KESEJAHTERAAN LANSIA
MAKALAH
OLEH
Elia br Sihombing
193302040057
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai Isu-Isu Strategis Untuk Promosi Kesehatan Dan
Kesejahteraan Lansia
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun. Kritik dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca makalah ini,kami
sampaikan terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
2.1 Pengertian Geriatri ...................................................................... 3
2.2 Strategi dan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia
..................................................................................................... 4
2.3 Isu – isu, Strategi dan Kegiatan untuk promosi Kesehatan dan
Kesejahteraan Lansia...................................................................6
2.4 Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan untuk Komunitas
Lansia.......................................................................................... 14
2.5 Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk Lansia..............18
BAB III
PENUTUP .................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 19
3.2 Saran ........................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya luhur, memiliki
ikatan kekeluargaan yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan budaya
yang menghargai peran serta kedudukan para lanjut usia dalam keluarga
maupun masyarakat, Sebagai warga yang telah berusia lanjut, para lanjut usia
mempunyai kebajikan ,kearipan serta pengalaman berharga yang dapat di
teladani oleh generasi penerus dalam pembangunan nasional. Seiring dengan
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan telah memicu timbulnya
berbagai perubahan dalam masyarakat, dengan meningkatkan angka harapan
hidup.
Dari hasil sensus penduduk yang dilaksakan oleh BPS menunjukan
pada tahun 2000 usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67 dari populasi
lanjut usia yang di perkirakan 17 juta orang. Padatahun 2020 jumlah penduduk
lanjut usia Indonesia diproyeksika nmencapai 28 juta orang yang berusia 71
tahun. Perubahan komposisi penduduk lanjut usia menimbulkan berbagai
kebutuhan baru yang harus dipenuhi, sehingga dapat pula menjadi
permasalahan yang komplek bagi lanjut usia,baik sebagai individu keluarga
mau pun masyarakat.
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun , hal tersebut membutuhkan upaya
pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua
yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (pasal 19 UU No. 23 tahun
1992 tentang kesehatan).
Guna mengatasi lanjut usia, diperlukan program pelayanan
kesejahteraan social lanjut usia yang terencana, tepat guna dan tetap memiliki
karakteristik. Sebagaibangsa yang menjamin keharmonisan hubungan di
antara anak, Three in one roof, yang artinya bahwa suasana hubungan yang
harmonis antar ketiga generasi akan terus terjalin sepanjang masa, walaupun
saat ini mereka cenderung tidak tinggal bersama dalam satu rumah. Namun
semangatnya masih terpatri dalam satu atap kebersamaan.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui geriatric.
2. Untuk mengetahui strategi dan kebijakan pelayanan kesehatan lanjut
usia di Indonesia.
3. Untuk mengetahui saja isu-isu, strategi dan kegiatan untuk promosi
kesehatan dan kesejahteraan lansia.
4. Untuk mengetahui promosi kesehatan dan strategi proteksi kesehatan
untuk komunitas lansia.
5. Untuk mengetahui peran perawat dalam promosi kesehatan untuk
lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 Isu – isu, Strategi dan Kegiatan untuk promosi Kesehatan dan
Kesejahteraan Lansia
1. Pengertian dan Lingkup Promosi Kesehatan
Dewasa ini promosi kesehatan (health promotion) telah menjadi
bidang yang semakin penting dari tahun ke tahun. Dalam tiga dekade
terakhir, telah terjadi perkembangan yang signifikan dalam hal perhatian
dunia mengenai masalah promosi kesehatan. Pada 21 November 1986,
World Health Organization (WHO) menyelenggarakan Konferensi
Internasional Pertama bidang Promosi Kesehatan yang diadakan di
Ottawa, Kanada. Konferensi ini dihadiri oleh para ahli kesehatan seluruh
dunia, dan menghasilkan sebuah dokumen penting yang disebut Ottawa
Charter (Piagam Ottawa). Piagam ini menjadi rujukan bagi program
promosi kesehatan di tiap negara, termasuk Indonesia.
Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan
adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan
meningkatkan kesehatan mereka (Health promotion is the process of
enabling people to increase control over, and to improve, their health,
WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di
dalam diri orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi mereka
sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan usaha-usaha untuk
menyehatkan diri mereka.
Lebih lanjut dokumen itu menjelaskan bahwa untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial,
individu atau kelompok harus mampu mengenal serta mewujudkan
aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya dan agar mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya,
dan sebagainya). Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang
menitikberatkan sumber daya pada pribadi dan masyarakat sebagaimana
halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak hanya
merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh
melampaui gaya hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO, 1986).
Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan
mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor
kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap
unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi
kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan
bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif
(Taylor, 2003).
Bagi individu, promosi kesehatan terkait dengan pengembangan
program kebiasaan kesehatan yang baik sejak muda hingga dewasa dan
lanjut usia (Taylor, 2003). Secara kolektif, berbagai sektor, unsur, dan
profesi dalam masyarakat seperti praktisi medis, psikolog, media massa,
para pembuat kebijakan publik dan perumus perundang-undangan dapat
dilibatkan dalam program promosi kesehatan. Praktisi medis dapat
mengajarkan kepada masyarakat mengenai gaya hidup yang sehat dan
membantu mereka memantau atau menangani risiko masalah kesehatan
tertentu. Para psikolog berperan dalam promosi kesehatan lewat
pengembangan bentuk-bentuk intervensi untuk membantu masyarakat
memraktikkan perilaku yang sehat dan mengubah kebiasaan yang buruk.
Media massa dapat memberikan kontribusinya dengan menginformasikan
kepada masyarakat perilaku-perilaku tertentu yang berisiko terhadap
kesehatan seperti merokok dan mengonsumsi alkohol. Para pembuat
kebijakan melakukan pendekatan secara umum lewat penyediaan
informasi-informasi yang diperlukan masyarakat untuk memelihara dan
mengembangkan gaya hidup sehat, serta penyediaan sarana-sarana dan
fasilitas yang diperlukan untuk mengubah kebiasaan buruk masyarakat.
Berikutnya, perumus perundang-undangan dapat menerapkan aturan-
aturan tertentu untuk menurunkan risiko kecelakaan seperti misalnya
aturan penggunaan sabuk pengaman di kendaraan (Taylor, 2003).
2. Lingkup promosi kesehatan
Oleh karena itu, lingkup promosi kesehatan dapat disimpulkan
sebagai berikut (Iqi, 2008):
a. Pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada
perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan.
b. Pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada
pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
c. Upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang
tekanannya pada penyebaran informasi.
d. Upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
e. Upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk
memengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan
kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau
pembuatan peraturan, dukungan suasana, dan lain-lain di berbagai
bidang/sektor, sesuai keadaan).
f. Pengorganisasian masyarakat (community organization),
pengembangan masyarakat (community development), penggerakan
masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat
(community empowerment), dll.
3. Kegiatan Promosi Kesehatan
Kesehatan memerlukan prasyarat-prasyarat yang terdiri dari
berbagai sumber daya dan kondisi dasar, meliputi perdamaian (peace),
perlindungan (shelter), pendidikan (education), makanan (food),
pendapatan (income), ekosistem yang stabil (a stable eco-system), sumber
daya yang berkesinambungan (a sustainable resources), serta kesetaraan
dan keadilan sosial (social justice and equity) (WHO, 1986). Upaya-upaya
peningkatan promosi kesehatan harus memerhatikan semua prasyarat
tersebut.
WHO, lewat Konferensi Internasional Pertama tentang Promosi
Kesehatan di Ottawa pada tahun 1986, telah merumuskan sejumlah
kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap negara untuk menyelenggarakan
promosi kesehatan. Berikut akan disediakan terjemahan dari Piagam
Ottawa pada bagian yang diberi subjudul Health Promotion Action Means.
Menurut Piagam Ottawa, kegiatan-kegiatan promosi kesehatan berarti:
a. Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (build healthy
public policy)
b. Menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive
environments)
c. Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community
actions)
d. Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills)
e. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)
f. Bergerak ke masa depan (moving into the future)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai simpulan umum, ada beberapa hal yang sangat penting dan
mendasar dalam isu pelayanan kesehatan warga lansia.
Pertama, adalah bahwa proses menua (degeneratif) sudah harus di-
antisipasi sejak dini, sebelum usia 50 tahun, dan hal ini harus kita pahamkan
dengan baik kepada semua warga masyarakat. Bagi mereka yang sudah
lansia, yang paling penting adalah upaya pemulihan (re-habilitatif) agar tetap
mampu mengerjakan pekerjaan dan tugas se-hari-hari, sehingga mereka bisa
hidup secara mandiri, produktif, dan bahagia.
Kedua, keluarga masih sangat penting perannya dalam meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan lansia. Ini terutama berkaitan dengan konteks
sosial-budaya lokal.
Ketiga, kesadaran dari lansia sendiri sangat menentukan untuk bisa hidup
secara mandiri, sehat, dan bahagia. Almarhum Profesor Par-mono Ahmad,
yang meninggal pada usia 86 tahun, sampai usia 82 ta-hun masih memberikan
layanan di klinik, tetap segar. Ketika ditanya apa rahasianya, beliau
menjawab hanya satu kalimat singkat: Keep moving (Terus bergerak)!
Dengan kata lain, terus berkegiatan, aktif!
Keempat, upaya peningkatan kualitas kesehatan lansia memerlukan
dukungan dari organisasi profesi, pemerintah pusat, pemerintah dae-rah,
swasta, dan seluruh kalangan masyarakat.
Yogyakarta Declaration on Ageing and Health telah dideklarasikan oleh
Menteri Kesehatan wilayah SEARO pada 4 September 2012, belum lama
berselang di Yogyakarta ini. Ada 14 butir pokok yang menjadi komitmen
Menteri Kesehatan di kawasan SEARO yang harus ditindaklanjuti.
Pernyataan itu amat sangat bagus untuk disebarluaskan menjadi gerakan dan
juga kesadaran bagi seluruh masyarakat kita. Indonesia harus berkomitmen
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraaan warga lansianya
dengan pelayanan yang optimum dan terintergrasi lintas sektor yang
didukung oleh seluruh komponen masyarakat.
3.2 Saran
Dengan makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun serta kami berharap makalah ini bisa berguna bagi pembaca
untuk menambah referensi khususnya bagi mahasiswa ilmu keperawatan
dalam mempelajari tentang isi – isu strategis untuk promkes dan
kesejahteraan lansia.
DAFTAR PUSTAKA