Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

‘’ISSU-ISSU, STRATEGI DAN KEGIATAN UNTUK PROMOSI


KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN LANSIA SERTA DUKUNGAN
TERHADAP ORANG YANG TERLIBAT MERAWAT LANSIA’’

DOSEN PENGAMPU :

ESME ANGGERIYANE, Ns,. M. Kep

PENYUSUN :

KELAS 7B

KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN DAN ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2020/2020
KELOMPOK 1

REZKY ADHAYANI 1714201110049

RIAD JANATUL JANAH 1714201110050

RIZQI FIRDAUS 1714201110053

SAHRI RAMADAN 1714201110055

SAHRIL SIDIK 1714201110056

SALSA NOOR SABRINA 1714201110057

SITI AINIAH 1714201110058

SITI PATIMAH 1714201110059

SRI RAHMAWATI 1714201110060

TIARA 1714201110062

RAHMA INDAH ISLAMI 1714201110064

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarokatu

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sekali yang


kita ingat. Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat, rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “ISU-ISU STRATEGIS UNTUK PROMOSI KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN LANSIA” dengan baik. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kulliah sistem teknologi informasi dalam keperawatan
yang diampu oleh Ibu Esme Anggeriyane, Ns., M. Kep selaku dosen di
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.

Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,


karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: dosen
pengampu Ibu Esme Anggeriyane, Ns., M. Kep yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan
dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Dengan demikian makalah ini kami buat, tentunya dengan besar harapan dapat
bermanfaat. Namun tidak menutup kemungkinan, makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
untuk kepentingan proses peningkatan ilmu pengetahuan kesehatan.

Wassalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh

Banjarmasin, Senin 27 September 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
1. PENDAHULUAN..........................................................................................1
1. Latar Belakang..........................................................................................1
2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
3. Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
2. PEMBAHASAN............................................................................................3
1. Pengertian Geriatri....................................................................................3
2. Isu-isu Keperawatan Gerontik...................................................................4
3 Strategi, Kegiatan untuk Promosi Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia..7
4. Dukungan Terhadap Orang Yang Terlibat Merawat Lansia...................17
5. Analisis
Jurna.......................................................................................................7l

BAB III..................................................................................................................15
3. PENUTUP....................................................................................................15
Kesimpulan.....................................................................................................15
Saran...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
1

1. Latar Belakang

Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya luhur, memiliki ikatan


kekeluargaan yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan budaya yang
menghargai peran serta kedudukan para lanjut usia dalam keluarga
maupun masyarakat, Sebagai warga yang telah berusia lanjut, para lanjut
usia mempunyai kebajikan ,kearipan serta pengalaman berharga yang
dapat di teladani oleh generasi penerus dalam pembangunan nasional.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan telah memicu
timbulnya berbagai perubahan dalam masyarakat, dengan meningkatkan
angka harapan hidup.
Dari hasil sensus penduduk yang dilaksakan oleh BPS menunjukan pada
tahun 2000 usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67 dari populasi
lanjut usia yang di perkirakan 17 juta orang. Padatahun 2020 jumlah
penduduk lanjut usia Indonesia diproyeksika nmencapai 28 juta orang
yang berusia 71 tahun. Perubahan komposisi penduduk lanjut usia
menimbulkan berbagai kebutuhan  baru yang harus dipenuhi, sehingga
dapat pula menjadi permasalahan yang komplek bagi lanjut usia,baik
sebagai individu keluarga mau pun masyarakat.
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun , hal tersebut membutuhkan upaya
pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa
tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (pasal 19 UU No. 23
tahun 1992 tentang kesehatan).
Guna mengatasi lanjut usia, diperlukan program pelayanan kesejahteraan
social lanjut usia yang terencana, tepat guna dan tetap memiliki
karakteristik. Sebagaibangsa yang menjamin keharmonisan hubungan di
antara anak, Three in one roof, yang artinya bahwa suasana hubungan
yang harmonis antar ketiga generasi akan terus terjalin sepanjang masa,
walaupun saat ini mereka cenderung tidak tinggal bersama dalam satu
rumah. Namun semangatnya masih terpatri dalam satu atap kebersamaan.

2. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian geriatric ?


2. Apa saja isu-isu keperawatan gerontik ?
3. Bagaimana strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan dan
kesejahteraan lansia?
4. Bagaimana dukungan terhadap orang yang terlibat merawat lansia
5. Bagaimana menganalisis jurnal keperawatan gerontik?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui geriatric.


2. Untuk mengetahui isu-isu keperawatan gerontik
3. Untuk mengetahui promosi kesehatan dan strategi proteksi kesehatan
untuk komunitas lansia.
4. Untuk mengetahui dukungan terhadap orang yang terlibat merawat
lansia.
5. Untuk mengetahi analisis jrnal keperawatan gerontik

2
3

BAB I
TINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN

1. Pengertian Geriatri

Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontology dan kedokteran yang


mempelajari kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative. Pada prinsipnya geriatric
mengusahakan masa tua yang bahagia dan berguna. (DEPKES RI, 2000).

Gerontology adalah suatu ilmu yang mempelajari proses penuaan dan


masalah yang akan terjadi pada lansia yaitu kesehatan, social, ekonomi,
perilaku, lingkungan dan lail-lain. (DEPKES RI, 2000)
Tujuan pelayanan geriatric adalah sebagai berikut:
1. Mempertahan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar
dari penyakit atau gangguan/kesehatan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai
kemampuan dan aktivitas mental yang mendukung.
3. Melakukan diagnosis dini yang tepat dan memadai.
4. Melakukan pengobatan yang tepat.
5. Memelihara kemandirian secara maksimal.
6. Tetap memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya
agar kematiannya berlangsung dengan tenang.

Prinsip-prinsip pelayanan geriatric adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan yang menyeluruh (biopsikososialspiritual).


2. Orientasi terhadap kebutuhan klien.
3. Diagnosis secara terpadu.
4. Team work (koordinasi).
5. Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.
Perkembangan geriatric baru terjadi pada abad ke-20. Di Indonesia,
geriatric baru berkembang dan masih dalam masa perintisan. Pada
prinsipnya, geriatric mengusahakan agar para lansia dapat menjadi lansia
yang berguna dan bahagia, sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga
dan masyarakat.

2. Isu-isu Keperawatan Gerontik


2.1 Issu yang berhubungan dengan keperawatan gerontik

2.1.1 karir keperawatan gerontik


semakin banyak nya jumlah lansia sehingga menjadi peluang dalam
keperawatan gerontik terbuka lebar,selain itu tantangan juga semakin besar
selain peluang untuk itu kaitan dengan karir kedepan termasuk didalamnya
isu-isu yang berkaitan area area spesialisasi untuk keperawatan gerontik.
2.1.2 Finansial
Berkaitan dengan masalah finansial karena tidak semua lansia memiliki
kemampuan dalam masalah finansial pada masa senja sehingga ini menjadi
salah satu yang bisa dipikirkan.
2.1.3 Life care plan
Merencanakan keperawatan sehubungan penyakit-penyakit yang dihadapi
dimana apakah ada dokumen dokumen pendukung berkaitan dengan
perawatan lanjutan sehubungan dengan masalah yang dihadapi lansia
2.1.4 Long term care insurance
Belum semua lansia tercover oleh asuransi padahal dimasa lansia banyak
keterbatasan sehingga banyak kebutuhan yang memerlukan untuk
mengcover biaya perawatan. Asuransi bukan hanya biaya kesehatan tetapi
juga biaya hidup dimasa tua.
2.1.5 Legal dan etik isu
Isu legal dan etik hal ini berkaitan dengan isu etika yang muncul karena
suatu pertentangan antara pendapat ilmiah atau ilmu kedokteran dengan
pandangan etika atau perikemanusiaan contoh untuk mengawali atau
melanjutkan pengobatan pada lansia yang

4
sakitnya sudah berat apakah diobati atau dibiarkan itu merupakan
isu legal etik.
2.1.6 Special issues of aging
Spesial isu yang berhubungan dengan penuaan banyak
permasalahan mengenai aging misaljika lansia hidup sendiri perlu
dipikirkan apakah tetap sendiri atau diaja tinggal dipanti werdha
dan isu lainyang berhubungan dengan penuaan
2.1.7 Spirituality and end of life care
Aspek penting spiritualitas dan end of life care yang menjadi
perhatian penting bagi tenaga kesehatan.

2.2 Issu pada lansia

Kecenderungan Masalah Kesehatan Gerontik :


2.2.1 Masalah kehidupan sexual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikn seks pada lansia telah hilang
adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya
hubungan seksual pada suami isteri yang sudah menikah dapat berlanjut
sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat
klien sakit atau mengalami ketidakmampuan, dengan cara berimajinasi
atau menyesuaikan diri dengan pasanagan masing-masing. Hal ini dapat
menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan
sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intin dapat berulang
antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional secara
mendalam selama masih mampu melaksanakan.

2.2.2 Perubahan perilaku


Pada lansia seering dijumpai terjaadi perubahan perilaku diantaranya :
daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecenderungan
penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak
menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang
yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah.

5
2.2.3 Pembatasan fisik
Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami
kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat
mengakibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencakupi
kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantungan
yang memerlukan bantuan orang lain.

2.2.4 Palliative care


Pemberian obat pad lansia yang bersifat palliative care adalah obat
tersebut ditujukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh
lansia. Fenomena polifarmasi dapat menimbulkan masalah, yaitu
adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh klien
dengan gangguan jantung dan edema mungkin diobati dengan
digoksin dan diuretika. Diuretic berfingsi untuk mengurangi
volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan
digoksin. Klien yang sama mungkin mengalami depressi sehingga
diobati dengan antidepresi. Dan efek samping Antidepressant
adalah retensi urin. Dan efek samping inilah yang menyebabkan
ketidaknyamanan pada lansia.

2.2.5 Penggunaan obat


Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan
merupakan persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau
rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada lansia adalah
terjadinya perubahan fisiologis pada lansia akibat efek obat yang
luas, termasuk efek samping obat tersebut. (Watson, 1992).
Dampak praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah bahwa
obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk
lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia sering kali
menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga
mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang dialami
lansia dalam pengobatan adalah :

6
- Bingung
- Lemah ingatan
- Penglihatan berkurang
- Tidak bisa memegang
- Kurang memahami pentingnya program tersebut untuk dipatuhi dan dijalankan.

2.2.6 Kesehatan mental


Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran mental.
Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang dan dapat
mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya

3 Strategi, Kegiatan untuk Promosi Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia


Masyarakat sehat 2010 telah menetapkan suatu tujuan yaitu meningkatkan kualitas dan
kelangsungan hidup sehat bagi seluruh warga Amerika ( USDHHS, 1998 ). Dokumen ini
mengindikasikan bahwa aspek terpenting dalam promosi kesehatan lansia adalah
mempertahankan kesehatan dan kemandirian fungsional. Banyak tujuan yang ditetapkan untuk
masyarakat sehat 2000 ( USDHHS, 1991 ) yang dicakupkan ke dalam tujuan Masyarakat sehat
2010. Ketika merencanakan program promosi kesehatan untuk komunitas lansia perawat
komunitas harus memasukkan area prioritas dan tujuan spesifik yang terdapat dalam masyarakat
sehat 2010. Salah satu tujuan masyarakat sehat 2010 yang dapat diarahkan pada lansia adalah
meningkatkan setidaknya 90 % proporsi individu berusia 65 tahun atau lebih yang telah
berpartisipasi pada tahun sebelumnya pada setidaknya satu program promosi kesehatan
terorganisasi.
Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen pencegahan primer. Promosi
kesehatan menekankan pada upaya membantu masyarakat mengubah gaya hidup mereka dan
bergerak menuju kondisi kesehatan yang optimum sedangkan fokus proteksi kesehatan adalah
melindungi individu dari penyakit dan cedera dengan memberikan imunisasi dan menurunkan
pemajanan terhadap agens karsinogenik toksin dan hal – hal yang membahayakan kesehatan di
lingkungan sekitar. Konsep kesehatan lansia harus ditinjau kembali dalam upaya merencanakan
intervensi promosi kesehatan. Filner dan Williams ( 1997 ) mendefinisikan kesehatan lansia
sebagai kemampuan lansia untuk hidup dan berfungsi secara efektif dalam masyarakat serta
untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan otonomi sampai pada tahap maksimum, tidak hanya
terbebas dari penyakit. Apabila dibandingkan dengan kelompok usia lainnya di Amerika lansia
lebih aktif dalam mencari informasi mengenai kesehatan dan mempunyai kemauan untuk
7
mempertahankan kesehatan dan kemandirinya. Promosi kesehatan harus benar – benar berfokus
pada perilaku beresiko yang dapat dimodifikasi yang disesuaikan dengan masalah kesehatan
utama menurut usia ( USDHHS, 1998 ). Secara umum, pelayanan kesehatan untuk lansia
memiliki tiga tujuan
1. Meningkatkan kemampuan fungsional
2. Memperpanjang usia hidup
3. Meningkatkan dan menurunkan penderita ( O’Malley dan Blakeney, 1994)
Dalam memaksimalkan promosi kesehatan lansia di komunitas dibutuhkan suatu pendekatan
multiaspek. Target intervensi harus mengarah pada individu dan keluarga serta kelompok dan
komunitas

3.1 Pengertian dan Lingkup Promosi Kesehatan.


Dewasa ini promosi kesehatan (health promotion) telah menjadi bidang yang semakin penting
dari tahun ke tahun. Dalam tiga dekade terakhir, telah terjadi perkembangan yang signifikan
dalam hal perhatian dunia mengenai masalah promosi kesehatan. Pada 21 November 1986,
World Health Organization (WHO) menyelenggarakan Konferensi Internasional Pertama
bidang Promosi Kesehatan yang diadakan di Ottawa, Kanada. Konferensi ini dihadiri oleh para
ahli kesehatan seluruh dunia, dan menghasilkan sebuah dokumen penting yang disebut Ottawa
Charter (Piagam Ottawa). Piagam ini menjadi rujukan bagi program promosi kesehatan di tiap
negara, termasuk Indonesia.
Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang
memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka (Health
promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their
health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri
orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan
melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.

Lebih lanjut dokumen itu menjelaskan bahwa untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu mengenal
serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya dan agar mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya).
Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada pribadi dan
masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak
hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya
hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO, 1986).
8
Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi
yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan
koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi
kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan
yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).

Bagi individu, promosi kesehatan terkait dengan pengembangan program kebiasaan kesehatan
yang baik sejak muda hingga dewasa dan lanjut usia (Taylor, 2003). Secara kolektif, berbagai
sektor, unsur, dan profesi dalam masyarakat seperti praktisi medis, psikolog, media massa,
para pembuat kebijakan publik dan perumus perundang-undangan dapat dilibatkan dalam
program promosi kesehatan. Praktisi medis dapat mengajarkan kepada masyarakat mengenai
gaya hidup yang sehat dan membantu mereka memantau atau menangani risiko masalah
kesehatan tertentu. Para psikolog berperan dalam promosi kesehatan lewat pengembangan
bentuk-bentuk intervensi untuk membantu masyarakat memraktikkan perilaku yang sehat dan
mengubah kebiasaan yang buruk. Media massa dapat memberikan kontribusinya dengan
menginformasikan kepada masyarakat perilaku-perilaku tertentu yang berisiko terhadap
kesehatan seperti merokok dan mengonsumsi alkohol. Para pembuat kebijakan melakukan
pendekatan secara umum lewat penyediaan informasi-informasi yang diperlukan masyarakat
untuk memelihara dan mengembangkan gaya hidup sehat, serta penyediaan sarana-sarana dan
fasilitas yang diperlukan untuk mengubah kebiasaan buruk masyarakat. Berikutnya, perumus
perundang-undangan dapat menerapkan aturan-aturan tertentu untuk menurunkan risiko
kecelakaan seperti misalnya aturan penggunaan sabuk pengaman di kendaraan (Taylor, 2003).
3.2 Lingkup promosi kesehatan
Oleh karena itu, lingkup promosi kesehatan dapat disimpulkan sebagai berikut (Iqi, 2008):
a. Pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada
perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan.
b. Pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan
produk/jasa melalui kampanye.
c. Upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada
penyebaran informasi.
d. Upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan.

9
e. Upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk memengaruhi lingkungan
atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui
upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana, dan lain-lain di berbagai
bidang/sektor, sesuai keadaan).
f. Pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan masyarakat
(community development), penggerakan masyarakat (social mobilization),
pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.

3.3 Kegiatan Promosi Kesehatan


Kesehatan memerlukan prasyarat-prasyarat yang terdiri dari berbagai sumber daya dan
kondisi dasar, meliputi perdamaian (peace), perlindungan (shelter), pendidikan
(education), makanan (food), pendapatan (income), ekosistem yang stabil (a stable eco-
system), sumber daya yang berkesinambungan (a sustainable resources), serta kesetaraan
dan keadilan sosial (social justice and equity) (WHO, 1986). Upaya-upaya peningkatan
promosi kesehatan harus memerhatikan semua prasyarat tersebut.
WHO, lewat Konferensi Internasional Pertama tentang Promosi Kesehatan di Ottawa pada
tahun 1986, telah merumuskan sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap negara
untuk menyelenggarakan promosi kesehatan. Berikut akan disediakan terjemahan dari
Piagam Ottawa pada bagian yang diberi subjudul Health Promotion Action Means.
Menurut Piagam Ottawa, kegiatan-kegiatan promosi kesehatan berarti:
a. Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (build healthy public
policy)
b. Menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive environments)
c. Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community actions)
d. Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills)
e. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)
f. Bergerak ke masa depan (moving into the future)

Kesejahteraan Lansia Menurut Kolle (1974) dalam Bintarto (1989), kesejahteraan dapat
diukur dari beberapa aspek kehidupan, yaitu dengan melihat kualitas hidup dari segi materi,
fisik, mental dan spiritual
1. Kualitas Hidup Dari Segi Materi

Dengan penelitian, pemeliharaan taraf kesejahteraan dilaksanakan dengan baik dan


mendapatkan hasil yang sesuai dengan target yang diharapkan. Pemenuhan
10
kebutuhan makanan, pakaian dan tempat tinggal sudah diberikan dengan baik.
2. Kualitas Hidup Dari Segi Fisik

Seluruh penerima manfaat yang ada dalam unit ini berada dalam kondisi yang
sehat. Lingkungan yang tercipta pada wisma-wisma telihat bersih dan nyaman.
Kualitas penerima manfaat dari segi fisik terlihat baik.
3. Kualitas Hidup Dari Segi Mental

Intervensi melalui bimbingan rekreatif dan sosialisasi yang dilakukan oleh seksi
bimbingan sosial bertujuan agar penerima manfaat mempunyai kondisi mental
yang sehat tanpa gangguan psikologis. Dengan bimbingan rekreatif dan fasilitas
rekreasi dengan wisata yang dilaksanakan menciptakan kesehatan mental penerima
manfaat
4. Kualitas Hidup Dari Segi Spiritual

Bimbingan keagamaan yang dilakukan tiga kali seminggu dan adanya fasilitas
untuk melakukan kegiatan kegamaan membuat kualitas hidup penerima manfaat
dari segi spiritual meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan sikap penerima manfaat
yang selalu antusias dalam penyelenggaraan bimbinga keagamaan ini. Sikap
keseharian penerima manfaat juga tidak ada yang abnormal dan sesuai dengan
norma agama yang dianut masing masing penerima manfaat.

3.4 Strategi Promosi Kesehatan


a. Advokasi (advocacy)
adalah kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan ( Decision
makers ) dan penentu kebijakan ( Policy makers ) dalam bidang kesehatan maupun sektor lain diluar
kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat.   Dengan demikian, para pembuat
keputusan akan mengadakan atau mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan,
undang-undang, instruksi yang diharapkan menguntungkan bagi kesehatan masyarakat umum. Srategi
ini akan berhasil jika sasarannya tepat dan sasaran advokasi ini adalah para pejabat eksekutif dan
legislatif, para pejabat pemerintah, swasta, pengusaha, partai politik dan organisasi atau LSM dari
tingkat pusat sampai daerah. Bentuk dari advokasi berupa lobbying melalui pendekatan atau
pembicaraan-pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan, penyajian isu-isu
atau masalah-masalah kesehatan yang mempengarui kesehatan masyarakat setempat, dan seminar-
seminar kesehatan. ( Wahid Iqbal Mubarak, Nurul Chayantin2009 ).

11
b. Kemitraan
Di Indonesia istilah Kemitraan  (partnership) masih relative baru, namun demikian prakteknya di
masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak saman dahulu. Sejak nenek moyang kita telah mengenal
istilah gotong royong yang sebenarnya esensinya kemitraan.
Robert Davies, ketua eksekutif “The Prince of Wales Bussines Leader Forum” (NS Hasrat jaya
Ziliwu, 2007) merumuskan, “Partnership is a formal cross sector relationship between individuals,
groups or organization who :
1) Work together to fulfil an obligation or undertake a specific task
2) Agree in advance what to commint and what to expect
3) Review the relationship regulary and revise their agreement as  necessary, and
4) Share both risk and the benefits
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan adalah suatu kerjasama formal
antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu
tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan
harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah
dibuat,dan saling berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh.
Dari definisi ini terdapat tiga (3) kata kunci dalam kemitraan, yakni:
1) Kerjasama antar kelompok, organisasi dan Individu
2) Bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama )
3) Saling menanggung resiko dan keuntungan.

Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997. Sehubungan
dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling memberikan manfaat.
Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan
kesetaraan.

Peran Dinas Kesehatan dalam Pengembangan Kemitraan di Bidang Kesehatan. Beberapa


alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat adalah :
1) Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi Indonesia
Sehat.
2) Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama, dll.

12
3) Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat berjalan
lancar.
4) Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
5) Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
6) Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
7) Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan
potensi yang ada.

c. Pemberdayaan Masyarakat ( Empowerment )


Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata ‘power’
(kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep
mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang
lain  melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial
tradisional menekannkan bahwa kekuasaan berkaitan dengan  pengaruh dan kontrol. Pengertian ini
mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai suatu yang tidak berubah atau tidak dapat dirubah.
Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial antara
manusia.  Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial. Karena itu, kekuasaan dan hubungan kekuasaaan
dapat berubah. Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses
perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya
proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal :
1) Bahwa kekuasaan dapat berubah, Jika kekuasaan tidak dapat berubah pemberdayaan tidak
mungkin terjadi dengan cara apapun.
2) Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan yang
tidak statis, melainkan dinamis.
Pemberdayaan (Empowernment) adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan
alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, utamanya Eropa. Untuk memahami konsep
pemberdayaan secara tepat dan jernih memerlukan upaya pemahaman latar belakang
kontekstual yang melahirkannya. Konsep tersebut telah begitu meluas diterima dan
dipergunakan, mungkin dengan pengertian presepsi yang berbeda satu dengan yang lain.
Penerimaan dan pemakaian konsep tersebut secara kritikal tentulah meminta kita mengadakan
telaah yang sifatnya mendasar dan jernih.

Konsep pemberdayaan mulia Nampak disekitar decade 70-an, dan kemudian berkembang terus
sepanjang decade 80-an dan sampai decade 90-an atau akhir abad ke-20 ini. Diperkirakan konsep ini

13
muncul bersamaan dengan aliran-aliran seperti Eksistensialisme, Phenomelogi, Personalisme,
kemudian lebih dekat dengan gelombang New-Marxisme, freudialisme, aliran-aliran seperti
Sturktualisme dan Sosiologi Kritik Sekolah Frankfurt serta konsep-konsep seperti elit, kekuasaan,
anti-astabilishment, gerakan populasi, anti-struktur, legitimasi, ideology, pembebasn dan konsep civil
society (Pranarka & Moeljarto, 1996).

Istilah Pemberdayaan masyarakat tidak menganut pendekatan mobilisasi tetapi partisipatif. Pada
pendekatan partisipatif ini, perencana, agents dan masyarakat yang dijadikan sasaran pembangunan
bersama-sama merancang dan memikirkan pembangunan yang diperlukan oleh masyarakat (Sairin,
2002)
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) kini telah dijadikan sebuah strategi dalam
membawa masyarakat dalam kehidupan sejahtera secara adil dan merata. Strategi ini cukup efektif
memandirikan masyarakat pada berbagai bidang, sehingga dibutuhkan perhatian yang memadai. Oleh
kerena itu, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Achmad Suyudi mengingstruksikan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota menggerakkan masyarakat melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit.
Pemberdayaan masyarakat secara umum lebih efektif jika dilakukan melalui program pendampingan
masyarakat (community organizing and defelopment), karena pelibatan masyarakat sejak perencanaan
(planning), pengorganisasian (Organising), pelaksanaan (Actuating) hingga evaluasi atau pengawasan
(Controlling) program dapat dilakukan secara maksimal. Upaya ini merupakan inti dari pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat (Halim, 2000).
Pelibatan masyarakat melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen; perencanaan (Planning),
pengorganisasiaa.n (Organising), pelaksanaan (Actuating) hingga evaluasi atau pengawasan
(Controlling) program atau biasa disingkat POAC telah diadopsi untuk program-program bidang
kesehatan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat.

4. Dukungan Terhadap Orang Yang Terlibat Merawat Lansia


5.1 Dukungan keluarga
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan, yaitu:
a) Dukungan informasional

14
Keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi tentang suatu pengetahuan terhadap anggota
keluarga. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menahan munculnya suatu stressor karena
informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.
Aspek-aspek dukungan ini berupa nasehat, usualan saran, perunjuk dan informasi.
b) Dukungan penilaian
Dapat berwujud pemberian penghargaan atau pemberian penilaian yang mendukung perilaku
atau gagasan individu dalam bekerja maupun peran sosial yang meliputi pemberian umpan
balik, informasi, atau penguatan.
c) Dukungan instrumental
Merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya dapat berwujud barang,
pelayanan dukungan, keuangan, dan menyediakan peralatan yang yang dibutuhkan. Memberi
bantuan dan melaksanakan aktivitas, memberi peluang waktu, serta modifikasi lingkungan.
d) Dukungan emosional
Merupakan dukungan yang diwujudkan dalam bentuk kelekatan, kepedulian, dan ungkapan
simpati sehingga timbul keyakinan bahwa individu yang bersangkutan diperhatikan.

4.2 Peran anggota keluarga terhadap lansia


Menurut Eliopoulus (2005) berbagai bentuk peran keluarga diantaranya menjaga dan
membersihkan rumah, mengelola keuangan, belanja, kesempatan untuk sosialisasi,
menasihati, menemani ke pelayanan kesehatan, memasak dan menyediakan makanan,
mengingatkan untuk berobat, menjaga janji, mengawasi, melakukan perawatan, pemantauan
dan administrasi obat-obatan.

Sama halnya dengan Maryam (2008) yang menyebutkan beberapa hal yang dapat dilakukan
keluarga dalam menjalankan perannya terhadap lansia antara lain melakukan pembicaraan
yang terarah, mempertahankan kehangatan keluarga, membantu melakukan persiapan
makanan bagi lansia, membantu dalam hal transportasi, memberikan kasih sayang,
menghormati, mintalah nasihatnya untuk peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam
acara-acara keluarga, membantu mencukupi
kebutuhannya, memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah,
memeriksakan kesehatan secara teratur.

15
Pada umumnya keluarga memiliki peran penting dalam kehidupan lansia, keluarga
memenuhi 60-80% kebutuhan lansia. Berikut ini hal-hal yang mempengaruhi kemampuan
keluarga memberi dukungan pada lansia yaitu (Lueckenotte, 2000) :
1) Meningkatnya usia lansia “old-old” (>85 tahun).
2) Penurunan fertilitas, dimana penurunan kelahiran berarti anak yang bisa merawat lansia lebih
sedikit.
3) Meningkatnya pekerja wanita, dimana biasanya yang memberikan perawatan primer adalah
wanita.
4) Meningkatnya mobilitas keluarga, sehingga banyak anak yang berjauhan dengan keluarga
mengakibatkan kesulitan memberikan perawatan.
5) Meningkatnya perceraian dan pernikahan kembali. Hal ini akan menimbulkan konflik bagi
anak untuk memberikan perawatan karena berbedanya pandangan antara saudara kiri.
Menurut Carter dan McGoldrick (didalam Maryam, 2008) tugas perkembangan keluarga
dengan lansia adalah mepertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, penyesuaian
terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, penyesuaian
diri terhadap kehilangan pasangan, pemeliharaan ikatan keluarga antargenerasi, meneruskan
untuk memahami eksistensi usia lanjut.

4.3 Pendekatan yang bisa dilakukan keluarga pada lansia


Menurut Lueckenotte (2006), ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan keluarga
terhadap lansia yaitu:
1) Memahami persepsi dan perasaan lansia
2) Dekati lansia dengan baik, sehingga lansia tidak merasa ketergantungan
3) Sarankan satu perubahan dalam satu waktu, karena umumnya orang sulit untuk menerima
perubahan
4) Pertimbangkan siapa yang cocok untuk berbicara pada lansia

16
BAB II
ANALISIS JRNALDKESEHATAN

Pertanyaan Klinis
P Pasien: Lansia

Populasi :
Terdapat sebanyak 60 orang lansia di desa ujung rambung kecamatan pantai cermin
kabupaten serdang bedagai

Problem :
Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia pengetahuan dan
tindakan pemanfaatan di desa ujung rambung kecamatan pantai cermin kabupaten
serdang bedagai
I Intervensi : di berikan pendidikan kesehatan

C Comparasi*
Judul jurnal baru:pengaruh pendidikan kesehatan kepada lansian terhadap tingkat
kunjungan posyandu lansia

O OutCome :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh (perbedaan) yang signifikan


pengetahuan lansia sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pretest) dengan
pengetahuan sesudah diberi pendidikan kesehatan (posttest) dengan nilai t-hitung =
-37,622 > 1,699 (t-tabel) dan nilai p= 0,000 < 0,05. Terdapat pengaruh (perbedaan) yang
signifikan tindakan pemanfaatan posyandu lansia sebelum dan sesudah diberi pendidikan
kesehatan (posttest) dengan nilai t-hitung = -17,954 > 1,699 (t-tabel) dan nilai p= 0,000 <
0,05. Disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat aktif untuk memberikan
pendidikan kesehatan baik kepada lansia maupun kepada anggota keluarga yang tinggal
satu rumah dengan lansia agar pengetahuan pasien dan keluarga bertambah serta mampu
melakukan perawatan pada lansia dengan semaksimal mungkin dan mendukung lansia
untuk datang ke posyandu lansia.
T Time : 18 februari 2019

17
Table Evaluasi Rapid Critical Apraissal (RCA)

23
First Conceptu Design/Metho Sample/Setti Major Measuremen Data Findings Appraisal:
Author al d ng Variables t Analysis Worth to
(Year) Framewo Studied (and Practice
rk Their
Definitions
Purwaningsih Meningka (.Jenis penelitian (Populasi dalam Independen Uji validasi Mengguna Mengguna Kekurangan:
tkan ini adalah penelitian ini di dan yang kan uji t kan uji t
pengetah analitik dengan ambil setengah dependen digunakan dua dua  tidak terdapat
uan dan desain nya 30 orang) ( pengetahua untuk sampel sampel kriteria inklusi
pemaham eksperimen semu n dan mengetahui berpasanga berpasanga dan ekslusi
an lansia (quasi tindakan pengetahuan n (paired n (paired  di dalam jurnal
salah experiment) pemanfaata) dan sample sample tidak di jelaskan
satunya pemanfaatan t test) t test) tehnik atau
dilaksana pendidikan posyandu diperoleh Ho ditolak metode terkait
kan kesehatan lansia nilai t-hitung dan Ha penyuluhan atau
melalui sebelum dan = -37,622 > diterima, pendidikan
promosi setelah diberi 1,699 (t- jika nilai t- kesehatan
atau perlakuan tabel) dan hitung > t- 
pendidika penkes nilai p= 0,000 tabel atau Kelebihan:
n kesehatan < 0,05) nilai
kesehatan tentang signifikan Dari jurnal tersebut
(Depkes, posyandu (probabilitas peneliti dapat
2008). lansia = p) < 0,05 membuktikan hipotesis
Pendidika menggunakan penelitianya
n dua sampel
kesehatan berpasangan
sebagai (paired sample
bagian t-test).
dari
kesehatan
masyarak
at,
berfungsi
sebagai
media
atau
sarana
untuk
menyedia
kan
kondisi
sosio-
psikologi
s
sedemikia
n rupa
sehingga
individu
atau
masyarak
at
berperilak
u sesuai
dengan
norma-
norma
hidup
sehat,
dengan
perkataan
lain
pendidika
n
kesehatan
bertujuan
untuk
menguba
h
pengetah
uan, sikap
dan
tindakan
individu
atau
masyarak
at
sehingga
sesuai
dengan
norma-
norma
hidup
sehat.
Pendidika
n
kesehatan
akan
berpengar
uh pada
perilaku
kesehatan
,
selanjutn
ya
perilaku
kesehatan
akan
berpengar
uh
kepada
meningka
tnya
indikator
kesehatan
masyarak
at sebagai
keluaran
(outcome
)
pendidika
n
kesehatan
(Notoatm
odjo,
2012).
Tingkat
pengetah
uan kader
posyandu
sangat
penting
dalam
pemberia
n sinar
infrared
dan tens
yang
diberikan
dalam
kegiatan
posyandu
lansia di
Desa
Sukasari
Kecamata
n
Pegajaha
n
Kabupate
n Serdang
Bedagai
sangat
bermanfa
at bagi
lansia
dalam
meningka
tkan
kesehatan
lansia
(Sulaima
n,
Anggriani
,&
Sutandra,
2019).

VALIDITY
Apakah Hasil Dari Studi Valid? Valid, di buktikan dengan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh (perbedaan) yang signifikan pengetahuan
lansia sebelum di berikan pendidikan kesehataan (pretest) dengan pengetahuan sesudah di beri pendidikan kesehatan
IMPORTANCE
Apakah Hasilnya Membantu Saya Dalam Merawat Pasien Saya? Iya terbantu karena
tenaga kesehatan khususnya perawat aktif untuk memberikan pendidikan kesehatan baik kepada lansia
maupun kepada anggota keluarga yang tinggal satu rumah dengan lansia agar pengetahuan pasien dan
keluarga bertambah serta mampu melakukan perawatan pada lansia dengan semaksimal mungkin dan
mendukung lansia untuk datang ke posyandu lansia.
APPLICABLE
Apakah Hasilnya Sesuai Diterapkan ditempat praktek saya? Belum di ketahui karena kami belum melakukan praktik
25
7
20

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontology dan kedokteran yang
mempelajari kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative. Pada prinsipnya geriatric mengusahakan
masa tua yang bahagia dan berguna.

Guna mengatasi lanjut usia, diperlukan program pelayanan kesejahteraan social


lanjut usia yang terencana, tepat guna dan tetap memiliki karakteristik.
Sebagaibangsa yang menjamin keharmonisan hubungan di antara anak, Three in
one roof, yang artinya bahwa suasana hubungan yang harmonis antar ketiga
generasi akan terus terjalin sepanjang masa, walaupun saat ini mereka cenderung
tidak tinggal bersama dalam satu rumah. Namun semangatnya masih terpatri
dalam satu atap kebersamaan.

Saran
Demikian makalah yang telah kami buat, kami menyadari masih terdapat banyak
kekurangan pada makalah yang kami susun. Atas kekurangan dan kelebihan kami
mohon maaf yang sebesar – besarnya.Kami juga memohon untuk saran dan kritik
untuk makalah kami apabila ada yang kurang berkenan
DAFTAR PUSTAKA

Darmayanti, F.N. 2012. Hubungan pendidikan kesehatan pada lansia


dengan keikutsertaan lansia dalam posyandu lansia di kelurahan
Sembungharjo kota Semarang. Abstrak
Maryam, R siti.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. 2008. Jakatra:
Salemba Medika.
Mubarak,Wahit Iqbal. 2009. Pengantar Keperawatan Komunitas 2.
Jakarta: Salemba Medika
Mickey Stanley, Patricia Gauntleff Seare.2016.Buku Ajar Keperawatan
Gerontik Edisi 2.Jakarta:ECG
Topatimasang, Roem. 2012. Memamusiakan Lanjut Usia “Penuaan
Penduduk & Pembangunan di Indonesia. Yogyakarta:PUSTAKA
NASIONAL.
Mubarak,Wahit Iqbal. 2009. Pengantar Keperawatan Komunitas 2.
Jakarta: Salemba Medika
Novayenni, R. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Angka
Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia. JOM Vol 2 No 1,
Februari 2015.
Rafknowledge, 2014. Insomnia dan Gangguan Tidur lainnya. Cetakan
Kedua. Jakarta :Gramedia
Rafiudin R. 2014. Insomnia dan Gangguan Tidur lainnya. Cetakan
Pertama. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

21

Anda mungkin juga menyukai