Anda di halaman 1dari 10

CAKRA MEDIKA

Media Publikasi Penelitian; 2019; Volume 6; No 1.


Website: http://jurnal.akperngawi.ac.id

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KepatuhanPola Makan Pada Penderita Gastritis


Di Smp N 5 Banguntapan
Sarni Anggoro1*, Annisa Nailil Muna2, Annisatun Nafisah3, Gaston Telaso4
1
Program Studi Kesehatan MasyarakatStikes Surya Global Yogyakarta
2
Program Studi Kesehatan MasyarakatStikes Surya Global Yogyakarta
3
Program Studi Kesehatan MasyarakatStikes Surya Global Yogyakarta
4
Program Studi Kesehatan MasyarakatStikes Surya Global Yogyakarta
*Email: sarnianggoro73@gmail.com

Kata Kunci: Abstrak

Kepatuhan Pola Kasus kematian akibat penyakit Gastritis di Indonesia hasil Survey
Makan, Gastritis. Kesehatan Nasional (SURKESNAS) tahun 2013 gastritis menjadi urutan ke
4 penyebab kematian umum di Indonesia setelah Kanker. Dari survei yang
dilakukan pada masyarakat Jakarta tahun 2014 yang melibatkan 1.645
responden mendapatkan bahwa klien dengan masalah gastritis ini
mencapai 60% artinya masalah gastritis ini memang ada di masyarakat
dan tentunya harus menjadi perhatian kita semua (Wijoyo,2014). Di
provinsi Jawa Tengah tahun 2009 angka kejadian penderita Gastritis
mencapai 31.2%. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Rancangan penelitian menggunakan survei analitik dengan pendekatan
cross sectional. Pengambilan sampel secara acak stratifikasi (stratified
random sampling ). Teknik analisis data menggunakan uji statistik regressi
logistic. Hasilnya menujukkan tingkat signifikan 0,014, karena probabilitas
(0,014) jauh lebih kecil dari 0,05 artinya ada pengaruh pengetahuan dan
sikap terhadap kepatuhan pola makan pada siswa penderita gastritis.
Tingkat signifikan 0,014, karena probabilitas (0,014) jauh lebih kecil dari
0,05 artinya ada pengaruh antara teman sebaya terhadap kepatuhan pola
makan pada siswa penderita gastritis. Tingkat signifikan 0,014, karena
probabilitas (0,014) jauh lebih kecil dari 0,05 artinya ada pengaruh antara
dukungan keluarga terhadap kepatuhan pola makan pada siswa penderita
gastritis.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pola Makan pada
Penderita Gastritis di SMP N 5 Banguntapan adalah pengaruh
pengetahuan dan sikap, pengaruh antara teman sebaya, dukungan keluarga
terhadap kepatuhan pola makan pada siswa penderita gastritis.

Factors That Influence Compliance Eating Pattern In Gastritis Patients In State Junior
High School 5Banguntapan
Keywords: Abstrak
Pattern Compliance, The case of mortality due to Gastritis disease in Indonesia result of
Gastritis. National Health Survey (SURKESNAS) in 2013 gastritis became the 4th
sequence of causes of death common in Indonesia after Cancer. From a
survey conducted in the Jakarta community in 2014 involving 1645
respondents found that clients with this gastritis problem reached 60%
means that this gastritis problem is indeed in the community and of course
should be our concern all. In Jawa Tengah province in 2009 the incidence
of Gastritis patients reached 31.2%.This research type is quantitative
research. The research design used an analytical survey with cross
sectional approach. Random sampling is stratified (stratified random
sampling). Data analysis technique use statistic test of logistic
regression.Significant level of 0.014, because probability (0,014) is much
less than 0,05 meaning there is influence of knowledge and attitude to diet
compliance on student with gastritis. Significant level of 0.014, because the

38
CAKRA MEDIKA
Media Publikasi Penelitian; 2019; Volume 6; No 1.
Website: http://jurnal.akperngawi.ac.id

probability (0.014) is much smaller than 0.05 means there is influence


between peers against diet compliance in students with gastritis. A
significant level of 0.014, because the probability (0.014) is much smaller
than 0.05, it means there is an influence between family support for dietary
compliance in students with gastritis.Factors Affecting Pattern Compliance
in Gastritis Patients in SMP N 5 Banguntapan is the influence of knowledge
and attitude, the influence of peers, family support to diet compliance in
students with gastritis.
1. PENDAHULUAN dengan jumlah 30.154 kasus (4.9%).
Menjaga pola makan yang baik dalam (Kemenkes, 2015).
kehidupan sehari hari sangatlah penting untuk Kasus kematian akibat penyakit
kesehatan tubuh kita. Tidak pandang usia bayi, Gastritis di Indonesia hasil Survey Kesehatan
balita, anak anak, remaja, dewasa bahkan Nasional (SURKESNAS) tahun 2013 gastritis
lansia perlu tubuh yang sehat. Dengan selalu menjadi urutan ke 4 penyebab kematian umum
menjaga pola makan yang sesuai dengan di Indonesia setelah Kanker.Dari survei yang
syarat kesehatan maka akan mendapatkan dilakukan pada masyarakat Jakarta tahun 2014
tubuh dan organ yang fit dan optimal. Pola yang melibatkan 1.645 responden
makan terdiri dari 3 hal yaitu Frekuensi mendapatkan bahwa klien dengan masalah
makan, Jenis makanan dan Porsi gastritis ini mencapai 60% artinya masalah
makan.Menjaga pola makan dengan baik gastritis ini memang ada di masyarakat dan
sangatlah penting karena mempunyai banyak tentunya harus menjadi perhatian kita semua
manfaat, diantaranya adalah memiliki peluang (Wijoyo,2014). Di provinsi Jawa Tengah
hidup yang lebih panjang, hal ini dikarenakan tahun 2009 angka kejadian penderita Gastritis
pola makan yang baik akan membuat tubuh mencapai 31.2%.
terhindar dari penyakit. Manfaat lainnya Menurut Brunner & Suddarth (2011)
adalah mendapatkan energi yang lebih banyak Faktor-faktor resiko yang sering menyebabkan
sehingga akan lebih melancarkan aktivitas gastritis pola makan yang tidak baik,
sehari-hari, berat badan menjadi lebih ideal. Helicobater Pylori, terlambat makan dan
Menjaga pola makan berarti memperhatikan makanan pedas. Pola makan yang tidak teratur,
frekuensi makan, porsi makan dan tentu jenis perut yang dibiarkan kosong atau telat
makan sehingga akan terkendali cakupan gizi pengisiannya akan menyebabkan asam
sehingga dapat membuat ingatan lebih baik lambung mencerna lapisan mukosa lambung
dan mengurangi resiko terkena berbagai dan menyebabkan nyeri.
penyakit berbahaya, misalnya obesitas,jantung, Secara normal dan alami lambung
stroke, hipertensi, diabetes, kanker, dan juga memproduksi terus menerus asam lambung
gastritis. setiap waktu dalam jumlah kecil, biasanya 4
Menurut dari data World Health sampai 6 jam setelah makan kadar glukosa
Organization atau WHO, persentase dari angka dalam darah telah banyak terserap dan terpakai
kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris sehingga tubuh akan merasa lapar dan
22%, China 31%, Jepang 14,.5% , Kanada kemudian jumlah asam lambung pada saat itu
35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia insiden akan terstimulasi. Ketika seseorang telat
gastritis sekitar 1,8 – 2,1 juta dari jumlah makan sampai 2 atau 3 jam maka asam
penduduk setiap tahun. Insiden gastritis di lambung akan semakin banyak diproduksi
Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung
penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar
yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada epigastrium (sediaoetama, 2010).
populasi di Shanghai sekitar 17.2% yang Mengkonsumsi makanan pedas secara
secara substansial lebih tinggi daripada berlebihan akan merangsang sistem
populasi di barat yang berkisar 4.1% dan pencernaan, terutama lambung dan usus
bersifat asimptomatik Berdasarkan profil kontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa
kesehatan Indonesia tahun 2014, gastritis panas dan nyeri di ulu hati yang disertai
termasuk ke dalam 10 penyakit terbanyak pada dengan mual dan muntah. Gejala tersebut
pasien rawat inap di rumah sakit Indonesia membuat penderita semakin berkurang nafsu
makannnya. Bila kebiasaan mengkonsumsi

39
CAKRA MEDIKA
Media Publikasi Penelitian; 2019; Volume 6; No 1.
Website: http://jurnal.akperngawi.ac.id

makanan pedas ≥ 1x dalam 1 minggu sectional (potong silang) yaitu penelitian yang
selamaminimal 6 bulan dibiarkan terus cara pendekatan, observasi atau pengambilan
menerus dapat menyebabkan iritasi pada data pada waktu yang sama (Notoatmodjo,
lambung yang disebut dengan gastritis 2012).
(Sediaoetama, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah
Seperti yang kita semua tahu, di siswa- siswi kelas VII dan kelas VIII dari 8
lingkungan sekolah akan banyak jajanan atau kelas yaitu sebanyak 250 yang besekolah di
makanan yang tidak ada penjamin mengenai SMP N 5 Banguntapan Yogyakarta.
kualitasnya, kebersihan dan kandungan gizi Sampel merupakan sebagian dari
nya. Terlebih lagi sekarang sedang popular populasi yang mewakili suatu populasi
makanan dengan citarasa yang pedas di (Sugiyono, 2015). Pengambilan sampel secara
kalangan anak muda.Tidak jarang juga siswa acak stratifikasi (stratified random sampling).
lebih asyik ngobrol dengan teman kelasnya Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
saat istirahat dan melupakan makan di siang mengidentifikasi karakteristik umum dari
hari. Tentu hal ini akan berpengaruh pada pola anggota populasi, kemudian menentukan strata
makan sehari hari. Orang tua tidak bisa atau lapisan dari jenis karakteristik unit-unit
mengawasi pola makan anak di lingkungan tersebut. Penentuan strata dapat didasarkan
sekolah secara langsung, sehingga pola makan dari bermacam-macam, misal tingkat social,
anak di lingkungan sekolah sedikit banyak tingkat keparahan penyakit, umur penderita,
akan dipengaruhi oleh dirinya sendiri dan dan sebagainya.
teman teman sekelas atau teman sebayanya. Setelah ditentukan stratanya kemudian
Beberapa penilitian menunjukan bahwa masing masing strata diambil sampel yang
teman sebaya dapat berpengaruh pada mewakili strata tersebut secara acak. Agar
keputusan pemilihan studi lanjut, perilaku perimbangan sampel dari masing masing strata
seksual, pemilihan jenis makanan yang itu memadai, maka dalam teknik ini sering
dikonsumsi, kedisiplinan, dan beberapa pula dilakukan perimbangan antara jumlah
perilaku lainnya (Lestari,2004; anggota populasi berdasarkan masing-masing
Norgaard,2011; Priyono, 2016; Budiarti, strata yang disebut proporsional stratified
2015).Penelitian tersebut menunjukan bahwa sampling. Menurut Ruseffendi dan Achmad
teman sebaya menjadi salah satu faktor yang Sans, besarnya ukuran sampel tergantung dari
mempengaruhi perilaku remaja termasuk jenis penelitian :
dalam hal pola makan. a. Penelitian deskriptif 10-20%
b. Penelitian korelasional, minimum 30
Manfaat Penelitian subjek
Diharapkan dapat dijadikan bahan c. Penelitian percobaan, minimum 30 subjek
pertimbangan dalam memberikan informasi d. Penelitian percobaan terkontrol ketat, 15
tentang pentingnya pola makan dan pengaruh subjek
teman sebaya pada penderita gastritis. Pada penelitian ini maka langkah
Melalui penelitian ini peneliti dapat langkah pengambilan sampel adalah sebagai
menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang berikut :
telah didapat selama menempuh pendidikan. a. Mengelompokkan unit anggota populasi
Menambah pengetahuan dan pengalaman yaitu kelas VII A, VII B, VII C,VII D, VIII
dalam membuat penelitian ilmiah. A, VIII B, VIII C, VIII D.
Bagi Peneliti Lain, Sebagai bahan b. Mengambil dari setiap strata melalui
rujukan untuk pengembangan penelitian di perhitungan statistika :
masa yang akan datang. Kelas VII A : 30 siswa = 30/153x60 =
11,76
2. METODE PENELITIAN Kelas VII B : 30 siswa = 30/153x60 =
Penelitian ini merupakan penelitian 11,76
kuantitatif dengan metode survei analitik, yaitu Kelas VII C : 20 siswa = 20/153x60 = 9,80
survei atau penelitian yang mencoba menggali Kelas VIII A : 33 siswa = 33/153x60 =
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan 12,94
itu terjadi (Notoatmojo, 2012). Dan Kelas VIII B : 35 siswa = 35/153x60 =
menggunakan rancangan penelitian cross 13,72

40
CAKRA MEDIKA
Media Publikasi Penelitian; 2019; Volume 6; No 1.
Website: http://jurnal.akperngawi.ac.id

Maka jumlah sampel adalah 60 siswa Dari tabel 1 diketahui bahwa


dengan rincian : karakteristik responden menurut umur pada
Kelas VII A = 12 siswa siswa SMPN 5 Banguntapan Bantul terbanyak
Kelas VII B = 12 siswa pada kelompok umur 13 tahun dengan jumlah
Kelas VII C = 10 siswa 43 orang atau 55,12%, dan kelompok umur
Kelas VIII A = 13 siswa terendah atau yang paling sedikit pada umur
Kelas VIII B = 13 siswa 15 tahun sebanyak 5 orang atau 6,41%.
Lokasi penelitian ini bertempat di SMP N 5
Banguntapan yang beralamat di Sanggrahan, Karakteristik responden menurut
Potorono, Banguntapan, Bantul.Penelitian ini kelompok jenis kelamin
dilakukan pada bulan Maret 2018. Tabel 2Karakteristik Responden Menurut
Kelompok Jenis Kelamin di SMP N 5
Teknik Pengambilan Data Banguntapan Bantul
Data yang digunakan dalam penelitian ini Jenis Kelamin F %
adalah data primer dan data sekunder, Data Laki-Laki 44 56,41
sekunder adalah data yang diperoleh lewat
Perempuan 34 43,58
pihak lain, tidak langsung diperoleh dari
subyek penelitiannya (Riyanto, 2011). Data Total 78 100
jumlah siswa-siswi serta data penyakit gastritis
diperoleh dari SMP N 5 Banguntapan Berdasarkan tabel 2 tentang jenis
Yogyakarta.Bantul Yogyakarta dan bank data kelamin responden di SMP N 5 Banguntapan
Dinas Kesehatan DIY. Bantul, dapat di kategorikan bahwa jenis
kelamin laki-laki yang dijadikan sampel
3. HASIL PENELITIAN sebanyak 44 responden atau 56,41% dan
Berdasarkan hasil penelitian pada perempuan 34 responden atau 43,58%.
tanggal 24 Maret 2018 yang telah dilakukan di
SMPN 5 Banguntapan Bantul, responden Karakteristik responden menurut riwayat
dalan penelitian ini dapat di kategorikan dalam penyakit gastritis
beberapa karakteristik yaitu berdasarkan umur Tabel 3Karakteristik Responden Menurut
dan jenis kelamin. Berikut ini merupakan Riwayat Penyakit Gastritis di SMP N 5
uraian penjelasan dari karakteristik responden Banguntapan Bantul
yaitu sebagai berikut: Riwayat Maag F %
Pernah 33 42,31
Analisis Univariat
Tidak Pernah 45 57,69
Dari hasil perhitungan yang dilakukan
di dapat jumlah sampel sebanyak 78 78 100
responden. Data yang di dapat dari kuesioner Berdasarkan tabel 3 tentang riwayat
kemudian diolah menggunakan program SPSS penyakit gastritis responden di SMP N 5
21.0 dan didapatkan hasil sebagai berikut : Banguntapan Bantul, dapat dikategorikan
Karakteristik Responden bahwa responden yang pernah menderita
Karakteristik responden menurut kelompok penyakit gastritis sebanyak 33 responden atau
umur 42,31% dan yang tidak pernah menderita
Tabel 1Karakteristik Responden Menurut penyakit gastritis sebanyak 45 respondenatau
Kelompok Umur Di SMP N 5 57,69%.
Banguntapan Bantul
USIA F % Distribusi data
12 12 15,38 Distribusi frekuensi responden
13 43 55,12
berdasarkan pengetahuan tentang pola makan
dapat dilihat dalam tabel dibawah ini
14 18 23,07
15 5 6,41
Total 78 100

41
CAKRA MEDIKA
Media Publikasi Penelitian; 2019; Volume 6; No 1.
Website: http://jurnal.akperngawi.ac.id

Tabel 4Distribusi Frekuensi Responden pola makan yang buruk menunjukkan 28


Berdasarkan Pengetahuan Pola Makan responden atau 35,90%.
Kategori Frekuensi %
Pengetahuan Pola Tabel 7Distribusi Frekuensi Kriteria Teman
Makan Sebaya pada Siswa di SMP N 5
Banguntapan Tahun 2018
Baik 78 100
Kategori Frekuensi (%)
Buruk 0 0
Total 78 100 Baik 8 10.3
Cukup 49 62.8
Dari tabel 4 menggambarkan bahwa Kurang 21 26.9
distribusi frekuensi responden berdasarkan Jumlah 78 100,0
pengetahuan tentang pola makan menunjukkan
78 responden atau 100 % dengan artian Berdasarkan data di atas maka dapat
seluruh responden mengetahui tentang diketahui bahwa persentase kriteria Baik pada
pengetahuan pola makan. teman sebaya adalah 10,3%, kriteria Cukup
62,8% dan kriteria kurang 26,9%.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan
sikap pola makan dapat dilihat dalam tabel Analisis Bivariat
dibawah ini : a. Pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap
Tabel 5Distribusi Frekuensi Responden kepatuhan pola makan pada siswa penderita
Berdasarkan Sikap Pola Makan gastritis
Kategori Frekuensi % Tabel 8Hasil Uji Regressi Logistic Antara
Pengetahuan Pola Pengetahuan dan Sikap Pola Makan
Makan Terhadap Kepatuhan Pola Makan Pada
Baik 78 100 Siswa Penderita Gastritis di SMPN 5
Buruk 0 0 Banguntapan Bantul
Total 78 100 Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Dari tabel 5 menggambarkan bahwa Con .580 .236 6.034 1 .01 1.786
Step
distribusi frekuensi responden berdasarkan stan 4
0
sikap tentang pola makan menunjukkan 78 t
responden atau 100 % dengan artian seluruh
responden mengetahui tentang sikap pola Variables in the Equation
makan. B S.E. Wal Df Sig. Exp(B
Distribusi frekuensi responden d )
berdasarkan kepatuhan pola makan dapat Step Con .580 .236 6.03 1 .014 1.786
dilihat dalam tabel di bawah ini : 1 stant 4
Tabel 6Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Kepatuhan Pola Makan Dari hasil olah data di peroleh bahwa
Kategori Frekuensi % melalui tabel variabel in the equation, nilai
Kepatuhan Pola probability (p-value) signifikan parameter
Makan dapat dilihat dalam kolom sign, dimana p-
value yang lebih kecil dari taraf signifikan
Baik 50 64,10
yang telah di tetapkan (0,05) dapat diartikan
Buruk 28 35,90 bahwa variabel predictor yang bersangkutan
Total 78 100 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel respon. Dari uji regressi logistic ini
Dari tabel 6 menggambarkan bahwa yaitu Ho Ditolak dan menerima Ha sebagai
distribusi frekuensi responden berdasarkan kesimpulan yaitu ada pengaruh pengetahuan
kepatuhan pola makan yang baik menunjukkan dan sikap terhadap kepatuhan pola makan pada
50 responden atau 64,10 % dan kepatuhan siswa penderita gastritis dengan tingkat
signifikan 0,014, karena probabilitas (0,014)

42
CAKRA MEDIKA
Media Publikasi Penelitian; 2019; Volume 6; No 1.
Website: http://jurnal.akperngawi.ac.id

jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi tabel 4.3 diketahui bahwa karakteristik
dapat dipakai untuk memprediksi kepatuhan responden menurut umur pada siswa SMPN 5
pola makan, atau dapat dikatakan variabel Banguntapan Bantul terbanyak pada kelompok
pengetahuan dan sikap berpengaruh terhadap umur 13 tahun dengan jumlah 43 orang atau
kepatuhan pola makan pada siswa penderita 55,12%, dan kelompok umur terendah atau
gastritis. yang paling sedikit pada umur 15 tahun
sebanyak 5 orang atau 6,41%. Ini berarti
b. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap gastritis lebih banyak diderita pada usia muda
Kepatuhan Pola Makanan pada Siswa yaitu dalam penelitian ini dalam rentang umur
Penderita Gastritis 12-15 tahun, dengan jumlah tertinggi pada usia
Tabel 9Uji Regresi Logistic Pengaruh Teman 13 tahun. Kemudian analisis berdasarkan jenis
Sebaya Terhadap KepatuhanPola kelamin responden di SMP N 5 Banguntapan
Makananpada Siswa Bantul, dapat di kategorikan bahwa jenis
PenderitaGastritisdi SMP N 5 kelamin laki-laki yang dijadikan sampel
BanguntapanTahun 2018 sebanyak 44 responden atau 56,41% dan
perempuan 34 responden atau 43,58%. Dan
karakteristik berdasarkan riwayat penyakit
gastritis tentang riwayat penyakit gastritis
responden di SMP N 5 Banguntapan Bantul,
dapat dikategorikan bahwa responden yang
pernah menderita penyakit gastritis sebanyak
Dari hasil olah data di peroleh bahwa 33 responden atau 42,31% dan yang tidak
melalui tabel variabel in the equation, nilai pernah menderita penyakit gastritis sebanyak
probability (p-value) signifikan parameter 45 responden atau 57,69%.
dapat dilihat dalam kolom sign, dimana p- Hal ini sejalan dengan teori bahwa
value yang lebih kecil dari taraf signifikan gastritis menyerang sejak usia dewasa muda
yang telah di tetapkan (0,05) dapat diartikan hingga lanjut usia (Riyanto, 2008). Pada usia
bahwa variabel predictor yang bersangkutan tersebut semua responden yang masih
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap berstatus siswa sering tidak terkontrol dalam
variabel respon dengan hasil 0.014 dan derajat asupan makanan, disebabkan antara lain oleh
signifikan 0.05(berdasarkan derajat kesalahan karena kesibukan, dan sudah adanya
yang telah ditetapkan sebelumnya sebesar ketertarikan terhadap lawan jenis sehingga
5%).Dari uji Regresi Logistik ini yaitu Ho pada usia tersebut berusaha semaksimal
ditolak dan Ha sebagai kesimpulan yaitu ada mungkin untuk melangsingkan tubuh dengan
pengaruh antara teman sebaya terhadap mengurangi makan. Kecemasan akan bentuk
kepatuhan pola makan pada siswa penderita tubuh yang membuat remaja Manahan makan
gastritis. karena takut mengalami kelebihan berat badan
yang membuat mereka merasa kurang percaya
c. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap diri. Hal ini termasuk dalam masalah kejiwaan
Kepatuhan Pola Makanan pada Siswa yang mempengaruhi psikologis yang terkait
Penderita Gastritis dengan masalah gizi (Istiany & Ruslianti,
Dari hasil uji statistik menggunakan uji 2014). Yang perlu dipahami bahwa pada usia
kendall tau diperoleh nilai p sign sebesar 0,008 ini sebenarnya sangat diperlukanadanya
lebih kecil dari nilai alpha 0.05, maka Ha pemenuhan semua zat gizi karena tumbuh
diterima yaitu ada pengaruh antara dukungan kembang yang belum mencapai maksimal.
keluarga terhadap kepatuhan pola makan pada Setelah menelisik pada riwayat sakit
siswa penderita gastritis di SMP N 5 penyakit gastritis didapatkan bahwa pada
Banguntapan Bantul. rentang usia 12-15 tahun sebanyak 34
responden mengaku pernah dan sedang
4. PEMBAHASAN mengalami penyakit gastritis ini. Serta
Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin yang menjadi
Karakteristik responden dalam responden bahwa penderita gastritis banyak
penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, didominasi oleh laki-laki.
riwayat sakit gastritis. Berdasarkan tabel Dari

43
CAKRA MEDIKA
Media Publikasi Penelitian; 2019; Volume 6; No 1.
Website: http://jurnal.akperngawi.ac.id

Pengetahuan dan Sikap Tentang Pola pagi, 59% selalu makan dua kali, 51,3% tidak
Makan pernah makanan tepat waktu, 46,1% selalu
Dari tabel 4 Menggambarkan bahwa terlambat makan dan 51,3% menunggu lapar
distribusi frekuensi responden berdasarkan dulu baru makan.
pengetahuan tentang pola makan menunjukkan Menurut Hudha dalam Diasta (2016)
78 responden atau 100% dengan artian seluruh frekuensi makan dikatakan baik bila frekuensi
responden mengetahui tentang pengetahuan makan setiap harinya 3 kali makanan utama
pola makan. Kemudian tabel 5 atau 2 kali makanan utama dengan 1 kali
menggambarkan bahwa distribusi frekuensi makanan selingan, dan dinilai kurang bila
responden berdasarkan sikap tentang pola frekuensi makan setiap harinya 2 kali makan
makan menunjukkan 78 responden atau 100% utama atau kurang.
dengan artian seluruh responden mengetahui
tentang sikap pola makan. Pengetahuan adalah Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Tehadap
hasil dari tahu dan itu terjadi setelah orang Kepatuhan Pola Makan Pada Siswa
melakukan penginderaan terhadap suatu objek Penderita Gastritis di SMP N 5
tertentu. Penginderaan terjadi melalui Banguntapan Bantul
pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, Dari hasil olah data di peroleh bahwa
pendengaran, penciuman, rasa dan raba melalui tabel variabel in the equation, nilai
dengan sendiri (Notoatmodjo, 2010). Hal ini probability (p-value) signifikan parameter
dapat dilihat dari faktor yang melatarbelakangi dapat dilihat dalam kolom sign, dimana p-
responden seperti usia, pendidikan, asupan value yang lebih kecil dari taraf signifikan
makanan, sumber informasi, sedangkan faktor yang telah di tetapkan (0,05) dapat diartikan
eksternal yaitu lingkungan dan social budaya, bahwa variabel predictor yang bersangkutan
menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
dipengaruhi oleh tigkat pendidikan. variabel respon. Dari uji regressi logistic ini
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang yaitu Ho Ditolak dan menerima Ha sebagai
seseorang terhadap informasi yang baru kesimpulan yaitu ada pengaruh pengetahuan
diterimanya. Dengan sebagian berpendidikan dan sikap terhadap kepatuhan pola makan pada
rendah akan mempengaruhi kemampuan siswa penderita gastritis dengan tingkat
dalam menerima informasi. Pendidikan dapat signifikan 0,014, karena probabilitas (0,014)
mempengaruhi seseorang akan pola hidup jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi
terutama dalam memotivasi sikap berperan dapat dipakai untuk memprediksi kepatuhan
serta dalam pembangunan pada umumnya pola makan, atau dapat dikatakan variabel
makin tinggi pendidikan seseorang makin pengetahuan dan sikap berpengaruh terhadap
mudah menerima informasi. kepatuhan pola makan pada siswa penderita
gastritis.
Kepatuhan Pola Makan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Dari tabel 6 menggambarkan bahwa didapatkan hasil bahwa sebagian besar
distribusi frekuensi responden berdasarkan responden memiliki pola makan yang teratur
kepatuhan pola makan yang baik menunjukkan namun tidak memungkiri bahwa dari sepertiga
50 responden atau 64,10% dan kepatuhan pola responden memiliki pola makan yang tidak
makan yang buruk menunjukkan 28 responden teratur. Hal ini berkaitan dengan aktifitas
atau 35,90%. Berdasarkan hasil penelitian remaja yang sangat padat dari mulai kegiatan
yang dilakukan menunjukkan bahwa pola sekolah pagi sampai sore ditambah kegiatan
makan responden sebagian besar adalah ekstrakurikuler sehingga banyak dari remaja
teratur.Responden dengan pola makan teratur ini mengabaikan pola makan yang teratur, dan
mencapai 50 responden namun pada hasil terjebak dalam pola makan yang tidak sehat
responden dengan pola makan tidak teratur seperti jajan sembarangan hanya sekedar
mencapai 28 responden. Hasil penelitian ini mengisi perut mereka yang kosong, hal ini di
sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan gambarkan oleh penelitian wicaksono (2013)
oleh fitri, yusuf, dan yuliana (2013) tentang Dalam penelitian ini didapatkan bahwa
gambaran pola makan penderita gastritis, adanya pengaruh pengetahuan dan sikap
bahwa keteraturan makan responden 38,5% tehadap kepatuhan pola makan pada siswa
jarang makan teratur, 33,3% jarang sarapan penderita gastritis di SMPN 5 Banguntapan

44
CAKRA MEDIKA
Media Publikasi Penelitian; 2019; Volume 6; No 1.
Website: http://jurnal.akperngawi.ac.id

Bantul.Pada umumnya setiap orang melakukan sekali terpengaruh oleh sifat dan perilaku
makanan utama 3 kali yaitu makan pagi, kelompoknya.Berdasarkan pengamatan di
makan siang, dan makan malam atau sore. lapangan, ternyata tidak sedikit anak menjadi
Ketiga waktu makan tersebut yang paling perokok berat, peminum minuman keras atau
penting adalah makan pagi, sebab dapat bergaul bebas, karena pengaruh perilaku teman
membekali tubuh dengan berbagai zat sebaya.
makanan terutama kalori dan protein berguna Parwoto dkk (2010) juga
untuk pertumbuhan dan perkembangan remaja. mengemukakan bahwa Kelompok sebaya
Berdasarkan penelitian pereira dari University memberikan lingkungan , yaitu dunia tempat
of minnesota school of public health remaja dapat melakukan sosialisasi di mana
menyatakan bahwa orang yang makan pagi nilai yang berlaku bukanlah nilai yang
dapat mengendalikan nafsu makan mereka ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh
lebih sepanjang hari itu. Itu juga dapat teman sesuainya. Inilah letak berbahayanya
mencegah mereka makan secara berlebihan bagi perkembangan jiwa remaja, apabila nilai
saat makan siang atau makan malam (Hudha yang dikembangkan dalam kelompok sebaya
dalam Diasta, 2016). cenderung tertutup, di manasetiap anggota
Secara alami lambung akan terus tidak dapat terlepas dari kelompoknya dan
memproduksi asam lambung setiap waktu harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh
dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam pimpinan kelompok. Sikap, pikiran, perilaku,
sesudah makan biasanya kadar glokosa dalam dan gaya hidupnya merupakan perilaku dan
darah telah banyak terserap dan terpakai gaya hidup kelompoknya.
sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada Hasil penelitian ini sama dengan teori
saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. menurut IDI yaitu salah satu faktor yang
Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, mempengaruhi pola makan anak adalah teman
maka asam lambung yang diproduksi semakin sebaya. Sejak dengan bertambah luasnya
banyak dan berlebih sehingga dapat kontak sosial anak dengan lingkungann ya,
mengiritasi mukosa lambung serta maka tidak dapat dihindari pengaruh teman
menimbulkan rasa nyeri diskitar epigastrium sebaya terhadap pilihan makanan. Hal ini
(Sediaoetama, 2009). ditandai dengan penolakan yang tiba-tiba
terhadap makanan yang biasanya dikonsumsi
Pengaruh Teman Sebaya dan meminta makanan yang sedang popular.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Tingkah laku ini suatu saat akan berubah.
SPSS 21.0 maka didapatkan hasil 0.014 Orang tua harus membatasi pengaruh-
dengan derajat signifikan 0.05. Hasil pengaruh yang tidak diinginkan dan juga harus
menunjukan nilai p<0,05 sehingga dapat realitas, karena pergolakan terhadap makanan
disimpulkan ada pengaruh antara teman akan hilang dengan sendirinya.
sebaya dengan kepatuhan pola makan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Pengaruh Dukungan Keluarga
yang dikemukakan oleh Yusuf (2011) jika Dari hasil uji statistik menggunakan uji
setelah masuk sekolah, anak mulai bergaul kendall tau diperoleh nilai p sign sebesar 0,008
dengan teman sebayanya dan menjadi anggota lebih kecil dari nilai alpha 0.05, maka Ha
dari kelompoknya.Pada saat inilah dia mulai diterima yaitu ada pengaruh antara dukungan
mengalihkan perhatiannya untuk keluarga terhadap kepatuhan pola makan pada
mengembangkan sifat-sifat atau perilaku yang siswa penderita gastritis di SMP N 5
cocok atau dikagumi oleh teman-temannya, Banguntapan Bantul.
walaupun mungkin tidak sesuai dengan Dukungan yang diperoleh pasien dapat
harapan orang tuanya.Melalui hubungan memberikan solusi dalam memecahkan
interpersonal dengan teman sebayanya, anak suatu masalah yang dihadapi sehingga
belajar menilai dirinya sendiri dan sesorang sedang menderita sakit maka
kedudukannya dalam kelompok.Bagi anak pasien tersebut akan lebih cepat sembuh
yang kurang mendapat kasih sayang dan (Sarafino, 2005).
bimbingan keagamaan atau etika dari orang Menurut Purba, Dukungan keluarga
tuanya, biasanya kurang memiliki kemampuan adalah sikap, tindakan, dan penerimaan
selektif dalam memilih teman dan mudah keluarga terhadap penderita yang sakit.

45
CAKRA MEDIKA
Media Publikasi Penelitian; 2019; Volume 6; No 1.
Website: http://jurnal.akperngawi.ac.id

Keluarga memiliki empat fungsi dukungan Ada pengaruh teman sebaya terhadap
yaitu: dukungan informasional, dukungan kepatuhan pola makan pada siswa penderita
penilaian, dukungan instrumental, dan gastritis di SMP N 5 Banguntapan, dengan
dukungan emosional. Kepatuhan merupakan nilai P = 0,014 < 0,05.
tahap pertama dari perubahan perilaku Ada pengaruh dukungan keluarga
sehingga seorang pasien membutuhkan terhadap kepatuhan pola makan pada siswa
pengawasan dalam hal mengubah perilakunya, penderita gastritis di SMP N 5 Banguntapan,
dimana salah satu anggota keluarga dapat dengan nilai P = 0,014 < 0,05.
dijadikan sebagai pengawas dalam hal
mengikuti anjuran ataupun terapi yang 6. DAFTAR PUSTAKA
diberikan oleh tenaga medis.Salah satu fungsi Abata, Qorry ‘Aina. (2016). Ilmu Penyakit
dukungan keluarga adalah dukungan Dalam. Madiun : Yayasan PP Al-
emosional yaitu keluarga merupakan tempat Furqon.
yang aman dan damai untuk istirahat dan Adriani, Merryana & Wirjatmadi,
pemulihan serta membantu penguasaan Bambang.(20140. Pengantar Gizi
terhadap emosi, ada perasaan Masyarakat. Jakarta : Kecana.
terlindungi.Keluarga dapat mempunyai Baliwati, Farida, Yayuk. (2009). Pengantar
pengaruh positif kepada sikap pasien untuk Pangan dan Gizi.Jakarta :
menerima edukasi tentang pengaturan makan Penebar swadaya.
yang dianjurkan oleh ahli gizi. Brunner & Suddarth.(2011). Keperawatan
Keluarga memiliki fungsi strategis Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
dalam menurunkan angka kekambuhan, Diasta, B. (2016). Hubungan Pola Makan
meningkatkan kemandirian dan taraf hidupnya Dengan Kejadian Gastritis Pada
serta pasien dapat beradaptasi kembali pada Remaja Di Pondok Al-Hikmah, Trayon,
masyarakat dan kehidupan Karanggede, Boyolali. Universitas
sosialnya.Dukungan yang dimiliki oleh Muhammadiyah Surakarta, Fakultas
seseorang dapat mencegah berkembangnya IImu Kesehatan, Surakarta (Publikasi
masalah akibat tekanan yang dihadapi. Ilmiah). (Diakses Pada Tanggal 15
Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan Maret 2018)
lebih berhasil menghadapi dan mengatasi Dinas Kesehatan Provinsi DIY. (2017). Bank
masalahnya dibanding dengan yang tidak Data Kabupaten/Kota. Yogyakarta
memiliki dukungan (Taylor dalam Friedman Hartati, dkk.(2014). Hubungan Pola Makan
1998). Secara lebih spesifik, keberadaan Dengan Resiko Gastritis Pada
dukungan sosial keluarga yang adekuat Mahasiswa Yang Menjalani System
terbukti berhubungan dengan menurunnya KBK. Ilmu Keperawatan-Universitas
mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan Riau : Riau. (Publikasi Ilmiah) (
dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan Diakses Pada Tanggal 16 Maret 2018)
kesehatan emosi (Ryan dan Austin dalam Hidayat, A Aziz Alimul. (2008). Metode
Friedman, 1998). Penelitian Keperawatan dan Tehnik
Analisisdata.Jakarta : Salemba Medika.
5. KESIMPULAN Huzaifah, Zaqyyah, (2017). Hubungan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Pengetahuan Tentang Penyebab
dipaparkan diatas, maka dapat ditarik Gastritis Dengan Perilaku Pencegahan
kesimpulan sebagai berikut: Gastritis.Fakultas Keperawatan Dan
Karakteristik responden paling banyak Ilmu Kesehatan – Universitas
di umur 13 tahun dengan jumlah 43 orang atau Muhammadiyah Banjarmasin.
55,12%. 44 responden atau 56,41% berjenis (Publikasi Ilmiah) (Diakses Pada
kelamin laki-laki, dan yang mengaku pernah Tanggal 19 Maret)
sakit gastritis yaitu 33 responden atau 42,31%. Irianto, Kus & Waluyo, Kusno.(2010). Gizi
Ada pengaruh pengetahuan dan sikap dan Pola Hidup Sehat. Bandung : CV.
terhadap kepatuhan pola makan pada siswa YRAMA WIDYA.
penderita gastritis dengan tingkat signifikan Istiany, Ari & Rusilanti.(2014). Gizi Terapan.
0,014, karena probabilitas (0,014) lebih kecil Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
dari 0,05.

46
CAKRA MEDIKA
Media Publikasi Penelitian; 2019; Volume 6; No 1.
Website: http://jurnal.akperngawi.ac.id

Kurniawan, candra bagus& kosasih ikhwan,


(2014).Factor Factor Yang
Mempengaruhi Kekambuhan Gastritis.
Akademi Keperawatan Pamenang Pare-
Kediri (Publikasi Ilmiah) (Diakses 29
Maret 2018)
Munafo, Marcus danAlbery Ian P,
(2011).PanduanLengkap Dan
KomprehensifbagiStudiPsikologiKeseha
tan.Yogyakarta :Palmall
Notoatmodjo, Soekidjo, (2010).
PromosiKesehatanTeori Dan Aplikasi.
Jakarta :RinekaCipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012).
MetodologiPenelitianKesehatan.
Jakarta : PT AsdiMahasatya
Nursalam.(2013). Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta. Salemba Medika.

47

Anda mungkin juga menyukai