Anda di halaman 1dari 5

JURNAL ILMIAH KESEHATAN IQRA

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS


WILAYAH KERJA PUSKESMAS CINUNUK

Sumbara1*, Yuli Ismawati2


1,2
Universitas Bhakti Kencana

Alamat korespondensi: sumbara.bara@gmail.com

ABSTRAK

Penyakit yang sangat menggangu aktivitas dan bila tidak ditangani dengan baik dapat juga
berakibat fatal. Biasanya penyakit gastritis terjadi pada orang-orang yang memiliki pola makan
tidak teratur dan makanan yang merangsang produksi asam lambung. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara pola makan dilihat dari keteraturan frekuensi makan,
porsi makan, jenis makanan dan minuman dengan kejadian gastritis di Desa Cinunuk wilayah
kerja Puskesmas Cinunuk. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif koleratif.
Pengambilan sampel dilakukan secara pusposive sampling dengan populasi sampel yaitu 72
responden. Instrument yang digunakan berupa kuesioner. Hasil pengujian menggunakan kolerasi
rank spearman dengan nilai alpha 5% (α = 0.05) dan koefisien kolerasi yang didapatkan
diinterpretasikan dengan kriteria Guilford. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p=0.000
dan koefisien r= 0,870 (keteraturan frekuensi makan), nilai p= 0.000 dan koefisien r= 0,800
(frekuensi makan), nilai p= 0.000 dan koefisien r= 0,697 (jenis makanan dan minuman). Hasil
penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan yang kuat antara pola makan dilihat dari
keteraturan frekuensi makan, porsi makan, jenis makanan dan minuman dengan kejadian gastritis
di Desa Cinunuk wilayah kerja Puskesmas Cinunuk. Diharapkan perawat Puskesmas Cinunuk
lebih aktif dalam memberikan informasi berupa penyuluhan pendidikan kesehatan tentang pola
makan meliputi keteraturan frekuensi makan, porsi makan, jenis makanan dan minuman sehingga
dapat mengurangi angka kejadian gastritis.

Kata Kunci : Pola makan;Gastritis

PENDAHULUAN Angka kejadian gastritis pada beberapa


Angka kejadian gastritis di dunia saat daerah di Indonesia cukup tinggi dengan
ini relatif cukup tinggi. Menurut World prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952
Health Organization (WHO) (2012), jiwa penduduk. Didapatkan data bahwa
Angka kejadian gastritis sekitar 1,8 - 2,1 angka kejadian gastritis tertinggi dengan
juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya jumlah 457.452 atau 91,6% yaitu di kota
dengan hasil presentase dari angka Medan. Sedangkan di Jawa Barat menurut
kejadian gastritis didunia, diantaranya data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, tahun 2012, insiden gastritis mencapai
dan Prancis 29,5%. di Asia Tenggara 58.085 orang (21,1%).
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk Berdasarkan data profil Puskesmas
setiap tahunnya. Cinunuk Kabupaten Bandung 2017.
Persentase dari angka kejadian prevalensi gastritis kronik menduduki
gastritis di Indonesia menurut WHO tahun peringkat ke 2 dari 10 besar penyakit yang
2009 didapatkan mencapai angka 40,8% paling banyak di Puskesmas Cinunuk
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia dengan jumlah kasus 3182 atau 13,6 %,
gastritis merupakan salah satu penyakit pada bulan Maret 2018 data penyakit
didalam 10 penyakit terbanyak pada klien gastritis yaitu dengan jumlah 265 dari 10
rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia besar penyakit pada klien rawat jalan di
dengan jumlah 30.154 kasus atau (4,9%).

1 Volume 8 Nomor 1 Bulan Juli Tahun 2020 ᴥ eISSN: 2656-5471


Puskesmas Cinunuk (Laporan tahun sensitive apabila asam lambung
2017/2018). meningkat. Pola makan yang tidak
Gastritis atau lebih lazim kita tereatur akan mengtakibatkan lambung
menyebutkan sebagai penyakit maag sulit beradaptasi, bila hal ini berlangsung
merupakan penyakit yang sangat secara terus menerus akan terjadi
menggangu aktivitas dan bila tidak kelebihan asam lambung sehingga dapat
ditangani dengan baik dapat juga mengakibatkan mukosa lambung teriritasi
berakibat fatal. Biasanya penyakit gastritis dan terjadilah gastritis. Pada umumnya
terjadi pada orang-orang yang memiliki setiap orang melakukan makan makanan
pola makan tidak teratur dan makanan utama 3 kali dalam sehari yaitu makan
yang merangsang produksi asam lambung pagi, makan siang dan makan sore atau
(Wijoyo, 2009). makan malam. Makan siang sangat
Gastritis adalah segala radang diperlukan setiap orang, karena sejak pagi
mukosa lambung. Gastritis merupakan badan teras lelah akibat melakukan
suatu keadaan peradangan atau aktivitas. Disamping makanan utama yang
perdarahan mukosa lambung yang dapat dilakukan 3 kali biasanya dalam sehari
bersifat akut, kronis, difus atau local juga makanan ringan dilakukan sekali
(Smelzer, 2010). atau dua kali diantara waktu makan guna
Pola makan adalah berbagai menanggulangi rasa lapar, sebab jarak
informasi yang memberikan gambaran waktu makan yang lama (Dewi, 2013).
cara atau perilaku yang ditempuh Berdasarkan studi pendahuluan
seseorang atau sekelompok orang dalam yang dilakukan di Puskesmas Cinunuk,
memilih dan menggunakan makanan yang didapatkan data dari sepuluh klien yang
dikonsumsi setiap hari yang meliputi berobat ke poli rawat jalan Puskesmas
keteraturan frekuensi makan, porsi makan, Cinunuk, delapan orang sering telat
dan jenis makanan dan minuman yang makan dengan porsi makan yang sedikit,
dikonsumsi berdasarkan faktor sosial, suka makan makanan pedas dan asam,
budaya dimana mereka hidup (Hudha, dan juga memiliki kebiasaan makan
2007). makanan siap saji (instan), biasanya
Pola makan yang memicu terjadinya frekuensi makan mereka dalam sehari
gastritis yaitu frekuensi makan yang tidak yaitu 1 kali atau 2 kali sehari, makan pagi
teratur dengan porsi makan sedikit, atau sarapan dilakukan pada jam 11.00,
dengan mengkonsumsi makanan dan terkadang makan siang tidak dilakukan,
minuman yang memicu peningkatan asam pada saat yang seharusnya perut diisi
lambung, selain itu makan yang kurang oleh makanan, tetapi dibiarkan kosong
bervariasi sangat berpengaruh karena atau ditunda pengisiannya, dan makan
makanan yang tidak bervariasi tidak malam dilakukan pada jam 09.30.
menarik dan dapat menimbulkan Tujuan pada penelitian ini adalah
kebosanan, kejenuhan sehingga hal ini untuk mengetahui sejauh mana
dapat mempengaruhi selera makan dan hubungan pola makan dengan kejadian
cenderung lebih menyukai dan memilih gastritis di Desa Cinunuk wilayah kerja
makanan cepat saji (fast food) (Hudha, Puskesmas Cinunuk.
2007).
Kasus gastritis biasanya terjadi
karena adanya frekuensi makan yang
tidak teratur sehingga lambung menjadi

2 Volume 8 Nomor 1 Bulan Juli Tahun 2020 ᴥ eISSN: 2656-5471


BAHAN DAN METODE Populasi dan sampel
Lokasi dan Desain Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah
Lokasi penelitian dilakukan di klien gastritis yang menderita gangguan
wilayah kerja Puskesmas Cinunuk sistem pencernaan di Desa Cinunuk
Kabupaten Bandung. Penelitian ini Wilayah kerja Puskesmas Cinunuk
bersifat deskriptif koleratif untuk melihat Kabupaten Bandung sebanyak 265 orang.
hubungan antara gejala gejala yang lain, Teknik pengambilan sampel dalam
atau variable dengan variable yang lain. penelitian ini menggunakan teknik non
Dalam hal ini melihat hubungan pola random sampling jenis purposive
makan (keteraturan frekuensi makan, sampling. sampel penelitian ini adalah 72
porsi makan, serta jenis makanan dan klien gastritis dengan menggunkan rumus
minuman yang dikonsumsi) dengan slovin.
kejadian gastritis pada klien di Wilayah
kerja Puskesmas Cinunuk. Pendekatan Analisa dan penyajian data
yang digunakan dalam penelitian ini Pengumpulan data dalam penelitian
menggunakan penelitian cross sectional menggunakan kuesioner. Dimana
yang merupakan suatu penelitian yang instrumen yang digunakan untuk variabel
mempelajari hubungan antara Variable pola makan dan kejadian gastritis yang
sebab (Independen Variable) atau resiko dibuat sendiri oleh peneliti dan diukur
dengan variable akibat (Dependen dengan menggunakan kolerasi rank
Variable) atau kasus yang terjadi pada spearman dengan nilai alpha 5% (α = 0.05)
objek penelitian dan diukur atau dan koefisien kolerasi yang didapatkan
dikumpulkan dalam waktu yang diinterpretasikan dengan kriteria Guilford.
bersamaan.

HASIL
Tabel 1. Hubungan antara Pola Makan dengan Kejadian Gastritis

Penyakit
Kebiasaan % p
Total
Makan
Tidak
Gastritis % %
Gastritis
Teratur 13 19,4 18 25,0 18 25,0
Tidak Teratur 37 50,0 4 5,0 54 75.0 0,000
Total 50 69,4 22 30,6 72 100

Tabel 1 diperoleh data bahwa dari


18 orang yang memiliki pola makan PEMBAHASAN
teratur 13 orang (19,4%) menderita Pada pengujian hipotesis dengan
penyakit gastritis dan yang bukan gastritis menggunakan uji kolerasi Rank Spearman
sebanyak 18. Kemudian dari 54 orang (rs) berdasarkan berdasarkan hasil uji
yang memiliki pola makan tidak teratur, signifikan diperoleh p-value 0,000. Jika
yang menderita penyakit gastritis dibandingkan dengan taraf signifikan 5%,
sebanyak 37 orang (50,0%) dan yang maka p-value < α sehingga Ho ditolak.
bukan gastritis sebanyak 4 orang (5,0%). Dengan demikian dapat disimpulkan

3 Volume 8 Nomor 1 Bulan Juli Tahun 2020 ᴥ eISSN: 2656-5471


bahwa terdapat hubungan antara pola menunjukan ada hubungan antara
makan dengan kejadian gastritis pada hubungan pola makan dengan timbulnya
klien di Wilayah kerja Puskesmas gastritis pada pasien di Universitas
Cinunuk. Muhammadiyah Malang Medical Center
Menurut Persagi, 2007, Kasus (UMC) dengan (p-value = 0,021) < α
gastritis biasanya terjadi karena adanya (0,05).
frekuensi makan yang tidak teratur Namun hal lainnya dengan hasil
sehingga lambung menjadi sensitive penelitian oleh Erna, 2012 dalam Zenab,
apabila asam lambung meningkat. Pola 2013, yang meneliti tentang hubungan
makan yang tidak tereatur akan kebiasaan makan dengan kejadian gastritis
mengtakibatkan lambung sulit pada remaja di SMKN 06 Padang, dimana
beradaptasi, bila hal ini berlangsung Analisa bivariate dengan uji Chi-Square
secara terus menerus akan terjadi dan hasil penelitian menunjukan tidak ada
kelebihan asam lambung sehingga dapat hubungan yang bermakna antara
mengakibatkan mukosa lambung teriritasi kebiasaan makan dengan kejadian
dan terjadilah gastritis gastritis. Dengan hasil uji menunjukan
Menurut Brunner & Suddart, 2007, frekuensi makan (p-value = 0,313), waktu
secara alami lambung akan memproduksi makan (p-value = 0,114) dan jenis
asam lambung dalam jumlah yang kecil makanan (p-value = 0,272) terhadap
setelah 4-6 jam sesudah makan,biasanya kejadian gastritis.
kadar glukosa dalam darah telah banyak Hasil penelitian tentang hubungan
terserap dan terpakai sehingga tubuh akan pola makan dengan kejadian gastritis di
merasakan lapar dan saat itulah jumlah Puskesmas Cinunuk juga sesuai dengan
asam lambung akan terstimulai. Bila kenyataan dilapangan bahwa masyarakat
seseorang telat makan sampai 2-3 jam seringkali mengabaikan kebiasaan makan
makan asam lambung yang diproduksi yang baik atau teratur. Sesuai dengan
akan semakin berlebih sehingga dapat wawancara dengan responden banyak
mengiritasi mukosa lambung dan faktor-faktor dilapangan yang
menimbulkan rasa nyeri di daerah ulu menyebabkan masyarakat mengabaikan
hati. Keluhan pada pasien gastrointestinal kebiassaan makan yang baik dan sehat,
dapat berkaitan dengan gangguan diantaranya kesibukan sehari-hari yang
lokal/intralumen saluran cerna misalnya memiliki pekerjaan sebagai PNS, di
adanya ulkus duodeni, gastritis dan bidang swasta, berwiraswasta, maupun
sebagainya (Fadli et al., 2019). pekerjaan lainnya. Hal ini dapat dilihat
Hasil penelitian Zenab (2013) baha orang yang memiliki pekerjaan
yang meneliti tentang hubungan pola tentunya mempunyai aktivitas yang cukup
makan gastritis dengan timbulnya gastritis padat sehingga waktu untuk keteraaturan
pada pasien di Universitas makan menjadi sangat sedikit sehigga
Muhammadiyah Malang Medical Center, tidak teratur, keterbataan ekonomi dalam
dimana analisa bivariat dengan uji upaya pemenuhnan makanan bergizi, serta
Chi-Square dan hasil penelitian faktor kebisaan dan kesukaan seseorang
menunjukan ada hubungan yang terhadap jenis makanan tertentu, padahal
bermakna antara kebiasaan makan dengan makanan tersebut dapat menyebabkan
timbulnya gastritis. penyakit gastritis jiga dikonsumsi secara
Demikian pula penelitian Maimun berlebihan.
Piter Junus, 2011, mendapatkan hasil

4 Volume 8 Nomor 1 Bulan Juli Tahun 2020 ᴥ eISSN: 2656-5471


Menyikapi permasalahan tersebut, Hudha. L. A. 2007, Hubungan antara
kiranya peran aktif dari petugas kesehatan stress, Kebiasaan Makan dengan
utamanya petugas promosi kesehatan Frekuensi Kekambuhan Gastritis di
dapat meningkatkan kesaadaran Puskesmas Ngenep Kecamatan
masyarakat untuk berpola hidup, termasuk Karang Plaso Kab. Malang.
didalamnya kebiaaan makan yang sehat Depok : FKM UI
guna menghindari terjadinya penyakit, Smeltzer. Suzanne 2010. Buku Ajaran
bukan hanya terjadinya gastritis, tetapi Keperawatan Medikal Bedah
juga penyakit pencernaan-pencernaan Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC
lainnya. Wijoyo, 2009. 15 Ramuan Penyembuh
Peran serta keluarga dan masyarakat juga Gastritis. Bee Media Indonesia:
tidak kalah pentingnya dalam hal ini Jakarta
senantiasa saling meningkatkan dan WHO. 2012. Maternal Mortality. World
memberikan sugesti untuk menjaga Health Organization.
kesehatan secara umum. Zenab D. Dai. 2013. Hubungan kebiasaan
makan dengan kejadian gastritis Di
KESIMPULAN Puskesmas Tamalate Kecamatan
Hasil penelitian yang diperolah dapat Kota Timur Kota Gorontalo.
disimpulkan ada hubungan yang Program Studi Ilmu Keperawatan
signifikan antara pola makan dengan Fakultas Ilmu Kesehatan dan
kejadian gastritis di Desa Cinunuk Keolahragaan, Universitas Negri
wilayah kerja Puskesmas Cinunuk, Gorontalo.
dengan tingkat keeratan hubungan sedang
p-value sebesar 0,000.

SARAN
Diharapkan instansi yang terkait
untuk lebih meningkat penyebaran
informasi dalam meningkatkan
pengetahuan peneliti tentang masalah
terjadinya gastritis dan proses
penanganannya.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi. 2013. Hubungan Perilaku makan
dengan Kejadian Gastritis Pada
Remaja.

Fadli, F., Resky, R., Sastria, A., (2019).


Pengaruh Terapi Dzikir terhadap
Intensitas Nyeri pada Pasien
Gastritis. Jurnal Kesehatan. Vol. 10
(2) 169-174.
http://dx.doi.org/10.26630/jk.v10i2.
1192

5 Volume 8 Nomor 1 Bulan Juli Tahun 2020 ᴥ eISSN: 2656-5471

Anda mungkin juga menyukai