PENDAHULUAN
1
2
gastritis adalah faktor makanan (63,39%), faktor stress (78,57%), dan faktor obat
(53,57%).
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 15-19 Februari 2018 terhadap
10 pasien Puskesmas Senapelan terdiagnosis gastritis. Tiga diantaranya
mengatakan mengetahui beberapa hal tentang gastritis seperti faktor-faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya dan bagaimana tanda gejala gastritis, sehingga
timbul dorongan dari dalam diri mereka untuk melakukan perubahan agar tidak
terjadinya kekambuhan. Lima orang lainnya mengatakan mengetahui beberapa hal
yang menyebabkan terjadinya gastritis tetapi tidak adanya keinginan atau
dorongan dari dalam diri mereka untuk melakukan perubahan sehingga mereka
sering menunda-nunda jam makan, mengkonsumsi makanan yang dapat
meningkatkan asam lambung yaitu asinan, bubur kacang ijo, dan makanan pedas
meskipun membuat mereka kembali berobat ke Puskesmas dengan diagnosa yang
sama. Dua orang lainnya mengatakan masih melakukan hal-hal yang dapat
membuat kekambuhan gastritis, hal tersebut dilakukan karena tidak adanya
keinginan untuk melakukan perubahan dan menganggap bahwa gastritis hanyalah
penyakit biasa dan ringan. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin melihat lebih
jauh mengenai “Hubungan pengetahuan tentang gastritis dengan motivasi untuk
mencegah kekambuhan gastritis”
1.2 Rumusan Masalah
Penderita gastritis cenderung masih melakukan hal-hal yang dapat
mengakibatkan terjadinya kekambuhan gastritis, hal tersebut dilakukan karena
kurangnya pengetahuan dan kurangnya motivasi untuk melakukan pencegahan
kekambuhan. Jika dibiarkan berlarut-larut maka dapat mengakibatkan kanker
lambung bahkan kematian, namun jika penderita gastritis melakukan upaya
pencegahan kekambuhan maka kekambuhan tidak akan terjadi bahkan
berkemungkinan akan sembuh. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui
“Apakah ada hubungan pengetahuan tentang gastritis dengan motivasi untuk
mencegah kekambuhan gastritis”.
5
6
7
dalam materi ini dapat juga diartikan digunakan dengan penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan lain sebagainya dalam situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Suatu kemampuan individu dalam menjabarkan materi atau objek ke dalam
bagian-bagian tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih berkaitan
antara satu dengan yang lainnya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang telah ada atau kemampuan seseorang untuk
menghubungkan beberapa bagian-bagian menjadi suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Penilaian terhadap suatu materi atau objek yang mana penilaian tersebut
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang
telah ada.
2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak (2012), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang kepada individu
ataupun kelompok agar yang bersangkutan tersebut dapat memahami.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengetahuan
ataupun pengalaman, baik secara langsung maupun tidak langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan fisik dan
psikologis (mental). Pada aspek psikologi (mental), taraf berpikir seseorang
menjadi semakin matang dan dewasa.
8
d. Minat
Minat merupakan suatu keinginan yang tinggi terhadap sesuatu, dengan adanya
minat membuat seseorang untuk mencoba sehingga orang tersebut memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
e. Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan
pengalaman buruknya namun tidak pengalamana yang menyenangkan.
Pengalaman yang menyenangkan secara psikologi dapat menimbulkan kesan yang
sangat mendalam dan sangat membekas dalam emosi kejiwaan seseorang.
Pengalaman baik itulah yang akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam
kehidupan seseorang.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan lingkungan sekitar dapat mempengaruhi pembentukan sikap
seseorang.
g. Informasi
Informasi dapat membuat seseorang untuk cepat memperoleh pengetahuan
yang baru.
2.1.1.4 Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Kholid (2014), cara-cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai
berikut :
a. Cara coba salah (trial and error)
Cara coba salah ini dilakukan dengan adanya kemungkinan pada suatu hal atau
adanya kemungkinan dalam memecahkan masalah. Apabila kemungkinan tersebut
tidak berhasil maka akan dicoba dengan kemungkinan yang lain.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip dalam memperoleh pengetahuan adalah bagaimana seseorang dapat
menerima pendapat yang dikemukakan orang lain tanpa terlebih dulu menguji
atau membuktikan kebenaran, baik berdasarkan fakta yang didapatkan dari
observasi maupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal tersebut disebabkan karena
9
Tabel 2.1
Jenis makanan yang harus dikurangi dan dihindari penderita gastritis
e. Stres berat
Ketika terjadi peningkatan stres maka terjadi juga peningkatan rangsangan
saraf otonom yang kemudian akan merangsang peningkatan sekresi gastrin dan
merangsang peningkatan asam hidroklorida (HCL). Peningkatan HCL dapat
mengikis mukosa lambung (Ratu & Adwan, 2013).
f. Infeksi mikroorganisme
Bakteri Helicobacter pylori adalah bakteri yang menghasilkan toksik.
Lambung memiliki beberapa lapisan, jika lambung terinfeksi bakteri H.pylori
maka bakteri tersebut akan mengikis lapisan-lapisan lambung dan bakteri ini juga
dapat meningkatkan sekresi asam lambung (Ardiansyah, 2012; Sukarmin, 2013).
2.1.3.4 Patofisiologi Gastritis
a. Gastritits akut
Membran mukosa lambung mengalami pembengkakan dan hiperemik
(kongesti dengan jaringan, cairan, dan darah), serta mengalami erosi superfisial.
Bagian tersebut berfungsi untuk mensekresi sejumlah getah lambung yang
mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mukus. Dimana laserasi superfisial
dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi. Sehingga seseorang akan
merasakan sakit kepala, mual, lemas, dan tidak nafsu makan (Ardiansyah, 2012).
Setelah mengalami peradangan selang beberapa waktu mukosa lambung
mampu kembali normal. Tetapi beberapa kasus hemoragi perlu dilakukannya
tindakan bedah. Namun bila pengiritasi telah mencapai usus maka dapat
mengakibatkan kolik dan diare. Biasanya akan sembuh dalam jangka waktu
sehari, meskipun nafsu makan menurun sekitar dua sampai tiga hari (Ardiansyah,
2012).
b. Gastritis kronik
Peradangan lambung yang lama dapat disebabkan karena ilkus benigna atau
maligna dari lambung atau karena bakteri H.Pylori. Gastritis kronis dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu tipe A dan tipe B. Gastritis kronis tipe A
(gastritis autoimun) merupakan gastritis yang disebabkan dari perubahan sel
parietal yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal tersebut berhubungan
dengan penyakit autoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau
17
korpus dari lambung. Sementara gastritis kronis tipe B (kadang disebut sebagai
gastritis H.Pylori) gastritis yang mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung bawah
lambung dekat duodenum) dan dihubungkan dengan bakteri H.Pylori. Faktor
makanan seperti makanan pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, dan
merokok juga dapat menyebabkan gangguan ini (Ardiansyah, 2012).
2.1.3.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari gastritis cukup bervariasi, mulai dai keluhan ringan
hingga adanya pendarahan pada saluran cerna bagian atas, berikut manifestasi
klinis gastritis menurut Ardiansyah (2012) dan Misnadiarly (2009) sebagai
berikut:
Tabel 2.2
Manifestasi Klinis Gastritis
2.1.3.6 Pemeriksaan
a. Endoskopi
Pemeriksaan diagnostik yang paling umum digunakan pada pasien gastritis
adalah endoskopi dengan biopsi lambung. Sebelum dilakukannya pemeriksaan
pasien akan diberikan obat untuk mengurangi ketidaknyamanan dan kecemasan.
Sebuah tabung tipis dengan kamera kecil pada bagian ujungnya dimasukkan
melalui mulut atau hidung dan kemudian sampai ke perut. Endoskopi digunakan
untuk memeriksa lapisan kerongkongan, perut, dan bagian pertama dari
intestinum (Sukarmin, 2013).
b. Upper gastrointestinal (GI) seri
Sebelum dilakukan pemeriksaan pasien diberikan barium, bahan cair kontras
yang dapat membuat saluran pencernaan terlihat dalam sinar X. Pada hasil gambar
X-ray biasanya menunjukkan perubahan pada lapisan perut seperti erosi atau
borok (Sukarmin, 2013).
18
c. Tes darah
Pada pemeriksaan tes darah dapat diketahui apakah pasien mengalami anemia
yang merupakan suatu tanda adanya perdarahan di perut. Biasanya juga ditandai
dengan darah yang kaya besi bersubstansi dan hemoglobin biasanya berkurang
(Ratu & Adwan, 2013).
2.1.3.7 Penatalaksaan
Menurut Sukarmin (2013), pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk
mengurangi jumlah asam di lambung sehingga dapat mengurangi gejala yang
menyertai gastritis dan meningkatkan penyembuhan pada lapisan perut,
pengobatan tersebut adalah :
a. Antasida yang mengandung aluminium, magnesium dan karbonat kalsium
dapat meredakan nyeri dengan cara menetralisirkan asam pada lambung.
dengan pemberian aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida tersebut
dapat mengurangi kadar asam pada lambung, namun obat tersebut memiliki
efek samping seperti diare atau sembelit karena penurunan asam tersebut
dapat menurunkan rangsangan peristaltik usus.
b. Histamine (H2) blocker, yaitu seperti famotidine dan ranitidine. H2 blocker
dapat menurunkan produksi asam dengan mempengaruhi pada bagian lapisan
epitel lambung dengan cara menghambat rangsangan sekresi oleh saraf
otonom pada nervus vagus
c. Inhibitor pompa proton (PPI), yaitu seperti omeprazole, lansoprazole,
pantoprazole, rabeprazole, esoprazole, dan dexlansoprazole. Obat tersebut
bekerja dengan menghambat produksi asam lambung melalui penghambatan
terhadap elektrolit yang menimbulkan potensial aksi pada saraf otonom
vagus. PPI diyakini lebih efektif dalam menurunkan produksi asam lambung
daripada H2 blocker.
d. Jika gastritis disebabkan oleh penggunaan obat NSAID (Nonsteroid
Antiinflamasi Drugs) jangka panjang seperti aspirin, aspilet maka penderita
disarankan untuk berhenti mengkonsumsinya, mengurangi dosis, atau beralih
pada obat lain untuk nyeri.
19
Skema 2.1
Hubungan Pengetahuan Tentang Gastritis Dengan Motivasi Untuk Mencegah
Kekambuhan Gastritis
1. Tahu (know)
2. Memahami
(comprehension)
3. Aplikasi (application)
4. Analisis (analisys)
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation) Bentuk Motivasi:
1. Motivasi intrinsik
2. Motivasi ekstrinsik
Keterangan :
Diteliti
Tidak Diteliti
Skema 2.2
Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan Tentang Gastritis Dengan Motivasi
Untuk Mencegah Kekambuhan Gastritis
2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian yang
kebenarannya akan di buktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan uraian teoritis di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah :
a. Ha : Ada hubungan pengetahuan tentang gastritis dengan motivasi untuk
mencegah kekambuhan gastritis.
b. Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan tentang gastritis dengan motivasi
untuk mencegah kekambuhan gastritis
BAB 3
METODE PENELITIAN
24
25
dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Adapun kriteria inklusi pada
penelitian ini adalah :
3.3.2.1 Pasien dengan diagnosa gastritis
3.3.2.2 Penderita gastritis yang berobat di Puskesmas Senapelan Kecamatan
Senapelan Pekanbaru pada bulan Maret, April dan Mei 2018
3.3.2.3 Berusia 20-60 tahun
3.3.2.4 Bisa membaca dan menulis
3.3.2.5 Bersedia menjadi subjek penelitian
3.6 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
3.6.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah segala bentuk data dan informasi yang sudah ditetapkan oleh
peneliti untuk dilakukan analisis data atau kesimpulan. Variabel penelitian ini
adalah variabel independen dan varianbel dependen. Variabel independen adalah
variabel yang menjadi sebab timbulnya variabel dependen (terikat) (Donsu, 2016).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang gastritis
sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah motivasi untuk
mencegah kekambuhan gastritis.
3.6.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang ingin diteliti. Definisi operasional ditentukan
berdasarkan parameter ukuran dalam penelitian dan memberikan skala
pengukuran pada masing-masing variabel (Donsu, 2016). Berdasarkan judul
penelitian yaitu hubungan pengetahuan tentang gastritis dengan motivasi untuk
mencegah kekambuhan gastritis, maka dapat dijabarkan definisi operasional
seperti tabel berikut :
27
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Definisi
Variabel Alat ukur Skala ukur Hasil ukur
operasional
Independen : Segala sesuatu Kuesioner Ordinal Baik jika nilai
Pengetahuan yang diketahui 56-100%
tentang gastritis penderita
gastritis tentang
definisi,
klasifikasi, Kurang jika nilai
penyebab, < 56%
patofisiologi,
tanda gejala,
dan komplikasi.
Dependen : Keinginan Kuesioner Ordinal Tinggi jika nilai
Motivasi untuk penderita mean
mencegah gastritis untuk ≥ 37,2787
kekambuhan mencegah
gastritis kekambuhan Rendah jika nilai
gastritis mean < 37,2787
Tabel 3.2
Jadwal Penelitian
Tahun 2018
No Kegiatan
Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt
1 Pembuatan proposal
2 Seminar proposal
3 Perbaikan proposal
4 Pengumpulan data
5 Pengolahan data
6 Penulisan skripsi
7 Ujian skripsi
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada bab IV ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan
antara pengetahuan tentang gastritis dengan motivasi untuk mencegah
kekambuhan gastritis. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada
tanggal 05 Juni 2018 s/d 01 Juli 2018 terhadap 122 responden, selanjutnya
dilakukan analisis statistik melalui dua tahapan yaitu dengan menggunakan
analisis univariat dan bivariat dari penelitian diperoleh hasil sebagai berikut:
4.1.1 Analisis Univariat
4.1.1.1 Karakteristik Responden
a. Usia
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa rerata usia responden pada penelitian
ini adalah 33,98 tahun dengan standar deviasi 8,37 tahun.
b. Jenis kelamin
Tabel 4.2
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
33
34
c. Pekerjaan
Tabel 4.3
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
d. Pendidikan terakhir
Tabel 4.4
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.7
Hubungan Pengetahuan Tentang Gastritis Dengan Motivasi Untuk Mencegah
Kekambuhan Gastritis
orang (7,5%) yang memiliki motivasi rendah. Dari 55 orang yang memiliki
pengetahuan kurang semuanya memiliki motivasi rendah. Hasil uji statistik
dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p value 0,000 yaitu p value < α
(0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan signifikan
antara pengetahuan tentang gastritis dengan motivasi untuk mencegah
kekambuhan gastritis.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Univariat
4.2.2.1 Karakteristik Responden
a. Usia
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan usia rerata
responden adalah 33,98 tahun, Potter dan Perry (2010) mengatakan bahwa usia
tersebut dalam kategori dewasa muda dimana termasuk dalam rentang 20-40
tahun. Usia merupakan salah satu faktor yang menentukan kematangan dalam
berpikir, bertindak, dan belajar. Kematangan dalam berpikir seseorang dapat
mempengaruhi baik pengetahuan, sikap, dan tindakan individu (Azwar, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Setyawan (2015), menyatakan
bahwa usia dewasa adalah waktu saat seseorang mencapai puncak dari
kemampuan intelektualnya. Menurut Harjowinoto dan Susanto (2008), usia
dewasa muda adalah usia dimana seseorang berada pada kondisi prima sehingga
orang tersebut memiliki semangat serta motivasi dalam hidupnya. Sehingga
dengan usia tersebut seseorang dapat mengelola kemampuan berpikirnya untuk
mencegah kekambuhan gastritis dan memiliki semangat yang tinggi untuk
melakukan tindakan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut peneliti menyimpulkan bahwa dengan rerata usia
33,98 tahun atau dalam usia dewasa muda ini dianggap telah mampu berfikir
secara rasional dan mampu mengingat pengetahuan dengan sangat baik dan sudah
mencapai kematangan sehingga akan berdampak pada upaya pencegahan
kekambuhan gastritits.
37
b. Jenis kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan dengan jumlah 68 orang (55,7%) dibandingkan laki-laki yaitu
sebanyak 54 orang (44,3%). Jenis kelamin merupakan perbedaan bentuk, sifat,
dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan, yang menentukan perbedaan peran
mereka adalah menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan. Perbedaan
ini terjadi karena masing-masing memiliki alat reproduksi yang berbeda atau alat
untuk meneruskan keturunan (Prasetiyo, 2015).
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan
manusia terhadap objek melalui indra yang dimiliki, dimana pengetahuan yang
didapatkan dipengaruhi oleh seberapa besar intensitas perhatian terhadap objek
tersebut. Artinya laki-laki dan perempuan memiliki peluang yang sama untuk
berpengetahuan tinggi mengenai gastritis hanya saja tergantung dari seberapa
besar intensitas perhatiannya terhadap objek tersebut.
Menurut Ahmadi (2009), motivasi adalah dorongan internal dan eksternal
dalam diri seseorang yang didasarkan dengan adanya hasrat dan minat, dorongan
dan kebutuhan, harapan dan cita-cita. Artinya laki-laki dan perempuan memiliki
peluang yang sama untuk memiliki motivasi tinggi dalam mencegah kekambuhan
gastritis hanya saja tergantung dari seberapa besar minat atau dorongan yang ada
pada dirinya untuk melakukan hal tersebut.
Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama
memiliki peluang untuk terjadinya kekambuhan gastritis hanya saja tergantung
dari pandangan individu tersebut mengenai gastritis. Apabila individu memiliki
pandangan diri yang baik maka akan berpengetahuan baik tentang gastritis dan
memiliki motivasi yang tinggi dalam mencegah kekambuhan gastritis. Sebaliknya
apabila individu memiliki pandangan diri yang buruk maka akan berpengaruh
terhadap kurangnya pengetahuan tentang gastritis dan rendahnya motivasi dalam
mencegah kekambuhan gastritis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Kuniyawan (2017) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan
gastritis, menunjukkan bahwa faktor jenis kelamin tidak menunjukkan ada
hubungan yang bermakna dengan terjadinya kekambuhan gastritis.
38
c. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki
pekerjaan yaitu pekerja swasta sebanyak 64 orang (52,5%). Pekerjaan adalah
sebagai sebuah kegiatan aktif yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan
sebuah karya yang bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang (Prasetiyo,
2015).
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengetahuan,
pengetahuan tersebut bisa didapatkan dari informasi. Informasi merupakan sebuah
pesan yang disampaikan pengirim kepada penerima. Informasi sangat diperlukan
untuk menciptakan pemikiran, hal yang baru, ide, kreatifitas dan isu yang terbaru
dalam hal dunia (Mubarak, 2012; Sujarwo, 2012; Wawan & Dewi, 2010). Seperti
individu berinteraksi dengan berbagi pengalaman kepada individu lain tentang hal
apa saja yang dapat meningkatkan asam lambung dan lain sebagainya maka hal
tersebut merupakan informasi yang dapat menambah pengetahuan seseorang.
Semakin banyak informasi yang diterima mengenai gastritis maka ia cenderung
memiliki pengetahuan yang luas atau pengetahuan yang baik tentang gastritis.
Berdasarkan analisa peneliti, dengan mayoritas responden bekerja maka dapat
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan. Dimana pekerjaan tersebut
membuat individu dapat berinteraksi dan berbagi pengalaman mengenai gastritis
sehingga mereka bisa mendapatkan lebih banyak pengetahuan tentang gastritis.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryono (2016) tentang
pengetahuan pasien dengan gastritis tentang pencegahan kekambuhan gastritis,
menyatakan bahwa orang yang bekerja dan berinteraksi dengan orang lain maka
akan lebih terpapar informasi sehingga meningkatkan pengetahuan daripada yang
hanya dirumah atau yang tidak bekerja tanpa berinteraksi dengan orang lain.
d. Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang kepada individu
ataupun kelompok agar yang bersangkutan tersebut dapat memahami (Mubarak,
2012). Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan dikategorikan menjadi tiga pertama
pendidikan dasar yaitu SD dan SMP kedua pendidikan menengah yaitu SMA dan
39
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa rerata usia
responden adalah 33,98 tahun, mayoritas pendidikan terakhir responden SMA,
mayoritas responden bekerja di swasta, mayoritas responden berpengetahuan baik,
mayoritas responden memiliki motivasi tinggi, dan terdapat hubungan
pengetahuan tentang gastritis dengan motivasi untuk mencegah kekambuhan
gastritis.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Responden
Diharapkan bagi masyarakat terdiagnosis gastritis dapat lebih meningkatkan
pengetahuan tentang gastritis, lebih meningkatkan motivasi dalam mecegah
kekambuhan gastritis dan melakukan tindakan upaya pencegahan kekambuhan
gastritis.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan institusi pendidikan keperawatan, penelitian ini dapat menjadi
sumber informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai hubungan
pengetahuan tentang gastritis dengan motivasi untuk mencegah kekambuhan
gastritis.
5.2.3 Bagi Puskesmas Senapelan
Diharapkan bagi Puskesmas Senapelan dapat lebih pro aktif lagi dalam
meningkatkan informasi tentang gastritis seperti memberikan penyuluhan dan
membuat poster.
5.2.4 Bagi peneliti lain
Diharapkan bagi peneliti lain penelitian ini dapat dijadikan data dasar dan
informasi untuk melakukan penelitian lanjut tentang hubungan pengetahuan dan
motivasi terhadap sikap dalam melakukan pencegahan kekambuhan gastritis.
44
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, R., Azizah, A., & Agianto, A. (2016). Kejadian gastritis di RSUD Ratu
Zalecha Martapura. Dunia Keperawatan, 4(1), 48-54. Diperoleh dari
http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/JDK/article/view/2545.
Ahmadi, Abu. (2009). Psikologi umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Ardiansyah, M. (2012). Medikal bedah untuk mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press.
Azwar, S. (2013). Sikap manusia : teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Dahlan, M.S. (2012). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2016). Profil kesehatan provinsi Riau 2015.
Diperoleh dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI
_2015/04_Riau_2015.pdf.
Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2017). Profil kesehatan provinsi riau 2017.
Pekanbaru: Dinkes.
Donsu, J.D.T. (2016). Metodelogi penelitian keperawatan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Endang, L., & Puspadewi, V.A. (2012). Penyakit maag dan gangguan
pencernaan. Yogyakarta: Kanisus.
Harjowinoto, S. & Susanto, H. (2008). Muda berinvestasi, tua menikmati, mati
masuk surge. Jakarta: Gramedia.
Hidayat, A.A.A. (2011). Metode penelitian keperawatan dan teknik alasisi data.
Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, D. R. (2009). Ilmu perilaku manusia pengantar psikologi untuk tenaga
kesehatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Huzaifah, Z. (2017). Hubungan pengetahuan tentang penyebab gastritis dengan
perilaku pencegahan gastritis, 1(1). Diperoleh dari
https://journal.umbjm.ac.id/index.php/healthy/article/download/62/36/.
45
46
Prasetyo, B., & Jannah, L.M. (2014). Metode penelitian kuantitatif: teori dan
aplikasi. Jakarta: Rajawali.
Ratu, A.R., & Adwan G.M. (2013). Penyakit hati, lambung, usus, dan ambeien.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Riyanto, A. (2011). Aplikasi metodelogi penelitian kesehatan. Yogyakarta: 2011.
Rusdianah, E. (2017). Hubungan tingkat pengetahuan dengan motivasi
pencegahan kekambuhan hipertensi pada lansia di desa pondok kecamatan
babadan ponorogo, 2(09.) Diperoleh dari http://jurnal.stikesmuhla.ac.id/wp-
content/uploads/2018/01/57-64-Eva-Rusdianah.pdf.
Saam, Z., & Wahyuni, S. (2013) Psikologi keperawatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sani, W., Tina, L., & Jufri, N. N. (2016). Analisis Faktor Kejadian Penyakit
Gastritis pada Petani Nilam di Wilayah Kerja Puskesmas Tiworo Selatan Kab.
Muna Barat Desa Kasimpa Jaya Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat, 2(5). Diperoleh dari
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESMAS/article/view/1928.
Setiawati, S., & Dermawan, A.C. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan
kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.
Setyawan. H. (2015). Gambaran pengetahuan peran perawat dalam ketepatan
waktu tanggap penanganan kasus gawat darurat di instalasi gawat darurat
rumah sakit umum daerah karanganyar. Diperoleh dari
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-herusetyaw-1271-
1-skripsi-m.pdf
Shanty, M. (2011). Penyakit saluran pencernaan: pedoman menjaga & merawat
kesehatan pencernaan. Jakarta: KATAHATI.
Sujarweni, W.V. (2014). Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Sujarwo, R. (2012). Faktor-faktor pengetahuan rendah. Diperoleh dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article.
Sukarmin. (2013). Keperawatan pada sistem pencernaan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
48
Suryono, S., & Meilani, R. D. (2017). Pengetahuan pasien dengan gastritis tentang
pencegahan kekambuhan gastritis. Jurnal akp, 7(2). Diperoleh dari
http://ejournal.akperpamenang.ac.id/index.php/akp/article/download/141/123.
Tilong, A.D. (2014). Rahasia pola makan sehat. Yogyakarta: Flash Books.
UNDANG-UNDANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. Undang-undang
republik indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Diperoleh dari
http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/2016/08/UU_no_20_th
_2003.pdf.
Wahyu, D., Supono., & Hidayah, N. (2015). Pola makan sehari-hari penderita
gastritis. Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, 1(1). Diperoleh dari
http://jurnal.poltekkes-malang.ac.id/berkas/15b9-17-24.pdf.
Wawan, A., & M.D. (2010). Pengetahuan, sikap dan perilaku manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.
World Health Organization (WHO). (2012). Di akses dari http://aici.co.id/data-
penyakit-gastritis-menurut/.
Yuliarti, N. (2009). Maag – kenali, hindari, dan obati. Yogyakarta: ANDI.