Anda di halaman 1dari 13

DOSEN PENGAMPU : JURUSAN KEBIDANAN

TAUFIK HIDAYAT, ST., MT POLTEKKES PONTIANAK

GAMBARAN SISTEM
INFORMASI KESEHATAN
DAERAH (SIKDA)

2022/2023
DISUSUN OLEH :
ASNA WATI (201081008)
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala


rahmat dan hidayahNya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Sholawat serta salam untuk junjungan Nabi
Agung, Nabi Muhammad SAW. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Taufik Hidayat, ST., MT selaku dosen mata
kuliah Kewirausahaan dan seluruh pihak yang telah mendukung
dan membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan
masih terdapat banyak kesalahan dan masih jauh dari
sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang ada
relevansinya dengan makalah ini sangat penulis harapkan.Oleh
karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Kritik dan saran sekecil apapun akan penulis perhatikan dan
pertimbangkan guna penyempurnaan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan nilai
tambah kepada para pembaca.Penulis juga mengharap adanya
kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan
dalam makalah ini.Terimakasih.

PONTIANAK, JANUARI 2023

PENYUSUN
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Berdasarkan Peraturan Presiden


Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem
Kesehatan Nasional Sistem informasi
kesehatan menjadi lemah setelah
menerapkan kebijakan desentralisasi.
Untuk perencanaan data dan informasi
kesehatan belum tersedia tepat waktu.
Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS) yang berbasis fasilitas sudah
mencapai tingkat kabupaten/kota Menurut Permenkes Nomor 46
namun belum dimanfaatkan secara Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
optimal. Sistem informasi kesehatan Kesehatan menjelaskan bahwa sistem
daerah (SIKDA) seharusnya bertujuan informasi kesehatan wajib dikelola
untuk mendukung Sistem informasi pemerintah daerah Kabupaten/Kota
kesehatan nasional (SIKNAS), namunl untuk pengelolaan satu sistem informasi
dengan terjadinya desentralisasi sektor kesehatan skala Kabupaten/Kota.
kesehatan ternyata mempunyai dampak Sedangkan menurut Permenkes Nomor
negatif. Terjadi kemunduran dalam 75 Tahun 2014 pasal 43 tentang Pusat
pelaksanaan sistem informasi kesehatan Kesehatan Masyarakat bahwa setiap
secara nasional, seperti menurunnyal Puskesmas wajib melakukan kegiatan
kelengkapan dan ketepatan waktu sistem informasi puskesmas dan
penyampaian data SP2TP/SIMPUS, SP2RS merupakan salah satu penilaian
dan Profil Kesehatan. akreditasi Puskesmas. Sistem informasi
Salah satu kemajuan di bidang puskesmas merupakan bagian dari
kesehatan yang saat ini sudah sistem informasi kesehatan
berkembang di berbagai negara adalah kabupaten/kota dan wajib
mengadopsi teknologi informasi dan menyampaikan laporan kegiatan
komunikasi (TIK) yaitu e-kesehatan (e- puskesmas secara berkala kepada Dinas
Healthl). Kesehatan kabupaten/kota.
RUMUSAN MASALAH

Apa yang dimaksud dengan sistem informasi kesehatan provinsi


(SIKDA) ?
Bagaimana gambaran tentang sistem informasi kesehatan provinsi
(SIKDA) ?

TUJUAN

Menjelaskan pengertian sistem informasi kesehatan provinsi (SIKDA)


Menjelaskan gambaran tentang sistem informasi kesehatan provinsi
(SIKDA)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) adalah


mencakup subsistem informasi yang dikembangkan di unit
pelayanan kesehatan(Puskesmas, RS, Poliklinik, Praktek
Swasta, Apotek, Laboratorium), sistem informasi untuk Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, dan sistem informasiuntuk
Dinas Kesehatan Propinsi. Aplikasi SIKDA Generik adalah
aplikasisistem informasi kesehatan daerah yang berlaku
secara nasional yangmenghubungkan secara online dan
terintegrasi seluruh puskesmas, rumahsakit, dan sarana
kesehatan lainnya, baik itu milik pemerintah maupun
swasta,dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan
provinsi, dan KementerianKesehatan.
SIKDA Generik merupakan Sistem Informasi Kesehatan
Daerah yangdirancang untuk dapat memenuhi berbagai
persyaratan minimum yangdibutuhkan dalam kegiatan
pengelolaan informasi kesehatan daerah, mulaidari proses
pengumpulan, pencatatan, pengolahan, sampai dengan
distribusiInformasi Kesehatan. SIKDA Generik ini dirancang
untuk menjadi standar bagi Pemerintah Daerah dalam
pengelolaan informasi kesehatan di daerah,meliputi
pelaksana kesehatan yang ada didalamnya yaitu Puskesmas.

MENCATAT
MENGOLAH
DATA
DATA

TANGGUNG
JAWAB
DATA
UNTUK PUSKESMAS
MANAJEMEN MEMBUAT
PASIEN LAPORAN

MEMELIHARA
BANK DATA
MANFAAT SISTEM
INFORMASI KESEHATAN

SIKDA seharusnya bertujuan mendukung SIKNAS. namun


dengan terjadinya desentralisusi sector kesehatan ternyata
mempunyai dampak negative. Terjadi kemunduran dalam
pelaksanaan sistem informasi kesehatan secara nasional, seperti
menurunnya kelengkapan dan ketepatan waktu penyampaian
data SP2TP/SIMPUS, SP2RS dan profil kesehatan. Dengan
desentralisasi, pengembangan sistem informasi kesehatan
daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Akibat
keadaan tersebut, data yang dihasilkan dari masing masing
daerah tidak seragam, ada yang tidak lengkap dan ada data
variable yang sama dalam sistem informasi satu program
kesehatan berada dengan di sistem informasi program
kesehatan lainnya. Maka validitas dan akurasi data diragukan,
apalagi jika verifikasi data tidak terlaksana.

STRATEGI DAN ARAH


KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN SIKDA DI
INDONESIA
Di lingkungan Kementerian Kesehatan pun belum tersusun satu sistem
informasi yang standar sehingga masing-masing program membangun
sistem informasinya masing-masing dengan sumber data dari
kabupaten/kota/provinsi. Akibat keadaan di atas, data yang dihasilkan dari
masingmasing daerah tidak seragam, ada yang tidak lengkap dan ada data
variabel yang sama dalam sistem informasi satu program kesehatan
berbeda.dengan di sistem informasi program kesehatan lainnya. Maka
validitas dan akurasi data diragukan, apalagi jika verifikasi data tidak
terlaksana. Pada akhirnya para pengambil keputusan pemangku
kepentingan mengambil keputusan dan kebijakan kesehatan tidak
berdasarkan data yang akurat.
GOLONGAN SISTEM
KESEHATAN DI INDONESIA

TINGKAT TINGKAT
KABUPATEN / KOTA PROVINSI

TINGKAT
PUSAT

PENYEBAB SULITNYA
MEWUJUDKAN PERTUKARAN
DATA KESEHATAN DAERAH

Penggunaan platform perangkat keras dan perangkat lunak


yang berbeda-beda di setiap daerah.
Arsitektur dan bentuk penyimpanan data yang berbeda-beda
Kultur kepemilikan data yang kuat dan possessive
Kekhawatiran akan masalah keamanan data
PENGELOLAAN
SIK KOMPUTER
PENGELOLAAN
OFFLINE
SIK MANUAL

MODEL
PENGELOLAAN
SIK

PENGELOLAAN
SIK KOMPUTER
ONLINE
TANTANGAN DALAM
PENERAPAN SIKDA GENERIK

Di Indonesia terdapat 138 kabupaten/kota (kondisi tahun 2009/2010)


yang termasuk daerah bermasalah kesehatan (DBK) dan/atau daerah
terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) yang pada umumnya
merupakan daerah yang masih kurang dalam ketersediaan infrastrukur
dan SDM. Hal ini menjadi suatu tantangan dan perlu persiapan dan
perencanaan khusus dalam penerapan SIKDA Generik di daerah-daerah
tersebut. Oleh karena itu untuk penerapan SIKDA Generik dan
pengembangan SIK secara umum, telah diupayakan penyediaan
sebagian kebutuhan dana dari Global Fund.

SUBCONTRACT
PENERAPAN
PENGADAAN
DILAPANGAN
HARDWARE

PERSIAPAN
SIK

MANAJEMEN
PROYEK
SIKDA
BAB III
PENUTUP

ANY
KESIMPULAN

Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) adalah mencakup subsistem


informasi yang dikembangkan di unit pelayanan kesehatan(Puskesmas, RS,
Poliklinik, Praktek Swasta, Apotek, Laboratorium), sistem informasi untuk Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, dan sistem informasiuntuk Dinas Kesehatan
Propinsi. Manfaat SIKDA elektronik dalam hal administrasi, manfaat tersebut
dapat dirasakan baik oleh masyarakat secara langsung maupun oleh petugas
sebagai penyelenggara kesehatan, karena waktu tunggu pasien berkurang. alur
lebih jelas, dan mengurangi beban administrasi petugas kesehatan sehingga
pelayanan menjadi lebih efektif dan efisien. Dengan desentralisasi,
pengembangan sistem informasi kesehatan daerah merupakan tanggung
jawab pemerintah daerah.
Penyebab sulitnya mewujudkan pertukaran data kesehatan daerah yaitu:
Penggunaan platform perangkat keras dan perangkat lunak yang berbeda-
beda di setiap daerah, Arsitektur dan bentuk penyimpanan data yang berbeda-
beda, Kultur kepemilikan data yang kuat dan possessive dan Kekhawatiran akan
masalah keamanan data.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai