Anda di halaman 1dari 5

P-ISSN 1907 - 0357

Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 16, No.1, April 2020
E-ISSN 2655 – 2310

PENELITIAN
PENERAPAN EVIDENCE BASE NURSING INTERMITTENT
FEEDING UNTUK MENURUNKAN VOLUME RESIDU
LAMBUNG PASIEN KRITIS
Army Reza Mutias*, Beti Kristinawati*, Nur Widayati**
* Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta
**Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
◊Corresponding Outhor: j230195015@student.ums.ac.id
Pasien dalam kondisi kritis dengan kondisi tubuh yang lemah, bedrest dan kegagalan multiorgan mengalami
penurunan motilitas lambung yang menyebabkan proses pengosongan lambung terhambat sehingga terjadi
peningkatan volume residu lambung. Tujuan dari penerapan evidence base nursing ini adalah untuk
menurunkan volume residu lambung pada pasien kritis dengan pemberian interitttent feeding. Penerapan
evidence base nursing ini dilakukan pada 7 sampel yang dipilih dengan teknik purposive. Sampel yang
dipilih telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Intermittent feeding dilakukan selama satu hari sebanyak 5
kali sesuai jam makan rumah sakit dengan jumlah nutrisi yang diberikan adalah 200 cc selama 1 jam setiap
pemberian. Sebelum dan setelah pemberian intermittent feeding dilakukan aspirasi cairan lambung terlebih
dahulu untuk mengevaluasi volume cairan lambung. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi
volume residu lambung untuk mengetahui perubahan volume residu lambung sebelum dan setelah intervensi
dilakukan. Hasil evidence base nursing ini menunjukkan bahwa dari 7 pasien yang diberikan intermittent
feeding, semua pasien mengalami penurunan volume residu lambung. Intermittent feeding efektif
menurunkan volume residu lambung. Sehingga diharapkan dapat diterapkan pada pasien yang menerima
nutrisi enteral via nasogastrik dan beresiko mengalami penurunan motilitas lambung.

Kata kunci: Intermittent feeding, volume residu lambung, pasien kritis

LATAR BELAKANG pencernaan, sebagai respon metabolik pada


trauma, sebagai imunologik dengan
Nutrisi merupakan bagian penting dari mencegah organisme dalam tubuh
manajemen pasien kritis ((Nasiri et al., menyerang tubuh dan mengurangi resiko
2017). Pemberian nutrisi pada pasien kritis terjadinya sepsis (Potter & Perry, 2005).
bertujuan untuk mencegah dan mengatasi Pemberian nutrisi enteral bukan tanpa
gangguan nutrisi, memberikan nutrisi yang resiko. Ketidaktepatan dalam pemberian
sesuai dengan kebutuhan tubuh, mencegah nutrisi enteral dapat menimbulkan
terjadinya komplikasi, meningkatkan komplikasi seperti tingginya volume residu
outcome pasien kritis, menurunkan angka lambung, retensi lambung, diare, nausea dan
morbiditas, mortalitas dan mendorong muntah (Nasiri et al., 2017). Residu
proses penyembuhan (Khalimah, Putrono & lambung yang tinggi selama pemberian
Rafiyanto, 2018) nutrisi enteral meningkatkan resiko aspirasi
Pemenuhan kebutuhan nutrisi idelanya paru yang merupakan komplikasi paling
dilakukan secara oral. Namun, pada pasien parah dari pemberian nutrisi enteral (Bureau
kritis dengan kondisi tubuh yang lemah, of quality improvement service, 2015).
bedrest dan kegagalan multi organ, Tingginya volume residu lambung
pemenuhan nutrisi secara oral tidak dapat kemungkinan disebabkan oleh penundaan
dilakukan sehingga pemberian nutrisi pengosongan lambung, posisi berbaring
diganti secara enteral melalui selang pasien selama pemberian nutrisi,
nasogastrik. Menurut Simandibrata (2013), peningkatan kecepatan pemberian nutrisi,
berbagai penelitian menyatakan bahwa besarnya volume nutrisi yang diberikan dan
nutrisi enteral merupakan nutrisi utama yang konsentrasi makanan cair (Asosiasi Dietisen
berperan penting dalam perbaikan status Indonesia Cabang Bandung, 2005).
nutrisi pasien kritis. Pemberian nutrisi secara Intermittent feeding merupakan salah
enteral mampu mempertahankan fungsi satu metode pemberian nutrisi enteral yang

[46]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 16, No.1, April 2020
E-ISSN 2655 – 2310
dilakukan dengan menggunakan pompa menerima nutrisi enteral via nasogastrik dari
elektronik. Volume makanan yang diberikan bulan November sampai Desember 2019.
berkisar antara 240-720 cc selama 20- 60 Populasi dalam evidence base nursing
menit dan dapat diberikan 4 sampai 6 kali ini adalah pasien kritis yang menerima
sehari (Brantley dan Mills, 2012). nutrisi enteral via nasogatrik. Sampel yang
Keuntungan metode ini adalah kesiapan diperoleh berjumlah 7 pasien kritis. Krieria
lambung dalam menerima nutrisi enteral inklusi yang ditetapkan meliputi pasien yang
karena diberikan secara bertahap, lambung menerima nutrisi enteral via nasogastrik,
yang tidak terisi penuh lebih dapat mencerna tidak puasa, dan tidak dilakukan evaluasi
makanan dengan baik dan pengosongan cairan lambung. Kriteria eksklusi meliputi
lambung akan lebih cepat sehingga pasien yang mendapat obat golongan
mengurangi volume residu lambung serta prokinetik (seperti: domperidon, cisapride),
resiko terjadinya aspirasi paru. Hal ini tentu pasien dengan perdarahan gastrointestinal/
akan lebih berpengaruh pada pasien kritis stress ulcer dan distensi abdomen serta
yang baru teratasi fase kritisnya dan sejalan pasien yang pindah bangsal/meninggal
dengan salah satu tujuan pemberian nutrisi sebelum intervensi selesai dilakukan.
pada pasien kritis yaitu mencegah Intermittent feeding dilakukan dengan
komplikasi yang timbul sehubungan dengan memberikan diit makanan cair sejumlah 200
ketidaktepatan dalam pemberian nutrisi cc selama 1 jam menggunakan alat syringe
enteral (Aguilera-Martínez, Rosaa. RN et pump untuk mengatur kecepatan pemberian
al., 2011) nutrisi. Intervensi dilakukan selama satu hari
Berdasarkan analisis situasi yang telah sebanyak 5 kali sesuai jam makan yang
dilakukan di ruang ICU RSUP dr. ditetapkan oleh rumah sakit yaitu pukul
Tirtonegoro Klaten dari tanggal 25-30 07.00 WIB, 10.00 WIB, 14.00 WIB, 17.00
November 2019, setiap hari terdapat pasien WIB dan 21.00 WIB. Sebelum dan setelah
yang pemenuhan nutrisinya dilakukan secara pemberian nutrisi, dilakukan aspirasi cairan
enteral. Jumlah pasien yang mendapat lambung untuk mengetahui volume residu
nutrisi enteral via nasogastrik adalah 7 lambung dan kemudian dicatat dalam
pasien. Berdasarkan pengamatan jumlah lembar observasi volume residu lambung.
residu lambung yang dilakukan pada 4 dari Instrumen yang digunakan dalam
7 pasien pada pukul 07.00 WIB, terdapat penerapan evidence base nursing ini
volume residu lambung yang terdiri dari air, meliputi selang nasogastrik, syringe pump,
sisa makanan dan cairan lambung berjumlah spuit 50 cc, diit nutrisi enteral dan lembar
± 1-10 cc. observasi volume residu lambung. Data
selanjutnya dianalisis dengan distribusi
frekuensi yang disajikan alam bentuk tabel.
METODE

Sumber evidence base nursing ini HASIL


diperoleh dari 10 jurnal internasional dan
nasional yang diakses menggunakan mesin Karakeristik Responden
pencari google scholar, PubMed, Springer
Science dan ResearchGate dengan kata Berdasarkan hasil penerapan evidence
kunci intermittent feeding, gastric residual base nursing yang telah dilakukan, diperoleh
volume, nutrition enteral, intensive care jumlah responden sebanyak 7 pasien kritis
unit, critically ill patient, volume residu yang dirawat di ICU RSUP dr. Soeradji
lambung. Kemudian dipilih satu jurnal yang Tirtonegoro Klaten dimana paling banyak
digunakan sebagai jurnal rujukan dan jurnal yaitu 4 pasien (57,1%) berjenis kelamin
lainnya sebagai jurnal pendukung. perempuan, diagnosa medis paling banyak
Penerapan evidence base nursing ini adalah post op craniotomy (42,8%) dengan
dilakukan di Ruang ICU RSUP dr. Soeradji usia paling banyak > 60 tahun yaitu 5 orang
Tirtonegoro Klaten kepada 7 pasien yang

[47]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 16, No.1, April 2020
E-ISSN 2655 – 2310
(71,4%) dan diit susu paling banyak nasogastrik (Setianingsih., Rahayu, Y., &
entramix yaitu 3 orang(42,8%). Anna, A, 2016).
Pasien kritis pada penerapan evidance
Intermittent Feeding dan Volume Residu base nursing ini menerima diit makanan cair
Lambung berupa susu bubuk yang dilarutkan dalam
200 cc air hangat. Susu bubuk yang
Tabel 1: Hasil Volume Residu Lambung diberikan tergantung pada diit pasien yang
pada Pasien di Ruang ICU RSUP ditetapkan oleh ahli gizi. Pada hasil
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten penerapan, paling banyak pasien menerima
diit susu entramix yaitu makanan cair
Volume residu dengan nutrisi lengkap sebagai pengganti
Volume residu
lambung (cc) utama dengan nutrisi yang seimbang.
lambung
Pretest Posttest Osmolaritas entramix yang dilarutkan dalam
Volume rerata 10,8 0,7 200 cc air adalah 379 mOsm/L. Serum
Volume minimum 5 0 normal memiliki osmolaritas sekitar 300
Volume maximum 20 5 mOsm/Kg air. Osmolaritas berpengaruh
paling dominan terhadap volume residu
Berdasarkan tabel di atas, maka lambung karena proses pencernaan yang
diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan terjadi di lambung adalah proses digesti
volume residu lambung pada semua pasien yaitu proses pemecahan makan secara
(7 pasien). Pada jam 07.00 WIB, sebelum kimiawi maupun secara mekanis menjadi
pemberian intermittent feeding dilakukan, bagian-bagian yang lebih kecil. Proses
volume residu lambung paling banyak yaitu digesti akan lebih cepat apabila formula
berjumlah 20 cc dan setelah diberikan nutrisi makanan yang diberikan sudah dalam
enteral secara intermittent feeding volume bentuk partikel kecil dan tingkat osmolaritas
residu lambung paling banyak adalah 5 cc. yang lebih rendah (Setianingsih., Rahayu,
Y., & Anna, A, 2016).
Proses pengosongan lambung terjadi
PEMBAHASAN akibat adanya peristaltik yang kuat pada
antrum lambung kemudian diikuti oleh
Pada hasil penerapan evidance base kontraksi pylorus sehingga mendorong
nursing ini, paling banyak pasien berusia kembali isi antrum yang masih berbentuk
(>60 tahun), artinya pasien termasuk dalam padat ke korpus lambung. Gelombang
kategori usia lansia. Salah satu faktor yang berikutnya mendorong terus dan menekan
mempengaruhi pengosongan lambung sedikit lagi menuju duodenum. Pergerakan
adalah usia lansia. Pada lansia, terjadi maju atau mundur dari kandungan lambung
gangguan fungsi lambung akibat proses bertanggung jawab pada hampir semua
penuaan yang menyebabkan gangguan pada pencampuran yang terjadi di pada abdomen.
saraf-saraf yang mempersyarafi saluran Disaat bersamaan, makanan yang
pencernaan. Hal ini menyebabkan motilitas mengandung protein akan merangsang
lambung menurun sehingga terjadi diproduksinya hormon gastrin. Sekresi
keterlambatan pengosongan lambung hormon gastrin merangsang esophageal
(Munawaroh et al., 2012). Penatalaksaan sphincter bawah untuk berkontraksi,
pemberian nutrisi pada pasien lansia motilitas lambung meningkat, dan pyloric
dilakukan dengan pemberian makanan sphincter berelaksasi. Efek dari
bertahap sedikit demi sedikit dan pengosongan tersebut adalah pengosongan
meningkatkan asupan cairan dengan lambung (Potter, P & Perry, A, 2005).
pemberian diit makanan cair Lansia Penilaian volume residu lambung
memerlukan pemberian nutrisi enteral via masih merupakan penilaian paling umum
nasogastrik dengan kecepatan yang lebih untuk mengetahui pengosongaan lambung.
lambat agar menurunkan resiko diare akibat Volume residu lambung yang tinggi
komplikasi pemberian makan melalui selang meningkatkan resiko aspirasi pada pasien

[48]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 16, No.1, April 2020
E-ISSN 2655 – 2310
yang akan mengakibatkan komplikasi lain. KESIMPULAN
Pada prinsipnya semakin tinggi residu
lambung maka semakin besar resiko aspirasi Berdasarkan hasil penerapan evidence
lambung (Guo, 2015) base nursing yang telah dilakukan, dapat
Pada pemberian intermittet feeding disimpulkan bahwa pemberian intermittent
dilakukan secara bertahap yaitu 200 cc/jam feeding efektif untuk menurunkan volume
dengan jarak waktu pemberian nutrisi 3,5 residu lambung sehingga diharapkan dapat
jam sesuai dengan waktu jam makan. diterapkan pada pasien yang menerima
Pemberian volume nutrisi yang diberikan nutrisi enteral ia nasogastrik dan mengalami
secara bertahap meminimalkan distensi penurunan motilitas lambung.
lambung yang menyebabkan reflek
enterogastrik sehingga lebih
memaksimalkan motilitas lambung sehingga DAFTAR PUSTAKA
pengosongan lambung lebih cepat dan
menurunkan volume residu lambung (Paolo Aguilera-Martínez et al. (2011). Enteral
et al., 2019). Suhu makanan yang diberikan Feeding via Nasogastric Tube.
dalam keadaan hangat membuat pasien lebih Effectiveness of continuous versus
nyaman dan tidak menimbulkan keluhan intermittent administration for greater
mual dan muntah (Ulfa, M., Siswanto, Y., & tolerance in adult patients in Intensive
Yudanari, Y.G, 2015). Pemberian Care: A systematic review. JBI
intermittent feeding dilakukan dengan Library of Systematic Reviews,
syringe pump dengan kecepatan aliran 9(Supplement), 1–17.
makanan 200cc/jam sehingga membuat Asosiasi Dietisen Indonesia Cabang
lambung lebih siap menerima makanan yang Bandung. (2005). Panduan pemberian
diberikan secara perlahan. Penentuan jadwal nutrisi enteral. Jakarta: EGC.
dengan selang waktu 3,5 jam juga Asosiasi Dietisen Indonesia Cabang
mempengaruhi kecepatan pengosongan Bandung. (2005). Panduan pemberian
lambung, umumnya pengosongan lambung nutrisi enteral. Jakarta: EGC.
terjadi sebanding dengan akar kuadrat Bureau of quality improvement service.
makanan yang tertinggal dalam lambung. (2015). Health & Safety : Aspiration
Penelitian ini sejalan dengan Prevention Management of Gastric
penelitian (Khalimah, N., Putrono., & Residuals. Washington: BQIS.
Rafiyanto, 2018) yang dilakukan pada 4 Bureau of quality improvement service.
pasien kritis yang dirawat di Ruang ICU (2015). HEALTH & SAFETY :
bahwa dari 4 pasien pasien yang diberikan ASPIRATION PREVENTION
intermittent feeding, semuanya mengalami Management of Gastric Residuals. 1–
penurunan residu lambung. Penelitian ini 6.
juga sejalan dengan penelitian Ulfa, M., Guo, B. (2015). Gastric residual volume
Siswanto, Y., & Yudanari, Y.G (2015) yang management in critically ill
menyatakan bahwa metode pemberian mechanically ventilated patients: A
nutrisi secara intermittent feeding efektif literature review. Proceedings of
untuk mencegah residu lambung pada pasien Singapore Healthcare. 24(3). 171–
kritis. Penelitian ini sejalan dengan 180.
penelitian (Munawaroh et al., 2012) bahwa Ichimaru, S & Amagai, T. (2014).
setelah diberikan nutrisi enteral dengan Intermittent and bolus methods of
metode intermitten feeding, volume residu feedig in critical care. Diet aand
lambung lebih sedikit sehingga lebih efektif Nutrition in Critical Care. 1-17.
jika diterapkan. https://doi.org/10.1007/978-1-4614-
8503-2_139-1.

[49]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 16, No.1, April 2020
E-ISSN 2655 – 2310
Khalimah, N., Putrono., & Rafiyanto, W. Paolo, G. Di, Twomlow, E., Hanna, F. W.
(2018). Pemberian Nutrisi Enteral F., Farmer, A. D., Lancaster, J., &
Metode Intermittent Feeding Terhadap Sim, J. (2019). Continuous or
Volume Residu Lambung Pada Pasien Intermittent ? Which Regimen of
Kritis. LTA. Prodi Profesi Ners Enteral Nutrition is Better for Acute
Jurusan Keperawatan Poltekkes Stroke Patients ? a Systematic Review
Kemenkes and Meta-Analysis. OJNBD. 247–255.
Konmiao., Zeng, F., Yi Li. Chen, C., & Patel, J., Rosenthal., & Heyland, D. (2017).
Huang, M. (2018). A more Intermittent versus continuus feeding
physiological feeding process in ICU in critically ill adults. Current
intermittent infusion with semi-solid Opinion: Nutrition and Intensive Care
nutrients (CONSORT-compliant). Unit. 1363-1950, 1-5.
Clinical Trial/Experimental Study: Potter, P & Perry, A. (2011). Buku ajar
Medicine. 97(36), 1-6. fundamental keperawatan: konsep,
Lyanne, W. Et al. (2015). Intermittent bolus proses dan praktik. Jakarta: EGC.
or semicontinuous feeding for preterm Setianingsih., Rahayu, Y., & Anna, A.
infants?. JPGN: Original Article (2017). Analisa faktor-faktor yang
Nutrition. 61(6), 659-664. berhubungan dengan gastric residual
Munawaroh, S. W., Handoyo, & volume pada pasien yang mendapat
Astutiningrum, D. (2012). Efektifitas nutrisi enteral metode bolus feeding di
Pemberian Nutrisi Enteral Metode Ruan ICU RSUD Tugurejo Semarang.
Intermittent Feeding dan Gravity Drip Prosiding Seminar Ilmiah
Terhadap Volume Residu Lambung Keperawatan 2016, 4, 52-61, ISBN:
pada Pasien Kritis di Ruang ICU 978-602-74417-0-5.
RSUD Kebumen. Jurnal Ilmiah Simandibrata, M. (2013). Opimalisasi
Kesehatan Keperawatan. 8(3). 1–6. nutrisi enteral paien rawat inap.
Nasiri, M., Farsi, Z., Ahangari, M., & bagian ilmu penyakit dalam.
Dadgari, F. (2017). Comparison of FKUI/RSCM.
Intermittent and Bolus Enteral Feeding Ulfa, M., Siswanto, Y., & Yudanari, Y.G.
Methods on Enteral Feeding (2015). Efektifitas pemberian nutrisi
Intolerance of Patients with Sepsis: A secara gravity drip dan intermittent
Triple-blind Controlled Trial in feeding terhadap jumlah residu
Intensive Care Units. Middle East lambung pasien di Instalasi Rawat
Journal of Digestive Diseases, 9(4), Intensif RSUD Tugurejo Semarang. 1-
218–227. 7.

[50]

Anda mungkin juga menyukai