Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN


Bd.6.603

DOSEN PENGAMPU :
1. AFFI ZAKIYYA, SST, MPH
2. DESSY HIDAYATI FAJRIN, SST., M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


1. NURMALA SARI (201091032)
2. NYEMAS PUTRI WIDYA NENGSIH (201091033)
3. PASKARIA YEYEN (201091034)

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN
2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena hanya dengan
izin, rahmat dan kuasa-Nyalah kami masih diberikan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ RUANNG LINGKUP PROMOSI
KESEHATAN ”.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar- besarnya kepada semua pihak terutama kepada Dosen pengajar Mata
Kuliah Promosi Kesehatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari
apa yang diharapkan.
Untuk itu, kami berharap dan kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat
bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

Pontianak, 16 September 2022


Penyusun

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Cover .............................................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Determinan Perilaku Promosi Kesehatan.................................... 3
2.2 Ruang Lingkup Berdasarkan Masalah ........................................ 5
2.3 Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Dasar .............................. 10
2.4 Ruang Lingkup Aktivitas ............................................................ 11
2.5 Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan ............................................ 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 13
3.2 Saran ........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah promosi kesehatan sudah mulai dicetuskan pada tahun 1986,
pada waktu diselenggarakan konferensi international pertama tentang health
promotion di ottawa, canada, pada tahun 1986. pada waktu itu dicanangkan the
ottawa charter, yang memuat defenisi dan health promotion. Namun istilah
tersebut pada waktu itu di Indonesia belum bergema. Pada waktu itu, istilah
yang ada tetap penyuluhan kesehatan, disamping juga populer istilah – istilah
lain seperti : KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi). Pemasaran sosial
(social marketing), Mobilisasi sosial, dan lain – lain. Dengan demikian
penggunaan istilah promosi kesehatan diIndonesia tersebut dipacu oleh
perkembangan dunia Internasional.
Mengingat tugas kita sebagai tim medis adalah salah satunya
memperkenalkan bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat. Paradigma
sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang
diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga
kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Dalam Piagam Ottawa
disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan
orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka (Health
promotion is the process of enabling people to increase control over, and to
improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan
adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi
mereka sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan usaha-usaha untuk
menyehatkan diri mereka.Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna,
baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu
mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi
kebutuhannya dan agar mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Kesehatan adalah sebuah
konsep positif yang metitik beratkan sumber daya pada pribadi dan masyarakat

1
sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak
hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh
melampaui gaya hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO,1986).
Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan
berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka,
melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat.
Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi
umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik
merupakan usaha individu sekaligus kolektif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana determinan perilaku promosi Kesehatan
2. Bagaimana ruang lingkup berdasarkan masalah
3. Bagaimana ruang lingkup pelayanan kesehatan dasar
4. Bagaimana ruang lingkup aktivitas
5. Bagaimana ruang lingkup perilaku kesehatan
1.3 Tujuan
1. Umum
Mengetahui pandangan ilmu Promosi Kesehatan ke dalam ilmu
kesehatan terutama kebidanan.
2. Khusus
Mengetahui bagaimana Promosi kesehatan dalam ruang lingkup
dengan praktik kebidanan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Determinan Perilaku Promosi Kesehatan


Permasalahan kesehatan masyarakat bersifat multikausal dan oleh
karena itu pemecahanya pun harus dengan pendekatan multidisiplin. Itulah
sebabnya masalah kesehatan masyarakat dalam praktiknya mempunyai sebaran
yang luas. Upaya kesehatan masyarakat didefinisikan sebagai semua kegiatan
baik langsung maupun tidak untuk mencegah penyakit (preventif),
meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial)
atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial).
Hendrik L. Bloom dalam teorinya menyebutkan bahwa status kesehatan
masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan (Hills and Carroll, 2009). Dari keempat
faktor tersebut, yang paling memengaruhi derajat kesehatan adalah faktor
lingkungan baik lingkungan fisik, biologi maupun lingkungan sosial secara
kumulatif berkontribusi sebesar 40%, kemudian perilaku kesehatan
berpengaruh sebesar 30%, disusul ketersediaan dan akses terhadap pelayanan
kesehatan memberikan pengaruh sebesar 20% serta faktor genetika atau
keturunan berkontribusi sebesar 10% (Kemenkes, 2016); (Hasnidar et al.,
2020).
Istilah perilaku Kesehatan sudah dikenal di Indonesia sejak lama dan
berkembang sangat pesat dalam 20 tahun terakhir terutama dibidang kesehatan
masyarakat. Perilaku kesehatan didefinisikan sebagai suatu respons seseorang
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, lingkungan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu (Ajzen
and Fishbein, 2000):
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan
agar tidak sakit dan upaya penyembuhan bilamana sakit. Perilaku

3
pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek :
a. Perilaku pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan
sehat sehingga dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal
c. Perilaku gizi makanan dan minuman dapat memelihara dan
meningkatan kesehatan tetapi dapat juga menjadi penyebab
menurunnya kesehatan seseorang bahkan dapat mendatangkan
penyakit.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan, (health seeking behavior)
Perilaku yang menyangkut tindakan seseorang saat sakit/kecelakaan,
mulai dari mengobati diri sendiri (self treatment) sampai mencari
pengobatan keluar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespon lingkungan baik fisik, sosial,
budaya, dan sebagainya agar tidak mengganggu kesehatannya sendiri,
keluarga dan masyarakat. Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang
bersangkutan. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para
petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku. Menurut Leavel dan Clark yang
disebut pencegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan baik langsung
maupun tidak langsung untuk mencegah suatu masalah kesehatan atau
penyakit. Pencegahan berhubungan dengan masalah kesehatan atau
penyakit yang spesifik dan meliputi perilaku menghindar (Notoatmodjo,
2007)
Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar individu, namun dalam memberikan respons sangat
tergantung pada karakteristik dari individu yang bersangkutan. Hal ini berarti

4
meskipun stimulusnya sama bagi beberapa individu, namun respons tiap
individu bisa berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap
stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu (Notoatmodjo, 2010); (Irwan, 2017):
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik individu yang
bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni pengaruh dari lingkungan atau luar
individu yang bersangkutan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan
faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa perilaku adalah merupakan
resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Benyamin Bloom membagi perilaku manusia menjadi 3 domain sesuai dengan
tujuan pendidikan. Bloom menyebutkan 3 ranah yakni kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk
pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan
(Conner, 2015).
2.2 Ruang Lingkup Berdasarkan Masalah
Dilihat dari area masalah, ruang lingkup upaya promosi mencakup
berbagai ideologi dari kesehatan dan penyakit seperti kesehatan ibu, kesehatan
anak, penyakit infeksi dan penyakit infeksi menular, penyakit tidak menular,
kecelakaan dan bencana, kesehatan manula. Pada saat ini, model kesehatan
yang baru yaitu social model of health, mulai diterima, meninggalkan medical
model. Pada model sosial, masalah kesehatan dilihat lebih pada penyebabnya,
bukan semata-mata dengan mengobati penyakit yang merupakan akibat dari
masalah kesehatan.
Masa Bayi (neonatus)
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan
diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Beralih dari ketergantungan
mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Tiga faktor yang memengaruhi fungsi

5
dan proses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi, dan toleransi. Selain itu pengaruh
kehamilan dan proses persalinan mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan
mortalitas bayi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatik dan
cepat berlangsung adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi, kemampuan
menghasilkan sumber glukosa. Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan pada
sasaran bayi antara lain:
1. Memberikan imunisasi untuk melindungi anak terhadap beberapa penyakit yang
berbahaya
2. Periksa dan timbang bayi secara teratur di posyandu untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan bayi
3. Berikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan setelah 6 bulan diberikan makanan lain
yang sesuai dengan kebutuhan untuk menjamin kesehatannya, pertumbuhan,
perkembangan, dan kecerdasan, dan pemberian ASi sampai umur 2 tahun.
4. Anjurkan perawatan tali pusat dengan membungkus kasa steril kering, dan dijaga
agar selalu bersih dan kering
5. Jaga bayi dalam keadaan bersih hangat dan kering dengan mengganti popok dan
selimut sesuai dengan keperluan
6. Awasi masalah kesulitan pada bayi dan jaga keamanan bayi terhadap trauma,
penyakit atau infeksi, dan segera ukur suhu tubuh bila tampak sakit atau menyusu
kurang baik.

Anak Balita (Bawah Lima Tahun)


Anak Balita sebagai masa emas atau “Golden Age” yaitu insan manusia yang
berusia 0-6 tahun sesuai UU No 20 Tahun 2003, meskipun sebagian pakar menyebut
anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun. Balita merupakan kelompok
anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik,
artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus
dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosioemosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi
yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang
dilalui anak tersebut. Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan pada sasaran anak
balita antara lain:
1. Pemeriksaan dan penimbangan anak dilaksanakan setiap bulan agar terjamin

6
pertumbuhan dan kesehatannya
2. Berikan anak balita satu kapsul vitamin A takaran tinggi setiap 6 bulan untuk
mencegah kebutaan
3. Berikan makanan seimbang sesuai dengan perkembangan umurnya
4. Berikan oralit jika terjadi diare, dan periksa suhu tubuh jika mengalami gejala
panas
5. Perhatikan kasih sayang dengan mengajak berbicara dan bermain bersama, agar
terpenuhi kebutuhan mental dan emosi anak
6. Anak balita yang tumbuh dan berkembang dengan baik akan menjamin
kelangsungan hidup yang lebih baik.

Masa Remaja
Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan pada sasaran remaja antara lain:
1. Menjalin hubungan yang dekat dengan teman sebaya pria dan wanita
2. Mempersiapkan bekal ilmu pengetahuan yang cukup untuk menghadapi masa
depan
3. Belajar ilmu seksologi yang benar dengan orang-orang yang memahami betul agar
tidak terjerumus dalam seks bebas
4. Menjaga kesehatan fisik dan rohani dengan baik
5. Jika sudah memiliki bekal/siap untuk menikah segera lakukan pernikahan

Masa Hamil
Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan pada sasaran ibu hamil antara
lain:
1. Bantulah ibu dengan dukungan moril dan spiritual menjelang persalinan, jika ibu
tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan
2. Bila ibu tampak gelisah, berilah dukungan atau asuhan kebidanan dengan
melakukan perubahan posisi, tidur miring, berjalan santai, atau aktivitas sesuai
kemampuannya dan teknik bernafas
3. Penolong harus menjaga privasi ibu dalam persalinan antara lain penggunaan tirai
dan tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien atau ibu
4. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang
akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
5. Buat keadaan ibu senyaman mungkin, hindari suasana panas antara lain dengan

7
bantuan kipas angin dan AC
6. Penuhi kebutuhan energi dan cukup minum untuk mencegah dehidrasi
7. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

Ibu Nifas
Upaya – upaya promosi kesehatan pada ibu nifas antara lain:
1. Kebersihan diri
a. Jaga kebersihan alat genetalia dengan mencucinya menggunakan sabun dan
air, keringkan daerah vulva sampai anus sebelum memakai pembalut wanita,
dan gantilah pembalut minimal 3 kali sehari
b. Pakailah pakaian yang longgar, kering dan mudah menyerap keringat
c. Jaga kebersihan rambut dan mencucinya dengan conditioner menggunakan
sisir yang lembut, karena ibu nifas biasanya mengalami gangguan kerontokan
rambut akibat perubahan hormone
d. Jaga kebersihan kulit dengan mandi lebih sering dan menjaga kulit agar tetap
dalam keadaan kering
2. Mobilisasi
Lakukan mobilisasi sedini mungkin, paling tidak dua jam setelah
persalinan, terutama bagi persalinan normal, berguna untuk memperlancar
sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea) sedangkan bagi yang
mengalami komplikasi persalinan mobilisasi disesuaikan
3. Buang air kecil
Pengeluaran urin meningkat pada 24-48 jam pertama sampai sekitar hari
ke- 5 setelah melahirkan, hal ini dikarenakan volume darah ekstra yang
dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Promosi
kesehatan yang dilakukan antara lain:
a. Belajar berkemih spontan segera setelah melahirkan
b. Tidak menahan BAK ketika terasa sakit pada jahitan
c. Buang Air Besar
d. Konstipasi (sulit buang air besar)
Konstipasi terjadi pada ibu yang melahirkan, hal ini dikarenakan adanya
rasa sakit, takut jahitan robek, atau hemoroid. Promosi kesehatan yang dilakukan
antara lain:
a. Mobilisasi dini

8
b. Konsumsi makanan kaya serat
c. Cukup minum
d. Menggunakan pencahar jika sampai hari ketiga belum BAB
e. Istirahat: Anjurkan istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
4. Latihan fisik
Lakukan senam nifas untuk memperlancar sirkulasi darah dan membantu
memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul
5. Nutrisi
Anjurkan makanan dengan menu gizi seimbang, perbanyak konsumsi air
minum dan tablet zat besi minimal selama 40 hari pasca melahirkan
6. Perawatan Payudara
Anjuran menjaga kebersihan payudara, terutama bagian puting, ajarkan
teknik-teknik perawatan payudara apabila terjadi gangguan pada payudara,
seperti puting lecet dan pembengkakan payudara gunakan BH yang menyokong
payudara
7. Menyusui
Ajarkan teknik menyusui yang benar, dan berikan ASI kepada bayi
sesering mungkin (sesuai kebutuhan tanpa terjadwal)
8. Penyesuaian seksual
Anjurkan bahwa setelah melewati masa nifas, aman untuk memulai
hubungan suami istri, dan kerjasama dengan pasangan dalam merawat dan
memberikan kasih sayang kepada bayinya sangat dianjurkan untuk menjaga
keharmonisan rumah tangga.

Ibu Menyusui
1. Konsumsi tambahan kalori 500 kalori per hari
2. Makan dengan gizi seimbang
3. Banyak istirahat, dan hindari stress, agar tidak mengganggu produksi ASi.

PUS/WUS
Pasangan Usia Subur (PUS) dan Wanita Usia Subur (WUS), masa ini
merupakan masa yang terpenting bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun. Haid
pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat genetalia bermakna untuk

9
memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kal, dan
selama masa ini wanita berdarah selama 1800 hari, dan akan terjadi penurunan
fertilitas setelah umur 40 tahun. Promosi kesehatan yang dilakukan pada golongan ini
antara lain:
1. Memberikan penyuluhan tentang kontrasepsi
2. Merencanakan keluarga berencana dan memilih alat kontrasepsi yang tepat.

Klimakterium dan Menopause


Klimakterium merupakan masa peralihan yang normal, yang berlangsung
beberapa tahun sebelum dan sesudah menopause. Klimakterium berlangsung kira-kira
6 tahun sebelum menopaus berdasarkan keadaan endokrinologi (kadar estrogen turun
dan hormon gonadotropin meningkat), dan berakhir 6 tahun sesudah menopaus,
sehingga lamanya klimakterium kurang lebih 12 tahun. Menopause adalah tidak
terjadinya periode menstruasi selama 12 bulan akibat dari tidak aktifnya folikel sel
telur.
Periode transisi menopause dihitung dari periode menstruasi terakhir diikuti
dengan 12 bulan periode amenorea (tidak mendapatkan siklus haid). Menopause
adalah bagian dari periode transisi perubahan masa reproduktif kemasa tidak
reproduktif. Usia rata-rata menopause berkisar 43-57 tahun namun tidak ada cara yang
pasti untuk memprediksi kapan seorang wanita akan memasuki masa menopause.
Selain itu, faktor keturunan juga berperan disini, seorang wanita akan mengalami
menopause pada usia tidak jauh berbeda dari ibunya.
2.3 Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Dasar
Deklarasi Alma Ata (1978) yang terkenal dengan visi “Sehat untuk
semua tahun 2000” menghasilkan konsep Pelayanan Kesehatan dasar (Primary
Health Care), yang meliputi: Acute primary care; Health education; Health
promotion; Disease surveilance and monitoring; Community Development.
Sigerist (1945) mengkategorikan upaya-upaya seperti di atas menjadi 4 tingkat
pelayanan dan menyebutnya sebagai fungsi kedokteran (Tones and Green,
2004: 14)
1. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion)
2. Pencegahan penyakit (prevention of disease)
3. Perawatan/pengobatan penyakit (curation of disease)

10
4. Pemulihan dari sakit (rehabilitation)
WHO menggarisbawahi seperangkat kegiatan minimal yang harus
dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan dasar, beberapa diantaranya sangat
berkaitan dengan determinan kesehatan yang telah diuraikan sebelumnya.
Kegiatan-kegiatan itu ialah:
1. Pendidikan kesehatan masyarakat untuk mengenal masalah-masalah
kesehatan serta cara-cara untuk mencegah dan menanggulangi.
2. Peningkatan ketersediaan pangan dan nutrisi
3. Penyediaan air bersih dan kebutuhan sanitasi dasar
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi
6. Pencegahan dan penanggulangan penyakit endemik lokal
7. Pengobatan yang memadai untuk penyakit-penyakit umum dan kecelakaan
8. Penyediaan obat yang esensial
2.4 Ruang Lingkup Aktivitas
Diperluasnya peran Pendidikan Kesehatan menjadi Promosi Kesehatan
oleh WHO menggambarkan juga luasnya ruang lingkup aktivitas promosi
kesehatan. Ottawa Charter mengemukakan 5 pilar utama/cara untuk
mempromosikan kesehatan, yaitu:
1. Build Healthy Public Policy (Buat kebijakan publik yang sehat)
2. Create Supportive Environment (Ciptakan lingkungan yang mendukung)
3. Strengthen Community Action (Perkuat kegiatan masyarakat)
4. Develop Personal Skills (Kembangkan / tumbuhkan keterampilan pribadi)
5. Reorient Health Services (Orientasi ulang pelayanan kesehatan)
Ruang lingkup aktivitas yang lebih operasional dapat kita rujuk ke
definisi yang dikemukakan Green dan Kreuter serta Kerangka Precede-
Proceed, yang meliputi:
1. Aktivitas pendidikan kesehatan
2. Pembuatan dan pelaksanaan kebijakan, peraturan serta upaya organisasi.
3. Advokasi

11
2.5 Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan
Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni
pengetahuan kesehatan (Health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health
attitude) dan praktik kesehatan (health practice). Konsep perilaku sehat ini
merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Benjamin
Bloom. Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku
kesehatan individu yang menjadi unit analisis. Becker mengklasifikasikan
perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi:
a. Pengetahuan Kesehatan
Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan
tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait
dan atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan
kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan
b. Sikap terhadap kesehatan
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti
sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-
faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.
c. Praktek kesehatan
Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau
aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan
terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-
faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang
fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Upaya kesehatan masyarakat didefinisikan sebagai semua kegiatan baik
langsung maupun tidak untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan
kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif,
maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial).
Dilihat dari area masalah, ruang lingkup upaya promosi mencakup
berbagai ideologi dari kesehatan dan penyakit seperti kesehatan ibu, kesehatan
anak, penyakit infeksi dan penyakit infeksi menular, penyakit tidak menular,
kecelakaan dan bencana, kesehatan manula. Pada saat ini, model kesehatan
yang baru yaitu social model of health, mulai diterima, meninggalkan medical
model. Pada model sosial, masalah kesehatan dilihat lebih pada penyebabnya,
bukan semata-mata dengan mengobati penyakit yang merupakan akibat dari
masalah kesehatan.
3.2 Saran
Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan akan pelayanan yang
maksimal. Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi pada
ibu. Maka dari itu seorang bidan wajib melakukan tugas sesuai prosedur dan
filosofi kebidanan yang sudah ditentukan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Notoadmodjo, S. (2012) Promosi Kesehatan & Prilaku Kesehatan, Jakarta: EGC.


Hulu, V. T. et al. (2020) Promosi kesehatan masyarakat. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Jatmika, S. . et al. (2019) Buku Ajar Pengembangan Media Promosi Kesehatan. K-Media.
Kholid, A. (2018) Promosi Kesehatan dengan pendekatan teori perilaku, media, dan
aplikasinya, Raja Grafindo Persada.
Edelman, C. L. and Kudzma, E. C. (2018) Health promotion: Throughout the life spam.
Ninth edit. Massachusetts: Elsevier.
Fortune, K. et al. (2018) ‘Health promotion and the agenda for sustainable development ,
WHO Region of the Americas’, (February), pp. 621–626.
Centre for Disease Control and Prevention. (2020). Frequently Asked Questions | Social
Determinants of Health | NCHHSTP | CDC. Available at:
https://www.cdc.gov/nchhstp/socialdeterminants/faq.html
Conner, M. (2015) ‘Health Behaviors’, International Encyclopedia of the Social &
Behavioral Sciences: Second Edition, (December), pp. 582–587. doi:
10.1016/B978-0-08-097086-8.14154-6.

14

Anda mungkin juga menyukai