Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

“STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DALAM MENANGGULANGI


MASALAH GIZI”

OLEH

NAMA : HELMINA NOYANA BAGUL

NIM : 1807010186

KELAS :E

SEMESTER : IV

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
bimbingan dan pernyetaan Nya, saya boleh menyelesaikan makalah promosi kesehatan yang
berjudul “strategi promosi kesehatan dalam menanggulangi masalah gizi”. Makalah ini saya buat
untuk memenuhi nilai tugas pada mata kuliah promosi kesehatan
Selama penulisan saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dari segi materi maupun kaidah penulisan. Oleh karena itu, saya menyampaikan
permohonan maaf apabila selama membaca makalah ini terdapat kekeliruan dan kesalahan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita dalam menambah pengetahuan tentang dunia
kesehatan.

Kupang, 1 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Judul.................................................................................................................. i
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan penulisan...................................................................................... 2
BAB II Pembahasan …………………………………………….................... 3
2.1 Gizi……………………………………………………………………. 3
2.2 Promosi Kesehatan Gizi.......................................................................... 5
2.3 Strategi Promosi Kesehatan Gizi……………………………………… 7
2.3.1 Advokasi.......................................................................................... 7
2.3.2 Kemitraan....................................................................................... 12
Bab III Penutup................................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan………………………………………………..................... 18
3.2 Saran....................................................................................................... 19
Daftar Pustaka………………………………………………………………... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya
manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan masyarakat.
Pada saat ini Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi, yaitu kekurangan gizi dan
kelebihan gizi. Sebenarnya masalah gizi di Indonesia terdiri dari masalah gizi yang sudah dapat
dikendalikan misalnya Kekurangan Vitamin A, masalah gizi yang belum selesai dan masalah
gizi yang mengancam. Seperti halnya wasting (anak kurus) dan stanting  (anak pendek) akibat
defisiensi kronik zat  gizi makro dan mikro yang lama. Kekurangan gizi masih dialami oleh anak
balita (18,4% gizi kurang & buruk, 36,8% pendek (stunting), 13,6% kurus (wasting), anak
kurang gizi pada usia-sekolah 6 - 14 tahun (10,9 - 13,3%), penduduk kurang gizi pada berumur ≥
15 tahun (14,8%), dan kurang gizi pada perempuan usia-subur 15 - 45 tahun (13,6% kurang-
energi kronis). Adapun kelebihan gizi mulai dialami anak balita (12,2%), anak usia-sekolah (6,4
- 9,5%), dan penduduk berumur ≥ 15 tahun (8,8% kelebihan berat badan, hasil riskesdas 2007.
Kekurangan maupun kelebihan gizi dapat menimbulkan dampak negative
Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkansumber daya
manusia yang berkualitas. Masalah gizi terjadi di setiap sikluskehidupan, dimulai sejak dalam
kandungan (janin), bayi, anak, dewasa danusia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan
merupakan masa kritis,karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang
sangatpesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat
dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi. Istilah advokasi mulai
digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO (1984).

Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilam suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan.
Oleh karena itu, yang menjadi sasaran atau target advokasi adalah para pemimpin suatu
organisasi atau institusi kerja, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, serta organisasi
kemasyarakatan. Di sektor kesehatan, dalam konteks pembangunan nasional, sasaran advokasi

1
adalah pimpinan eksekutif, termasuk presiden dan para pemimpin sektor lain yang terkait dengan
kesehatan dan lembaga legislatif.

Di negara-negara berkembang khususnya, strategi advokasi dan kemitraan sangat


diperlukan karena masalah kesehatan di negara-negara ini belum memperoleh perhatian secara
proporsional dari sektor-sektor lain di luar kesehatan, baik pemerintah maupun swasta. Padahal
masalah kesehatan ditimbulkan oleh dampak pembangunan sektor lain. Untuk meningkatkan
perhatian dan komitmen pembuat keputusan dari sektor-sektor ini diperlukan advokasi dan
dukungn sosial/kemitraan terutama dalam upaya menanggulangi masalah gizi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksudkan dengan promosi kesehatan gizi
1.2.2 Apa saja strategi dalam promosi kesehatan gizi?
1.2.3 Apa yang dimaksudkan dengan advokasi?
1.2.4 Bagaimana peranan advokasi dalam menanggulangi masalah gizi?
1.2.5 Apa saja tujuan, pendekatan dan strategi dari advokasi?
1.2.6 Apa yang dimaksudkan dengan kemitraan?
1.2.7 Bagaimana peranan kemitraan dalam menanggulangi masalah gizi?
1.2.8 Bagaimana Persyaratan, landasan dan prinsip dari kemitraan?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk menjelaskan pengertian dari promosi kesehatan gizi
1.3.2 Untuk menjelaskan strategi yang digunakan dalam promosi kesehatan gizi
1.3.3 Untuk menjelaskan pengertian dari advokasi
1.3.4 Untuk menggambarkan peranan advokasi dalam upaya menanggulangi masalah gizi
1.3.5 Untuk menjelaskan tujuan, pendekatan, dan strategi dari advokasi
1.3.6 Untuk menjelaskan pengertian dari kemitraan
1.3.7 Untuk menggambarkan peranan kemitraan dalam menanggulangi masalah gizi
1.3.8 Untuk menjelaskan persyaratan, landasan dan prinsip dari kemitraan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gizi

2.1.1 Pengertian gizi

Gizi adalah terjemahan dari kata "Nutrition" yang disebut sebagai nutrisi. Gizi
juga dapat artikan sebagai sesuatu yang mempengaruhi adanya proses perubahan pada
setiap makanan yang masuk dalam tubuh yang dapat mempertahankan tubuh tetap sehat.
Para ahli yang mempelajari tentang Gizi disebut sebagai Ilmu Gizi. Sedangkan
Pengertian gizi secara umum adalah zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan,
perkembangan, pemeliharaan dan memperbaiki jaringan tubuh. Pengertian Gizi adalah
dimana gizi berasal dari bahasa mesir yang berarti "Makanan".

Gizi adalah zat-zat sebagai komponen pembangun tubuh manusia dalam rangka
mempertahankan dan memperbaiki jaringan-jaringan agar fungsi tubuh manusia itu
sendiri dapat berjalan sebagaimana mestinya. Mengabaikan asupan gizi berarti juga kita
membiarkan fungsi-fungsi jaringan tubuh tidak bekerja secara maksimal.

Pengertian zat gizi atau Nutrisi adalah zat pada makanan yang dibutuhkan oleh
organisme untuk pertumbuhan dan perkembangan yang dimanfaatkan secara langsung
oleh tubuh yang meliputi protein, vitamin, mineral, lemak dan air. Zat gizi diperoleh dari
makanan yang didapatkan dalam bentuk sari makanan dari hasil pemecahan pada sistem
pencernaan. Zat gizi dibagi menjadi dua yaitu zat gizi organik dan zat gizi anorganik. Zat
-zat gizi organik seperti lemak, vitamin, karbohidrat, dan protein. Sedangkan zat gizi
anorganik adalah terdiri dari air dan mineral. dan tidak itu saja Zat Gizi dikelompokkan
atas beberapa macam seperti macam-macam zat gizi berdasarkan sumbernya, macam-
macam zat gizi berdasarkan jumlahnya, dan berdasarkan fungsinya. Sedangkan,
pengertian ilmu gizi adalah ilmu yang yang mempelajari tentang zat-zat gizi yang ada
pada makanan dan penggunanya dalam tubuh yang meliputi masukan, pencernaan,
penyerapan, pengangkutan (transpor), metabolisme, interaksi, dan penyimpanan serta
pengeluaran, semua hal ini merupakan proses zat gizi pada tubuh

3
2.1.2 Manfaat gizi untuk tubuh manusia

Manfaat gizi bagi tubuh manusia, diantaranya adalah :

1) Sebagai penghasil energi tubuh, sebagian zat-zat pada makanan yang kita konsumsi
oleh sistem pencernaan organ tubuh akan akan diolah hingga menghasilkan energy. Energy
inilah yang kemudian membantu manusia untuk bisa melakukan berbagai aktifitasnya
sehari-hari. Zat sebagai pembentuk energy tubuh adalah karbohidrat, protein dan juga
lipida atau lemak.

2) Sebagai pembentuk sel jaringan tubuh, yang mana zat gizi yang termasuk untuk
membentuk ini adalah air, mineral dan protein. Dalam hal pembentukan sel jaringan tubuh
ketiga zat tersebut secara bersama-sama diolah oleh organ tubuh hingga kemudian
terbentuk lah sel jaringan tubuh baru terutama sebagai pengganti jaringan yang sudah
rusak atau tidak berfungsi lagi.

3) Sebagi pengatur fungsi dari reaksi biokimia dalam tubuh (stimulansia), agar fungsi dan
reaksi biokimia dalam tubuh dapat berjalan dengan cepat dan baik maka tubuh
membutuhkan zat-zat sebagai stimulansia (perangsang dan pengatur) dalam proses
tersebut. Zat vitamin lah yang membantu proses reaksi biokimia dalam tubuh hingga dapat
berjalan dengan baik, nah vitamin ini tentu saja terdapat dalam setiap makanan yang telah
kita konsumsi.

4
2.2 Promosi Kesehatan Gizi

Promosi kesehatan merupakan suatu bentuk pendidikan yang berupaya agar


masyarakat berperilaku kesehatan yang baik. Betuk pendidikannya, yaitu dengan cara
persuasi, bujukan, imbauan, ajakan, memberikan informasi atau memberikan kesadaran.
Pendidikan atau promosi kesehatan adalah suatu bentuk intervensi yang ditujukan
kepada perilaku, agar perilaku tersebut terbentuk untuk perilaku kesehatan yang baik.
Promosi kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat
mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Agar
initervensi atau upaya tersebut efektif, maka sebelum dilakukan intervensi perlu
dilakukan diagnosis atau analisis terhadap masalah perilaku tersebut (Notoatmodjo,
2014:56). Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Berikut ini tiga faktor
utama yang mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2007:15).

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi mencakup aspek pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat


terhadap tradisi, kebiasaan dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial, ekonomi, dan sebagainya.

b. Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan
tinja, dan ketersediaan makanan bergizi. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan
seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter
atau bidan praktik swasta. Masyarakat memerlukan sarana dan prasarana yang
mendukung untuk berperilaku sehat. Fasilitas-fasilitas tersebut pada hakikatnya
mendukung terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor
pendukung atau pemungkin.

5
c. Faktor Penguat

Faktor penguat merupakan factor yang mempengaruhi sikap dan perilaku yang berasal
dari teman, tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan. Media masa, peraturan,
dan undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyrakat. Peraturan
dalam undang-undang tentang kesehatan menjadi kekuatan hukum bagi masyarakat.

Penyuluhan gizi merupakan salah satu program gizi. Pada umumnya penyuluhan
gizi menjadi program yang mendukung berhasilnya program kesehatan secara
keseluruhan. Penyuluhan gizi tidak dapat berdiri sendiri diantara program kesehatan
lainnya, sehingga diperlukan kerjasama lintas sektor .

Penyuluhan gizi adalah suatu pendekatan edukatif untuk merubah perilaku


individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningatan atau mempertahankan gizi
baik. Tujuan penyuluhan gizi, yaitu:

 terciptanya sikap positif terhadap gizi;

 terbentuknya pengetahuan dan kecakapan memilih dan menggunakan sumber-


sumber pangan;

 timbulnya kebiasaan makan yang baik;

 adanya motivasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan
dengan gizi

Penyuluhan gizi merupakan proses belajar untuk mengembangkan pengertian dan


sikap yang positif terhadap gizi agar yang bersangkutan dapat memiliki dan membentuk
kebiasaan makan yang baik dalam kehidupan sehari- hari. Penyuluhan gizi merupakan
proses membantu orang lain membentuk dan memiliki kebiasaan makan yang baik dan
pada umumnya menggunakan mendekatan kelompok (Supariasa, 2013:11). Penyuluhan
gizi memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut:

 Meningkatkan kesadaran gizi masyarakat melalui peningkatan pengetahuan gizi dan


makanan yang menyehatkan

6
 Menyebarkan konsep baru tentang informasi gizi kepada masyarakat

 Membantu individu, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan berperilaku positif


sehubungan dengan pangan dan gizi dan Mengubah perilaku konsumsi makanan (food
consumtion behavior) yang sesuai dengan tingkat kebutuhan gizi, sehingga pada
akhirnya tercapai status gizi yang baik.

2.3 Strategi Promosi kesehatan Gizi


2.3.1 Advokasi
1) Pengertian Advokasi
Advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan sosial untuk
memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan adanya
sistem yang mendukung terhadap suatu program atau kegiatan.
Advokasi kesehatan, yaitu pendekatan kepada para pemimpin atau perlindungan pada
upaya kesehatan (Depkes, 2010). Menurut para ahi retorika Foss dan Foss et All 1980,
Toulmin 1981 (Fatma Saleh 2004), advokasi suatu upaya persuasif yang mencakup
kegiatan-kegiatan penyandaran,rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut
mengenai sesuatu.
2) Peranan Advokasi dalam menanggulangi masalah gizi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Advokasi
diarahkan untuk menghasilkan kebijakan yang mendukung peningkatan penerapan sadar
gizi. Kebijakan publik di sini dapat mencakup peraturan perundangan di tingkat nasional
maupun kebijakan di daerah seperti Peraturan Daerah (PERDA), Surat Keputusan
Gubernur,Bupati/Walikota .Proses advocacy(advokasi) di bidang kesehatan mulai
digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun
1984, sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau promosi kesehatan. Dalam
advokasi peran komunikasi sangat penting sebab dalam advokasi merupakan aplikasi dari
komunikasi interpersonal, maupun massa yang di tujukan kepada para penentu kebijakan
(policy makers) atau para pembuat keputusan ( decission makers)pada semua tingkat dan
tatanan sosial.

7
3) Tujuan Advokasi
 Komitmen Politik
Komitmen para pembuat keputusan di sektor manapun sangat diperlukan terhadap
permasalahan kesehatan dan upaya pemecahan permasalahan kesehatan. Pembangunan
nasional tidak terlepas dari pengaruh kekuasaan politik yang sedang berjalan. Oleh sebab
itu, pembangunan di sektor kesehatan juga tidak terlepas dari kondisi dan situasi politik
pada saat ini. Baik kekuasaan eksekutif maupun legislative di Negara manapun
ditentukan oleh proses politik, terutama hasil pemeliharaan umum pada waktu yang
lampau. Seberapa jauh komitmen politik para eksekutif dan legislatif terhadap masalah
kesehatan masyarakat, ditentukan oleh pemahaman mereka terhadap masalah-masalah
kesehatan.
Demikian juga mereka mengalokasikan anggaran pembangunan nasional bagi
pembangunan sektor kesehatan, juga tergantung pada cara pandang dan kepedulian
mereka terhadap kesehatan dalam konteks pembangunan nasional. Oleh sebab itu, untuk
meningkatkan komitmen para eksekutif dan legislatif terhadap kesehatan diperlukan
advokasi. Komitmen politik ini dapat diwujudkan dengan pertanyaan-pertanyaan, baik
lisan maupun tulisan, dari pejabat eksekutif dan legislatif, mengenai dukungan atau
persetujuan terhadap isu-isu kesehatan.
 Dukungan Kebijakan
Dukungan politik tidak akan berarti tanpa dikeluarkannya kebijakan yang konkret dari
para pembuat kebijakan tersebut. Oleh sebab itu, setelah adanya komitmen politik dari
para eksekutif maka perlu ditindaklanjuti dengan advokasi lagi agar dikeluarkan
kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut.
Dukungan kebijakan ini dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah atau
peraturan daerah, surat keputusan pimpinan institusi, surat edaran, dan sebagainya.
 Dukungan Masyarakat
Dukungan masyarakat berarti diterimanya suatu program oleh masyarakat. Program
kesehatan apapun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program
tersebut. Oleh sebab itu, apabila suatu program kesehatan telah memperoleh komitmen

8
dan dukungan kebijakan, maka selanjutnya perlu mensosialisasikan program tersebut
untuk memperoleh dukungan masyarakat. Untuk sosialisasi program ini, maka
dibutuhkan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan advokasi.
 Dukungan Sistem
Agar suatu program berjalan baik, maka perlu adanya sistem, mekanisme, atau prosedur
kerja yang jelas yang mendukungnya. Oleh sebab itu, sistem kerja atau organisasi kerja
yang melibatkan kesehatan perlu dikembangkan.
Semua sektor pembangunan yang mempunyai dampak terhadap kesehatan, harus
memasukkan atau mempunyai unit atau sistem yang menangani masalah kesehatan di
dalam struktur organisasinya. Unit ini secara internal menangani masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi oleh karyawannya, secara eksternal mengatasi dampak institusi
tersebut terhadap kesehatan masyarakat.
Dalam mengembangkan organisasi atau sistem kerja, suatu institusi terutama yang
mempunyai dampaik terhadap kesehatan harus mempertimbangkan adanya unit
kesehatan tersebut. Terwujudnya unit kesehatan di dalam suatu organisasi kerja di
industri-industri atau institusi kerja tersebut memerlukan pendekatan advokasi oleh sektor
kesehatan di semua tingkat.

4) Pendekatan Advokasi

Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi yaitu:

a. Melibatkan para pemimpin

Para pembuat undang-undang,mereka yang terlibatdalam penyusunan hukum, peraturan


maupun pemimpin poilitik, yaitu mereka yang menetapkan kebijakan publik sangat
berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang terkait dengan masalah sosial
termaksud kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu, sangat penting melibatkan
mereka semaksimum mungkin dalam isu yang akan diadvokasikan.

b. Bekerja dengan media massa

Media massa sangat penting berperan dalam membentuk oponi publik. Media juga sangat
kuat dalam mempengaruhi presepsi publik atas isu atau masalah tertentu. Mengenal,

9
membangun dan menjaga kemitraan dengan media massa sangat penting dalam proses
advokasi.

c. Membangun kemitraan

Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan, kemitraan yang
brekelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam
isu yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh individu, kelompok yang bekerja sama yang
bertujuan untuk mencapai tujun umum yang sama atau hampir sama. Namum
membangun pengembangan kemitraan tidak mudah, memerlukan aktual, perencanaan
yang matang serta memerlukan penilaian kebutuhan serta minat dari calon mitra.

d. Memobilisasi massa

Memobilisasi massa merupakan suatu proses mengorganisasikan individu yang telah


termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang sudah
ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar motivasi individu dapat diubah menjadi
tindakan kolektif.

e. Membangun kapasitas

Membangun kapasitas disini dimasudkan melembagakan kemampuan untuk


mengembangkan dan mengelolah program yang komprehensif dan membangun kritical
massa pendukukung yang memiliki keterampilan advokasi. Kelompok ini dapat
diidentifikasikan dari LSM tertentu,kelompok profesi serta kelompok lain.

5) Strategi Advokasi

Strategi advokasi di dalam pemberdayaan masyarakat dapat kita bagi dalam tiga strategi
yaitu sebagai berikut:

a. Strategi mikro

Yaitu penghubung sosial masyarakat atau penghubung klien dengan sumber-sumber di


lingkungan sekitar. Adapun teknik yang dapat dilakukan adalah menjalin relasi kerjasama
dengan profesi-profesi kunci, membangun kontak-kontak antara klien dengan lembaga-

10
lembaga pelayanan sosial, mempelajari kebijakan-kebijakan dan syarat-syarat serta
proses pemanfaatan sumber daya yang ada di dalam masyarakat.

b. Strategi mezzo

Yaitu mediator, maksudnya disini adalah mewakili dan mendampingi kelompok-


kelompok formal atau organisasi guna mengidentifikasi masalah sosial yang dihadapi
secara bersama dalam merumuskan tujuan, mendiskusi solusi-solusi secara potensial,
monitoring dan mengevaluasi rencana aksi. Teknik yang dapat dilakukan, antara lain,
bersikap netral, tidak memihak, dan pada saat bersamaan percaya bahwa kerjasama yang
dibuat dapat berjalan serta mendatangkan manfaat. Kemudian memfasilitasi pertukaran
informasi secara terbuka di antara pihak yang terlibat, mengidentifikasi manfaat
kerjasama yang timbul, menggali kesaman-kesamaan yang dimiliki oleh pihak terlibat
konflik, mendefinisikan, mengkonfrontasikan dan menangani berbagai hambatan
komunikasi.

c. Strategi makro

Yaitu sebagai aktivis dan analis kebijakan. Advokasi berperan sebagai aktivis sosial,
maka harus terlibat langsung dalam gerakan perubahan sosial dan aksi sosial bersama
masyarakat. Wujud riil dari peran sebagai aktivis sosial adalah meningkatkan kesadaran
publik terhadap masalah sosial, ketidak-adilan, memobilisasi sumber daya masyarakat
untuk merubah kondisi-kondisi yang buruk dan tidak adil, melakukan lobi dan negosiasi
agar terjadi perubahan di bidang hukum, termasuk melakukan class action.

6) Kegiatan-Kegiatan Advokasi

a. Lobi Politik

Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para pejabat untuk


menginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan yang akan
dilaksanakan. Tahap pertama yaitu, petugas kesehatan menyampaikan keseriusan
masalah kesehatan yang dihadapi di wilayah kerjanya, dan dampaknya terhadap
kehidupan masyarakat. Kemudian disampaikan alternatif terbaik untuk memecahkan atau

11
menanggulangi masalah tersebut. Dalam lobi ini perlu dibawa atau ditunjukkan data yang
akurat tentang masalah kesehatan tersebut kepada pejabat yang bersangkutan.

b. Seminar atau Presentasi

Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas sektoral.
Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya, lengkap dengan
data dan ilustrasi yang menarik serta rencana program pemecahannya. Kemudian
masalah tersebut dibahas bersama-sama, yang akhirnya diharapkan akan diperoleh
komitmen dan dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan tersebut.

c. Media

Advokasi media adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan media,


khususnya media massa. Melalui media cetak atau media elektronik, permasalahan
kesehatan disajikan baik dalam bentuk lisan, artikel, berita, diskusi, penyampaian
pendapat, dan sebagainya.

d. Perkumpulan

Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau keterkaitan terhadap
masalah tertentu atau perkumpulan profesi adalah juga merupakan bentuk advokasi

2.3.2 Kemitraaan
1) Pengertian Kemitraan
Kemitraan adalah upaya untuk melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat,
lembaga pemerintahan maupun bukan pemerintah, untuk bekerja sama dalam mencapai
suatu tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan prinsip dan peranan masing-masing.
Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-
masing anggota, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang
telah dibuat, dan saling berbagi (sharing) baik dalam risiko maupun keuntungan yang
diperoleh. Dari batasan ini terdapat 3 kata kunci dalam kemitraan, yakni:
a) Kerjasama antara kelompok, organisasi individu.
b) Bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama).
c) Saling menanggung risiko dan keuntungan.

12
2) Peranan Kemitraan Dalam Menanggulangi Masalah Gizi
Gerakan pemberdayaan, bina suasana dan advokasi akan lebih efektif bila
dilaksanakan dengan dukungan kemitraan. Kemitraan adalah suatu kerja sama yang
formal antara Individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk
mencapai peningkatan sadar gizi Kemitraan berlandaskan pada 3 prinsip dasar yaitu:
Kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan antarmitra.

Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat,


lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai
suatu tujuan ujian bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing.
Dengan demikian untuk membangun kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan
yaitu persamaan perhatian, saling percaya dan saling menghormati, harus saling
menyadari pentingnya kemitraan, harus ada kesepekatan misi , visi, tujuan dan nilai yang
sama harus berpijak pada landasan yang sama, kesediaan untuk berkorban.

3) Persyaratan kemitraan:
a) Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan
Dalam membangun kemitraan, masing-masing anggota harus merasa mempunyai
perhatian dan kepentingan bersama. Tanpa adanya perhatian dan kepentingan yang sama
terhadap suatu masalah, kemitraan tidak akan terjadi. Hal ini dapat diwujudkan dengan
berbagai upaya, misalnya upaya informasi dan advokasi kepada sektor-sektor lain yang
ingin diajak bermitra.
b) Saling mempercayai dan saling menghormati
Kepercayaan (trust) adalah modal dasar bagi setiap relasi atau hubungan antarmanusia.
Apabila seseorang tidak mempercayai orang lain, maka tidak akan terjadi hubungan yang
baik di antara mereka. Demikian juga kemitraan akan terjadi apabila diantara mitra saling
mempercayai dan menghormati.
c) Harus saling menyadari pentingnya arti kemitraan
Kemitraan bukanlah sekedar untuk mencari dukungan dana,melainkan yang lebih penting
adalah untuk mewujudkan kebersamaan antara anggota atau mitra untuk menghasilkan

13
sesuatu untuk menuju ke arah perbaikan kesejahteraan masyarakat. Sehingga, perlu untuk
menumbuhkan kesadaran pentingnya arti kemitraan bagi para mitra yang dapat dilakukan
baik melalui informasi maupun advokasi kepada para mitra atau calon mitra.
d) Harus ada kesepakatan visi, misi, tujuan, dan nilai-nilai yang sama
Dalam membangun kemitraan, maka masing-masing anggota atau mitra harus
mempunyai visi, misi, tujuan, dan nilai-nilai yang sama tentang bidang atau masalah
yang akan dimitrakan. Dengan adanya visi dan misi yang sama maka akan memudahkan
timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi suatu masalah bersama. Memiliki
kebutuhan yang sama adalah merupakan landasan yang kuat untuk membina dan
mengembangkan kemitraan. Komitmen ini harus dimiliki oleh semua tingkatan
organisasi yang bermitra.
e) Harus berpijak pada landasan yang sama
Dalam kemitraan, masing-masing anggota atau mitra harus mempunyai pemahaman yang
sama mengenai suatu masalah yang akan dimitrakan. Meskipun masalah tersebut tidak
berkaitan dengan bidang dari sektor yang diajak bermitra. Misalnya, dalam bidang
kesehatan, sektor kesehatan harus mampu meyakinkan mitra yang lain bahwa meskipun
kesehatan bukan segala-galanya, namun tanpa kesehatan semua tidak ada
f) Kesediaan untuk berkorban
Dalam membangun kemitraan untuk mencapai tujuan bersama sudah pasti memerlukan
sumber daya, baik tenaga, dana, dan sarana. Sumber daya ini dapat berasal dari masing-
masing mitra, tetapi juga dapat diupayakan bersama. Dengan demikian, diperlukan
pengorbanan dari masing-masing anggota atau mitra. Pengorbanan ini dapat dipahami
oleh semua anggota yang terjalin dalam kemitraan.

4) Landasan kemitraan
Dalam membangun kemitraan perlu dilandasi dengan “tujuh (7) saling”, yakni:
a) Saling memahami kedudukan, tugas, dan fungsi masing-masing (structure) Kemitraan
adalah suatu organisasi jejaring kerja yang masing- masing anggota mempunyai peran
dan fungsi yang berbeda. Hal tersebut harus dipahami oleh semua anggota, agar tidak
timbul kesan bahwa anggota yang sati diperintah/di bawah anggota yang lain.
b) Saling memahami kemampuan masing-masing anggota (capacity)

14
Perlu disadari bahwa kemampuan dalam kesetaraan. Sehingga, apabila dalam kemitraan
diperlukan kontribusi dari masingmasing anggota, maka kontribusi tersebut akan
menimbulkan perbedaan kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini wajar karena prinsip
kemitraan adalah “mengambi bagian” dalam setiap upaya mencapai tujuan bersama,
sesuai dengan kemampuan masing-masing anggota.
c) Saling menghubungi (linkage)
Dalam kemitraan, diperlukan komunikasi yang efektif diantara anggota atau mitra.
Karena, tidak berjalannya suatu organisasi kadangkala disebabkan oleh tersumbatnya
saluran komunikasi di antara anggota. Salah satu saluran komunikasi di antara mitra
adalah dengan adanya pertemuan atau rapat rutin kemitraan.
d) Saling mendekati (proximity)
Dalam kemitraan, kedekatan di antara anggota atau mitra adalah salah satu persyaratan
untuk memahami masing-masing anggota, agar satu dengan lainnya saling mengenal,
baik kelemahan, maupun kekuatan masing-masing anggota.
e) Saling terbuka dan besedia membantu (openes)
Dalam kemitraan, selalu ada peran dan fungsi masing-masing anggota atau mitra untuk
mencapai tujuan bersama dan diketahui satu sama lain. Oleh sebab itu akan selalu terjadi
mekanisme saling terbuka dan membantu untuk terwujudnya tujuan atau cita-cita
bersama.
f) Saling mendorong dan saling mendukung (synergy)
Seperti halnya dalam organisasi, sering terjadi anggota kurang bersemangat, tetapi
sebaliknya ada yang sangat aktif dan bersemangat, demikian juga dalam kemitraan.
Apabila terjadi gejala seperti ini, maka setiap anggota atau mitra harus saling mendorong
dan mendukung demi tercapai tujuan bersama.
g) Saling menghargai (reward)
Seberapa kecil pun peran dan kombinasi anggota suatu kemitraan perlu dihargai oleh
anggota atau mitra lain. Oleh sebab itu, para anggota atau mitra suatu kemitraan harus
saling menghargai.

15
5) Prinsip-prinsip kemitraan
Kemitraan adalah salah satu bentuk kerjasama yang konkret dan solid. Oleh sebab itu,
dalam membangun sebuah kemitraan ada 3 prinsip kunci yang perlu dipahami oleh
masing-masing anggota atau mitra tersebut, yakni:
a) Kesetaraan (equity)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa
“duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi” dengan lain. Oleh sebab itu, di dalam forum
kemitraan asas demokrasi harus dijunjung tidak boleh satu anggota memaksakan
kehendak kepada yang lain karena merasa lebih tinggi, dan tidak ada dominasi terhadap
yang lain dalam mengambil keputusan untuk mencapai tujuan bersama.
b) Keterbukaan (transparancy)
Keterbukaan dalam arti apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan serta sumber daya
yang dimiliki masing-masing anggota harus diketahui oleh anggota yang lain.
Maksudnya bukan untuk menyombongkan atau memudahkan yang satu terhadap yang
lain, sehingga tidak ada rasa saling mencurigai. Dengan saling keterbukaan ini, akan
menumbuhkan saling melengkapi dan saling membantu di antara anggota.
c) Saling menguntungkan (mutua benefit)
Menguntungkan di sini bukan selalu diartikan dalam materi atau uang, tetapi lebih
kepada non materi. Saling menguntungkan di sini lebih dilihat dari kebersamaan atau
sinergis dalam mencapai tujuan bersama.

6) Pilar-pilar kemitraan
a) Tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri
seperti Direktorat Promosi Kesehatan dengan program-program kesehatan di lingkungan
Departemen Kesehatan antara lain: Kesehatan Keluarga, Pemberantasan Penyakit
Menular dan Lingkungan, Gizi Masyarakat, dan sebagainya.
b) Tahap kedua adalah kemitraan lintas sektor di lingkungan
institusi pemerintahan, antara lain: Departemen Kesehatan sebagai sektor utama (leading
sector), Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Pertanian, dan sebagainya
c) Tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas,
lintas program, lintas sektoral, lintas bidang dan lintas organisasi

16
yang mencakup:
(1) Unsur dunia usaha (bisnis)
(2) Unsur LSM dan organisasi massal
(3) Unsur organisasi profesi
Kemitraan bukanah sebagai output atau tujuan, tetapi juga bukan sebuah proses, namun
suatu sistem. Artinya, dalam mengembangkan dan sekaligus untuk mengevaluasi
kemitraan dapat menggunakan pendekatan sistem, yakni:
a) Input
Input sebuah kemitraan adalah semua sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing
unsur yang terjalin dalam kemitraan terutama sumber daya manusia dan sumber daya
yang lain seperti: dana, sistem informasi, teknologi dan sebagainya. Di samping itu,
jumlah atau banyaknya “mitra” yang terlihat dalam jaringan kemitraan juga merupakan
input.
b) Proses
Proses dalam kemitraan pada hakikatnya adalah kegiatan- kegiatan untuk membangun
kemitraan tersebut. Kegiatannya antara lain: pertemuan-pertemuan, seminar, loka
karya,pelatihan-pelatihan, semi loka, dan sebagainya.
c) Output
Output adalah terbentuknya jaringan kerja atu networking, aliansi, forum, dan sebagainya
yang terdiri dari bebagai unsure seperti telah disebutkan di atas, dan tersusunnya program
dan pelaksanaannya berupa kegiatan bersama dalam rangka pemecahan masalah
kesehatan yaitu salah satunya masalah gizi baik gizi buruk maupun gizi lebih. Di samping
itu juga tersusunnya uraian tugas dan fungsi untuk masing-masing anggota (mitra)
merupakan output kemitraan tersebut.
d) Outcome
Outcome adalah dampak dari kemitraan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat.
Oleh sebab itu, outcome kemitraan dapat dilihat dari indikator-indikator derajat kesehatan
masyarakat, yang sebenaarnya merupakan akumulasi dampak dari upaya-upaya lain di
samping kemitraan. Dengan demikian, outcome kemitraan adalah menurunnya angka
atau indikator kesehatan (negatif), misalnya menurunnya angka gizi buruk.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sampai saat ini gizi masih menjadi masalah di negara maju dan berkembang,salah satu cara
untuk menanggulangi masalah gizi adalah dengan melaksanakan strategu promosi kesehatan
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya
manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan masyarakat.
Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan
sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik,
sosial budaya dan sebagainya). Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program
kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat
sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Dengan demikian bahwa promosi
kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi,
kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang
menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998).
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilam suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan.
Oleh karena itu, yang menjadi sasaran atau target advokasi adalah para pemimpin suatu
organisasi atau institusi kerja, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, serta organisasi
kemasyarakatan. Di sektor kesehatan, dalam konteks pembangunan nasional, sasaran
advokasi adalah pimpinan eksekutif, termasuk presiden dan para pemimpin sektor lain yang
terkait dengan kesehatan dan lembaga legislatif.

Di negara-negara berkembang khususnya, strategi advokasi dan kemitraan sangat


diperlukan karena masalah kesehatan di negara-negara ini belum memperoleh perhatian
secara proporsional dari sektor-sektor lain di luar kesehatan, baik pemerintah maupun swasta.
Padahal masalah kesehatan ditimbulkan oleh dampak pembangunan sektor lain. Untuk

18
meningkatkan perhatian dan komitmen pembuat keputusan dari sektor-sektor ini diperlukan
advokasi dan dukungn sosial/kemitraan terutama dalam upaya menanggulangi masalah gizi

3.2 Saran
Dalam menciptakan suatu derajat kesehatan masyarakat maka sangat dibutuhkan upaya
promosi kesehatan melalui strategi – strateginya yakni advokasi dan kemitraan yang sangat
berperan penting dalam bidang kesehatan terutama dalam upaya menanggulangi dan
mencegah terjadinya masalah – masalah gizi yang mengancam kesehatan masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ajikeriastianto. 2013. Konsep advokasi dalam promosi kesehatan.


http://ajikeristianto2013.blogspot.com/2013/04/konsep-advokasi-dalam-promosi-kesehatan.html. Diakses
pada tanggal 28 Februari 2020
Eliyana Damayanti. 2013. Strategi kesmas bidang gizi.
http://www.academia.edu/4912147/Strategi_kesmas_bidang_gizi.diakses pada tanggal 28 Februari 2020
Iqbal. 2008. Promosi kesehatan. http://iqbal-iqi.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 28 Februari
2020
Gustin. 2012. Advokasi Dalam Promosi Kesehatan, http: //gustin74.blogspot.com
/2012/10/advokasi-dalam-promosi-kesehatan.html. Diakses pada 26 Februari 2020
Hasirun. 2013. Advokasi Kesehatan, http://kesmas-08.blogspot.com/2013/05/advokasi-
kesehatan-definisi-dan-dasar_30. html. Diakses pada 26 Februari 2020
Nesya Irmalia. 2012. Kemitraan dalam promosi kesehatan.
http://nesyairmalia.blogspot.com/2012/03/kemitraan-dalam-promosi-kesehatan.html. Diakses pada
tanggal 28 Februari 2020
Sanjaya Yasin. 2013. Pengertian penyuluhan kesehatan.
http://www.sarjanaku.com/2013/03/pengertian-penyuluhan-kesehatan-tujuan.html. Diakses pada tanggal
29 Februari 2020

20

Anda mungkin juga menyukai