Anda di halaman 1dari 98

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DIET

PADA PASIEN HIPERTENSI USIA PRALANSIA (45-59 TAHUN)


DI RSUD KELAS B KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana


Pada Program Studi S-1 Keperawatan
STIKes YPIB Majalengka

ELIS HERYENI
NIM. 18142012024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
MAJALENGKA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN


PERILAKU DIET PADA PASIEN HIPERTENSI USIA
PRALANSIA (45-59 TAHUN) DI RSUD KELAS B
KABUPATEN SUBANG TAHUN 2020

NAMA : ELIS HERYENI

NIM : 18142012024

Majalengka, September 2020

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

H. Ade Tedi Irawan, SKM., M.Kes. Ayu Idaningsih, S.SiT., M.Kes.


LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN


PERILAKU DIET PADA PASIEN HIPERTENSI USIA
PRALANSIA (45-59 TAHUN) DI RSUD KELAS B
KABUPATEN SUBANG TAHUN 2020

NAMA : ELIS HERYENI

NIM : 18142012024

Majalengka, September 2020

Mengesahkan,

Penguji I, Penguji II, Penguji III,

Hera Hijriani, S.Kep., Ners., M.Kep. H. Ade Tedi Irawan, SKM., M.Kes. Wini Fitrina Sofyan, M.Pd.

Mengetahui,

Ketua Prodi S-1 Keperawatan

Hera Hijriani, S.Kep., Ners., M.Kep.


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Elis Heryeni


NIM : 18142012024
Program Studi : S1 Keperawatan STIKes YPIB Majalengka
Judul Skripsi : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Diet pada
Pasien Hipertensi Usia Pralansia (45-59 tahun) di RSUD
Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Majalengka
Pada tanggal : September 2020
Yang Menyatakan

(materai 6000)

(Elis Heryeni)

iv
Motto dan Persembahan

Motto

Ubah pikiranmu dan kau dapat mengubah duniamu

Persembahan

Sujud syukur ku persembahkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat Nya. Terimakasih kepada

Orang Tua, Suami, Anak-anak, sahabat semua yang telah membantu dan memberi dukungan.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

v
Biodata Diri

Nama penulis : Elis Heryeni

Tempat, tanggal lahir : Tasikmalaya, 1 September 1978

Agama : Islam

Alamat : Blok Puskopad Sukajaya Blok C No.65 Rt 058 / Rw

017 Cigadung Kabupaten Subang

Riwayat Pendidikan

1. TK Galunggung (1985-1986)

2. SDN Pakemitan Tasikmalaya (1986-1992)

3. SMPN 5 Tasikmalaya (1992-1995)

4. SPK PEMDA TK.II Kabupaten Subang (1995-1999)

5. AKPER PEMDA Kabupaten Subang (2002-2005)

6. S1 Keperawatan YPIB Majalengka (2018 - Sekarang)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA

vi
Skripsi, September 2020

ELIS HERYENI
NIM. 18142012024

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DIET


PADA PASIEN HIPERTENSI USIA PRA LANSIA (45-59 TAHUN) DI
RSUD KELAS B KABUPATEN SUBANG TAHUN 2020

v bab + xvi + 67 halaman + 7 tabel + 2 diagram + 5 lampiran

ABSTRAK

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem


peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai
normal. Jumlah pasien penderita hipertensiusia pra lansia di RSUD Kelas B
Kabupaten Subang pada tahun 2019 sebanyak 456 orang (27, 7%). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku diet
pada pasien hipertensi usia pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten
Subang tahun 2020.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi usia pra lansia (45-
59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang bulan Juli-Agustus 2020 sebanyak
31 orang dengan teknik accidental sampling. Analisis datanya meliputi analisis
univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariatnya uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang dari setengah (45,2%) pasien
hipertensi usia pralansia (45-59 tahun) mendapatkan dukungan keluarga rendah.
Lebih dari setengah (51,6%) pasien hipertensi usia pralansia (45-59 tahun)
perilaku dietnya kurang baik. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
perilaku diet pada pasien hipertensi usia pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B
Kabupaten Subang Tahun 2020.
Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan kepada pasien hipertensi
usia pralansia (45-59 tahun) tentang perilaku diet dengan metode yang mudah
dipahami dan dimengerti seperti menggunakan leaflet atau lembar balik, juga
memotivasi kepada keluarga untuk selalu memberikan dukungan kepada pasien
untuk menjaga dan mempercepat penyembuhan penyakit yang dialami pasien.
Bagi pra lansia untuk melakukan kontrol dengan rutin kepada petugas kesehatan.

Kata kunci : Dukungan Keluarga, Perilaku Diet Hipertensi, Pralansia


Literatur : 50 sumber (2015-2020)

NURSING STUDY PROGRAMME


HIGHER SCHOOL FOR HEALTH SCIENCE YPIB MAJALENGKA

vii
Essay Thesis, September 2020

ELIS HERYENI
NIM. 18142012024

RELATIONSHIP OF FAMILY SUPPORT WITH DIET BEHAVIOR IN


HYPERTENSION PATIENTS AGE OF PRE ELDERLY (45-59 YEARS OLD)
IN CLASS B HOSPITAL SUBANG DISTRICT 2020

v chapter + xvi + 67 pages + 7 tables + 2 diagrams + 5 attachments

ABSTRACT

Hypertension or high blood pressure is a disorder of the circulatory system


that can cause an increase in blood pressure above normal values. The number of
patients with pre-elderly hypertension in the Class B Hospital in Subang Regency
in 2019 was 456 people (27.7%). This study aims to determine the relationship
between family support and dietary behavior in hypertensive patients of pre
elderly (45-59 years) at Class B Hospital, Subang Regency in 2020.
This type of research is a quantitative study with a cross sectional
approach. The sample in this study was 31 people with pre-elderly hypertension
patients (45-59 years) at the Class B Regional Hospital, Subang Regency in July-
August 2020 with 31 people using accidental sampling technique. Data analysis
includes univariate analysis with frequency distribution and the bivariate chi
square test.
The results showed that less than half (45.2%) of hypertensive patients of
pre elderly (45-59 years) received low family support. More than half (51.6%) of
hypertensive patients with pre elderly (45-59 years) had poor diet behavior.
There is a relationship between family support and dietary behavior in
hypertensive patients of pralant age (45-59 years) in Class B Hospital, Subang
Regency, 2020.
Health workers need to provide education to hypertensive patients of pre-
age age (45-59 years) about dietary behavior with methods that are easy to
understand and understand, such as using leaflets or flipcharts, as well as
motivating families to always provide support to patients to maintain and
accelerate healing of diseases experienced by the patient.
For pre-elderly people to carry out routine control to health workers.

Keywords: Family Support, Hypertension Diet Behavior, Pre Elderly


Literature: 50 sources (2015-2020)

viii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat yang

telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini

yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Diet pada Pasien

Hipertensi Usia Pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang

tahun 2020”.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Skripsi ini adalah untuk

memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Studi S1 Keperawatan

STIKes YPIB Majalengka.

Skripsi ini dapat hadir seperti sekarang ini tidak lepas dari bantuan banyak

pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses

penyusunan Skripsi ini dari awal hingga akhir. Oleh karena itu dalam kesempatan

ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak,

diantara kepada :

1. H. Satmaja, BA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Imam Bonjol (YPIB)

Majalengka.

2. Dr. Wawan Kurniawan, SKM, S.Kep., M.Kes., selaku Ketua STIKes YPIB

Majalengka.

3. Hera Hijriani, S.Kep., Ners., M.Kep., selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKes YPIB Majalengka.

ix
4. H. Ade Tedi Irawan, SKM, M.Kes., selaku Pembimbing I yang telah

memberikan saran dan masukannya dalam penyusunan Skripsi ini.

5. Ayu Idaningsih, S.SiT., M.Kes., selaku Pembimbing II yang telah

memberikan saran dan masukannya dalam penyusunan Skripsi ini.

6. Kedua orang tua, terima kasih atas do’a dan dukungan selama ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam penyusunan Skripsi ini.

Akhirnya, besar harapan kami agar kehadiran Skripsi ini dapat

memberikan manfaat yang berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting

adalah semoga dapat turut serta memajukan ilmu pengetahuan untuk Program

Studi S1 Keperawatan. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Majalengka, September 2020

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT.......................................................................................................viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................xiv
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia........................................................................................
7
1. Pengertian ............................................................................
7
2. Batasan-batasan Lansia........................................................
7
3. Status Kesehatan pada Lansia Indonesia..............................
8

xi
4. Perubahan-perubahan akibat Proses Menua..........................
9
B. Hipertensi .................................................................................
9
1. Pengertian ............................................................................
9
2. Etiologi Hipertensi...............................................................
10
3. Klasifikasi Hipertensi...........................................................
10
4. Patofisiologi Hipertensi........................................................
10
5. Tanda dan Gejala Hipertensi ...............................................
12
6. Faktor-faktor Resiko Hipertensi ..........................................
13
7. Komplikasi Hipertensi .........................................................
17
8. Penanganan dan Pengobatan................................................
19
C. Perilaku Diet Hipertensi..............................................................
20
1. Pengertian..............................................................................
20
2. Tujuan Diet Hipertensi..........................................................
21
3. Macam-macam Diet Hipertensi ...........................................
22
4. Cara Pengukuran Diet Hipertensi .........................................
23

xii
D. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Diet Hipertensi..........
38
E. Kerangka Teori............................................................................
47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep...................................................................... 48
B. Definisi Operasional.................................................................. 49
C. Hipotesis.................................................................................... 49
D. Metode Penelitian...................................................................... 50
1. Desain Penelitian................................................................... 50
2. Populasi dan Sampel............................................................. 50
3. Lokasi dan waktu Penelitian................................................. 51
4. Instrumen Penelitian.............................................................. 51
5. Teknik Pengumpulan Data.................................................... 52
6. Pengolahan Data.................................................................... 52
7. Analisa Data.......................................................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 57
B. Pembahasan............................................................................... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .............................................................................. 66
B. Saran ......................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasiolan Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Perilaku Diet pada Pasien Hipertensi Usia Pra Lansia (45-59
tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020................
49

xiv
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi..........................................................................
54

Tabel 3.3 Interpretasi Data...............................................................................


54

Tabel 3.4 Tabel Silang 2 x 2 ............................................................................


55

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pada Pasien Hipertensi


Usia Pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten
Subang tahun 2020...........................................................................
57

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Diet pada Pasien Hipertensi Usia
Pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang
tahun 2020........................................................................................
58

Tabel 4.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Diet pada Pasien
Hipertensi Usia Pralansia (45-59 Tahun) di RSUD Kelas B
Kabupaten Subang Tahun 2020.......................................................
59

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

xv
Diagram 2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Diet pada Pasien Hipertensi..........................................
47

Diagram 3.1 Visualisasi Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Keluarga


dengan Perilaku Diet pada Pasien Hipertensi Usia Pra Lansia
(45-59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun
2020.............................................................................................
48

DAFTAR LAMPIRAN

xvi
Lampiran 1. Lembar Permohonan Responden

Lampiran 2. Informed Concent

Lampiran 3. Kuesioner

Lampiran 4. Master Tabel Penelitian

Lampiran 5. Hasil Pengolahan SPSS

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 5. Lembar Bimbingan

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia

karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam

melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Definisi sehat menurut World Helath

Organization (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik,

mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (WHO,

2016).

Kesehatan menjadi bagian yang mendasar dalam hidup manusia baik

untuk anak-anak, usia dewasa, lansia mulai dari usia pra lansia dan sampai

dengan lansia lanjut. Seiring dengan proses pertambahan usia seseorang, maka

akan terjadi perubahan baik secara fisik maupun psikis. Pada proses menua

terjadi penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling

berinteraksi satu sama lain (Hikmaharidha, 2015).

Memasuki usia lanjut, ada suatu proses dimana terjadi penurunan atau

perubahan-perubahan anatomis dan fisiologis pada organ-organ tubuh.

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh,

diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,

sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria,

endokrin dan integumen. Salah satu perubahan sistem yang perlu mendapatkan

perhatian adalah perubahan sistem kardiovaskuler karena akibat perubahan

1
1
2

kardiovaskular sering mengalami peningkatan tekanan darah atau hipertensi

(Maryam, dalam Muharrika, 2017).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem

peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai

normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg. Laporan WHO menyatakan bahwa pada

tahun 2015 jumlah kasus hipertensi di dunia adalah 839 juta kasus dan

diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun 2025 dengan jumlah 1, 15

milyar kasus atau sekitar 29% dari total penduduk dunia (Larasika, 2017).

Hipertensi pada usia pra lansia di beberapa negara di Asia Tengga, yaitu

di Thailand pada tahun 2017 mencapai 7,5 juta penderita hipertensi, di

Malaysia tahun 2017 tercatat sebanyak 5 2 juta penderita hipertensi dan

Singapura 2,1 juta penderita hipertensi (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia tahun 2018, berdasarkan umur

yaitu kelompok umur 45-54 tahun sebesar 35,6%, kelompok umur 55-64 tahun

sebesar 45,9%, kelompok umur 65-74 tahun sebesar 57,6%, dan untuk

kelompok umur 75 tahun keatas sebesar 63,8% (Kementerian Kesehatan RI,

2019). Sedangkan prevalensi hipertensi pada pra lansia di Provinsi Jawa Barat

di Provinsi Jawa Barat tahun 2018 sebesar 56, 7% dan tahun 2019 sebesar 60%

(Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2019).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang tercatat

jumlah penderita hipertensi di Kabupaten Subang tahun 2019 pada kelompok

usia pra lansia sebanyak 3. 638 orang (Badan Pusat Statistik Kabupaten

Subang, 2019). Menurut data dari RSUD Kelas B Kabupaten Subang, tercatat
3

jumlah pasien penderita hipertensi pada tahun 2019 sebanyak 1. 678 orang

untuk semua kelompok umur, sedangkan yang berusia pra lansia tercatat

sebanyak 456 orang (27, 7%).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem

peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai

normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg (Marliani, 2015). Sedangkan menurut

Sani dalam Jafar (2015), hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan

darah tinggi dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

banyak diderita di dunia termasuk di Indonesia.

Tingginya kasus hipertensi pada dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut Elsanti (2015) dan Marliani (2015) faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dapat dibagi

menjadi dua yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan yang dapat dikontrol.

Faktor yang tidak dapat dikontrol yaitu jenis kelamin, umur, dan genetik.

Sedangkan faktor yang dapat dikontrol yaitu manajemen diri, obesitas, kurang

olahraga, kebiasaan merokok, mengonsumsi garam berlebih, minum kopi dan

stres.

Diet merupakan salah satu metode pengendalian hipertensi secara alami

jika dibandingkan dengan obat penurun tekanan darah yang dapat

menimbulkan berbagai efek samping yang terjadi, untuk diet hipertensi

anjurkan diet rendah garam, diet rendah kolesterol, dan diet rendah purin.

Tujuan dari diet ini adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah tinggi
4

serta mampu menghilangkan penimbunan garam atau air dalam jaringan tubuh

(Sustrani, 2015).

Dukungan keluarga sangat penting dalam keberhasilan pasien hipertensi

melakukan diet. Adanya dukungan keluarga terhadap pasien hipertensi usia pra

lansia dapat menyebabkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri

pasien. Selain itu dengan adanya dukungan keluarga berdampak pada

kemudahan lansia untuk melakukan diet hipertensi. Keluarga juga mempunyai

peran utama dalam memberi dorongan kepada pasien sebelum pihak lain turut

memberi dorongan (Niven, 2015).

Peran keluarga dalam melakukan diet, keluarga dapat menjadi faktor

yang sangat berpengaruh dalam program pengobatan tekanan darah dan diet.

Bimbingan penyuluhan dan dorongan secara terus-menerus sangat diperlukan

agar penderita hipertensi mampu melaksanakan rencana yang dapat diterima

untuk bertahan hidup dengan hipertensi dan mematuhi aturan terapinya

(Notoatmodjo, 2015).

Hasil penelitian yang dilakukan Bisnu (2017) di Puskesmas Ranomuut

Kota Manado menunjukkan ada hubungan dukungan keluarga dengan derajat

hipertensi dengan nilai p = 0,000, juga penelitian Dewi (2016) di Lingkungan

Kelurahan Tonja menunjukkan ada hubungan yang signifikan dan kuat antara

dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan penatalaksanaan diet lansia

dengan hipertensi dengan nilai p = 0,000. Demikian juga dengan penelitian

Perdana (2017) di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman


5

Yogyakarta menunjukkan ada hubungan yang bermakna secara statistik antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada lansia dengan hipertensi.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Kelas B Kabupaten

Subang, terhadap 10 orang pasien hipertensi usia pra lansia (45-59 tahun)

sebanyak 7 orang mengatakan sering menkonsumsi makanan yang berlemak

dan sering makan jeroan, sementara 3 orang lainnya mengatakan sudah tidak

mengkonsumsi makanan yang berlemak dan mampu membatasi penggunaan

garam hanya jarang mengkonsumsi buah dan sayuran. Dari 7 orang yang sering

makanan yang berlemak dan sering makan jeroan sebanyak 6 orang

mengatakan keluarganya tidak menegur dan tidak peduli apa yang

dikonsumsinya.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Diet

pada Pasien Hipertensi Usia Pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B

Kabupaten Subang tahun 2020. ”

B. Rumusan Masalah

Jumlah pasien penderita hipertensiusia pra lansia di RSUD Kelas B

Kabupaten Subang pada tahun 2019 sebanyak 456 orang (27, 7%) dan hasil

studi pedahuluan sebanyak 7 dari 10 penderita hipertensi sering menkonsumsi

makanan yang berlemak dan sering makan jeroan. Maka pertanyaan

penelitiannya adalah “Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan


6

perilaku diet pada pasien hipertensi usia pralansia (45-59 tahun) di RSUD

Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku diet

pada pasien hipertensi usia pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B

Kabupaten Subang tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga pada pasien hipertensi

usia pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun

2020.

b. Untuk mengetahui gambaran perilaku diet pada pasien hipertensi usia

pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020

c. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku diet

pada pasien hipertensi usia pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B

Kabupaten Subang tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan di bidang

keperawatan pada pasien hipertensi khususnya mengenai hubungan

dukungan keluarga dengan perilaku diet pada pasien hipertensi.


7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi RSUD Kelas B Kabupaten Subang

Melalui penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihak

RSUD Kelas B Kabupaten Subang mengenai perilaku diet pada pasien

hipertensi dan salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan perilaku

diet dengan dukungan keluarga.

b. Bagi STIKes YPIB Majalengka

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi, dan

dapat pula dijadikan sebagai bahan untuk pelatihan kepada mahasiswa

mengenai perilaku diet hipertensi.

c. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan perilaku diet pada

hipertensi dapat dipraktikan sehingga mencegah dan mengurangi

komplikasi hipertensi yang lebih buruk lagi.

d. Bagi Peneliti Lain

Sebagai dasar dan untuk pengembangan penelitian yang sejenis

dengan memperhatikan desain penelitian lainnya.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

1. Pengertian

Lansia atau usia lanjut adalah suatu periode penutup dalam rentang

hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh”

dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu

yang penuh manfaat (Hurlock, dalam Sarwono, 2015). Lansia merupakan

proses alamiah dan berkesinambungan yang mengalami perubahan anatomi,

fisiologis, dan biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya

mempengaruhi keadaan fungsi dan keadaan badan secara keseluruhan

(Fatimah, 2015).

Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak,

dewasa, dan akhirnya menjadi tua (Pujianti, 2015). Lansia merupakan tahap

akhir dari siklus hidup manusia, yaitu bagian dari proses kehidupan yang

tidak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Pada tahap

ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,

khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah

dimilikinya (Soejono, 2015).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, lansia dapat diartikan

sebagai proses dari kehidupan yang ditandai dengan perubahan-perubahan


9

yang semakin berkurang fungsinya dan cenderung pada masa tua banyak

sekali penyakit yang diderita seperti hipertensi.

2. Batasan-batasan Lansia

Batasan lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan (middle

age) antara 45 - 59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60 - 74 tahun, dan usia

lanjut tua (old) antara 75 – 90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas

90 tahun (Nugroho, 2015). Menurut Kementerian Kesehatan RI (2016),

batasan lansia terbagi dalam beberapa kelompok yaitu:

a. Pralansia (Prasenilis) yaitu masa persiapan usia lanjut yang mulai

memasuki antara 45 – 59 tahun.

b. Lansia (Lanjut Usia) yaitu kelompok yang memasuki usia 60 tahun

keatas.

c. Lansia resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau

kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti,

menderita penyakit berat, atau cacat.

3. Status Kesehatan pada Lansia Indonesia

Membicarakan mengenai status kesehatan para lansia, penyakit atau

keluhan yang umum diderita adalah penyakit rematik, hipertensi, penyakit

jantung, penyakit paru-paru (bronkitis/ dispnea), diabetes mellitus, jatuh,

paralisis/ lumpuh separuh badan, TBC paru, patah tulang dan kanker. Lebih

banyak wanita yang menderita/ mengeluhkan penyakit-penyakit tersebut

daripada kaum pria, kecuali untuk bronkitis (pengaruh rokok pada pria)

(Kementerian Kesehatan RI, 2016).


10

4. Perubahan-perubahan akibat Proses Menua

Perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses menua adalah

sebagai berikut (Nugroho, 2015):

a. Perubahan Fisik dan Fungsi

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia adalah:

1) Sel, jumlah sel menurun/lebih sedikit, ukuran sel lebih kecil, jumlah

cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, proporsi protein di

otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun, jumlah sel otak menurun,

mekanisme perbaikan sel terganggu, otak menjadi atrofi beratnya

berkurang 5-10%, lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan

melebar.

2) Sistem persarafan, berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap

orang berkurang tiap harinya), respon dan waktu untuk bereaksi

lambat khususnya terhadap stres, saraf panca indera mengecil, defisit

memori.

3) Sistem pendengaran, gangguan pendengaran, membran timpani

menjadi atrofi menyebabkan otoslerosis, tinitus (bising yang bersifat

mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa terus menerus

atau intermitten).

4) Sistem penglihatan, lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa),

menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan, daya

adaptasi terhadap gelap lebih lambat, penurunan/hilangnya daya

akomodasi, dengan manifestasi presbiopi. Daya membedakan warna


11

menurun, terutama warna biru atau hijau.

5) Sistem kardiovaskuler, katup jantung menebal dan menjadi kaku,

elastisitas dinding aorta menurun, curah jantung menurun, tekanan

darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat,

Sistole normal ≤ 170 mmHg, diastole ≤ 95 mmHg.

6) Sistem pengaturan suhu tubuh, temperatur tubuh menurun

(hipotermia) secara fisiologis ≤ 35 Celcius, ini akibat dari

metabolisme menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak

dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi penurunan

aktivitas otot.

7) Sistem pernapasan, otot pernapasan mengalami kelemahan akibat

atrofi, kehilangan kekuatan, dan menjadi kaku, berkurangnya

elastisitas bronkus, aktivitas silia menurun, sehingga refleks dan

kemampuan untuk batuk berkurang.

8) Sistem pencernaan, kehilangan gigi, penyebab utama peridontal

disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, indra pengecap

menurun, esofagus melebar, peristaltik lemah dan biasanya timbul

konstipasi, fungsi absorbsi melemah.

9) Sistem reproduksi, pada wanita, vagina mengalami kontraktur dan

mengecil, ovari menciut, uterus mengalami atrofi, atrofi payudara,

atrofi vulva, selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi

halus, sekresi berkurang, sifatnya alkali dan terjadi perubahan warna.

Pada pria, testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun


12

ada penurunan secara berangsur-angsur. Dorongan seksual menetap

sampai usia di atas 70 tahun.

10) Sistem genitourinaria, mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah

ke ginjal berkurang. Akibatnya kemampuan mengonsentrasi urine

menurun. Vesika urinaria otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun

smpai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat.

Pembesaran prostat: kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas

65 tahun.

11) Sistem endokrin, produksi hampir semua hormon menurun, produksi

aldosteron menurun. Sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron,

estrogen, dan testosteron menurun.

12) Sistem integumen, kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan

jaringan lemak, respon terhadap trauma menurun, kulit kepala dan

rambut menipis dan berwarna kelabu, pertumbuhan kuku lebih

lambat, jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.

13) Sistem muskuloskeletal, yulang kehilangan densitas (cairan) dan

semakin rapuh. Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama

vertebra, pergelangan, dan paha. Diskus intervetebralis menipis dan

menjadi pendek (tingginya berkurang). Persendian membesar dan

menjadi kaku.

14) Sistem Neuromuskuler, perubahan yang terjadi adalah kemunduran

dalam mempertahankan posisi mereka dan menghindari

kemungkinan jatuh. Kemampuan untuk mempertahankan posisi


13

dipengaruhi oleh keseimbangan (balance), postur tubuh, kemampuan

berpindah.

b. Perubahan psikologis

Perubahan psikologis yang terjadi pada lansia yaitu short term

memory, frustasi kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut

menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan.

B. Hipertensi

1. Pengertian

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.

Pada setiap detak jantung, tekanan darah bisa berkisar antara maksimum

(sistolik) dan minimum (diastolik). Tekanan sistolik adalah jumlah yang

muncul di bagian atas, dikenal dengan tekanan dara sistolik. Itu adalah

jumlah yang diukur dalam setiap detak jantung, ketika jantung berkontraksi

dan mendorong darah melalui arteri ke seluruh tubuh. Angka tekanan darah

sistolik yang normal adalah sekitar 120 mmHg kebawah, sedangkan tekanan

darah sistolik yang menunjukkan angka 140 mmHg keatas dianggap

sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi (Smeltzer dan Bare, 2015).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada

sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di

atas nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg (Marliani, 2015). Menurut

Sani dalam Jafar (2015), hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit
14

tekanan darah tinggi dan merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang banyak diderita di dunia termasuk di Indonesia.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum

terjadi dalam masyarakat kita. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada

arteri utama didalam tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering

dijumpai pada orang lanjut usia (Shanty, 2015).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi dan di batas normal yaitu

jika melebihi 140 / 90 mmHg.

2. Etiologi Hipertensi

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi

essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%).

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya

penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola

makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah

kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok

dan minum alkohol (Saraswati, 2015).

Berdasarkan etiologinya, menurut Indrayani (2015), hipertensi dibagi

dua yaitu:

a. Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau idiopatik, adalah

hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi

termasuk dalam kelompok ini. Kelainan hemodinamik utama pada


15

hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab

hipertensi esensial adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan

lingkungan.

b. Hipertensi sekunder. Prevalensinya hanya sekitar 5-8 % dari seluruh

penderita hipertensi. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal

(hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan

lain-lain.

3. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut JNC 7 (Joint National Commitee on the

prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure)

dalam Kementerian Kesehatan RI (2016) adalah sebagai berikut:

a. Normal, jika tekanan sistolik < 120 mmHg dan tekanan diastolik< 80

mmHg.

b. Pre hipertensi, jika tekanan sistolik 120-139 mmHg atau tekanan diastolik

80-89 mmHg.

c. Hipertensi tahap 1, jika tekanan sistolik 140-159 mmHg atau tekanan

diastolik 90-99 mmHg.

d. Hipertensi tahap 2, jika tekanan sistolik > 160 mmHg atau tekanan

diastolik> 100 mmHg.

4. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.

Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan

darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi
16

perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika terjadi

perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi

ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi lebih lama.

Sistem yang cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui

baroreseptor, reflek kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan

reflek yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos. Sistem

lain yang kurang cepat merespon perubahan tekanan darah melibatkan

respon ginjal dengan perngaturan hormon angiotensin dan vasopressor

(Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang

merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosis

ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri

sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot

arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi

penyempitan pada arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak

dapat mengatur tekanan darah kemudian mengakibatkan hipertensi.

Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung

bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam bentuk hipertrofo ventrikel

kiri dan gangguan fungsi diastolik karena gangguan relaksasi ventrikel kiri

sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi

(Agoes, 2015).

Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan

bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak


17

terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume

cairan darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian

terjadi penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah

tidak dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi

gangguan diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

5. Tanda dan Gejala Hipertensi

Tanda dan gejala yang biasa ditimbulkan pada penderita hipertensi

menurut Nurarif dan Kusuma (2015) adalah :

a. Tidak ada gejala

Tekanan darah yang tinggi namun penderita tidak merasakan

perubahan kondisi tubuh, seringkali hal ini mengakibatkan banyak

penderita hipertensi mengabaikan kondisinya karna memang gejala yang

tidak dirasakan.

b. Gejala yang lazim

Gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri kepala dan

kelelahan. Beberapa pasien memerlukan pertolongan medis karena

mereka mengeluh skit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas,

gelisah, mual, muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Hipertensi yang

menaun dan tergolong hipertensi berat biasanya akan menimbulkan

keluhan yang sangan nampak yaitu sakit kepala, kelelahan, mual,

muntah, sesak nafas, nafas pendek (terengah-engah), gelisah, pandangan

mata kabur dan berkunang-kunang, emosional, telinga berdengung, sulit

tidur, tengkuk terasa berat, nyeri kepala bagian belakang dan didada, otot
18

lemah, terjadi pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, keringat

berlebih, denyut jantung yang kuat, cepat atau tidak teratur, impotensi,

perdarahan di urine, bahkan mimisan (Martuti, 2015).

6. Faktor-faktor Resiko Hipertensi

Elsanti (2015) dan Marliani (2015), menyebutkan bahwa faktor dapat

yang mempengaruhi penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi

antara lain faktor yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol.

a. Faktor yang dapat dikontrol

1) Jenis Kelamin

Prevelansi terjadinya hipertensi atau tekanan darah pada pria

sama dengan wanita. Hipertensi atau tekanan darah tinggi lebih

banyak terjadi pada pria usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak

menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60 % penderita

hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan

hormon setelah menopause. Wanita yang belum mengalami

menopouse dilindungi hormon esterogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar

kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan

esterogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada

usia premenopause.
19

2) Umur

Insiden peningkatan tekanan darah meningkat seiring dengan

pertambahan umur. Semakin tinggi umur seseorah semakin tinggi

tekanan darahnya, jadi jika orang lebih tua cenderung mempunyai

tekanan darah tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Pada orang

lanjut usia (usia > 60 tahun) terkadang mengalami peningkatan

tekanan nadi karena arteri lebih kaku akibat terjadinya arterioklerosis

sehingga menjadi tidak lentur.

3) Genetik

Faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai resiko menderita hipertensi atau tekanan

darah juga karena hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar

sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap

sodium individu. orang tua dengan hipertensi mempunyai resiko dua

kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Jadi seseorang akan

memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika

orang tuanya adalah penderita hipertensi.

b. Faktor yang dapat dikontrol

1) Obesitas

Obesitas adalah penumpukan lemak berlebih atatu abnormal

yang dapat mengganggu kesehatan. Seseorang dikatakan obesitas

apabila terjadi penambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka.


20

Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan

akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa

kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga

distribusi lemak diseluruh tubuh. Distribusi lemak dapat menyebabkan

resiko yang berhubungan dengan berbagai macam penyakit

degeneratif. Obesitas dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat

meningkatkan prevalensi hipertensi, intoleransi glukosa, dan penyakit

jantung koroner aterosklerotik pada pasien-pasien yang obesitas.

2) Kurang olahraga

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan

hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan

tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan

kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga

bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. Meskipun

tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang berolahraga,

namun jika olahraga secara teratur akan lebih sehat dan mungkin

memiliki tekanan darah lebih rendah daripada mereka yang tidak

melakukan baik dari pada olahraga berat tetapi hanya sekali.

3) Kebiasaan merokok

Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang

membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada

jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi maka

merokok dapat memperburuk keadaan tersebut. Merokok dapat


21

merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit dan lapisan

menjadi tebal dan kasar, nikotin, CO dan bahan lainya dalam asap

rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam

pembuluh darah), mempermudah pengumpulan darah sehingga dapat

merusak pembuluh darah perifer. Keadaan paru-paru dan jantung

mereka yang tidak merokok dapat bekerja secara efisien.

4) Mengonsumsi garam berlebih

Konsumsi natrium berlebih menyebabkan kosentrasi natrium

didalam cairan ekstraseluler meningkat. Badan kesehatan dunia yaitu

WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat

mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium

direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2, 4 gram

sodium atau 6 gram garam) perhari.

5) Minum kopi

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi

mengandung 75-200 mg karein, dimana dalam satu cangkir tersebut

berpotensi meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg. Konsumsi kopi

menyebabkan curah jantung meningkat dan terjadi peningkatan sistole

yang lebih besar dari tekanan distol. Hal ini terlihat pada orang yang

bukan peminum kopi yang menghentikannya paling sedikit 12 jam

sebelumnya.
22

6) Stres

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan

curah jantung sehingga menstrimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun

stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi,

dan karakteristik personal.

7) Manajemen diri

Program manajemen diri dikembangkan untuk mendukung

pasien dengan penyakit kronis, salah satunya penyakit hipertensi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayes menyatakan bahwa

manajemen hipertensi yang efektif salah satunya dengan

menghentikan kebiasaan merokok, mempertahankan diet yang sehat

dan aktivitas fisik yang sehat. Modifikasi perilaku sangat bermanfaat

untuk mengurangi atau menunda dampak buruk dari komplikasi akibat

hipertensi seperti stroke (Lin, 2015),

7. Komplikasi Hipertensi

Beberapa komplikasi yang ditimbulkan akibat penyakit hipertensi

(Kartikasari, 2015):

a. Otak

Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang

diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan

intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari

pembuluh non otak yang terpajan tekanan darah tinggi. Stroke dapat

terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang mendarahi otak


23

mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-

daerah yang diperdarahinya akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang

akanmengalami arteroklerosis melemah sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya aneurisma. Ensafalopati juga dapat terjadi

terutama pada hipertensi maligna atau hipertensi dengan onset cepat.

b. Kardiovaskular

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami

arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran

darah melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak

mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen

miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia

jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark. Beban kerja jantung

akan meningkat pada hipertensi. Jantung akan terus-menerus memompa

darah dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan pembesaran ventrikel

kiri sehingga darah yang dipompa oleh jantung akan berkurang. Apabila

pengobatan yang dilakukan tidak tepat atau tidak adekuat pada tahap ini

maka dapat menimbulkan komplikasi gagal jantung kongestif.

c. Ginjal

Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progesif

akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan Perbedaan

glomerolus. Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir

ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan

berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran


24

glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga

sering dijumpai edema sehingga akibat dari tekanan osmotik koloid

plasma yang berkurang.

d. Retinopati

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan

pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama

hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang

dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan

darah yang tinggi adalah iskemia optik neuropati atau kerusakan pada

saraf mata akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina.

Penderita hypertensitive retinopathy pada awalnya tidak menunjukan

gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi kebutuhan pada stadium akhir.

Kerusakan yang lebih parah pada mata terjadi pada kondisi hipertensi

maligna, tekanan darah meningkat secara tiba-tiba.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua

jenis, yaitu:

a. Penanganan obat (non farmakologis)

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia

(2015), yang termasuk penanganan hipertensi non farmakologis, yaitu:

1) Pengontrolan Berat Badan

Hipertensi berkaitan kuat dengan berat badan berlebih. Makin

besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk


25

menyampaikan oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Volume

darah yang meningkat memberikan tekanan yang lebih besar pada

dinding pembuluh darah arteri. Penurunan tekanan darah dapat terjadi

karena penurunan berat badan. Penurunan berat badan akan diikuti

dengan penurunan dosis obat anti hipertensi. Oleh karena itu, pasien

hipertensi dianjurkan untuk menurunkan berat badan dengan cara diet

rendah energi dan melakukan latihan 30-45 menit sebanyak 4-6 kali

seminggu (Ramayulis, 2015).

2) Diet Rendah Garam

Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh

yang memiliki fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa

tubuh serta berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot. Pola

makan sehari-hari umumnya mengandung natrium berlebih. Dalam

keadaan normal, jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh melalui urin

sama dengan jumlah yang dikonsumsi. Konsumsi natrium berlebih

dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh sehingga

dapat menyebabkan edema dan/atau hipertensi. Angka kecukupan

natrium dalam sehari adalah ± 2400 mg, dimana 2000 mg dipenuhi

dari konsumsi garam dapur dalam pemberian rasa pada masakan dan

400 mg sisanya terkandung dalam bahan makanan yang digunakan.

Satu gram garam dapur mengandung 387, 6 mg natrium. Oleh karena

itu, dianjurkan konsumsi garam dapur sekitar 5 gram (setara dengan

1½ sendok teh) per hari (Ramayulis, 2015).


26

3) Diet Rendah Lemak

Konsumsi lemak berlebih dapat meningkatkan risiko kejadian

hipertensi, terutama lemak jenuh. Konsumsi lemak jenuh berlebih

dapat mengakibatkan kadar lemak dalam tubuh meningkat, terutama

kolesterol. Kolesterol yang berlebih akan menumpuk pada dinding

pembuluh darah sehingga mengakibatkan aliran darah tersumbat dan

tekanan darah menjadi meningkat. Asupan lemak yang dianjurkan

adalah 27% dari total energi dan < 6% adalah lemak jenuh. Angka

kebutuhan kolesterol yang dianjurkan adalah < 300 mg per hari

(Damayanti, 2015).

4) Olahraga

Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan

terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan

meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Jenis

olah raga atau aktifitas fisik pada lansia dapat dilakukan dengan cara

olahraga yang bersifat reaktif atau senam misalnya senam 10 menit,

senam Kegel, Yoga, Tai Chi dan Ergonomik (Supriani, 2015).

5) Berhenti Merokok

Kandungan nikotin di dalam rokok sangat berbahaya. Nikotin

akan masuk ke dalam aliran darah dan masuk ke otak. Otak

memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon

adrenalin. Hormon adrenalin akan menyempitkan pembuluh darah

sehingga tekanan darah meningkat. Gas karbon monoksida dapat


27

menyebabkan pembuluh darah tegang dan kondisi kejang otot

sehingga tekanan darah naik. Rokok sebanyak 2 batang mampu

meningkatkan 10 mmHg tekanan darah sistolik dan diastolik.

Peningkatan tekanan darah akan menetap hingga 30 menit setelah

berhenti menghisap rokok. Pada saat efek nikotin hilang secara

perlahan, maka tekanan darah juga menurun perlahan. Namun, pada

perokok berat, tekanan darah akan selalu berada pada level tinggi

(Ramayulis, 2015).

6) Manajemen Stres

Stres adalah respon alami dari tubuh dan jiwa seseorang pada

saat seseorang mengalami tekanan dari lingkungan. Hal tersebut dapat

merangsang tubuh mengeluarkan hormon adrenalin yang

menyebabkan jantung menjadi berdetak lebih cepat dan kuat sehingga

tekanan darah meningkat. Manajemen stres bisa dilakukan dengan

melakukan latihan pernapasan, yoga, meditasi dan latihan ringan

lainnya (Varvogli dan Darviri, 2015).

7) Teknik Relaksasi

Relaksasi pernafasan terdiri atas latihan dan praktik pernafasan

yang dirancang dan dijalankan untuk mencapai ventilasi yang lebih

terkontrol dan efisien, dan untuk mencapai mengurangi kerja bernafas.

Latihan pernafasan dapat meningkatkan pengembangan paru

sehinggga ventilasi alveoli meningkat dan akan meningkatkan

konsentrasi oksigen dalam darah sehingga kebutuhan oksigen


28

terpenuhi. Latihan nafas dalam bukanlah bentuk dari latihan fisik, ini

merupakan teknik jiwa dan tubuh yang bisa ditambahkan dalam

berbagai rutinitas guna mendapatkan efek rileks.

b. Penanganan dengan obat-obatan (farmakologis)

Menurut Dorland (2015), penanganan melalui obat-obatan yaitu:

1) Diuretik, obatan-obatan yang bekerja dengan cara mengeluarkan

cairan tubuh sehingga volume cairan di tubuh berkurang yang

mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh

obat-obatan yang termasuk golongan diuretik adalah Hidrokloritazid.

2) Penghambat simpatetik, bekerja dengan menghambat aktivitas saraf

simpatis. Contoh obatnya Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

3) Betabloker, melalui penurunan daya pompa jantung dan cara ini tidak

dianjurkan pada penderita yang diketahui mengidap gangguan

pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya Metopropol,

Proppranolol dan Atenolol.

4) Vasodilator, bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi

otot polos. Contoh obatnya Prasosin dan Hidralasin.

5) Penghambat enzim konversi Angiostensin, menghambat pembentukan

zat Angiotensin II (zat yang dapat meningkatkan tekanan darah).

Contoh obatnya Kaptopril.

6) Antagonis kalsium. Menurunkan daya pompa jantung dengan cara

menghambat kontraksi jantung. Contoh obatnya Nifedipin, Diltiasem

dan Verapamil.
29

7) Penghambat Reseptor Angiostensin II, dengan menghalangi

penempelan zat Angiostensin II pada reseptornya yang mengakibatkan

ringannya daya pompa jantung. Contoh obatnya Valsartan (Diovan).

C. Perilaku Diet Hipertensi

1. Pengertian

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun

yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2015).

Diet adalah salah satu strategi non farmakologi yang efektif, tapi

merubah dan mempertahankan perilaku tidak mudah karena tanggung jawab

besar dari kepatuhan diet tergantung pada pasien dan perawatan diri adalah

penting untuk mengontrol tekanan darah. Bukti menunjukkan bahwa

intervensi untuk mengubah perilaku untuk mengontrol tekanan darah

dianggap sebagai biaya investasi yang efektif dalam kesehatan masyarakat.

Kepatuhan diet adalah tindakan seumur hidup pada pasien hipertensi, dan

keinginan internal dan godaan berperan sebagai penghalang pada masalah

ini. Untuk itu dibutuhkan komitmen yang kuat untuk mempertahankan

perilaku kepatuhan diet dari individu (Kamran, 2015).


30

Perilaku diet hipertensi adalah salah satu cara untuk mengatasi

hipertensitanpa efek yang serius, karena metode pengendaliannya yang

alami. Hanya saja banyak orang yang menganggap diet hipertensi

sebagaisesuatu yang merepotkan dan tidak menyenangkan (Purwati, 2017).

2. Tujuan Diet Hipertensi

Tujuan diet bagi penderita hipertensi sebagai berikut (Kamran, 2015)

adalah sebagai berikut:

a. Mengurangi asupan garam

Mengurangi garam sering juga diimbangi dengan asupanlebih

banyak kalsium, magnesium, dan kalium. uasa garam untukkasus tertentu

dapat menurunkan tekanan darah secara nyata. Umumnya kita

mengkonsumsi lebih banyak garam daripadayang dibutuhkan tubuh.

Anjuran konsumsi natrium dari makanan bagi penderita hipertensi

sebesar 2,4 gram natrium atau 6 gram natrium klorida per hari. Konsumsi

2 sdm garam dapur sehari masih dianggap aman untuk orang Indonesia.

b. Memperbanyak serat

Mengkonsumsi lebih banyak sayur yang mengandung banyak serat

akan memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan

natrium. Sebaiknya penderita hipertensi menghindari makanan kalengan

dan makanan siap saji dari restoran, yang dikhawatirkan mengandung

banyak pengawet dan kurang serat, misalnya semangkuk sereal

mengandung sekitar 7 gr serat.


31

c. Menghentikan kebiasaan buruk

Menghentikan rokok, kopi, dan alkohol dapat mengurangi beban

jantung, sehingga jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok dapat

meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah dengan mengendapkan

kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung

bekerja lebih keras. Sedangkan alkohol dapat memacu tekanan darah.

Selain itu, kopi dapat memacu detak jantung. Menghentikan kopi berarti

menyayangi jantung agar tidak terbebani lebih berat.

d. Perbanyak asupan kalium

Penelitian menunjukkan dengan mengkonsumsi 3500 mg kalium

dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume

darah ideal yang dapat dicapai kembali tekanan darah yang normal.

Makanan yang banyak mengandung kalium misalnya pisang, sari jeruk,

jagung, dan brokoli.

e. Penuhi kebutuhan magnesium

Penelitian menunjukkan bahwa asupan magnesium yang tinggi

yaitu menurut RDA (Recommended Dietary Allowance) adalah sekitar

3500 mg dapat mengurangi tekanan darah pada seseorang yang

mengalami hipertensi. Sumber makanan yang banyak mengandung

magnesium misalnya kacang tanah, bayam, kacang polong, dan makanan

laut.
32

f. Lengkapi kebutuhan kalsium

Kandungan kalsium yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari

yaitu 800 mg yang setara dengan tiga gelas susu dapat mencegah

terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi. Makanan yang banyak

mengandung kalsium misalnya keju rendah lemak dan ikan seperti ikan

salmon.

g. Manfaatkan sayuran dan bumbu dapur

Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrolan

tekanan darah, seperti : tomat, wortel, seledri, bawang putih dan kunyit.

h. Makanan tinggi lemak jenuh

Makanan yang mengandung lemak jenuh seperti lemak pada

daging sapi, domba, dan minyak sawit sangat dilarang untuk penderita

hipertensi. Asupan lemak trans atau jenuh yang berlebihan dapat

meningkatkan resiko kegemukan yang bias memicu hipertensi. Selain itu

penderita hipertensi sangat dilarang untuk mengkonsumsi makanan yang

digoreng karena bias meningkatkan resiko serangan jantung.

i. Makanan olahan

Makanan olahan atau makanan cepat saji sangat dilarang untuk

penderita hipertensi. Biasanya semua jenis makanan kemasan dan

makanan cepat saji banyak mengandung garam dan berbagai bahan

perasan tambahan lain. Hal ini juga meningkatkan resiko tekanan darah

tinggi.
33

3. Macam-macam Diet Hipertensi

Penyusunan komposisi makanan pada penderita hipertensi diharapkan

dapat menurunkan tekanan darah. Rata-rata penurunan konsumsi natrium

sebanyak ± 1, 8 gram/hari dapat menyebabkan tekanan darah sistole

menurun sebesar 4 mmHg dan diastole 2 mmHg. Pada penderita hipertensi

konsumsi garam dapur harus kurang dari 1/4 – 1/2 sendok teh/hari. Anjuran

diet rendah garam I (200-400 mg Natrium) untuk hipertensi berat dan tidak

menambahkan garam didalam masakan. Diet rendah garam II (600-800 mg

Natrium) untuk hipertensi yang tidak terlalu berat. Sedangkan untuk

hipertensi berat berlaku diet garam III (1000-1200 mg Natrium)

(Wahyuningsih, 2015).

Macam diet rendah garam menurut Ignatius (2016) sebagai berikut :

a. Diet Garam Rendah I ( 200-400 mg Na )

Diet Garam Rendah I diberikan kepada pasien dengan edema,

asites dan atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanan tidak

ditambahkan garam. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar

natriumnya.

b. Diet Garam Rendah II (600-1200 mg Na)

Diet Garam Rendah II diberikan kepada pasien dengan edema,

asites dan atau hipertensi tidak berat, pemberian makanan sehari sama

dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan boleh menggunakan

setengah sendok teh garam dapur (2g). Dihindari bahan makanan yang

tinggi kadar natriumnya.


34

c. Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)

Diet Garam Rendah III diberikan kepada pasien dengan edema,

asites dan atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama

dengan Diet Garam Rendah I pada pengolahan makanannya boleh

menggunakan 1 sdt (4) gram dapur.

4. Pengukuran Perilaku Diet Hipertensi

Perilaku dapat dilakukan pengukuran dengan cara observasi langsung

ke lapangan atau dengan kuesioner. Kuesioner perilaku diet hipertensi

pernah dilakukan oleh penelitian Nuruddin (2017) di Puskesmas

Gondokusuman I yang yang terdiri dari 10 item. Indikator perilaku diet

hipertensi yaitu hindari makanan yang banyak mengandung garam yaitu

item nomor 1, 5, 7, indikator hindari makanan yang mengandung banyak

lemak yaitu item nomor 2, 8, 9, indikator banyak makan sayuran hijau dan

buah-buahan yaitu 3, 4, indikator kontrol tekanan darah yaitu no 6 dan

menjalani nasehat petugas kesehatan yaitu no 10. Adapun pengkategorian

perilaku diet hipertensi menurut Kementerian Kesehatan RI (2016) dibagi

menjadi dua yaitu krang baik jika indikator diet hipertensi yang

dilaksanakan < 70% dan baik jika indikator diet hipertensi yang

dilaksanakan > 70% (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

D. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Diet Hipertensi

Perilaku diet adalah tindakan seumur hidup pada pasien hipertensi, dan

keinginan internal dan godaan berperan sebagai penghalang pada masalah ini.
35

Untuk itu dibutuhkan komitmen yang kuat untuk mempertahankan perilaku

kepatuhan diet dari individu (Kamran, 2015). Faktor perilaku menurut teori

Green dalam buku Notoatmodjo (2015), dipengaruhi oleh faktor predisposisi

(predisposing), faktor pemungkin (enabling), dan faktor penguat (reinforcing).

Termasuk faktor predisposisi (predisposing), yaitu faktor yang mempermudah

dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu seperti pengetahuan, sikap,

pendidikan, nilai dan kepercayaan. Termasuk faktor pemungkin (enabling),

yaitu faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu tersebut

seperti ketersediaan sarana kesehatan, dan yang termasuk faktor penguat

(reinforcing), yaitu faktor yang memperkuat atau kadang-kadang justru dapat

memperlunak untuk terjadinya perilaku tersebut seperti, dukungan keluarga,

informasi petugas kesehatan, dan lingkungan.

1. Faktor predisposisi (predisposing)

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan tindakan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2015).

Pengetahuan tentang kesehatan secara umum dapat diartikan

sebagai alat untuk memperbaiki diri dalam hal kesehatan. Pengetahuan


36

menyangkut unsur konservatif dan progresif (perubahan). Unsur

konservatif dari pengetahuan memberikan akibat atau sebagai akibat dari

generasi sebelumnya ke generasi sesudahnya. Sedangkan dari unsur

progresif akan memberikan dampak positif dari perubahan sebagai akibat

adanya pengetahuan. Pengetahuan tentang kesehatan yang dimiliki

seseorang diharapkan akan membawa perubahan perilaku yang lebih baik

(Ali, 2015).

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat

langsung dilihat, tetap hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

tertutup tersebut (Notoatmodjo, 2015). Sikap merupakan penentu penting

dalam tingkah laku. Sikap yang ada padaseseorang akan memberikan

gambaran corak tingkah laku seseorang. Berdasar pada sikap seseorang,

orang akan dapat menduga bagaimana respon atau tindakan yang akan

diambil oleh orang tersebut terhadap suatu masalah atau keadaan yang

dihadapinya. Jadi dalam kondisi wajar, kemungkinan tindakan atau

tingkah laku yang akan diambil sebagai respon terhadap suatu masalah

atau keadaan yang dihadapkan kepadanya dapat diketahui dari sikapnya

(Azwar, 2015). Menurut La Pierre (dalam Azwar, 2015), sikap sebagai

faktor perilaku karenasikap merupakan pandangan atau perasaan yang

disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap


37

senantiasa melahirkan perbuatan atau tindakan tertentu (Notoatmodjo,

2015).

c. Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengetahuan, sikap dan tingkah laku

melalui proses pengajaran dan pelatihan. Pendidikan seseorang

merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan

kesehatan semakin diperhitungkan. Pendidikan merupakan suatu faktor

yang mempengaruhi perilaku seseorang dan pendidikan juga dapat

mendewasakan seseorang serta berperilaku baik, sehingga dapat memilih

dan membuat keputusan dengan lebih tepat (Sudarma, 2015). Ada

pengaruh tingkat pendidikan terhadap perilaku kesehatan. Bahwa

perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan semakin

tinggi pendidikan maka kepedulian dan tanggungjawab akan semakin

tingg sehingga melahrikan perilaku yang lebih baik berbeda dengan yang

berpendidikan rendah yang kurang memperhatikan masalah kesehatan

(Maulana, 2015).

d. Nilai dan Kepercayaan

Kepercayaan atau tradisi mempunyai peran terhadap pembentukan

perilaku masyarakat khususnya di tempat terpencil atau pedesaan.

Masyarakat pada umumnya selalu mengikuti kebudayaan dan adat

istiadat yang sejak dulu telah dibentuk demi mempertahankan hidup

dirinya sendiri ataupun kelangsungan hidup mereka. Termasuk


38

didalamnya mengenai perilaku dalam menjaga dan mempertahankan

kualitas hidup mereka melalui pengobatan yang sudah turun-temurun.

Pada sebagian kelompok masyarakat yang kental dengan tradisi nenek

moyang sulit untuk menerima inovasi atau hal-hal baru dalam dunia

kesehatan (Ali, 2015).

2. Faktor pemungkin (enabling)

a. Ketersediaan Sarana Kesehatan

Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan sangat diperlukan dalam

upaya pemberian pelayanan kesehatan yang merata dan bermutu. Sarana

kesehatan perlu meningkatan pelayanan kesehatan promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Disamping itu keberhasilan kesehatan pada remaja sangat

tergantung dari sarana kesehatan yang ada (Kementerian Kesehatan RI,

2016).

3. Faktor penguat (reinforcing)

a. Dukungan Keluarga

Keluarga berfungsi sebagai sumber energi yang menentukan

kebahagiaan, keluarga sebagai tempat sosialisasi dalam pemberian

informasi, nasehat, saran, pemenuhan kebutuhan ekonomi dan keluarga

sebagai perawatan serta pemeliharaan kesehatan termasuk dalam

menjalankan diet hipertensi. Kurangnya dukungan dari keluarga terhadap

responden dapat dipengaruhi oleh faktor kesibukan anggota keluarga


39

sendiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti bekerja, lamanya

pasien menderita hipertensi (Efendi, 2016).

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan

keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan (Setiadi, 2015). Dukungan keluarga adalah

persepsi seseorang bahwa dirinya menjadi bagian dari jaringan sosial

yang didalamnya tiap anggotanya saling mendukung (Kuncoro, 2015).

Dukungan keluarga didefinisikan oleh Gottlieb dalam Zaenuddin

(2015), yaitu informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata

atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan

subyek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan

hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh

pada tingkah laku penerimanya. Keluarga adalah kumpulan dua orang

atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional

dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian

dari keluarga (Friedman, 2015).

Diet merupakan salah satu metode pengendalian hipertensi secara

alami jika dibandingkan dengan obat penurun tekanan darah yang dapat

menimbulkan berbagai efek samping yang terjadi, untuk diet hipertensi

anjurkan diet rendah garam, diet rendah kolesterol, dan diet rendah purin.

Tujuan dari diet ini adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah
40

tinggi serta mampu menghilangkan penimbunan garam atau air dalam

jaringan tubuh (Sustrani, 2015).

Menurut Friedman (2015), bentuk dukungan keluarga terdiri dari

empat macam dukungan yaitu:

1) Dukungan informasional, yang bersifat informasional dapat berupa

sarana pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara

memecahkan masalah antara lain keluarga mengetahui anggota

keluarganya telah memasuki masa tua, keluarga mengetahui

masalah/penyakit yang terjadi pada anggota keluarganya, keluarga

mengetahui sebab-sebab masalah penyakit dengan mengenali gejala-

gejala yang terjadi.

2) Dukungan penilaian, keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan

balik membimbing dan menangani pemecahan masalah serta sebagai

sumber dan validator identitas anggota. Dukungan ini melibatkan

ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap

ide-ide, perasaan dan performa orang lain.

3) Dukungan instrumental, keluarga merupakan sumber pertolongan

praktis dan konkrit. Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan secara

langsung misalnya berupa penyediaan barang-barang/jasa yang

diperlukan.

4) Dukungan emosional, keluarga sebagai tempat yang aman dan damai

untuk istrahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap

emosi. Merupakan dukungan emosional yang mencakup ungkapan


41

empati, kepedulian dan pengertian terhadap orang yang bersangkutan

misalnya penegasan, reward, pujian dan sebagainnya.

Dukungan keluarga sangat penting dalam keberhasilan pasien

hipertensi melakukan diet. Adanya dukungan keluarga terhadap pasien

hipertensi usia pra lansia dapat menyebabkan ketenangan batin dan

perasaan senang dalam diri pasien. Selain itu dengan adanya dukungan

keluarga berdampak pada kemudahan lansia untuk melakukan diet

hipertensi. Keluarga juga mempunyai peran utama dalam memberi

dorongan kepada pasien sebelum pihak lain turut memberi dorongan

(Niven, 2015).

Peran keluarga dalam melakukan diet, keluarga dapat menjadi

faktor yang sangat berpengaruh dalam program pengobatan tekanan

darah dan diet. Bimbingan penyuluhan dan dorongan secara terus-

menerus sangat diperlukan agar penderita hipertensi mampu

melaksanakan rencana yang dapat diterima untuk bertahan hidup dengan

hipertensi dan mematuhi aturan terapinya (Notoatmodjo, 2015).

Dukungan keluarga dalam diet hipetensi salah satu cara menurunkan

hipertensi pada lansia. Dukungan keluarga yang dapat diberikan pada

penderita hipertensi meliputi dukungan informasi, finansial, dukungan

secara emosi dan dukungan dalam bentuk penilaian atau penghargaan

(Friedman, 2015).

Dukungan keluarga dapat dilakukan dengan kuesioner yang

meliputi empat indikator yaitu dukungan informasional, dukungan


42

penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Kuesioner

dukungan keluarga mengadopsi dari penelitian Nuruddin (2017) di

Puskesmas Gondokusuman I. Kuesioner dukungan keluarga terdiri dari

10 item yaitu indikator dukungan informasi yaitu item no 1, 2 dan 3,

indikator dukungan finansial yaitu item no 4 dan 5, indikator dukungan

emosional yaitu nomor 6, 7, 8 dan indikator dukungan penilaian yatiu

item nomor 9 dan 10. Pengkategoriannya yaitu dukungan keluarga

rendah jika skor jawaban responden < rata-rata dan dukungan keluarga

tinggi jika skor jawaban responden > rata-rata.

b. Informasi Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki kemampuan dan atau

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis

tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan

(Notoatmodjo, 2015). Petugas kesehatan berupaya dan bertanggung

jawab, memberikan pelayanan kesehatan pada individu dan masyarakat

yang profesional melalui pemberian informasi tentang masalah kesehatan

yang berkembang di masyarakat (Suparyanto, 2016). Informasi yang

diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya

informasi seperti dari petugas kesehatan akan memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya perilaku masyarakat yang diharapkan


43

(Notoatmodjo, 2015).

c. Lingkungan

Lingkungan merupakan kondisi di sekitar kita dan mempunyai

pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan kepribadian seseorang

dan juga perilaku. Perilaku di suatu kelompok masyarakat tertentu akan

berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya dan ini terjadi karena

lingkungan masyarakat yang berbeda (Notoatmodjo, 2015).

E. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan Bisnu (2017) tentang hubungan dukungan

keluarga dengan derajat hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas

Ranomuut Kota Manado menunjukkan sebanyak (40,5%) pada pasien

hipertensi mendapatkan dukungan keluarga rendah dan sebanyak (55,0%)

pasien perilaku dietnya kurang baik, dan didapatkan nilai p = 0, 000 artinya

ada hubungan dukungan keluarga dengan derajat hipertensi.

2. Penelitian Dewi (2016) tentang hubungan dukungan keluarga dengan

tingkat kepatuhan penatalaksanaan diet lansia dengan hipertensi di

Lingkungan Kelurahan Tonja menunjukkan sebagian besar memiliki

dukungan keluarga yang rendah sebanyak 53,3% dan kepatuhan

penatalaksanaan diet lansia yang kurang 46,5%, serta ada hubungan yang

signifikan dan kuat antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan

penatalaksanaan diet lansia dengan hipertensi dengan nilai p = 0, 000.


44

3. Penelitian Pihartono (2019) dengan judul hubungan dukungan keluarga

dengan kepatuhan pemenuhan diet pada penderita hipertensi di Desa

Demangan, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo menunjukkan bahwa

dukungan keluarga terhadap penderita hipertensi yang rendah sebanyak

40,5% dan yang tidak patuh sebanyak 30,5%. Berdasarkan hasil analisa data

uji statistik chi-square diperoleh p value = 0, 000 yang berarti ada hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan pemenuhan diet pada penderita

hipertensi.

4. Nisfiani (2015) dalam penelitiannya tentang hubungan dukungan keluarga

dengan kepatuhan diet hipertensi pada lanjut usia di Desa Begajah

Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo menunjukkan sebesar 64,8%

kurang mendapat dukungan keluarga dan 70,4% kurang patuh dalam diet

hipertensi. Hasil uji hipotesis ada hubungan dukungan keluarga dengan

kepatuhan diet hipertensi pada lanjut usia di Desa Begajah Kecamatan

Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo dengan p = 0, 012.

5. Penelitian Perdana (2017) tentang Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia di Dusun Depok Ambarketawang

Gamping Sleman Yogyakarta menunjukkan yang dukungan keluarga rendah

48% dengan dan yang tidak patuh sebesar 64%. Serta ada hubungan yang

bermakna secara statistik antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet

pada lansia dengan hipertensi.

6. Penelitian Nugroho (2018) dengan judul Dukungan Keluarga Dengan

Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi di


45

Puskesmas Sidokerto Kabupaten Magetan Tahun 2018 menunjukkan bahwa

57,1% responden mempunyai dukungan rendah dan 66,5% responden

berperilaku tidak patuh dalam mematuhi aturan diet hipertensi. Ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet hipertensi pada

lansia yang mengalami hipertensi dengan p = 0, 025.

F. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian sebelumnya maka kerangka teori pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Faktor predisposisi
(predisposing):
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Pendidikan
4. Nilai dan
kepercayaan

Faktor pemungkin
(enabling): Perilaku diet pada
Ketersediaan sarana pasien hipertensi
kesehatan

Faktor penguat
(reinforcing):
1. Dukungan keluarga
2. Informasi petugas
kesehatan
3. Lingkungan

Diagram 2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Perilaku Diet pada Pasien Hipertensi (Sumber : Green (1980)
dalam Notoatmodjo (2015), Friedman (2015) dan Sustrani
(2015))
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel

yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo, 2015). Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mempelajari

hubungan dukungan keluarga dengan perilaku diet pada pasien hipertensi,

maka kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut:

1. Visualisasi kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku diet pada pasien


Dukungan keluarga hipertensi usia pra lansia
(45-59 tahun)

Diagram 3.1 Visualisasi Kerangka Konsep Hubungan Dukungan


Keluarga dengan Perilaku Diet pada Pasien Hipertensi
Usia Pra Lansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B
Kabupaten Subang tahun 2020

2. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdiri dari dua varibel yaitu variabel bebas

(independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel independen dalam

penelitian ini yaitu dukungan keluarga, sedangkan variabel dependennya

yaitu perilaku diet pada pasien hipertensi.

46
47

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Perilaku Diet pada Pasien Hipertensi Usia Pra Lansia (45-59
tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020

Definisi Cara Alat Skala


No Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
Dependen
1. Perilaku Tindakan pasien Angket Kuesioner 0 : Kurang baik, Ordinal
diet pada untuk jika indikator
pasien membatasi atau yang
hipertensi mengatur dalam dilakukan <
perihal makanan 70%
agar mengurangi 1 : Baik, jika
peningkatan indikator yang
tekanan darah dilakukan >
70%
Independen
2. Dukungan Upaya memberikan Angket Kuesioner 0 : Rendah, jika Ordina
keluarga perhatian dan skor jawaban l
dorongan dari < rata-rata
anggota keluarga (67,7%)
kepada pasien
1 : Tinggi, jika
hipertensi yang
meliputi dukungan
skor jawaban
informasi, > rata-rata
finansial, dukungan (67,7%)
secara emosi dan
dukungan dalam
bentuk penilaian
atau penghargaan

C. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan dukungan keluarga dengan perilaku diet pada pasien

hipertensi usia pra lansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten

Subang tahun 2020.


48

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain

cross sectional. Menurut Notoatmodjo (2015), pendekatan cross sectional

(pendekatan silang) merupakan penelitian dimana variabel-variabel yang

termasuk dependen dan independen diobservasi dalam waktu yang

bersamaan.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pasien hipertensi usia pra lansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B

Kabupaten Subang bulan Juli-Agustus 2020 sebanyak 134 orang.

b. Sampel

Populasi adalah sebagian obyek penelitian atau obyek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2015). Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan

menggunakan rumus Lameshow sebagai berikut :

Z12 x / 2 P(1  P) N
n 2
d ( N  1)  Z12 x / 2 P(1  P)

Keterangan:

n : besar sampel

Z21-xα/2 : Nilai Z pada derajat kemaknaan (95% = 1, 96)

P : proporsi pasien hipertensi pra lansiadi UPTD RSUD


49

Kabupaten Subang = 27, 7%

d : eror yang dikehendaki 5-10% (10% atau 0. 1)

N : besarnya populasi = 134 orang

Maka :

1,96 x0.277(1  0.277)134


n
0.1 (134  1)  1,96 x0.277(1  0.277)
2

52,59
n  30.5
1.722

Berdasarkan hasil penghitungan tersebut maka jumlah sampel

dalam penelitian ini sebanyak 31 orang.

c. Teknik Pengambilan Sampling

Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik accidental

sampling yaitu secara kebetulan bertemu pada bulan Juli-Agustus tahun

2020 di RSUD Kelas B Kabupaten Subang.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di RSUD Kelas B Kabupaten Subang

pada bulan Juli-Agustus tahun 2020.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk

memperoleh, mengelola, dan menginteprasikan informasi dari para

responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Instrumen

dalam penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang

mengadopsi dari penelitian Nuruddin (2017) tentang “Faktor-Faktor yang

Berhubungan Kepatuhan Diet Hipertensi di Puskesmas Gondokusuman I”.


50

Kuesioner dukungan keluarga terdiri dari 10 item dan perilaku diet

hipertensi terdiri dari 10 item. Kusioner tersebut telah dilakukan uji validitas

dan reliabilitas. Hasil uji validitas dukungan keluarga diperoleh nilai

Corrected Item-Total Correlation > r tabel dimana r tabel untuk n = 20

adalah 0 444, dimana nilai Corrected Item-Total Correlation paling rendah

adalah 0,472 dan paling tinggi 0,876 yang artinya semua item > r tabel.

Sedangkan nilai reliabilitasnya sebesar 0 981 yang artinya sangat reliabel.

Item dukungan keluarga berjumlah 10, indikator dukungan informasi yaitu

item no 1, 2 dan 3, indikator dukungan finansial yaitu item no 4 dan 5,

indikator dukungan emosional yaitu nomor 6, 7, 8 dan indikator dukungan

penilaian yatiu item nomor 9 dan 10.

Hasil uji validitas periaku diet diperoleh nilai Corrected Item-Total

Correlation > r tabel dimana r tabel untuk n = 20 adalah 0, 444, dimana nilai

Corrected Item-Total Correlation paling rendah adalah 0, 514 dan paling

tinggi 0, 761 yang artinya semua item > r tabel. Sedangkan nilai

reliabilitasnya sebesar 0, 931 yang artinya sangat reliabel. Indikator perilaku

diet hipertensi yaitu hindari makanan yang banyak mengandung garam yaitu

item nomor 1, 5, 7, indikator hindari makanan yang mengandung banyak

lemak yaitu item nomor 2, 8, 9, indikator banyak makan sayuran hijau dan

buah-buahan yaitu 3, 4, indikator kontrol tekanan darah yaitu no 6 dan

menjalani nasehat petugas kesehatan yaitu no 10.


51

5. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu

kuesioner dengan teknik angket pada pralansia yang mengalami hipertensi

di UPTD RSUD Kabupaten Subang pada bulan Juli-Agustus tahun 2020.

Langkah pertama adalah mengusur surat ijin terlebih dahulu,selanjutnya

setelah ada surat izin, peneliti berkoordinasi dengan pohak RSUD Kelas B

Kabupaten Subang mengenai penelitian yang dilakukan. Pengumpulan

datanya yaitu peneliti menunggu calon responden yaitu pralansia yang

mengalami hipertensi ketika datang ke UPTD RSUD Kabupaten Subang.

Dengan memperhatikan protokol kesehatan Covid-19, peneliti menemui

calon responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang

dilakukan. Responden yang bersedia dan memahami, selanjutnya mengisi

kuesioner yang diberikan peneliti. Pengumpulan data diakukan oleh peneliti

dengan jumlah sampel sebanyak 31 orang ini.

6. Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Editing (Pengeditan Data)

Pada tahap editing ini peneliti melakukan pemeriksaan terhadap

jawaban responden. Hasil pemeriksaan sebanyak 31 data dari responden

dapat diolah karena semua pertanyaan diisi oleh responden sehingga

tidak ada yang mengalami missing atau dibuang.


52

b. Coding (Pengkodean)

Setelah melakukan editing, selanjutnya dilakukan peng”kodean”

sesuai dengan skala dan hasil ukur yang ditentukan. Yaitu untuk perilaku

diet pada pasien hipertensi diberi kode 0 jika indikator yang dilakukan <

70% dan 1 jika indikator yang dilakukan > 70%. Untuk dukungan

keluarga diberi kode 0 jika skor jawaban < rata-ratadan 1 jika skor

jawaban > rata-rata.

c. Data Entry (Pemasukan Data)

Pada tahap ini memasukan “kode” kedalam program atau

“software” komputer program yang sering digunakan untuk “entri data”

penelitian adalah paket program SPSS for Window.

d. Cleaning Data (Pembersihan Data)

Semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode dan ketidaklengkapan,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

e. Pengeluaran informasi hasil SPSS

7. Etika Penelitian

Penelitian dimulai dengan melakukan berbagai prosedur yang

berhubungan dengan etika penelitian meliputi:

a. Informed Consent
53

Pada bagian ini, peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur

kepada responden sebelum penelitian dilaksanakan. Tujuannya agar

subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian mengetahui dampaknya.

Setelah itu responden menandatangani lembar persetujuan yang sediakan.

b. Anonimity (tanpa nama)

Pada bagian ini, identitas responden tidak ditulis namanya hanya

insial atau nomor responden saja.

c. Confidentiality (Kerahasiaan)

Pada bagian ini, peneliti memberiahu pada responden bahwa

responden dirahasiakan dan data atau informasinya hanya digunakan

untuk penelitian saja.

8. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Tujuan analisis univariatadalah untuk mendeskripsikan masing-

masing variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen)

Umumnya hasil analisis ini menghasilkan distribusi dan presentase dari

tiap variabel yang bertujuan untuk memperoleh distribusi dari tiap

variabel yang diteliti dengan rumus berikut:

f
P  x 100%
n

Keterangan :

P = Proporsi
f = Jumlah kategori sampel yang diambil
n = jumlah populasi
54

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi


Variabel F %

Jumlah
Interpretasi data sebagai berikut:

Tabel 3.3 Interpretasi Data


No Skala Pengukuran Interpretasi
1 0 Tidak ada satupun
2 1% - 25% Sebagian kecil responden
3 26%-49% Kurang dari setengah responden
4 50% Setengahnya responden
5 51-75% Lebih dari setengahnya
6 76%-99% Sebagian besar responden
7 100% Seluruh responden

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan berupa tabulasi silang antara dua

variabel, yaitu independen dan dependen. Analisis ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku diet hipertensi

yang diamati melalui uji chi square dengan menggunakan tabel silang 2 x

2 sebagai berikut.

Tabel 3.4 Tabel Silang (2 x 2)

Variabel Terikat
Variabel Bebas
Jumlah
+ -
+
-
Jumlah

Rumus chi-square yang digunakan:

N (ad  bc) 2
x2 
(a  c)(b  d )(a  b)(c  d )

Keterangan :
55

x2 = Nilai Chi Square

N = Jumlah sampel

Adapun untuk menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara

membandingkan nilai  (  value) dengan nilai α = 0, 05 pada taraf

kepercayaan 95%.

Ketentuan mengambil kesimpulan hipotesis sebagai berikut:

a. Nilai  (  value) < 0, 05 maka HO ditolak, yang berarti ada

hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel

terikat.

b. Nilai  (  value) > 0, 05 maka Ho gagal ditolak, yang berarti tidak

ada hubungan yang bermakna antar variabel bebas dengan variabel

terikat.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga

dengan perilaku diet pada pasien hipertensi usia pralansia (45-59 tahun) di

RSUD Kelas B Kabupaten Subang yang dilakukan pada bulan Juli Agustus

2020 dengan jumlah responden sebanyak 31 orang. Penelitian ini dengan cara

angket dengan memperhatikan protokol kesehatan covid-19 dan hasilnya

adalah sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Dukungan Keluarga Pada Pasien Hipertensi Usia Pralansia

(45-59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pada Pasien


Hipertensi Usia Pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B
Kabupaten Subang tahun 2020

Frekuansi Persen
Dukungan Keluarga
(F) (%)
Rendah 14 45.2
tinggi 17 54.8
Total 31 100.0

Berdasarkan tabel 4.1, menunjukkan bahwa pasien hipertensi usia

pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020

yang mendapatkan dukungan keluarga rendah sebanyak 14 orang

(45,2%) dan yang mendapatkan dukungan keluarga tinggi sebanyak 17

orang (54,8%). Hal ini menunjukkan bahwa kurang dari setengah

56
57

(45,2%) pasien hipertensi usia pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B

Kabupaten Subang tahun 2020 mendapatkan dukungan keluarga rendah.

b. Gambaran Perilaku Diet pada Pasien Hipertensi Usia Pralansia (45-59

tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Diet pada Pasien


Hipertensi Usia Pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B
Kabupaten Subang tahun 2020

Frekuansi Persen
Perilaku Diet
(F) (%)
Kurang baik 16 51.6
Baik 15 48.4
Total 31 100.0

Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan bahwa pasien hipertensi usia

pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020

yang perilaku dietnya kurang baik sebanyak 16 orang (51,6%) dan yang

perilaku dietnya baik sebanyak 15 orang (48,4%). Hal ini menunjukkan

bahwa lebih dari setengah (51,6%) pasien hipertensi usia pralansia (45-

59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020 yang perilaku

dietnya kurang baik.


58

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Diet pada Pasien

Hipertensi Usia Pralansia (45-59 Tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten

Subang Tahun 2020

Tabel 4.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Diet


pada Pasien Hipertensi Usia Pralansia (45-59 Tahun) di
RSUD Kelas B Kabupaten Subang Tahun 2020

Perilaku Diet
Dukungan Jumlah r
No Kurang baik Baik
Keluarga value
n % n % N %
1 Rendah 13 92,9 1 7,1 14 100
2 Tinggi 3 17,6 14 82,4 17 100 0,000
Jumlah 16 51,6 15 48,4 31 100

Berdasarkan data pada tabel 4.3, diketahui bahwa pasien

hipertensi usia pralansia (45-59 tahun) yang perilaku dietnya kurang baik

dan dukungan keluarga rendah sebanyak 13 orang (92,9%), sedangkan

pasien hipertensi usia pralansia (45-59 tahun) yang perilaku dietnya

kurang baik dan dukungan keluarga tinggi sebanyak 3 orang (17,6%).

Hal ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi usia pralansia (45-59

tahun) yang perilaku dietnya kurang baik lebih tinggi terdapat pada

pasien dengan dukungan keluarga rendah.

Hasil penghitungan statistik dengan chi square pada α = 0,05

diperoleh  value = 0,000 ( value < α) sehingga hipotesis nol ditolak

yang berarti bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

perilaku diet pada pasien hipertensi usia pralansia (45-59 tahun) di

RSUD Kelas B Kabupaten Subang Tahun 2020.


59

B. Pembahasan

1. Gambaran Dukungan Keluarga Pada Pasien Hipertensi Usia Pralansia (45-

59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020

Berdasarkan hasil peneitian menunjukkan bahwa kurang dari setengah

(45,2%) pasien hipertensi usia pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B

Kabupaten Subang tahun 2020 mendapatkan dukungan keluarga rendah.

Dukungan keluarga rendah dapat dikarenakan keluarga belum terpapar

informasi mengenai pentingnya membantu dan mengawasi pasien yang

sedang melakukan perilaku diet untuk tetap menjaga dan mengatur pola

makannya sesuai dengan anjuran petugas kesehatan. Disamping perhatian

dan pendampingan, juga perlunya pengawasan dari anggota keluarga untuk

selalu mengingatkan pasien untuk diet sesuai dengan nasehat dan anjuran

dari petugas kesehatan. Pasien yang tidak patuh biasanya karena

keluarganya tidak memperhatikannya.

Hasil peneltian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bisnu

(2017) di Puskesmas Ranomuut Kota Manado menunjukkan sebanyak

(40,5%) pada pasien hipertensi mendapatkan dukungan keluarga rendah.

Tapi lebih rendah dibanding dengan penelitian Dewi (2016) di Lingkungan

Kelurahan Tonja menunjukkan sebagian besar memiliki dukungan keluarga

yang rendah sebanyak 53,3%

Keluarga berfungsi sebagai sumber energi yang menentukan

kebahagiaan, keluarga sebagai tempat sosialisasi dalam pemberian

informasi, nasehat, saran, pemenuhan kebutuhan ekonomi dan keluarga


60

sebagai perawatan serta pemeliharaan kesehatan termasuk dalam

menjalankan diet hipertensi. Kurangnya dukungan dari keluarga terhadap

responden dapat dipengaruhi oleh faktor kesibukan anggota keluarga sendiri

dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti bekerja, lamanya pasien

menderita hipertensi (Efendi, 2016).

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga

terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan (Setiadi, 2015). Dukungan keluarga adalah persepsi seseorang

bahwa dirinya menjadi bagian dari jaringan sosial yang didalamnya tiap

anggotanya saling mendukung (Kuncoro, 2015).

Dukungan keluarga didefinisikan oleh Gottlieb dalam Zaenuddin

(2015), yaitu informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata

atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan

subyek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-

hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada

tingkah laku penerimanya. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih

yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga

(Friedman, 2015).

Masih terdapatnya dukungan keluarga rendah, maka petugas

kesehatan perlu memberikan memotivasi kepada keluarga untuk selalu

memberikan dukungan kepada pasien untuk menjaga dan mempercepat


61

penyembuhan penyakit yang dialami pasien. Bagi keluarga pasien dapat

berkonsultasi dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan informasi yang

adekuat mengenai perilaku diet pada pasien hipertensi.

2. Gambaran Perilaku Diet pada Pasien Hipertensi Usia Pralansia (45-59 tahun)

di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020

Berdasarkan hasil peneitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah

(51,6%) pasien hipertensi usia pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B

Kabupaten Subang tahun 2020 yang perilaku dietnya kurang baik. Perilaku

diet yang kurang baik dapat dikarenakan pasien belum mampu mengikuti

arahan atau nasehat petugas kesehatan dalam diet karena faktor lupa atau

kurangnya pengawasan dari anggota keluarganya, maka dari itu

keberhasilan perilaku diet ini sangat penting keterlibatan anggota keluarga

pasien.

Hasil penelitian ini lebih tinggi dibanding dengan hasil penelitian

Pihartono (2019) di Desa Demangan, Kecamatan Siman, Kabupaten

Ponorogo menunjukkan bahwa yang tidak patuh sebanyak 30,5%. Juga

sejalan dengan dengan hasil penelitian Nisfiani (2015) di Desa Begajah

Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo menunjukkan sebesar 70,4%

kurang patuh dalam diet hipertensi.

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
62

semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun

yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2015).

Diet adalah salah satu strategi non farmakologi yang efektif, tapi

merubah dan mempertahankan perilaku tidak mudah karena tanggung jawab

besar dari kepatuhan diet tergantung pada pasien dan perawatan diri adalah

penting untuk mengontrol tekanan darah. Bukti menunjukkan bahwa

intervensi untuk mengubah perilaku untuk mengontrol tekanan darah

dianggap sebagai biaya investasi yang efektif dalam kesehatan masyarakat.

Kepatuhan diet adalah tindakan seumur hidup pada pasien hipertensi, dan

keinginan internal dan godaan berperan sebagai penghalang pada masalah

ini. Untuk itu dibutuhkan komitmen yang kuat untuk mempertahankan

perilaku kepatuhan diet dari individu (Kamran, 2015).

Perilaku diet hipertensi adalah salah satu cara untuk mengatasi

hipertensitanpa efek yang serius, karena metode pengendaliannya yang

alami. Hanya saja banyak orang yang menganggap diet hipertensi

sebagaisesuatu yang merepotkan dan tidak menyenangkan (Purwati, 2017).

Masih terdapatnya pasien yang perilakunya kurang baik, maka upaya

petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada pasien hipertensi usia

pralansia (45-59 tahun) tentang perilaku diet dengan metode yang mudah

dipahami dan dimengerti seperti menggunakan leaflet atau lembar balik.

bagi pasien, pentingnya mematuhi dan nasehat petugas kesehatan dalam diet

hipertensi untuk mencegah risiko yang lebih baruk atau komplikasi dari

penyakit hipertensi.
63

3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Diet pada Pasien Hipertensi

Usia Pralansia (45-59 Tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang Tahun

2020

Berdasarkan hasil peneitian menunjukkan bahwa ada hubungan

antara dukungan keluarga dengan perilaku diet pada pasien hipertensi usia

pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang Tahun 2020.

Adanya hubungan hal ini dikarenakan semakin tinggi dukungan keluarga

maka pasien akan terjaga dan terawasi dalam melakukan dietnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Perdana (2017) di

Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta menunjukkan

ada hubungan yang bermakna secara statistik antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan diet pada lansia dengan hipertensi. Juga sejalan dengan

penelitian Nugroho (2018) di Puskesmas Sidokerto Kabupaten Magetan

menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi dengan p =

0, 025. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan Bisnu (2017) di

Puskesmas Ranomuut Kota Manado menunjukkan ada hubungan dukungan

keluarga dengan derajat hipertensi. Juga penelitian Dewi (2016) di

Lingkungan Kelurahan Tonja menunjukkan ada hubungan yang signifikan

dan kuat antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan

penatalaksanaan diet lansia dengan hipertensi dengan nilai p = 0, 000.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori bahwa dukungan keluarga

sangat penting dalam keberhasilan pasien hipertensi melakukan diet.


64

Adanya dukungan keluarga terhadap pasien hipertensi usia pra lansia dapat

menyebabkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri pasien.

Selain itu dengan adanya dukungan keluarga berdampak pada kemudahan

lansia untuk melakukan diet hipertensi. Keluarga juga mempunyai peran

utama dalam memberi dorongan kepada pasien sebelum pihak lain turut

memberi dorongan (Niven, 2015).

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori bahwa peran keluarga dalam

melakukan diet, keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh

dalam program pengobatan tekanan darah dan diet. Bimbingan penyuluhan

dan dorongan secara terus-menerus sangat diperlukan agar penderita

hipertensi mampu melaksanakan rencana yang dapat diterima untuk

bertahan hidup dengan hipertensi dan mematuhi aturan terapinya

(Notoatmodjo, 2015). Dukungan keluarga dalam diet hipetensi salah satu

cara menurunkan hipertensi pada lansia. Dukungan keluarga yang dapat

diberikan pada penderita hipertensi meliputi dukungan informasi, finansial,

dukungan secara emosi dan dukungan dalam bentuk penilaian atau

penghargaan (Friedman, 2015).

Terbukti bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

perilaku diet pada pasien hipertensi, maka petugas kesehatan perlu

memberikan memotivasi kepada keluarga untuk selalu memberikan

dukungan kepada pasien untuk menjaga dan mempercepat penyembuhan

penyakit yang dialami pasien dan penyuluhan kepada pasien hipertensi usia

pralansia (45-59 tahun) tentang perilaku diet dengan metode yang mudah
65

dipahami dan dimengerti seperti menggunakan leaflet atau lembar balik.

bagi pasien. Bagi pasien dan pasien agar berusaha melakukan perilaku diet

sesuai anjuran dari petugas kesehatan dan berkonsultasi jika ada keluhan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Dukungan Keluarga dengan

Perilaku Diet pada Pasien Hipertensi Usia Pralansia (45-59 Tahun) di RSUD

Kelas B Kabupaten Subang Tahun 2020”, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kurang dari setengah (45,2%) pasien hipertensi usia pralansia (45-59 tahun)

di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020 mendapatkan dukungan

keluarga rendah.

2. Lebih dari setengah (51,6%) pasien hipertensi usia pralansia (45-59 tahun)

di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020 yang perilaku dietnya

kurang baik.

3. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku diet pada pasien

hipertensi usia pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang

Tahun 2020.

B. Saran

1. Bagi RSUD Kelas B Kabupaten Subang

Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan kepada pasien

hipertensi usia pralansia (45-59 tahun) tentang perilaku diet dengan metode

yang mudah dipahami dan dimengerti seperti menggunakan leaflet atau

lembar balik, juga memotivasi kepada keluarga untuk selalu memberikan

66
67

dukungan kepada pasien untuk menjaga dan mempercepat penyembuhan

penyakit yang dialami pasien.

2. Bagi STIKes YPIB Majalengka

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi, dan

dapat pula dijadikan sebagai bahan teori dan praktik kepada mahasiswa

mengenai perilaku diet hipertensi.

3. Bagi Responden

Pentingnya mematuhi dan nasehat petugas kesehatan dalam diet

hipertensi untuk mencegah risiko yang lebih baruk atau komplikasi dari

penyakit hipertensi.

4. Bagi Peneliti Lain

Dapat dikembangkan lagi dengan menambah variabel lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. 2015. Penyakit di Usia Lanjut. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Ali, M. 2015. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. 2015. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang. 2019. Data Hipertensi di Kabupaten


Subang Tahun 2018. Subang: Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang.

Bagus, A. 2015. Pencegahan dan Penatalaksanaan Hipertensi. Padang: Fakultas


Kedokteran Universitas Andalas.

Bisnu. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Derajat Hipertensi Pada


Pasien Hipertensi di Puskesmas Ranomuut Kota Manado. Jurnal Ilmu
Keperawatan, Vol 2 Tahun 2017.

Damayanti, D. 2015. Sembuh Total Diabetes, Asam Urat, Hipertensi Tanpa Obat.
Yogyakarta : Pinang Merah Publisher.

Dewi, K. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan


Penatalaksanaan Diet Lansia Dengan Hipertensi di Lingkungan Kelurahan
Tonja. Jurnal Media Center, Vol 2 Tahun 2016.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2019. Derajat Kesehatan Provinsi Jawa
Barat tahun 2018. Bandung: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Dorland, W. A. 2015. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC.

Elsanti. 2015. Hipertensi dan Cara Pencegahannya. Yogyakarta: Nuha Medika.

Fatimah. 2015. Perbedaan Tekanan Darah Wanita Usia Lanjut yang Mengikuti
Senam Lanjut Usia dan Tidak Mengikuti Senam Lanjut Usia di Desa
Semawung, Kabupaten Purworejo. Semarang: Universitas Diponegoro.

Friedman. 2015. Keperawatan Gerontik. Jakarta : Rajawali Pers.

Hikmaharidha, I. 2015. Pengaruh Senam Tai Chi Terhadap Tekanan Darah


Wanita Berusia 50 Tahun Ke Atas. Jurnal Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Indrayani, W. N. 2015. Deteksi Dini Kolestrol, Hipertensi & Stroke. Jakarta:
Millestone.

Jafar, N. 2015. Hipertensi. repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/, diakses


tanggal 18 April 2020.

Kartikasari. 2015. Analisa Faktor Risiko dan Status Kesehatan Pada Penderita
Hipertensi. Bogor: Buletin Penelitian Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Derajat Kesehatan dalam Pembangunan


Millenium Developments Goal’s. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018.


Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kuncoro. 2015. Kesehatan pada Lansia: Problem dan Solusinya. Jakarta:


Salemba Medika.

Larasika, A. 2017. Menurunkan Tekanan Darah dengan Cara Mudah pada


Lansia. Nursing Practice, Vol. 1 NO. 2 Juni 2017.

Lin. 2015. Self-Management Programs Help Patients With Chronic Disease.


American Family Physicians, 73, 1260-1263.

Marliani, L. 2015. Hipertensi dan Permasalahannya. Jakarta: PT. Elex Media


Komputindo Gramedia.

Maulana. 2015. Pengantar Ilmu Sosiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Muharrika, N. 2017. Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia. Program Studi


Fisioterapi S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Nisfiani. 2015. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet


Hipertensi Pada Lanjut Usia di Desa Begajah Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol 2 Tahun 2015.

Niven, N. 2015. Psikologi Kesehatan Pengantar. Untuk Perawat & Profesional


Kesehatan Lain. JakartaL Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Notoadmodjo, S. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. 2015. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.
Nugroho. 2018. Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada
Lansia yang Mengalami Hipertensi di Puskesmas Sidokerto Kabupaten
Magetan Tahun 2018. http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/1884/ , diakses
tanggal 20 April 2020.

Nugroho, W. 2015. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.

Nuruddin. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan Kepatuhan Diet Hipertensi di


Puskesmas Gondokusuman I. Jurnal Repository UMY tahun 2017.

Perdana. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet


Hipertensi Pada Lansia di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman
Yogyakarta. digilib.unisayogya.ac.id, diakses tanggal 20 April 2020.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman


Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.

Pihartono. 2019. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Pemenuhan


Diet Pada Penderita Hipertensi di Desa Demangan, Kecamatan Siman,
Kabupaten Ponorogo. digilib.unisayogya.ac.id diakses tanggal 2 April
2020.

Pujianti. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelayanan Lansia.


Jurnal Penelitian Program Studi Bidan Pendidik Jenjang D IV Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Ramayulis, R. 2015. Menu dan Resep untuk Penderita Hipertensi. Jakarta:


Penebar Plus.

Saraswati. 2015. Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi dan
Stroke. Jogjakarta : A+Plus.

Sarwono W, S. 2015. Ilmu Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sarwono. 2015.. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Shanty, M. 2015. Penyakit yang Diam-diam Mematikan. Yogyakarta: Javalitera.

Smeltzer, S. C. dan Bare, B. 2015. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical


Surgical Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Soejono, S. 2015. Kamus Besar Sosiologi. Jakarta: Rajawali.

Sudarma, M. 2015. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.


Supriani, A. 2015. Pencegahan Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan
Hipertensi. Jurnal Keperawatan & Kebidanan - Stikes Dian Husada
Mojokerto. jurnalonline.lppmdianhusada.ac.id, diakses tanggal 12 Kanuari
2019.

Sustrani. 2015. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Edisi Kedua. Jakarta :


Rineka Cipta.

Varvogli, L., dan Darviri, C. 2015. Stress Management Techniques: Evidence-


Based Procedures That Reduce Stress And Promote Health. Health Science
Journal, 2014.

Wahyuningsih. 2015. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada


Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Manyar Sabrangan Surabaya.
International Journal of Nursing Sciences.

World Health Organization. 2016. Tersedia dari: http://www.who.int/. Diunduh


15 April 2020.

Zaenuddin. 2015. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Yogyakarta: Nuha Medika.


Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN UNTUK MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Responden
di RSUD Kelas B Kabupaten Subang

Dengan Hormat,
Saya Elis Heryeni adalah mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan
STIKes YPIB Majalengka bermaksud mengadakan penelitian mengenai
“Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Diet pada Pasien Hipertensi
Usia Pralansia (45-59 tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020”.
Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan tugas akhir pada Program
Studi S-1 Keperawatan STIKes YPIB Majalengka.
Penelitian ini akan bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang diet
pada pasien hipertensi usia pralansia dan manfaatnya untuk meningkatkan
dukungan keluarga terhadap perilaku diet pada pasien hipertensi usia pralansia.
Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti memohon kesediaan bapak/ibu
untuk bersedia menjadi responden. Penelitian ini tidak mengandung resiko apapun
dan bapak/ibu cukup menuliskan inisial pada identitas responden untuk menjaga
kerahasiaan bapak/ibu. Keikutsertaan bapak/ibu dalam menjawab kuesioner ini
bersifat sukarela. Atas segala perhatiannya, peneliti mengucapkan banyak terima
kasih.

Hormat Kami

Peneliti
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama/Inisial :…………………………………………..

Umur :…………………………………………..

Alamat :…………………………………………..

Mengatakan dengan sebenarnya bahwa saya telah mendapatkan penjelasan


mengenai tujuan, manfaat dan prosedur dari penelitian “Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Perilaku Diet pada Pasien Hipertensi Usia Pralansia (45-59
tahun) di RSUD Kelas B Kabupaten Subang tahun 2020”.
Selanjutnya saya dengan ikhlas dan sukarela menyatakan ikut serta dalam
penelitian ini sebagai responden dan saya berhak untuk mengundurkan diri
apabila terdapat suatu hal yang merugikan saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.

Responden

(…………………)
Lampiran 3

KISI-KISI

Pertanyaan
No Variabel Indikator
Positif Negatif
1 Dukungan Dukungan informasi 1,2 3
Keluarga Dukungan finansial 4 5
Dukungan
6,7 8
emosional
Dukungan penilaian 9 10
2 Perilaku Diet Hindari makanan
Hipertensi yang banyak 1 5,7
mengandung garam
Hindari makanan
yang mengandung 2,9 8
banyak lemak
Banyak makan
sayuran hijau dan 3,4
buah-buahan
Kontrol tekanan
6
darah
Menjalani nasehat
10
petugas kesehatan
Lampiran 3
KUESIONER

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DIET


PADA PASIEN HIPERTENSI USIA PRALANSIA (45-59 TAHUN)
DI RSUD KELAS B KABUPATEN SUBANG TAHUN 2020

A. Identitas Responden

1. Nomor Responden :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Usia :

B. Dukungan Keluarga
Petunjuk Pengisian:
- Baca terlebih dahulu pertanyaan dengan baik!
- Jawablah dengan memberi tanda ceklis (V) pada kolom jawaban yang
tersedia!
Keterangan:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

Jawaban
No Pernyataan
SS S TS STS
Keluarga memberita tahu kepada saya
1 untuk menjaga pola makan sesuai dengan
anjuran petugas kesehatan
Keluarga menjelaskan kepada saya tentang
2 bagaimana mengatur pola makan yang
sesuai dengan diet hipertensi
Keluarga tidak memberi tahu kepada saya
3
untuk mengurangi konsumsi garam
Keluarga saya menyediakan kebutuhan
4
yang sata perlukan selama diet hipertensi
Keluarga saya tidak membelikan makanan
5
yang sesuai dengan diet hipertensi
Jawaban
No Pernyataan
SS S TS STS
Keluarga memperhatikan apa yang saya
6
makan setiap saat
Keluarga saya mengawasi kebiasaan
7
makan yang saya konsumsi
Keluarga tidak mau tahu apa yang saya
8
rasakan atau keluhkan
Apabila saya makan sesuai dengan aturan
9
diet, keluarga memuji saya
Keluarga tidak memberi pujian jika saya
10 mengikuti saran petugas kesehatan untuk
diet hipertensi

B. Perilaku Diet Hipertensi


Petunjuk Pengisian:
- Baca terlebih dahulu pertanyaan dengan baik!
- Jawablah dengan memberi tanda ceklis (V) atau silang (X) pada salah satu
pilihan jawaban Ya atau Tidak!

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
Saya sering memakan-makanan yang banyak
1
mengandung garam ?
2 Saya menghindari konsumsi gorengan ?
Saya tidak mengkonsumsi buah-buahan setiap
3
hari ?
Saya memakan sayuran yang merupakan
4
pantangan untuk penderita hipertensi ?
Saya merasa keberatan mengenai tindakan
5 pembatasan jumlah garam atau bumbu dapur
karena menyebabkan makanan tidak enak ?
Saya setiap bulan melakukan kontrol tekanan
6
darah ke pelayanan kesehatan ?
Saya mengkonsumsi makanan yang diolah
7 dengan menggunakan bahan tambahan garam
atau penyedap rasa seperti saus dan tauco ?
8 Saya tidak mengkonsumsi golongan protein
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
nabati, seperti kacang tanah, kacang hijau,
kacang merah, dan kacang kedelai setiap hari ?
Saya menghindari jenis makanan jeroan, hati,
9
limpa dan di olah menggunakan minyak ?
Saya selalu menjalani intruksi, arahan, atau
10 nasehat tenaga kesehatan mengenai pola makan
yang harus saya jalani ?
Lampiran 4

Master Tabel Penelitian


Dukungan Perilaku Diet
No Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 % Hasil Ukur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 % Hasil Ukur
1 001 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 85.0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90 1
2 002 2 2 1 3 2 1 2 3 2 3 52.5 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 50 0
3 003 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 50.0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 30 0
4 004 2 3 2 2 3 2 1 1 2 2 50.0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 60 0
5 005 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75.0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
6 006 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 85.0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
7 007 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 50.0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 50 0
8 008 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75.0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 50 0
9 009 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75.0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 50 0
10 010 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75.0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
11 011 2 2 3 2 2 3 2 3 2 1 55.0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 60 0
12 012 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 87.5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 90 1
13 013 2 2 3 2 2 3 2 1 1 3 52.5 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 50 0
14 014 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75.0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 90 1
15 015 2 2 3 2 3 2 3 2 2 1 55.0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 40 0
16 016 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75.0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
17 017 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75.0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
18 018 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 55.0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 50 0
19 019 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75.0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
20 020 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75.0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 90 1
Dukungan Perilaku Diet
No Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 % Hasil Ukur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 % Hasil Ukur
21 021 3 2 2 3 2 1 3 1 1 3 52.5 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 50 0
22 022 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 82.5 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 50 0
23 023 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75.0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
24 024 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 60.0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 60 0
25 025 2 2 3 2 3 2 2 1 1 2 50.0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 50 0
26 026 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75.0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
27 027 2 2 2 1 3 2 2 2 2 3 52.5 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 50 0
28 028 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75.0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
29 029 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 92.5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
30 030 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 65.0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 40 0
31 031 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 67.5 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 70 1
    Rata - rata 67.7    
Lampiran 5

Hasil Pengolahan SPSS

Descriptives
Statistic Std. Error
dukungan kel Mean 67.7419 2.36278
95% Confidence Interval for Lower Bound 62.9165
Mean Upper Bound 72.5674
5% Trimmed Mean 67.4507
Median 75.0000
Variance 173.065
Std. Deviation 13.15540
Minimum 50.00
Maximum 92.50
Range 42.50
Interquartile Range 22.50
Skewness -.035 .421
Kurtosis -1.311 .821

Frequency Table

dukungan kel
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 14 45.2 45.2 45.2
tinggi 17 54.8 54.8 100.0
Total 31 100.0 100.0

perilaku diet
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang baik 16 51.6 51.6 51.6
baik 15 48.4 48.4 100.0
Total 31 100.0 100.0
Crosstabs

dukungan kel * perilaku diet Crosstabulation


perilaku diet
Kurang baik baik Total
dukungan kel Rendah Count 13 1 14
% within dukungan kel 92.9% 7.1% 100.0%
tinggi Count 3 14 17
% within dukungan kel 17.6% 82.4% 100.0%
Total Count 16 15 31
% within dukungan kel 51.6% 48.4% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 17.389a 1 .000
Continuity Correctionb 14.508 1 .000
Likelihood Ratio 19.894 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 16.828 1 .000
N of Valid Cases 31
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.77.
b. Computed only for a 2x2 table

Anda mungkin juga menyukai