Anda di halaman 1dari 15

ANALISA JURNAL

PENERAPAN EVIDENCE BASE NURSING INTERMITTENT FEEDING


UNTUK MENURUNKAN VOLUME RESIDU LAMBUNG PASIEN KRITIS

DI SUSUN OLEH : WINDY ERMAYA (11222045)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN (STIKes) PERTAMEDIKA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayat-Nya penulisan dan penyusunan Tugas yang berjudul “Analisa Jurnal”
sebagai tugas Keperawatan Kritis Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Pertamedika.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada:

1. Bapak Ns. Achirman, S.Kep., M.Kep selaku Dosen mata ajar Keperawatan Kritis
yang telah membimbing dalam menyelesaikan tugas ini.

2. Teman-teman yang sudah bersedia membantu.


3. Dan semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Tugas ini penulis harapkan dapat menambah pengetahuan tentang analisa jurnal.
Penulis menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak kekurangan di banyak 
bagian, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik supaya penulis dapat
memperbaikinya.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................1

KATA PENGATAR.........................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

BAB II ANALISA JURNAL

A.Jurnal Utama.................................................................................................6

B.Jurnal Pembanding....... ................................................................................8

C.Analisa PICO (Analisa Jurnal Utama)..........................................................10

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan.......................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

Nutrisi merupakan bagian penting dari manajemen pasien kritis ((Nasiri et al.,
2017). Pemberian nutrisi pada pasien kritis bertujuan untuk mencegah dan mengatasi
gangguan nutrisi, memberikan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, mencegah
terjadinya komplikasi, meningkatkan outcome pasien kritis, menurunkan angka
morbiditas, mortalitas dan mendorong proses penyembuhan (Khalimah, Putrono &
Rafiyanto, 2018) Pemenuhan kebutuhan nutrisi idelanya dilakukan secara oral. Namun,
pada pasien kritis dengan kondisi tubuh yang lemah, bedrest dan kegagalan multi organ,
pemenuhan nutrisi secara oral tidak dapat dilakukan sehingga pemberian nutrisi diganti
secara enteral melalui selang nasogastrik. Menurut Simandibrata (2013), berbagai
penelitian menyatakan bahwa nutrisi enteral merupakan nutrisi utama yang berperan
penting dalam perbaikan status nutrisi pasien kritis. Pemberian nutrisi secara enteral
mampu mempertahankan fungsi pencernaan, sebagai respon metabolik pada trauma,
sebagai imunologik dengan mencegah organisme dalam tubuh menyerang tubuh dan
mengurangi resiko terjadinya sepsis (Potter & Perry, 2005). Pemberian nutrisi enteral
bukan tanpa resiko. Ketidaktepatan dalam pemberian nutrisi enteral dapat menimbulkan
komplikasi seperti tingginya volume residu lambung, retensi lambung, diare, nausea dan
muntah (Nasiri et al., 2017). Residu lambung yang tinggi selama pemberian nutrisi
enteral meningkatkan resiko aspirasi paru yang merupakan komplikasi paling parah dari
pemberian nutrisi enteral (Bureau of quality improvement service, 2015). Tingginya
volume residu lambung kemungkinan disebabkan oleh penundaan pengosongan lambung,
posisi berbaring pasien selama pemberian nutrisi, peningkatan kecepatan pemberian
nutrisi, besarnya volume nutrisi yang diberikan dan konsentrasi makanan cair (Asosiasi
Dietisen Indonesia Cabang Bandung, 2005). Intermittent feeding merupakan salah satu
metode pemberian nutrisi enteral yang dilakukan dengan menggunakan pompa
elektronik. Volume makanan yang diberikan berkisar antara 240-720 cc selama 20- 60
menit dan dapat diberikan 4 sampai 6 kali sehari (Brantley dan Mills, 2012). Keuntungan

4
metode ini adalah kesiapan lambung dalam menerima nutrisi enteral karena diberikan
secara bertahap, lambung yang tidak terisi penuh lebih dapat mencerna makanan dengan
baik dan pengosongan lambung akan lebih cepat sehingga mengurangi volume residu
lambung serta resiko terjadinya aspirasi paru.

Hal ini tentu akan lebih berpengaruh pada pasien kritis yang baru teratasi fase
kritisnya dan sejalan dengan salah satu tujuan pemberian nutrisi pada pasien kritis yaitu
mencegah komplikasi yang timbul sehubungan dengan ketidaktepatan dalam pemberian
nutrisi enteral (Aguilera-Martínez, Rosaa. RN et al., 2011) Berdasarkan analisis situasi
yang telah dilakukan di ruang ICU RSUP dr. Tirtonegoro Klaten dari tanggal 25-30
November 2019, setiap hari terdapat pasien yang pemenuhan nutrisinya dilakukan secara
enteral. Jumlah pasien yang mendapat nutrisi enteral via nasogastrik adalah 7 pasien.
Berdasarkan pengamatan jumlah residu lambung yang dilakukan pada 4 dari 7 pasien
pada pukul 07.00 WIB, terdapat volume residu lambung yang terdiri dari air, sisa
makanan dan cairan lambung berjumlah ± 1-10 cc. menerima nutrisi enteral via
nasogastrik dari bulan November sampai Desember 2019. Populasi dalam evidence base
nursing ini adalah pasien kritis yang menerima nutrisi enteral via nasogatrik. Sampel
yang diperoleh berjumlah 7 pasien kritis. Krieria inklusi yang ditetapkan meliputi pasien
yang menerima nutrisi enteral via nasogastrik, tidak puasa, dan tidak dilakukan evaluasi
cairan lambung. Kriteria eksklusi meliputi pasien yang mendapat obat golongan
prokinetik (seperti: domperidon, cisapride), pasien dengan perdarahan gastrointestinal/
stress ulcer dan distensi abdomen serta pasien yang pindah bangsal/meninggal sebelum
intervensi selesai dilakukan. Intermittent feeding dilakukan dengan memberikan diit
makanan cair sejumlah 200 cc selama 1 jam menggunakan alat syringe pump untuk
mengatur kecepatan pemberian nutrisi. Intervensi dilakukan selama satu hari sebanyak 5
kali sesuai jam makan yang ditetapkan oleh rumah sakit yaitu pukul 07.00 WIB, 10.00
WIB, 14.00 WIB, 17.00 WIB dan 21.00 WIB. Sebelum dan setelah pemberian nutrisi,
dilakukan aspirasi cairan lambung untuk mengetahui volume residu lambung dan
kemudian dicatat dalam lembar observasi volume residu lambung. Instrumen yang
digunakan dalam penerapan evidence base nursing ini meliputi selang nasogastrik,
syringe pump, spuit 50 cc, diit nutrisi enteral dan lembar observasi volume residu

5
lambung. Data selanjutnya dianalisis dengan distribusi frekuensi yang disajikan alam
bentuk tabel.

BAB II

ANALISA JURNAL

A. Jurnal Utama
1. Judul Jurnal
Penerapan evidence base nursing intermittent feeding untuk menurunkan volume
residu lambung pasien kritis.
2. Peneliti
Army Reza Mutia, Beti Kristinawati, Nur Widayati
3. Desain Penelitian
Sumber evidence base nursing ini diperoleh dari 10 jurnal internasional dan
nasional yang diakses menggunakan mesin pencari google scholar, PubMed,
Springer Science dan ResearchGate, dan Penelitian ini menggunakan metode
quasi eksperimen dengan pendekatan one group pretest-posttest 
4. Populasi, Sample, Teknik Sampling
Penerapan evidence base nursing ini dilakukan di Ruang ICU RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten kepada 7 pasien yang Penerapan evidence base nursing ini
dilakukan di Ruang ICU RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten kepada 7 pasien
yang (71,4%) dan diit susu paling banyak entramix yaitu 3 orang(42,8%).
5. Instrumen Penelitian
diit makanan cair berupa susu bubuk yang dilarutkan dalam 200 cc air hangat.
Susu bubuk yang diberikan tergantung pada diit pasien yang ditetapkan oleh ahli
gizi. Pada hasil penerapan, paling banyak pasien menerima diit susu entramix
yaitu makanan cair dengan nutrisi lengkap sebagai pengganti utama dengan
nutrisi yang seimbang.

6
6. Uji Statistik 
Hasil Volume Residu Lambung pada Pasien di Ruang ICU RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten
Volume residu lambung (cc)
Volume residu lambung Pretest Posttest
Volume rerata 10,8 0,7
Volume minimum 5 0
Volume maximum 20 5

Pretest Posttest Volume rerata 10,8 0,7 Volume minimum 5 0 Volume maximum 20 5
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan volume residu
lambung pada semua pasien (7 pasien). Pada jam 07.00 WIB, sebelum pemberian
intermittent feeding dilakukan, volume residu lambung paling banyak yaitu berjumlah
20 cc dan setelah diberikan nutrisi enteral secara intermittent feeding volume residu
lambung paling banyak adalah 5 cc.

7
B. Jurnal Pembanding
1. Judul Jurnal
Efektifitas pemberian nutrisi enteral antara metode intermittent feeding dengan
gravity drip terhadap volume residu lambung pada pasien kritis di ruangan icu aulia
hospital pekanbaru.
2. Peneliti
Rennita Hutagaol , Nizar Syarif Hamidi
3. Desain Penelitian
Desain penelitian ini eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan design penelitian
post test without control.
4. Populasi Sample
Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling yaitu suatu metode
pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih semua individu yang ditemui dan
memenuhi kriteria inklusi dan dilakukan 2 jenis intervensi pada satu responden yaitu
intermittent feeding pada hari pertama dan ketiga dan gravity drip pada hari kedua
dan keempat secara bergantian, akan tetapi nilai residu yang akan dibandingkan
hanya pada hari ketiga intermittent feeding dan hari keempat gravity drip saat jumlah
nutrisi yang diberikan jumlahnya sama.
5. Instrument Penelitian
Instrumenpenelitian menggunakan lembar observasi dan SOP pemberian nutrisi
enteral. Sebelum dan sesudah pemberian intervensi dilakukan pengamatan
volume residu lambung dari masing-masing intervensi. Pengamatan ini dilakukan
untuk melihat efektifitas pemberian nutrisi enteral antara metode intermittent
feedingdengan gravitaty drip terhadap residu lambung pasien kritis diruangan ICU
Aulia Hospital.
6. Uji Statistik

8
Dengan adanya rencana penelitian yang akan dilakukan, jika ternyata metode
intermittent feeding lebih efektif dari pada gravity drip terhadap volume residu
lambung pada pasien kritis maka peneliti ingin mengajukan suatu pembaharuan SPO
dan kebijakan pemberian nutrisi enteral di ruangan ICU Aulia Hospital Pekanbaru
menggunakan metode intermittent feeding yang besar manfaatnya bagi kesembuhan
pasien maupun kemajuan rumah sakit.
7. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 responden setelah dilakukan
intervensi pemberian nutrisi enteral metode intermittent feeding, residu lambung post
intervensi berada pada rentang 0-50 ml sebanyak 29 responden dengan persentase
96,7%, sedangkan responden dengan jumlah volume residu >50 ml sebanyak 1 orang
dengan persentase 3,3%, maka dapat disimpulkan pada metode intemittent feeding,
jumlah volume residu lambung berada di rentang 0-50 ml yaitu sebanyak 29
responden, (96.7%) dengan mean 16.02 dan SD 12.593.

C. Analisa PICO (analisa Jurnal Utama)

1. Problem
Pemberian Nutrisi enteral (EN) pada pasien kritis di ruangan ICU dapat
diberikan dengan metode intermittent feedingdan gravity drip. Metode Intermitent
feeding diberikan secara bertahap 20-60 menit setiap 3-6 jam denganmenggunakan
pompa elektronik. Metode gravity drip diberikan secara gravitasi bumi dengan
menggunakan chateter tip selama periode 4-10 menit. Tujuan penelitian ini adalah
untuk membandingkan kedua metode ini yang mana yang lebih efektif terhadap
volume residu lambung pada pasien kritis. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
dengan design penelitian Quasi eksperimen dengan post test only control group
design. Penelitian dilakukan di Ruangan ICU Aulia Hospital Pekanbaru selama 20
hari pada tanggal 16 Maret sampai dengan 4 April 2019. Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara Consecutive sampling.Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 30 responden dan setiap 1 responden dilakukan 2 intervensi yang
diobservasi selama 4 hari dan hasil volume residu lambung di catat dalam lembar
observasi, tetapi volume residu lambung yang di bandingkan adalah residu hari ketiga

9
dan hari ke empat. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariate
dengan uji paired sampel T test dependent. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai rata-
rata metode intermittent feedingberjumlah 16,02 ml, minimum 0 dan maximum 61
dan jumlah rata-rata metode gravity drip adalah 171,13 ml, min 50 dan max
485 dengan (p= 0.000). Secara signifikan terdapat perbedaan antara metode
intermittent feedingdengan gravity drip. Metode intermittent feedinglebih efektif dari
pada gravity dripterhadap volume residu lambung pada pasien kritis di ruangan ICU
Aulia Hospital Pekanbaru, dan diharapkan kepada petugas kesehatan diruangan
ICU Aulia Hospital sebaiknyamulai menerapkan metode intermittent feeding pada
pasien ICU.
2. Intervention
Metode pemberian nutrisi enteral ada berbagai cara, antara lain continuous,
cyclic, intermittent feeding, dangravity drip. Metode continuous feeding adalah
tehnik pemberian nutrisi secara terus menerus selama 24 jam dengan
menggunakan feeding pump, metode cyclicadalah tehnik pemberian nutrisi enteral
kurang dari 24 jam dengan menggunakan feeding pump, metodeintermittent
feedingadalah tehnik pemberian nutrisi selama 20-60 menit setiap 4-6 jam dengan
atau tanpa menggunakan feeding pump dalam pemberian nutrisi 50–250 ml,
sedangkan pemberian nutrisi metode gravity drip/bolus adalah tehnik pemberian
nutrisi enteral dengan menggunakan syringe/kateter tip 50 ml selama 4-10 menit
dalam pemberian nutrisi50–250 ml(Ichimaru, 2014). Pemberian nutrisi enteral pada
pasien kritis di ICU Aulia Hospital masih menggunakan metode lama yaitu
dengan metode gravity dripyaitu sebuah cara pemberian nutrisi enteral dengan
menggunakankatetertip 50 ml sesuai dengan pemberian yang ditetapkan dengan
bantuan gravitasi (Munawarah, 2012), metode ini memang sangat tergolong
murah karena alat yang digunakannya cukup sederhana, hanya membutuhkan
gelas ukur, kateter tip dan selang NGT tetapi dampaknya, pengosongan
lambung menjadi lebih lama karena waktu pemberian yang terlalu cepat
sehingga penundaan nutrisi berikutnya sering terjadi sebagai akibat volume
residu lambung yang masih banyak sehingga hari rawat menjadi panjang,
sebagai contoh: pasien dengan diagnosa stroke hemoragic seharusnya memerlukan

10
perawatan intensif hanya maksimal 5 hari bisa menjadi 6-10 hari, pasien dengan
stroke infark dari 3 hari menjadi 5-7 hari, pasien dengan gangguan sistem
endokrin dari 2-3 hari menjadi 7-9 hari pasien dengan edema paru, dari 3
harimenjadi 6-7 hari, post craniotomy dari 3 hari menjadi 1 minggu dan pasien
dengan sepsis dari 7 hari menjadi 20 hari.

3. Comparison
a. Judul
Efektifitas pemberian nutrisi enteral metode intermittent feeding dan gravity drip
terhadap volume residu lambung pada pasien kritis di ruang icu rsud kebumen
b. Peneliti
Sri Wisnu Munawaroh, Handoyo, Diah Astutiningrum
c. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment dengan pendekatan postest only
control group design untuk mengetahui volume residu lambung pada pemberian
nutrisi enteral metode intermittent feeding dan gravity drip.
d. Populasi Sampel
Ruang ICU RSUD Kebumen yang terletak dalam satu ruangan dengan Ruang
ICCU merupakan jenis ICU primer, mempunyai kapasitas 8 bed yaitu 4 bed untuk
Ruang ICU dan 4 bed untuk Ruang ICCU. Jumlah pasien yang terpasang selang
nasogastrik dan mendapatkan nutrisi enteral pada tahun 2008 adalah 149 pasien.
e. Uji Statistik
Uji statistik yang digunakan adalah Independent ttest. Populasi penelitian ini
adalah semua pasien kritis yang dirawat di Ruang ICU RSUD Kebumen yang
terpasang selang nasogastrik dan mendapatkan program nutrisi enteral selama
penelitian berlangsung. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan tehnik accidental sampling.
f. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume residu lambung subyek sesudah
pemberian nutrisi enteral metode intermittent feeding adalah berkisar antara 0
sampai dengan 16 ml dengan rerata 2,47 ± 4,87 ml dan modusnya adalah 0 ml.

11
Pada pemberian nutrisi enteral metode intermittet feeding, cara pemberiannya
adalah secara bertahap sesuai dengan waktu jam makan.
4. Outcome
Volume residu lambung sesudah pemberian nutrisi pada pemberian nutrisi enteral
metode intermittent feeding lebih sedikit daripada volume residu lambung pada
pemberian nutrisi enteral metode gravity drip sehingga pemberian nutrisi enteral
metode intermittent feeding lebih efektif daripada metode gravity drip dengan nilai p
sebesar 0,045. Pemberian nutrisi enteral metode intermittent feeding terbukti lebih
efektif daripada metode gravity drip sehingga pemberian nutrisi enteral metode
intermittent feeding dapat menjadi pilihan dalam pemberian nutrisi enteral pada
pasien kritis

12
BAB III

KESIMPULAN

A. Simpulan

Berdasarkanhasil penelitian dan pembahasan tentang efektifitas pemberian nutrisi

enteral antara metode intermittent feeding dengan gravity drip pada pasien kritis

diruangan ICU Aulia Hospital Pekanbaru dapat disimpulkan Pemberian nutrisi enteral

metode intermittent feedinglebih efektif diberikan pada pasien kritis di ruangan ICU

Aulia Hospital Pekanbaru dari pada gravity drip.Pemberian nutrisi enteral metode gravity

dripkurang efektif diberikan pada pasien kritis diruangan ICU Aulia Hospital Pekanbaru

dibandingkan dengan Intermittent feeding.Volume residu lambung sesudah pemberian

nutrisi enteral metode intermittent feeding lebih sedikitdaripada volume residu lambung

sesudah pemberian nutrisi enteral metode gravity drippada pasien kritis diruangan ICU

Aulia Hospital Pekanbaru.Pemberian nutrisi enteral metode intermittent feeding lebih

efektifdaripada metode gravity drip pada pasien kritis diruangan ICU Aulia Hospital

Pekanbaru dengan nilai p=0,000.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini Cynthia. 2012.Asuhan Gizi nutritional care procses. Jokjakarta: Graha ilmu

Dahlan, M Sopyuddin.2011. Statistik untuk Kedokteran dan kesehatan. Jakarta.

Salemba Medika.Hasir Julia, dkk. 2014. Pengaruh pemberian nutrisi enteral intermittent
terhadap kadar gula darah sewaktu pada psien cedera otak pasca bedah. Yogyakarta.
Jurnal Ilmia Kesehatan Keperawatan. Volume 4 N0 1 januari 2014

Hardiansyah dan Nyoman. 2016. Ilmu Gizi (Teori dan Aplikasi). Jakarta. EGC

Hartono, Andry. 2011. Terapi Gizi dan Diet Rumah sakit. Jakarta: EGCHidayat,

A A Alimul. 2011. Metode penelitian Keperawatan dan teknik dan analisis data .
Jakarta :

Salemba Medika.Jauhari dan Nasution Nita. 2015. Nutrisi dan keperawatan. Yokyakarta:
Dua Satria Offset.

14
15

Anda mungkin juga menyukai