Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PENGGUNAAN NESTING TERHADAP PERUBAHAN

SUHU TUBUH SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI


PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DI KOTA CIREBON

Nanang Saprudin, Isti Kumala Sari

Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kuningan

ayyumna1985@yahoo.com

Abstrak

Bayi berat lahir rendah di Indonesia masih tergolong tinggi dan masih menjadi
perhatian serius. BBLR mengakibatkan gangguan fungsi vital organ yang berakhir pada
penurunan kualitas proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Penanganan BBLR yang
dianjurkan adalah penggunaan nesting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan nesting terhadap perubahan suhu tubuh, saturasi oksigen dan frekuensi nadi bayi
berat lahir rendah.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan quasi eksperimen dengan
rancangan nonequivalent control group design dengan menggunakan one group pretest
posttest. Subjek penelitian ini adalah BBLR sesuai kriteria. Teknik pengambilan sampel
dengan purposive sampling sebanyak 40 responden. Instrumen yang digunakan adalah lembar
observasi, termometer dan probe finger oxymetri yang telah dikalibrasi. Analisis yang
digunakan adalah uji beda dengan dependent t tes.
Hasil penelitian menunjukan terdapat peningkatan rerata suhu tubuh, saturasi oksigen
dan frekuensi nadi pada BBLR setelah penggunaan nesting. Hasil penelitian terdapat
perbedaan suhu tubuh, saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada BBLR dengan masing –
masing p value < 0,05.
Simpulan dari penelitian ini terdapat pengaruh nesting terhadap suhu tubuh, saturasi
oksigen dan frekuensi nadi pada BBLR. Disarankan bagi perawat untuk melaksanakan
penggunaan nesting secara berkelanjutan pada BBLR diruangan agar pemulihan dan
kestabilan tanda vital bayi BBLR bisa dilaksanakan dengan tepat dan cepat.

Kata Kunci : Nesting, Suhu, Saturasi, Nadi, BBLR

Pendahuluan kematian (Syahreni, 2010). Ketidakstabilan


respon fisiologis bayi berat lahir rendah
Bayi berat lahir rendah mengalami menyebabkan bayi memiliki faktor resiko
kesulitan dalam beradaptasi dan melakukan tinggi terkena penyakit komplikasi seperti
pertahanan yang kuat dengan ekstra uteri asfiksia, bradikardi, penyakit paru kronis,
setelah lahir. Hal ini disebabkan karena hiperbilirubinemia, kejang, distres
imaturnya sistem organ tubuh bayi seperti pernapasan, hipoglikemia, transient
paru-paru, ginjal, jantung, imun tubuh serta hypothyroxinemia (Perlman, 2001 dalam
sistem pencernaan (Deswita, 2010). Syahreni, 2010).
Sulitnya bayi berat lahir rendah beradaptasi Bayi berat lahir rendah juga sangat
dengan lingkungan dan rentan terkena stres rentan terjadi hipotermi dikarenakan
menjadi faktor resiko kesakitan dan tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan

16
masih belum matangnya pusat pengatur Pemasangan nesting atau sarang
panas di otak (Zaviera, 2008). Kondisi merupakan salah satu metode pengelolaan
hipotermi tersebut menyebabkan perubahan lingkungan dalam developmental care.
sistem saraf pusat permanen hingga Beberapa penelitian tentang manfaat
akhirnya menyebabkan mortalitas. Bayi nesting telah dilakukan didalam maupun
yang kedinginan menghabiskan kalori diluar negeri. Penelitian oleh Bayuningsih
untuk menghangatkan tubuh dan sebaliknya (2011) menunjukkan bahwa penggunaan
melakukan upaya untuk menstabilkan suhu nesting dan posisi prone efektif
tubuh hingga normal. Kondisi hipotermi mempengaruhi saturasi oksigen dengan p <
menyebabkan konsumsi oksigen meningkat α, sedangkan menurut Wilawan, Patcharee
dan apabila tidak terpenuhi menyebabkan & Chavee (2009) menyebutkan bahwa
situasi hipoksia dan menimbulkan takikardi posisi prone sangat mempengaruhi
atau bradikardi sebagai respon terhadap perbaikan saturasi oksigen, pengembangan
penurunan oksigenasi (Wilkinson & Green, paru, pengembangan dinding dada dan
2012). penurunan insiden apnea pada bayi
Kelahiran dengan berat lahir rendah prematur.
masih merupakan permasalahan dunia Berdasarkan wawancara dengan
hingga saat ini karena merupakan salah satu perawat Ruang Perinatologi RSD Gunung
penyebab kematian bayi baru lahir (Sloan et Jati Kota Cirebon, didapatkan informasi
al., 2008). Angka Kematian Bayi (AKB) di bahwa penggunaan nesting telah dilakukan
Indonesia masih tinggi dibandingkan pada bayi berat lahir rendah dengan berat
negara berkembang lainnya (BPS, 2013). lahir ≤ 2000 gram, meskipun hal tersebut
Secara nasional angka bayi berat lahir belum ditetapkan dalam Standar Prosedur
rendah secara keseluruhan sebanyak 7,5 % Operasional rumah sakit. Anjuran
(SDKI, 2012). Sementara angka kematian penggunaan nesting didapatkan berdasarkan
bayi diCirebon menurut data Profil hasil pelatihan dan baru dilakukan dalam
Kesehatan Propinsi Jawa Barat adalah 51 tiga bulan terakhir. Pada kurun waktu 3
per 4,803 kematian bayi. Jumlah bayi berat bulan tersebut, 100% bayi dengan berat
lahir rendah yang dirawat selama tiga bulan lahir rendah yang dirawat berhasil melewati
terakhir (Januari – Maret 2017) didapatkan proses perawatan sehingga pulang dengan
data sebanyak 106, dengan berat lahir ≤ kondisi fisiologis yang sehat, dimana pada
2000 gram sebanyak 61 bayi (Medical periode sebelumnya bayi dengan berat lahir
Record, 2017). Berbagai upaya telah kurang dari 2000 gram sulit mencapai fase
dilakukan untuk menurunkan Angka ini.
Kematian Bayi dan meminimalkan dampak Berdasarkan fenomena diatas serta
negatif yang ditimbulkan selama perawatan. belum adanya penelitian serupa tentang
Salah satunya dengan menerapkan penggunaan nesting pada bayi dengan berat
developmental care atau asuhan lahir rendah, oleh karena itu peneliti tertarik
perkembangan. Prinsip-prinsip untuk melakukan penelitian lanjut tentang
developmental care meliputi keterlibatan ‘’ Pengaruh Penggunaan Nesting Terhadap
keluarga, posisi dan pemberian nesting, Perubahan Suhu Tubuh, Saturasi Oksigen
perawatan kulit, meminimalkan stres dan dan Frekuensi Nadi Pada Bayi Berat Lahir
nyeri, mengoptimalkan nutrisi, dan Rendah di RSD Gunung Jati Kota
meningkatkan kualitas tidur Cirebon’’
(Altimier,2011). Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa developmental care Metode
telah berhasil membantu bayi berat lahir
rendah melewati proses perawatan dan Jenis penelitian yang digunakan
dapat pulang dalam kondisi yang sehat. adalah penelitian quasi eksperimen dengan
rancangan nonequivalent control group

17
design dengan menggunakan one group Pengambilan sampel dilakukan
pretest posttest. Desain ini tidak memiliki berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
kelompok pembanding (kontrol), tetapi oleh peneliti. Teknik pengambilan ada
setidaknya telah dilakukan observasi perubahan yang pada awalnya accidental
pertama (pretest) yang memungkinkan sampling menjadi purposive sampling
menguji perubahan yang terjadi setelah sesuai dengan pertimbangan peneliti.
dilakukan eksperimen meskipun tidak ada Sampel diambil sebanyak 40 responden
jaminan bahwa perubahan yang terjadi pada berdasarkan kriteria. Sebelumnya peneliti
variabel dependen karena intervensi atau melakukan informed consent pada keluarga
perlakuan. sebelum diberikan perlakuan. Sebelum
Populasi pada penelitian ini adalah perlakuan, terlebih dahulu peneliti menilai
seluruh BBLR yang dirawat di Ruang suhu, saturasi oksigen dan frekuensi nadi
Perinatalogi RSD Gunung Jati Kota dan mencatat hasil dalam lembar observasi.
Cirebon. Sampel diambil sebanyak 40 Penggunaan nesting diberikan selama 30
responden sesuai dengan kriteria. Teknik menit dan setelahnya, bayi dikur kembali
sampling yang digunakan adalah purposive suhu, saturasi oksigen dan frekuensi
sampling. nadinya. Data yang sudah terkumpul
Kriteria inklusi sampel pada kemudian dilanjutkan dengan pengolahan
penelitian ini: Apgar skor 4/6 – 7/8, Berat yang selanjutnya dilakukan analisis baik
badan bayi ≥ 1500 - 2500 gram, Keluarga secara univariat dan bivariat sesuai dengan
bersedia menjadi responden penelitian. tujuan penelitian. Uji yang digunakan
Sedangkan kriteria ekslusinya adalah : menggunakan uji t dependen karena
Tidak dalam keadaan asfiksia sedang – distribusi datanya normal.
berat, Tidak dalam kedaan foto terapi.
Variabel yang diteliti meliputi Hasil Penelitian
variabel bebas dan terikat. Variabel
bebasnya adalah penggunaan nesting. Penelitian ini berlangsung selama
Variabel terikatnya adalah suhu, saturasi kurang lebih dua bulan mulai dari bulan
oksigen dan frekuensi nadi bayi berat lahir Juni – Juli tahun 2018 di ruang perinatologi
rendah. Instrumen penelitian yang RSD Gunung Jati Kota Cirebon. Sampel
digunakan berupa kuisioner data demografi, diambil secara accidental sampling
lembar observasi untuk mencatat berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
karakteristik dan hasil penelitian, kain, sebelumnya oleh peneliti. Sampel penelitian
termometer digital axilla dan Probe finger sebanyak 40 responden dengan menilai
oxymetry dari Bedside Monitor yang sudah suhu tubuh, saturasi oksigen serta frekunsi
dikalibarsi sebelumnya digunakan sebagai nadi BBLR. Hasil penelitian diuji analisis
alat pemeriksaan. baik secara univariat maupun bivariat.
Analisis data dilakukan secara dua Analisis univariat menggunakan tendensi
tahap yaitu analisis univariat dan analisis sentral serta uji bivariat menggunakan uji t
bivariat. Analisis univariat menggunakan dependen sehubungan dengan data
tendensi sentral sedangkan analisis bivariat berdistribusi normal. Hasil penelitian ini
menggunakan uji t dependen setelah juga dilengkapi dengan karakteristik
dilakukan uji normalitas data. Penelitian ini responden yang mencakup jenis kelamin,
dilakukan di ruang perinatologi RSD derajat asfiksia dan Berat Badan Saat
Gunung Jati Kota Cirebon. Penelitian ini Penelitian. Berikut ini hasil penelitian yang
dilaksanakan pada Bulan Juni - Juli 2018. disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:

18
Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang
Perinatologi RSD Gunung Jati Kota Cirebon 2018

Jenis Kelamin Jumlah Persentase


Laki – Laki 24 60
Perempuan 16 40
Sumber : Data Primer 2018

Tabel 5.2 Gambaran Rerata Berat Badan Responden di Ruang Perinatologi RSD
Gunung Jati Kota Cirebon 2018 (n=40)

Variabel Rerata Median SD Min Maks


Berat Badan 2061,50 2100 299,77 1500 2450
Sumber : Data Primer 2018

Hasil penelitian menunjukan bahwa rerata 299,77 dan nilai minimum 1500 gram dan
berat badan responden 2061,5 gram dengan nilai maksimum berat badan 2450 gram.
nilai median 2100 gram, Standar deviasinya

Tabel 5.3 Rerata Suhu Tubuh, Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi Responden
sebelum dan sesuadah penggunaan nesting di Ruang Perinatologi
RSD Gunung Jati Kota Cirebon 2018 (n=40)

Variabel Rerata Median SD Min Maks


Suhu Tubuh (Sebelum) 36,3 36,3 0,349 35,5 37,1
Suhu Tubuh (Sesudah) 36,8 36,9 0,268 36,3 37,4
Saturasi Oksigen (Sebelum) 92 92,5 2,453 88 97
Saturasi Oksigen (Sesudah) 95 96 1,746 93 99
Frekuensi Nadi (Sebelum) 130 129,5 8,092 117 147
Frekunesi Nadi (Sesudah) 143 144 7,793 126 156
Sumber : Data Primer 2018

Hasil penelitian menunjukan bahwa median 92,5 % dan standar deviasi 2,453
rerata suhu tubuh responden sebelum serta nilai minimal 88 % dan nilai maksimal
diberikan nesting yaitu 36,30C dengan nilai 97 %. Setelah diberikan nesting rerata
median 36,30C dan standar deviasi 0,349 saturasi oksigen menjadi 95 % yang artinya
serta nilai minimal 35,50C dan nilai ada peningkatan sebesar 3 %. Begitupula
maksimal 37,10C. Setelah diberikan nesting dengan nilai median, saturasi oksigen
rerata suhu menjadi 36,80C yang artinya responden menjadi 96 % dan standar
ada peningkatan sebesar 0,50C. Begitupula deviasi menjadi 1,746. Setelah diberikan
dengan nilai median, suhu responden nesting nilai minimal saturasi oksigen 93 %
menjadi 36,90C dan standar deviasi menjadi dan nilai maksimal saturasi oksigen 99 %.
0,268. Setelah diberikan nesting nilai Sedangkan dilihat dari frekuensi
minimal suhu 36,30C dan nilai maksimal nadi, rerata frekuensi nadi sebelum
suhu 37,40C. diberikan nesting yaitu 130 x/menit dengan
Sedangkan dilihat dari saturasi nilai median 129,5 x/menit dan standar
oksigen, rerata saturasi oksigen sebelum deviasi 8,092 serta nilai minimal 117
diberikan nesting yaitu 92 % dengan nilai x/menit dan nilai maksimal 147 x/menit.

19
Setelah diberikan nesting rerata frekunesi deviasi menjadi 7,793. Setelah diberikan
nadi menjadi 143 x/menit yang artinya ada nesting nilai minimal frekunsi nadi 126
peningkatan sebesar 13 x/menit. Begitupula x/menit dan nilai maksimal frekuensi nadi
dengan nilai median, frekuensi nadi 156 x/menit.
responden menjadi 144 x/menit dan standar

Tabel 5.4
Hasil Uji Normalitas Data Suhu Tubuh, Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi
Responden Sebelum dan setelah Penggunaan Nesting Di Ruang Perinatalogi RSD
Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2018 (n=40)

Shapiro – Wilk
Variabel Statistik Df Sig
Suhu Tubuh (Sebelum) .971 40 .400
Suhu Tubuh (Sesudah) .973 40 .435
Saturasi Oksigen (Sebelum) .948 40 .065
Saturasi Oksigen (Sesudah) .940 40 .034
Frekuensi Nadi (Sebelum) .943 40 .043
Frekuensi Nadi (Sesudah) .969 40 .335
Sumber : Data Primer 2018

Hasil penelitian menunjukan bahwa normal. Pada penelitian ini, uji bivariat
nilai probabilitas berdasarkan uji Shapiro- yang tepat yaitu menggunakan uji t
Wilk > 0,05 artinya data berdistribusi dependen.

Tabel 5.5
Perbedaan Suhu Tubuh Responden Sebelum dan Setelah Penggunaan Nesting
Di Ruang Perinatalogi RSD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2018 (n=40)

Variabel Fase Mean SD p value


Suhu Tubuh Sebelum 36,3 0,349 0,000
Sesudah 36,8 0,268
Sumber : Data Primer 2018

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan suhu tubuh responden


rerata suhu tubuh responden sebelum sebelum dan setelah penggunaan nesting di
diberikan nesting yaitu 36,30C dan menjadi ruang perinatalogi RSD Gunung Jati Kota
36,80C setelah diberikan nesting. Artinya Cirebon. Dengan kata lain, hasil penelitian
terjadi peningkatan suhu sebesar 0,50C. ini membuktikan adanya pengaruh
Hasil uji statistik didapat p value 0,000 < α pemberian nesting terhadap suhu tubuh bayi
(0,05), oleh karena itu bisa disimpulkan BBLR.

Tabel 5.6
Perbedaan Saturasi Oksigen Responden sebelum dan Setelah Penggunaan Nesting
Di Ruang Perinatalogi RSD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2018 (n=40)

Variabel Fase Mean SD p value


Saturasi Sebelum 92 2,453 0,000
Oksigen Sesudah 95 1,746
Sumber : Data Primer 2018

20
Hasil penelitian menunjukan bahwa disimpulkan terdapat perbedaan saturasi
rerata saturasi oksigen responden sebelum oksigen responden sebelum dan setelah
diberikan nesting yaitu 92 % dan menjadi penggunaan nesting di ruang perinatalogi
95 % setelah diberikan nesting. Artinya RSD Gunung Jati Kota Cirebon. Dengan
terjadi peningkatan saturasi oksigen sebesar kata lain, hasil penelitian ini membuktikan
3 %. Hasil uji statistik didapat p value adanya pengaruh pemberian nesting
0,000 < α (0,05), oleh karena itu bisa terhadap saturasi oksigen bayi BBLR.

Tabel 5.7
Perbedaan Frekuensi Nadi Responden sebelum dan Setelah Penggunaan Nesting
Di Ruang Perinatalogi RSD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2018 (n=40)
Variabel Fase Mean SD p value
Frekuensi Sebelum 130 8,092 0,000
Nadi Sesudah 143 7,793
Sumber : Data Primer 2018

Hasil penelitian menunjukan bahwa 1. Gambaran Rerata Suhu Tubuh,


rerata frekuensi nadi responden sebelum Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi
diberikan nesting yaitu 130 x/menit dan BBLR sebelum dan sesudah
menjadi 143 x/menit setelah diberikan penggunaan nesting di Ruang
nesting. Artinya terjadi peningkatan Perinatologi RSUD Gunung Jati Kota
frekuensi nadi sebesar 13 x/menit. Hasil uji Cirebon Tahun 2018
statistik didapat p value 0,000 < α (0,05),
oleh karena itu bisa disimpulkan terdapat Hasil penelitian menunjukan bahwa
perbedaan frekuensi nadi responden rerata suhu tubuh responden 36,30C.
sebelum dan setelah penggunaan nesting di Kondisi ini menunjukan bahwa responden
ruang perinatalogi RSD Gunung Jati Kota mengalami penurunan suhu tubuh atau
Cirebon. Dengan kata lain, hasil penelitian hipotermia. Suhu tubuh normal pada
ini membuktikan adanya pengaruh neonatus berkisar antara 36,5 0C – 37,50C
pemberian nesting terhadap frekuensi nadi (Saifudin dkk, 2009). Hipotermia
bayi BBLR. dikarenakan responden terlahir dalam
keadaan berat badan lahir rendah. Kondisi
Pembahasan BBLR pada umumnya dicirikan dengan
belum sempurnanya fungsi organ seperti
Hasil penelitian ini membatasi pada fungsi termoregulasi, rendahnya lemak
pengaruh nesting terhadap perubahan suhu subkutan, permukaan kulit yang tipis dan
tubuh, frekuensi nadi dan saturasi oksigen transparan serta luasnya permukaan tubuh
BBLR. Hasil penelitian membuktikan yang lebih besar dari masa. Selain faktor
terdapat perbedaan suhu tubuh, frekuensi tersebut, kondisi lainnya yang
nadi dan saturasi oksigen BBLR sebelum mempengaruhi terjadinya hipotermi adalah
dan sesudah penggunaan nesting. rendahnya kemampuan BBLR dalam
Pembahasan penelitian ini didukung oleh mengatur produksi dan pelepasan panas.
beberapa sumber berdasarkan teori dan Menurut Perinasia (2003), mekanisme
jurnal terkait. Hasil pembahasan penelitian pengeluaran panas terdiri dari proses
dijelaskan sebagai berikut : radiasi, konveksi, evaporasi serta konduksi.
Hal ini didukung oleh penelitian
Miller, Lee & Gould (2011) dikatakan
bahwa hipotermia banyak terjadi pada
BBLR yang berujung pada kematian

21
neonatus. Oleh karenanya penting untuk metabolisme sehingga berujung pada
menjaga dan mempertahankan suhu peningkatan suhu tubuh.
lingkungan yang hangat pada neonatus. Hasil penelitian menunjukan bahwa
Berbicara tentang mekanisme pelepasan sebelum diberikan nesting rerata saturasi
kalor, peneliti juga menemukan beberapa oksigen responden sebesar 92 %. Kondisi
kondisi evaporasi dan konveksi yang terjadi ini menggambarkan bahwa responden
pada beberapa responden sehingga memiliki saturasi oksigen yang normal. Hal
meningkatkan potensi hipotermi. Hasil ini dikarenakan bayi baru lahir mengandung
observasi peneliti ditemukan adanya 80 % kadar hemoglobin janin (Wong,et all,
keterlambatan dalam penggantian popok 2009). Hal ini membuat saturasi oksigen
yang basah yang terjadi pada beberapa neonatus tergolong normal. Kondisi ini
responden. Hal ini tentunya dapat bertahan sampai akhir bulan pertama
meningkatkan pengeluaran panas atau kehidupan. Hasil penelitian ini didukung
proses evaporasi. Selain itu, ada juga berdasarkan data dimana rata – rata usia
peningkatan proses konveksi yang responden masih dibawah satu minggu.
ditunjukan dengan terpaparnya responden Saturasi oksigen didefinisikan
oleh pintu yang terbuka atau jarak sebagai prosentase jumlah hemoglobin
pendingin ruangan yang berdekatan. yang teroksigenasi dalam darah, sekitar
Hasil penelitian juga menunjukan 97% oksigen yang ditransportasikan ke
adanya peningkatan suhu sebesar 0,50C dalam aliran darah berkaitan dengan
pada rerata suhu responden setelah hemoglobin di dalam sel darah merah dan
pemberian nesting. Hasil penelitian 3% lainnya larut dalam plasma.
menunjukan rerata suhu tubuh responden Hemoglobin yang mengikat jumlah
setelah penggunaan nesting yaitu 36,80C. maksimum oksigen dalam setiap
Hal ini menandakan responden berada molekulnya disebut kondisi tersaturasi
dalam kisaran suhu tubuh yang normal. (Hockenberry & Wilson, 2007).
Penggunaan nesting selama 30 menit Sedangkan rerata saturasi oksigen
mampu meningkatkan suhu tubuh responden setelah penggunaan nesting yaitu
responden meskipun tidak terlalu sebesar 95 %. Artinya terdapat peningkatan
signifikan. Peneliti berpendapat karena sebesar 3 %. Kondisi ini menunjukan kadar
dengan menggunakan nesting mampu oksigen yang tinggi didalam darah. Peneliti
memfasilitasi responden untuk kembali berpendapat hal ini dikarenakan rerata
pada posisi fleksi. Posisi ini meningkatkan responden masih berusia sangat muda
kemampuan responden untuk (kurang dari satu minggu), sehingga
mempertahankan posisi fleksi seperti akumulasi hemoglobin yang tinggi menjadi
adduksi bahu dan siku, pinggul dan lutut kunci masih tingginya saturasi oksigen.
fleksi dan kepala berada digaris tengah. Faktor lainnya adalah intake nutrisi yang
Bayi juga lebih mudah dalam menggerakan didapatkan oleh responden seperti ASI
anggota gerak atas ke mulut atau gerakan maupun PASI bisa meningkatkan kadar
tangan. Nesting berguna untuk menopang hemoglobin sehingga pada akhirnya bisa
tubuh bayi dan juga memberikan tempat meningkatkan saturasi oksigen. Intake
yang nyaman. Hal ini juga didukung oleh nutrisi yang baik tentu saja dipengaruhi
Wong et all (2009), yang menjelaskan oleh lingkungan yang nyaman dimana salah
bahwa melalui posisi fleksi, bayi difasilitasi satunya didukung oleh penggunaan nesting.
untuk meningkatkan aktivitas tangan ke Hal ini didukung oleh penelitian Comaru
mulut dan tangan menggenggam. Kondisi dan Miura (2009), dikatakan bahwa
tersebut secara tidak langsung dapat penggunaan nesting mampu menurunkan
meningkatkan aktivitas gerakan otot yang stres pada bayi prematur sehingga
berbanding lurus juga dengan peningkatan menurunkan metabolisme tubuh dan
berdampak pada peningkatan saturasi

22
oksigen. Meskipun demikian, kisaran normalnya rerata frekuensi nadi responden
normal saturasi oksigen pada neonatus meskipun ada sedikit peningkatan.
perlu dipelihara pada kisaran 90 – 92 %
(Merenstein & Gardner, 2002). Dalam 2. Pengaruh Nesting Terhadap
penelitian ini bisa disimpulkan terjadinya Perubahan Suhu Tubuh BBLR
peningkatan saturasi oksigen dipengaruhi
oleh menurunnya aktivitas metabolisme Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan
karena rasa nyaman dari penggunaan suhu tubuh BBLR sebelum dan sesudah
nesting serta masih adanya sisa fase penggunaan nesting. Artinya adanya
akumulasi hemoglobin sampai dengan pengaruh nesting terhadap perubahan suhu
adanya pemberian intake nutrisi yang tubuh BBLR. Hasil penelitian menunjukan
didapat oleh responden. terjadi peningkatan suhu 0,50C pada BBLR
Hasil penelitian menunjukan rerata setelah 30 menit penggunaan nesting. Hasil
frekuensi nadi sebelum penggunaan nesting penelitian juga menunjukan rerata suhu
yaitu 130x/menit. Batasan normal frekuensi tubuh 36,80C setelah penggunaan nesting
nadi pada neonatus adalah 120 – 160 dari sebelumnya hanya 36,30C. Hasil ini
x/menit (Merenstein & Gardner, 2002). menunjukan bahwa penggunaan nesting
Kondisi ini menggambarkan frekuensi nadi efektif untuk meningkatkan suhu tubuh
responden berada dalam batasan normal. BBLR berada dalam kisaran suhu tubuh
Hal ini dikarenakan rerata suhu tubuh normal yaitu 36,50C – 37,20C. Hasil
responden mengalami hipotermi. Kondisi penelitian ini didukung oleh penelitian
ini mengakibatkan tubuh merespon dengan Poulose (2015), dalam penelitiannya yang
meningkatkan kerja jantung untuk dilakukan pada 60 responden yang terbagi
meningkatkan metabolisme sel serta menjadi 30 responden kasus dan 30
kebutuhan oksigen. Adanya peningkatan responden kontrol. Hasil penelitiannya
kontraktilitis jantung berbanding lurus membuktikan bahwa BBLR yang diberikan
dengan peningkatan frekuensi nadi. nesting selama 9 jam per hari selama 5 hari
Sedangkan setelah penggunaan menunjukan bahwa postur, kenyamanan
nesting, rerata frekuensi nadi responden dan parameter fisiologi (suhu aksila, nadi
menjadi 143 x/menit. Artinya terdapat dan respirasi) menunjukan nilai yang
peningkatan rerata frekuensi nadi pada signifikan yaitu t = 12,64 yang berarti
responden. Kondisi ini menunjukan bahwa studi membuktikan nesting pada
frekuensi nadi responden masih berada BBLR efektif dalam memperbaiki
dalam kisaran normal. Berdasarkan hasil pertumbuhan, mununjukan kenyamanan
observasi peneliti, adanya peningkatan serta menstabilkan parameter fisiologis
frekuensi nadi pada kelompok ini satu seperti suhu, nadi dan pernapasan BBLR.
diantaranya karena masih tingginya stressor Adanya pengaruh nesting terhadap
lingkungan seperti kebisingan ruangan, suhu tubuh BBLR berdasarkan asumsi
beberapa prosedur medis dan tindakan peneliti karena nesting mampu memberikan
keperawatan. Hasil analisis ini, tidak kenyamanan pada bayi. Saat diberikan
menutup kemungkinan kondisi ini menjadi nesting, bayi BBLR mampu melakukan
sumber stres yang dapat meningkatkan posisi fleksi. Hal ini dijelaskan oleh Wong
saraf simpatis sehingga meningkatkan et al (2009), dimana posisi ini mendukung
kontraktilitas jantung. Kondisi ini dapat regulasi diri dan meningkatkan aktivitas
meningkatkan frekuensi nadi responden. tangan ke mulut dan tangan menggenggam.
Meskipun demikian, penggunaan nesting Dalam Bobak, lowdemik dan Jensen
pada responden, mampu meminimalkan (2005), diduga posisi fleksi pada bayi baru
stressor akibat kondisi yang disebutkan lahir berfungsi sebagai sistem pengaman
diatas. Hal ini terbukti dengan masih untuk mencegah kehilangan panas karena
sikap ini mengurangi pemajanan permukaan

23
tubuh pada suhu lingkungan. Berdasarkan (2017), menjelaskan bahwa ada pengaruh
penjelasan dari beberapa sumber, penulis yang bermakna nesting terhadap saturasi
menyimpulkan bahwa penggunaan nesting oksigen dengan p value = 0,000. Hasil
efektif untuk membuat bayi bersikap fleksi penelitian serupa juga dilakukan oleh
yang pada akhirnya bisa meningkatkan Bayuningsih (2011), menjelaskan bahwa
kenyamanan serta meminimalkan terdapat perbedaan bermakna saturasi
kehilangan panas akibat keterpaparan oksigen sebelum dan sesudah penggunaan
dengan suhu lingkungan luar. nesting pada bayi prematur dengan p value
= 0,001. Berdasarkan beberapa hasil
3. Pengaruh Nesting Terhadap penelitian sejenis, penulis menyimpulkan
Perubahan Saturasi Oksigen BBLR bahwa terdapat pengaruh nesting terhadap
perubahan saturasi oksigen pada bayi
Hasil penelitian menunjukan ada BBLR. Adanya peningkatan saturasi
perbedaan saturasi oksigen BBLR sebelum oksigen pada BBLR dikarenakan saat
dan sesudah penggunaan nesting. Artinya penggunaan nesting, bayi dalam keadaan
adanya pengaruh nesting terhadap nyaman karena bersikap fleksi sehingga
perubahan saturasi oksigen BBLR. Hasil mengurangsi stres dan menurunkan
penelitian menunjukan terjadi peningkatan metabolisme. Hal ini didukung oleh Nair,
saturasi oksigen pada BBLR setelah 30 Gipta & Jatana (2003), menjelaskan bahwa
menit penggunaan nesting. Hasil penelitian posisi terbaik pada bayi prematur adalah
juga menunjukan rerata saturasi oksigen melakukan posisi fleksi karena akan
95% setelah penggunaan nesting dari menurunkan metabolisme dalam tubuh bayi
sebelumnya hanya 92%. Hasil ini sehingga meningkatkan saturasi oksigen.
menunjukan bahwa penggunaan nesting
efektif untuk meningkatkan saturasi 4. Pengaruh Nesting Terhadap
oksigen. Mesipun ada peningkatan, namun Perubahan Frekuensi Nadi BBLR
saturasi oksigen pada bayi baru lahir perlu
dipertahankan pada kisaran 90 – 92 %. Hasil penelitian menunjukan ada
Peneliti berasumsi adanya perbedaan frekuensi nadi BBLR sebelum
peningkatan saturasi oksigen pada kasus ini dan sesudah penggunaan nesting. Artinya
karena usia bayi yang relatif muda dibawah adanya pengaruh nesting terhadap
satu bulan berhubungan dengan masih perubahan frekuensi nadi BBLR. Hasil
adanya sisa fase akumulasi hemoglobin penelitian menunjukan terjadi peningkatan
sampai dengan adanya pemberian intake frekuensi nadi pada BBLR setelah 30 menit
nutrisi yang didapat oleh responden. Selain penggunaan nesting. Hasil penelitian juga
itu, faktor kenyamanan yang dialami bayi menunjukan rerata frekuensi nadi 143
mampu menurunkan metabolisme tubuh x/menit setelah penggunaan nesting dari
yang pada akhirnya bisa meningkatkan sebelumnya hanya 130 x/menit. Hasil
saturasi oksigen. Hemoglobin berperan penelitian menunjukan adanya peningkatan
dalam mengikat oksigen dalam setiap frekuensi nadi setelah penggunaan nesting.
molekulnya. Oleh sebab itu, bila kadar Meskipun ada peningkatan, namun rerata
hemoglobin dalam darah kurang akan frekuensi nadi masih dalam batasan normal.
mempengaruhi saturasi oksigen dalam Batasan normal frekuensi nadi pada
tubuh. neonatus adalah 120 – 160 x/menit
Hasil penelitian ini didukung oleh (Merenstein & Gardner, 2002).
Zen (2017), menjelaskan bahwa ada Berdasarkan hasil observasi peneliti,
pengaruh nesting terhadap peningkatan meskipun bayi mendapatkan nesting namun
saturasi oksigen pada bayi prematur dengan disekitar lingkungan bayi masih ada
p value = 0,000. Hasil penelitian lainnya stimulus yang menjadi stresor sepertihalnya
oleh Rahmawaty, Prawesti & Fatimah kebisingan ruangan, beberapa prosedur

24
medis dan tindakan keperawatan. Hasil 3. Terdapat perbedaan saturasi oksigen
analisis ini, tidak menutup kemungkinan BBLR sebelum dan sesudah
kondisi ini menjadi sumber stres yang dapat penggunaan nesting dengan p value =
meningkatkan saraf simpatis sehingga 0,000, atau dengan kata lain terdapat
meningkatkan kontraktilitas jantung pengaruh penggunaan nesting terhadap
sehingga frekuensi nadipun akan saturasi oksigen BBLR
meningkat. Meskipun demikian, secara 4. Terdapat perbedaan frekuensi nadi
statistik hasil penelitian membuktikan BBLR sebelum dan sesudah
bahwa ada pengaruh nesting terhadap penggunaan nesting dengan p value =
frekunesi nadi BBLR dengan p value = 0,000, atau dengan kata lain terdapat
0,000 . Hasil penelitian ini bertolak pengaruh penggunaan nesting terhadap
belakang dengan penelitian Zen (2017) dan frekuensi nadi BBLR
Bayuningsih (2011), menjelaskan bahwa
tidak ada pengaruh nesting terhadap Saran
frekunesi nadi BBLR dengan masing –
masing p value = 0,601 dan 0,087. Adanya 1. Disarankan bagi pihak RSD Gunung Jati
perbedaan hasil dengan penelitian kota Cirebon, khususnya ruangan
sebelumnya, penulis berasumsi karena hal perinatologi untuk membuat SOP
ini dipengaruhi oleh jumlah responden tentang penggunaan nesting dengan
serta karakteristik dari responden. Pada memasukan pertimbangan hasil
penelitian sebelumnya jumlah responden penelitian sejenis serta memberikan
lebih sedikit dibandingkan dengan hasil kesempatan bagi perawat untuk
penelitian peneliti, sehingga peneliti mengikuti kegiatan pelatihan
berpendapat jumlah responden yang lebih developmental care untuk meningkatkan
besar maka hasil penelitianpun juga akan pengetahuan dan keterampilan perawat
lebih representatif. Perbedaan lainnya dalam menangani masalah keperawatan
dimana pada penelitian sebelumnya tidak bayi dengan BBLR maupun prematur.
mempertimbangkan berat badan responden 2. Disarankan bagi perawat yang sudah
sedangkan pada penelitian ini berat badan terlatih, untuk melanjutkan penggunaan
menjadi salah satu kriteria inklusi. nesting diruangan agar pemulihan dan
Berdasarkan adanya beberapa perbedaan kestabilan tanda vital bayi BBLR bisa
diatas, bisa menjadi jawaban dari perbedaan dilaksanakan dengan tepat dan cepat
dengan hasil penelitian sebelumnya. Oleh 3. Disarankan bagi peneliti selanjutnya
karenanya, penelitian lanjutan diharapkan untuk menggali variabel lain seperti
bisa melakukan homogenitas terhadap pengaruh nesting terhadap perubahan
kriteria sampel yang akan diteliti berat badan, reflek sucking dan hormon
selanjutnya. kortisol dengan menggunakan desain
penelitian dan uji yang berbeda serta
Simpulan menggunakan jumlah sampel yang lebih
banyak.
1. Rerata suhu tubuh, saturasi oksigen dan
frekuensi nadi BBLR ada peningkatan Daftar Pustaka
setelah penggunaan nesting
2. Terdapat perbedaan suhu tubuh BBLR Altimier, L. (2011). Mother and Child
sebelum dan sesudah penggunaan Integrative Developmental Care
nesting dengan p value = 0,000, atau Model: A Simple Approach to a
dengan kata lain terdapat pengaruh Complex Population. Newborn &
penggunaan nesting terhadap suhu Infant, Nursing Review, 11 (3),105-
tubuh BBLR 108.

25
Bayuningsih, R. (2011). Efektifitas Mitchell, Gemma L, et al. (2012). Parental
penggunaan nesting dan posisi prone influences on children’s eating
pada bayi premature terhadap saturas behaviour and characteristics of
ioksigen dan frekuensi nadi di Rumah successful parent-focussed
Sakit Umum Daerah Kota Bekasi. interventions. Appetite 60 (85-94).
Tesis. Tidak Dipublikasikan. Depok : Nair, Gupta, G., & Jatana. (2003). NICU
Universitas Indonesia. Environment : Can we be ignorant.
Berman, A., Snyder, S., & Kozier B. MJAFI, 93-95
(2009). Praktik keperawatan klinis. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Terjemahan. Jakarta: EGC Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT.
Bobak ; Lowdermilk ; Jensen. (2005). Buku Rineka Cipta.
Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Perinasia. (2003). Perawatan bayi berat
Jakarta : EGC lahir rendah dengan metode kanguru.
Comaru, T., & Miura, E. (2009). Posture Jakarta : Perinasia.
support improves distress and pain Poulose, R., Babu, M., & Rastogi, S.
during diaper change in preterm infant. (2015). Effect of nesting on posture
Journal of perinatology, 504-507 discomfort and physiological parameter
Deswita. (2010). Pengaruh perawatan of low birth weight infants. IOSR
metode kangruru terhadap respon Journal of nursing and health science,
fisiologis bayi premature dan 46 – 50
kepercayaan diri ibu dalam merawat Rahmawaty, S; Prawesty,A; Fatimah, S.
bayi di dua rumah sakit di Jakarta, (2017). Pengaruh nesting terhadap
diunduh pada tanggal 10 Juli 2018 dari saturasi oksigen dan berat badan pada
www.lib.ui.ac.id. bayi prematur di ruang perinatologi
Gibbins, S., Hoath, SB., Couglin, M., RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.
Gibbins A., & Franck L. (2008). The Jurnal Keperawatan Aisyiyah.4 (2): 1-
universe of develompmental care: A 8
new conceptua; mode for application Sloan, N.L., et al. (2008). Community-
in the neonatal intensive care unit. based kangaroo mother care to prevent
Advance in Neonatal Care. 8(3).141- neonatal and infant mortality: A
147. randomized controlled cluster trial.
Hockenberry, M.J, & Wilson, D. (2007). Pediatrics, 121(5), 1047-1059
Wong’s : Nursing Care of Infants and Syahreni, E.(2010). Tesis : Pengaturan
Children. St : Louis : Mosby pengaruh stimulus sensoris terhadap
Hockenberry, MJ.,& Wilson, D. (2009). respon fisiologis dan perilaku BBLR di
Wong’s essential of pediatric nursing. RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo.
8th Edition. St. Louis. Mosby. Inc. Tidak dipublikasikan.Depok :
Mac Gregor, J.(2008). Introduction to the Universitas Indonesia
antomy and physiology of children: A Wilkinson, J.M dan Green, C.J. (2012).
guide for students of nursing, child Rencana Asuhan Keperawatan. Alih
care and health. 2nd Edition. New Bahasa: Monica,dkk. Jakarta: EGC.
York: Routledge. Zen, Nurbaeti Dini. (2017). Pengaruh
Merrenstein, G.B., & Gardner, S.L. (2002). nesting terhadap perubahan fisiologis
Handbook of neonatal intensive care. dan perilaku bayi prematur di
Missouri : Mosby, Inc. perinatologi Rumah Sakit Umum
Miller, S.S., Lee, H.C., & Gould,J.B. Daerah Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan
(2011). Hypotermia in very low birth Bakti Tunas Husada. Volume 17 (2).
weigh infant: distribution,risk factors
and outcomes. J Perinatol.

26

Anda mungkin juga menyukai