikan kombinasi terapi

teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio di

RSI Fatimah Cilacap.

Hasil penelitian mendukung penelitian Harsini (2016) tentang

perbedaan skala nyeri pasien post operasi fraktur sebelum dan setelah

diberikan kombinasi terapi relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal

melalui media audio di Bangsal Bedah RSI Fatimah Cilacap tahun 2016.

Hasil uji statistik didapatkan nilai pv sebesar 0,000, maka dapat

disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara skala nyeri pasien


post operasi fraktur sebelum dan setelah diberikan kombinasi terapi

relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui media audio di Bangsal

Bedah RSI Fatimah Cilacap tahun 2016.

Hasil penelitian juga dapat disebabkan karena kombinasi dari

pemberian terapi relaksasi nafas dalam dan murrotal al Qur’an dapat

menurunkan skala nyeri karena mekanisme kedua terapi yang bekerja di

kelenjar thalamus. Kedua terapi ini memiliki kesamaan yaitu memberikan

rasa nyaman, tenang dan rileks sehingga dapat merangsang pengeluaran

endorphin yang dihasilkan dari kelenjar pituitary yang bermanfaat untuk

mengurangi nyeri. Endorphin merupakan opiate endogenous yang

berfungsi sebagai neurotransmitter, zat ini dikeluarkan dari jalur analgesik

decenden dan berikatan dengan receptor opiate di ujung prasinaps aferen,

pengikatan ini menekan substance peptide sehingga terjadi penghambatan

terhadap penyaluran sinyal nyeri. Hal ini sejalan dengan pendapat Wahida

(2015) bahwa keadaan psikologis yang tenang akan mempengaruhi sistem

limbik dan saraf otonom yang menimbulkan rileks, aman, dan

menyenangkan sehingga merangsang pelepasan zat kimia gamma amino

butric acid, enchepalin dan beta endorphin yang akan mengeliminasi

neurotransmitter rasa nyeri maupun kecemasan. Endorphin adalah

polipeptida yang mengandung 30 unit asam amino yang mengikat pada

reseptor opiat di otak dan merupakan neurotransmiter yang berinteraksi

dengan neuron reseptor morfin untuk mengurangi rasa sakit.

Hasil penelitian dapat disebabkan karena teknik relaksasi nafas

dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktifitas


simpatik dalam sistem saraf otonom dengan merilekskan otot-otot skeletal.

Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengurangi rasa nyeri jika dilakukan

dengan benar yaitu pasien harus dalam keadaan nyaman, pikiran pasien

harus tenang dan lingkungan yang tenang. Apabila pasien rileks, akan

meningkatkan kadar endorfin alami tubuh yang berfungsi menghambat

transmisi impuls nyeri sepanjang saraf sensoris dari nosiseptor saraf

perifer ke kornu dorsalis kemudian ke thalamus, serebri dan akhirnya

dapat menurunkan intensitas nyeri. Hal ini sesuai dengan pendapat

Smeltzer dan Bare (2017) bahwa teknik relaksasi nafas dalam adalah

teknik yang dilakukan untuk menekan nyeri pada thalamus yang

dihantarkan ke korteks cerebri dimana korteks cerebri sebagai pusat nyeri,

yang bertujuan agar pasien dapat mengurangi nyeri selama nyeri timbul.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan saat relaksasi adalah pasien harus

dalam keadaan nyaman, pikiran pasien harus tenang dan lingkungan yang

tenang. Suasana yang rileks dapat meningkatkan hormon endorphin yang

berfungsi menghambat transmisi impuls nyeri sepanjang saraf sensoris

dari nosiseptor saraf perifer ke kornu dorsalis kemudian ke thalamus,

serebri, dan akhirnya berdampak pada menurunnya persepsi nyeri.

Mendengarkan murrotal al Qur’an merupakan teknik distraksi

dengan ayat suci Al-Qur'an dengan menstimulasi gelombang delta yang

menyebabkan pendengar dalam keadaan tenang, tentram, rileks dan

nyaman. Murrotal Al-Quran akan menghantarkan gelombang suara,

gelombang suara akan mengubah pergerakan cairan tubuh dan medan

elektromagnetis pada tubuh. Perubahan ini diikuti stimulasi perubahan


reseptor nyeri, dan merangsang jalur listrik di substansia grisea serebri

sehingga terstimulasi neurotransmitter analgesia alamiah (endorphin,

dinorphin) dan selanjutnya menekan substansi P sebagai penyebab nyeri.

Endorfin merupakan bahan neuroregulator jenis neuromodulator yang

terlibat dalam sistem analgesia, banyak ditemukan di hipotalamus dan area

sistem analgesia (sistem limbik dan medula spinalis). Endorfin dapat

menimbulkan hambatan prasinaptik dan hambatan post sinaptik pada

serabut nyeri (nosiseptor) yang bersinap di kornu dorsalis sehingga dapat

mengurangi nyeri melalui penghambatan neurotransmitter nyeri.

Hal ini sejalan dengan pendapat Elzaky, 2011., Alkahel, 2011.,

Kaliomakki, 2009., Aavsang, 2008 (dalam Sodikin, 2012) bahwa terapi

bacaan Al-quran dapat mengurangi rasa nyeri melalui mekanisme sebagai

berikut adanya bacaan Al-quran akan menghantarkan gelombang suara,

gelombang suara akan mengubah pergerakan cairan tubuh, medan

elektromagnetis pada tubuh. Perubahan ini diikuti stimulasi perubahan

reseptor nyeri, dan merangsang jalur listrik di substansia grisea serebri

sehingga terstimulasi neurotransmitter analgesia alamiah (endorphin,

dinorphin) dan selanjutnya menekan substansi P sebagai penyebab nyeri.

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan penelitian yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini

adalah :

1. Keterbatasan Intervensi

Pemberian intervensi berupa relaksasi nafas dalam yang sebaiknya

dilakukan dengan kondisi lingkungan yang tenang karena keterbatasan

jumlah pasien HD di RSI Fatimah Cilacap yang bersedia menjadi sampel


penelitian dan ruang HD yang diisi lebih dari 2 orang sehingga kurang

tercipta suasana lingkungan yang tenang.

2. Sampel Penelitian

Penelitian ini masih terbatas pada jumlah sampel sedikit, sehingga perlu

jumlah responden yang lebih besar dan perlu menggunakan kelompok

pembanding yang tidak diberikan kombinasi terapi teknik relaksasi nafas

dalam dan terapi Murrotal sehingga akan dapat lebih diketahui efek

kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal.

C. IMPLIKASI TERHADAP PELAYANAN DAN PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian ini implikasi didapatkan untuk pengaruh

kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui

media audio terhadap respon nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses femoral)

hemodialisis di RSI Fatimah Cilacap adalah :

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak positif pada RSI Fatimah

Cilacap untuk dapat memberikan terapi non farmakkologi berupa terapi

kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal sebagai

terapi komplementer dari terapi farmakologi dalam menurunkan skala

nyeri pada pasien saat kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis.

2. Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak positif pada peneliti

selanjutnya yang melakukan penelitian yang sejenis agar dapat

menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest with control group

design.
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik

simpulan sebagai berikut :

1. Pasien hemodialisis di RSI Fatimah Cilacap sebagian besar berumur dalam

kategori dewasa akhir (41 – 60 tahun) sebanyak 13 orang (52,0%),

berpendidikan lulus SD sebanyak 12 orang (48,0%), dan bekerja sebagai

swasta sebanyak 14 orang (56,0%).

2. Pasien saat kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis sebelum diberikan

kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui

media audio di RSI Fatimah Cilacap mempunyai respon nyeri rata-rata

6,08 dengan respon nyeri terendah 5 dan tertinggi 8

3. Pasien saat kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis sesudah diberikan

kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui

media audio di RSI Fatimah Cilacap mempunyai respon nyeri rata-rata

3,12 dengan respon nyeri terendah 2 dan tertinggi 5.

4. Terdapat perbedaan yang signifikan respon nyeri pasien saat kanulasi

(inlet akses femoral) hemodialisis sebelum dan sesudah diberikan

kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal melalui

media audio di RSI Fatimah Cilacap (pv = 0,000, α = 0,05).

79
B. SARAN

1. Bagi RSI Fatimah Cilacap

Hendaknya dapat memberikan terapi non farmakologi berupa kombinasi

terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal pada pasien saat

kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis sebagai terapi komplementer

dari terapi farmakologi dalam menurunkan skala nyeri pada pasien saat

kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis.

2. Bagi Pasien Hemodialisis

Hendaknya dapat melakukan kombinasi terapi teknik relaksasi nafas

dalam dan terapi Murrotal pada pasien saat melakukan kanulasi (inlet

akses femoral) hemodialisis sehingga dapat menurunkan skala nyeri saat

kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hendaknya dapat melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan

rancangan penelitian pretest-posttest with control group design dengan

menambahkan kelompok pembanding yaitu dengan membandingkan

dengan kelompok kontrol (yang tidak mendapatkan kombinasi terapi

teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal) sehingga dapat dilihat

lebih baik efektivitas dari kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam

dan terapi Murrotal.


DAFTAR PUSTAKA

Afifi, 2019, Perbedaan Efektifitas Kompres Dingin dan Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Untuk Penurunan Nyeri Pasien Saat Kanulasi (Inlet Akses
Femoral) Hemodialisis di RSUD Cilacap Tahun 2019, Skripsi, Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap.

Afrianti, Utami., GT & Sri Utami, 2013, Efektifitas Mendengarkan Asmaul Husna
Terhadap Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien Cedera Kepala. Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.

Aini dan Reskita , 2018, Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Penurunan Nyeri pada Pasien Fraktur, Jurnal Kesehatan, Volume 9,
Nomor 2, Agustus 2018, hlm 262-266

Al Kaheel, 2012, Al-Quran's the Healing. Jakarta: Tarbawi Press.

Arfa, M,., 2012, Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Nyeri pada Pasien Post Operasi Appendisitis di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo, Skripsi,
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan
Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

Arifiyanto, 2015, Tingkat Nyeri Penderita Gagal Ginjal Saat Kanulasi


Hemodialisa, Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Vol VIII, No 2, September
2015 ISSN 1978-3167.

Arikunto. S,. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. edisi


revisi.cetakan 15. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Arimurti, 2016, Perbedaan Skala Nyeri Pasien Post Seksio Sesarea dengan
metode Senam Nifas dan terapi Murrotal Al Qur’an di RSUD Cilacap
Tahun 2016, Skripsi, Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Aryanti, Bahtiar & Albayani, 2013, Efektivitas Pemberian Terapi Murotal


Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur
di Ruang Kemuning Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB

Atmojo 2009, Prinsip Dan Indikasi Hemodialisis, Artikel Ilmiah, Sub Bagian
Ginjal Hipertensi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kadokteran
UGM/SMF Panyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Bourbonnais & Tousignant, 2012, The Pain Experiences of Patients on


Maintenance Hemodialysis. Nephrology Nursing Journal, 39(1), 13-1,
American Nephrology Nurses’ Association
Breivik, 2008, Assessment of pain, British Journal of Anaesthesia 101 (1): 17–24

Brown, 2014, Strategies to reduced or Eliminated Wounds. Nursing Times Vol


110 (15) Page : 12 – 15.

Centers For Disease Control and Prevention (CDC)., 2015, Departement of


Health and Human Services Centers for Disease Control and
Prevention.Corwin. E. 2009. Buku Saku Patofisiologis. Edisi 3, Jakarta:
EGC.
Celik, et al. 2011. Vapocoolant Spray vs Lidocaine/Prilocaine Cream for
Reducing the Pain of Venipuncture in Hemodialysis Patients: A
Randomized, Placebo-Controlled, Crossover Study, International Jounal
Medical Science, Vol. 8 No. 7, Juni 2011, halaman 623-627

Corwin JE, 2009, Buku Saku Patofisiologis, Edisi 3, EGC, Jakarta

Ernawati 2013, Pengaruh Mendengarkan Murottal Q.S. Ar Rahman Terhadap


Pola Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Nur
Hidayah Yogyakarta, Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Yogyakarta

Firdous, et al,. 2017, A comparison of Numeric Pain Rating Scale (NPRS) and
the Visual Analog Scale (VAS) in patients with chronic cancer-associated
pain, Journal of Clinical Oncology 35, no. 31_suppl (November 1 2017)
217-217

Geraldina, 2017, Terapi Musik: Bebas Budaya atau Terikat Budaya? Buletin
Psikologi ISSN: 0854-7108 2017, Vol. 25, No. 1, 45 – 53

Ghozali 2010, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, BP Undip,


Semarang.

Harsini, 2016, Perbedaan Skala Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Sebelum Dan
Setelah Diberikan Kombinasi Terapi Relaksasi Nafas Dalam Dan Terapi
Murrotal Melalui Media Audio di Bangsal Bedah RSUD Cilacap tahun
2016, Skripsi, Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Hidayat, 2011, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

Hidayati,S., Sitorus, R., & Masfuri, 2015, Efektifitas Konseling Analisis


Transaksional Tentang Diet Cairan Terhadap Penurunan Interdialytic
Weight Gain (IDWG) Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani
Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah.
Hjermstad, et al. 2011, Studies comparing Numerical Rating Scales, Verbal
Rating Scales, and Visual Analogue Scales for assessment of pain intensity
in adults: a systematic literature review, Journal Pain Symptom Manage.
2011 Jun;41(6)

Iryanto, 2019, Pengaruh Kombinasi Kompres Dingin dan Murrotal Terhadap


Respon Nyeri Pasien Post Operasi Mayor di Bangsal Bedah RSUD
Cilacap Tahun 2019, Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Al-
Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Kristanto, A., Arofiati, F., 2016, Efektifitas Penggunaan Cold Pack Dibandingkan
Relaksasi Nafas Dalam untuk Mengatasi Nyeri Pasca Open Reduction
Internal Fixation (ORIF), Indonesian Journal of Nursing Practice, Vol. 1
No. 1 Desember 2016

Marliyana, 2018, Pemberian Terapi Murotal Qur’an Terhadap Nyeri Saat


Perawatan Luka Post OP Laparotomi di Ruang Kutilang RS.Dr.H.Abdul
Moeloek Provinsi Lampung, Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung,
Volume VI, No. 2, Oktober 2018.

Merdekawati, D., 2018, Perbandingan validitas skala ukur nyeri VAS dan NRS
terhadap penilaian nyeri di IGD RSUD Raden Mattaher Jambi, Program
Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Harapan Ibu, Jambi, Riset Informasi
Kesehatan, Vol. 7, No. 2, Desember 2018.

Mustikaningtyas, DA,. 2015, Pemberian Tindakan Breathing Exercise Terhadap


Level Fatigue Pada Asuhan Keperawatan Tn. L Dengan Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Bangsal Melati 1 RSUD Dr.
Moewardi Surakarta, Program Studi D III Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta

Nekada, CDY,., Roesli, RMA., & Sriati, A. 2014, Pengaruh Gabungan Relaksasi
Napas Dalam Dan Otot Progresif Terhadap Komplikasi Intradialisis di
Unit Hemodialisis RSUP DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Program
Pendidikan Magister Keperawatan Konsentrasi Keperawatan Kritis,
Universitas Padjadjaran Bandung.

Nikmah, I., 2015, Laporan Pendahuluan Akses Vaskuler Dan Pemeliharaannya


Di Ruang Hemodialisa RSUD Banjarmasin, naskah publikasi, Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Cahaya Bangsa Banjarmasin

Notoatmodjo, S, 2018, Metodologi Penelitian Kesehatan, edisi revisi, Jakarta :


Rineka Cipta.

Phan et al, 2012, Assessment Of Pruritus Intensity, Prospective Study On Validity


And Reliability Of The Visual Analogue Scale, Numerical Rating Scale
And Verbal Rating Scale In 471 Patients With Chronic Pruritus, Acta
Derm Venerol, 2012, Volume 92, Page 502-507
Pranowo, S., Prasetyo, A., Handayani, N., 2016, pengaruh kompres dingin
terhadap respon nyeri saat kanulasi (inlet akses femoral) hemodialisis di
RSUD Cilacap, Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2,
September 2016

Pratama, 2017, Pengaruh Relaksasi Dzikir Terhadap Nyeri Pasien Hemodialisis


Yang Menggunakan Akses Femoralis Di RSUD Cilacap Tahun 2016,
Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Cilacap.

Potter dan Perry 2010, Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses
dan Praktik, EGC, Jakarta

_____________ 2015, Essencial For Nursing Practice, Elsevier. Inc, Riveport


Lane, St. Louis, Missouri, United States

Puji Hartanto, 2018, Perbedaan Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan
Terapi Murrotal untuk Meningkatkan Kualitas Tidur pada Lansia yang
Mengalami Gangguan Tidur di Kelurahan Sidanegara Kabupaten Cilacap,
Skripsi, Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap.

Putri 2014, Pemberian Terapi Murottal Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan


Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Collum Femur Sinestra Di RSUD Dr
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Naskah Publikasi, Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta, Surakarta

Putri & Yadi, 2014. Blok Aksilar pada Pasien Pseudoaneurisma pada Antebrakii
Sinistra yang Disertai Gagal Ginjal Terminal. Jurnal Anestesi
Perioperatif. Volume 2 Nomor 1, April 2014. 79 – 84.

Ramadhan, dkk, 2018, Peningkatan Fungsi Sistolik Ventrikel Kiri Setelah


Hemodialisis pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium V, NAskah
Publikasi, Fakultas Kedokteran Universitas Jember

Rampengan, SFY., Rondonuwu, R., & Onibala, F., 2014, Pengaruh Teknik
Relaksasi Dan Teknik Distraksi Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post Operasi di Ruang Irina A Atas RSUP PROF. DR. R. D.
Kandou Manado, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi.

Reich, DL., 2015, Monitoring In Anastesia And Perioperative Care, Cambridge


University Press, New York, America.

Riadi, M., 2016, Relaksasi Nafas Dalam, Apa itu Relaksasi Nafas?
http:www.kajianpustaka.articles, diakses tanggal 18 April 2020

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018


Riyanto, A. 2011, Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Romanowski, 2007, Benefits and limitations of music therapy with psychiatric


patients in the penitentiary system. Music Therapy Today Vol.VIII (3)

Sabitha, P.B., Khakha, P.B., Mahajen, S., Gupta, S., Agrawal, M., & Yadev, S.L.,
2008. Effect of Cryotherapy on Arteriovenous Fistule Puncture Related
Pain In Haemodialysis Patients. Journal of Nephrology, 18, 155-158.

Sanusi S., 2015, Perbandingan Efek Kompres Hangat dengan Kompres Dingin
Terhadap Intensitas Nyeri Saat Insersi Jarum Pada Pasien Gagal Ginjal
Yang Menjalani Hemodialisis Rutin di Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung, Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah (JKA) Volume 2, Nomor 1 Juni
2015
Sari, SH., 2015, Hubungan Kecepatan Aliran Darah Dializer Dengan Penurunan
Kadar Kreatinin Post Hemodialisis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
(GGK) di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Skripsi, Program
Konsentrasi Teknologi Laboratorium Kesehatan Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin Makassar.

Saryono, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta : Mitra Cendikia.

Setiardjo, 2013. Nyeri Dalam Ranah Praktisi. Proceeding, Seminar Dan Presentasi
Ilmiah Keperawatan, Adult Nursing Practice: Using Evidence in Care,
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, 2 Juli 2013, hal. 33 – 35.

Silalahi, U. 2012, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Refika Aditama.

Silva et al,. 2016, Pain during Arteriovenous Fistula Cannulation in Chronic


Renal Patients on Hemodialysis, Open Journal of Nursing, 2016, 6, 1028-
1037

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. 2010, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 10, Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth.edisi 12, Jakarta: EGC

Sodikin, 2012, Pengaruh Terapi Bacaan Al-Quran Melalui Media Audio


terhadap Respon Nyeri Pasien Post Operasi Hernia di RS Cilacap,
Tesis, Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia, Depok

Straus, et al 2010, Evidence Base Medicine, How To Practice And Teach EBM,
Elsevier. Inc, Riveport Lane, St. Louis, Missouri, United States
Sugiyono. 2010, Statistika untuk Penelitian. cetakan ketujuhbelas, Bandung:
Alfabeta.

Sukandar, E., 2013, Nefrologi Klinik Edisi IV, PusatInformasi Ilmiah (PII),
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Suharti et al, 2013, Perbedaan Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan
Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Yang
Mengalami Fraktur dengan Nyeri Sedang di SMC RS Telogorejo
Semarang, Naskah Publikasi, Fakultas Keperawatan Stikes Telogorejo
Semarang

Susanto Y, 2015, Pengaruh Mendengarkan Murottal Surat Ar-Rahman Terhadap


Nyeri Ibu Bersalin di Puskesmas Jumpandang Baru dan Puskesmas
Batua Kota Makasar, Tesis, Universitas Hasanuddin, Makasar

Syamsiyah, N., 2011, Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan


Pasien CKD Yang Menjalani Hemodialisa Di RSPAU Dr. Esnawan
Antariksa Halim Perdana Kusuma Jakarta, Tesis, Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok

Wahida, 2015, Terapi Murotal Al-Qur'an Surat Arrahman Meningkatkan Kadar β-


Endorphin dan Menurunkan Intensitas Nyeri pada Ibu Bersalin Kala I Fase
Aktif, Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang

Widiatie, W., 2015, Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap


Penurunan Intensitas Nyeri Pada Ibu Postseksio Sesarea Di Rumah Sakit
Unipdu Medika Jombang , Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pesantren
Tinggi Darul Ulum Jombang, Jurnal Edu Health, Vol. 5 No. 2, September
2015, halaman 94-101

Widyastuti, Butar & Bebasari, 2014. Korelasi Lama Menjalani Hemodialisis


Dengan Indeks Massa Tubuh Pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUD Arifin
Achamad Provinsi Riau Pada Bulan Mei Tahun 2014. Jom FK Volume 1
No.2 Oktober 2014.

Yudiyanta, Khoirunnisa, N., Novitasari RW., 2015, Assessment Nyeri,


Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta dalam Cermin Dunia Kedokteran 226/ vol. 42 no. 3, th. 2015

Yuwono, 2010, Ilmu Bedah Vaskuler, PT. Refika Adhitama, Jakarta.

Zahrofi 2013, Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al Quran Terhadap Tingkat


Kecemasan Pada Pasien Hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta, Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta
LAMPIRAN- LAMPIRAN
Lampiran 1
PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth : Pasien Hemodialisa


Bangsal Hemodialisa RSI Fatimah Cilacap
di Cilacap

Dengan Hormat,
Dengan ini saya,
Nama : Yola Amelia
NIM : 108 116 034

Akan mengadakan suatu penelitian untuk penyusunan skripsi dengan judul


“Pengaruh kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal
melalui media audio terhadap respon nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses
femoral) hemodialisis di RSI Fatimah Cilacap”. Sebagai salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap.
Untuk itu peneliti berharap dengan hormat kepada Bapak/Ibu/Saudara
untuk meluangkan waktunya guna mengisi check list yang penulis ajukan dan
berkenan mendapatkan intervensi berupa teknik relaksasi dalam atau terapi
Murrotal. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi
responden, kerahasiaan semua informasi yang telah Bapak/Ibu/Saudara berikan
akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan peneliti. Oleh karena itu
sangat besar artinya keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini.
Demikian atas kesediaan dan waktu yang telah diberikan, peneliti
mengucapkan terima kasih.

Cilacap, 2020

Yola Amelia
Lampiran 2
SURAT PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN

Dengan hormat,
Bersama ini saya,
Nama :
Alamat lengkap :
Saya telah mendapatkan penjelasan bahwa identitas saya sebagai
responden akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan
pengolahan data. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan merugikan atau
berakibat negatif bagi saya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas saya bersedia
dengan sukarela menjadi responden dan memberikan jawaban yang sebenarnya
serta mendapatkan intervensi berupa teknik relaksasi dalam atau terapi Murrotal
pada penelitian yang dilakukan oleh Yola Amelia dengan judul penelitian
“Pengaruh kombinasi terapi teknik relaksasi nafas dalam dan terapi Murrotal
melalui media audio terhadap respon nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses
femoral) hemodialisis di RSI Fatimah Cilacap”
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.

Cilacap, 2020

Responden
Lampiran 3

LEMBAR CHECKLIST

A. Identitas Responden

Nama : …………………………… (boleh tidak diisi)


Alamat : ……………………………
Umur : ……………………………
Agama : ……………………………
Suku : ……………………………
Pendidikan : SD SMP
SMA PT
Pekerjaan : Wiraswasta Swasta
PNS IRT
Lama Menjalani HD : ……………………. bulan
Lampiran 4

Pengaruh Kombinasi Terapi Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Terapi


Murrotal Melalui Media Audio terhadap Respon Nyeri Pasien
saat Kanulasi (Inlet Akses Femoral) Hemodialisis
di RSI Fatimah Cilacap

Respon Nyeri
No
Pre Post
1. 8 4
2. 7 4
3. 6 3
4. 7 4
5. 6 4
6. 6 3
7. 7 4
8. 7 4
9. 7 4
10. 6 3
11. 6 3
12. 6 3
13. 5 3
14. 8 5
15. 6 3
16. 5 3
17. 5 3
18. 6 3
19. 5 2
20. 6 2
21. 5 2
22. 5 2
23. 6 3
24. 5 2
25. 6 2

Cilacap, 2020

Peneliti

(...................................)

Anda mungkin juga menyukai