Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nurhidayah

Nim : 1810104052

Prodi : Kesehatan Masyarakat 4b

Makul : Simkes

RESUME SIKDA & SIKDA GENERIK

A. SIKDA
Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) adalah mencakup subsistem informasi yang
dikembangkan di unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS, Poliklinik, Praktek Swasta,
Apotek, Laboratorium), sistem informasi untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan sistem
informasi untuk Dinas Kesehatan Propinsi.

Sub Sistem Informasi di Puskesmas memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
a. mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung
b. mengolah data
c. membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
d. memelihara BANKDATA
e. mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan manajemen
unit Puskesmas, serta
f. memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya (stakeholders) di wilayah kerjanya.

Sub Sistem Informasi di Rumah Sakit memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
(a) memantau indikator kegiatan-kegiatan penting rumah sakit (penerimaan pasien, lama
rawat, pemakaian tempat tidur, mortalitas, waktu tunggu, dan lain-lain).
(b) memantau kondisi finansial rumah sakit (cost recovery)
(c) memantau pelaksanaan sistem rujukan
(d) mengolah data
(e) mengirim laporan berkala ke Dinas Kesehatan/Pemerintah Daerah setempat
(f) memelihara BANKDATA
(g) mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan manajemen
unit rumah sakit
(h) memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya (stakeholders) di wilayah kerjanya.

Pada tahun 2002 Menteri Kesehatan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan


No.511 tentang “Kebijakan & Strategi Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)” dan
Kepmenkes No.932 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Daerah
(SIKDA)”. Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) di Kabupaten/kota adalah sebagai
bagian sub sistem SIKDA yang ada di provinsi, sedangkan SIKDA yang ada di provinsi
adalah bagian sub sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). SIKDA seharusnya
bertujuan untuk mendukung SIKNAS, namun dengan terjadinya desentralisasi sektor
kesehatan ternyata mempunyai dampak negatif. Terjadi kemunduran dalam pelaksanaan
sistem informasi kesehatan secara nasional, seperti menurunnya kelengkapan dan ketepatan
waktu penyampaian data SP2TP/SIMPUS, SP2RS dan profil kesehatan. Dengan
desentralisasi, pengembangan sistem informasi kesehatan daerah merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah. Namun belum adanya kebijakan tentang standar pelayanan bidang
kesehatan (termasuk mengenai data dan informasi) mengakibatkan persepsi masing-masing
pemerintah daerah berbeda-beda. Hal ini menyebabkan sistem informasi kesehatan yang
dibangun tidak standar juga. Variabel maupun format input/output yang berbeda, sistem dan
aplikasi yang dibangun tidak dapat saling berkomunikasi.

 TUGAS DAN FUNGSI SIKDA

Mengidentifikasi fungsi dan peran SIKDA sebagai media aplikasi online tentang
sistem informasi kesehatan.MetodePenelitian ini merupakan penelitian deskriptif di mana
informasi dan data diperoleh dari SIKDA dan web based information. Hasil Keberadaan
SIKDA membuat sistem informasi kesehatan semakin fleksibel dan mampu terintegrasi
dengan sistem informasi kesehatan lainnya. SIKDA bermula dari SIKDA Puskesmas dan
SIKDA Rumah Sakit. Pada 2017, terdapat pengembangan berupa SIKDA Dokter Keluarga
dan Klinik Pratama, SIKDA Dokter Spesialis, SIKDA Kebidanan untuk seluruh bidan praktik
mandiri, SIKDA Fasilitas Pendidikan Kesehatan, dan SIKDA Apotek.Semua itu menjadi satu
kesatuan sistem informasi kesehatan yang komprehensif dan saling terhubung satu sama lain.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu kesehatan di era Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Integrasi dengan BPJS Kesehatan membuat mendapatkan basis data peserta.Simpulan
Dengan sistem yang terintegrasi, praktik kecurangan di tingkat FKTP dapat dicegah, dikenali,
dan dikendalikan. Data-data yang terkumpul juga bisa diaudit per orang secara rinci.
Penerapannya melalui register di Puskesmas dan selain Puskesmas, pada data berbasis
individu, BPJS Kesehatan mendapatkan hak akses khusus untuk melihat apakah benar pasien
terlayani atau tidak. Pada saat rumah sakit mengajukan klaim pembayaran ke BPJS
Kesehatan, pihak RS diwajibkan melaporkan segala kegiatannya ke Dinkes Sehingga tercipta
data pembanding, sebagai proses identifikasi kecurangan di pelayanan rujukan.Selain itu,
pada layanan dokter keluarga, diwajibkan melakukan pelaporan secara elektronik untuk
penyakit tertentu ke Puskesmas. Selanjutnya, Puskesmas bisa melakukan tindakan
pencegahan untuk menekan angka kesakitan. Data ini juga akan terlapor ke tim pencegahan
kecurangan. Hasil dari data tersebut, akan menjadi kontribusi bagi pencapaian SPM (Standar
Pelayanan Minimal) Kesehatan.

 Pelaksanaan Pengembangan SIKDA

Fasilitasi pengembangan SIKDA dilaksanakan dengan terlebih dulu membantu


Daerah-daerah menata kembali sistem kesehatannya dan merumuskan kembali Manajemen
Kesehatan dalam Sistem Kesehatan Daerah (SKD) dalam rangka mencapai Visi “Provinsi
Sehat” dan “Kabupaten/Kota Sehat”. Dalam hal ini akan dikembangkan Forum Kerjasama
baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten/Kota. Setelah itu barulah dirumuskan
kebutuhan informasi, indikator dan data serta sistem informasinya. Sepanjang
memungkinkan, Departemen Kesehatan membantu pengadaan perangkat keras (komputer
dan kelengkapannya) serta perangkat lunaknya. Pemeliharaan perangkat keras dan perangkat
lunak tersebut selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Selain itu, sepanjang
memungkinkan, Departemen Kesehatan juga membantu rekrutmen tenaga melalui seleksi
pegawai negeri sipil yang ada setempat dan pelatihan tenaga tersebut. Pengangkatan tenaga-
tenaga yang sudah dilatih ke dalam jabatan fungsional statistisi dan pranata komputer
diserahkan kepada Pemerintah Daerah

 Manfaat SIKDA

Manfaat SIKDA elektronik dalam hal adminisntrasi, manfaat tersebut dapat dirasakan
baik oleh masyarakat secara langsung maupun oleh petugas sebagai penyelenggara
kesehatan, karena waktu tunggu pasien berkurang, alur lebih jelas, dan mengurangi beban
administrasi petugas kesehatan sehingga pelayanan menjadi lebih efektif dan efisien.

B. SIKDA GENERIK

SIKDA Generik merupakan Sistem Informasi Kesehatan Daerah yang dirancang untuk
dapat memenuhi berbagai persyaratan minimum yang dibutuhkan dalam kegiatan
pengelolaan informasi kesehatan daerah, mulai dari proses pengumpulan, pencatatan,
pengolahan, sampai dengan distribusi Informasi Kesehatan. SIKDA Generik ini dirancang
untuk menjadi standar bagi Pemerintah Daerah dalam pengelolaan informasi kesehatan di
daerah, meliputi pelaksana kesehatan yang ada didalamnya yaitu Puskesmas, Dinas
Kesehatan Kab/Kota dan Dinas Kesehatan Propinsi. Sehingga SIKDA Generik terbagi
menjadi beberapa sub system sebagai berikut :
a. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
b. Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan (SIM DINKES)
(Kemenkes, 2011c)
Kebijakan Pemerintah terkait sistem informasi di pelayanan kesehatan primer
a. Undang-undang republik indonesia No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, BAB IV,
Pasal 17: Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi,
edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
b. Peraturan pemerintah no 38 tahun 2007: dalam hal pembagian urusan pemerintahan
bidang kesehatan sub bidang pengembangan sistem informasi kesehatan:
1) pemerintah bertanggung jawab dalam pengembangan sistem informasi kesehatan
skala nasional dan fasilitasi pengembangan sistem informasi kesehatan daerah
2) pemerintah daerah provinsi bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem informasi
kesehatan skala provinsi
3) pemerintah daerah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem
informasi kesehatan skala kabupaten/kota.
(Kemenkes, 2010).

SIM Puskesmas
Aplikasi SIM Puskesmas digunakan di puskesmas dalam kegiatan pencatatan berbagai
kegiatan pelayanan, baik itu kegiatan dalam gedung maupun kegiatan luar gedung, dan dapat
dilakukan koneksi database secara online melalui jaringan internet ke Server SIKDA Generik
di DINKES, maupun ke database lokal yang ada di puskesmas.
Kegiatan puskesmas yang mampu ditangani oleh SIM Puskesmas ini adalah :
a. Pengelolaan Informasi Riwayat Medis Pasien per Individu
b. Pengelolaan Informasi Kunjungan Pasien ke Puskesmas
c. Pengelolaan Informasi Kegiatan Pelayanan Kesehatan Dalam Gedung, meliputi :
1) Pelayanan Rawat Jalan (Poliklinik Umum, Gigi, KIA, Imunisasi, dll)
2) Pelayanan UGD
3) Pelayanan Rawat Inap
d. Pengelolaan Informasi Pemakaian dan Permintaan Obat/Farmasi di Puskesmas, Pos
Obat Desa, Pos UKK.
e. Pengelolaan Informasi Tenaga Kesehatan Puskesmas
f. Pengelolaan Informasi Sarana dan Peralatan (Inventaris) Puskesmas
g. Pengelolaan Informasi Kegiatan Luar Gedung yang meliputi :
1) Kegiatan Pustu, Pusling, Posyandu dan Bidan Desa, Polindes, Poskesdes,
Poskestren.
2) Pengelolaan Informasi Pembiayaan Kesehatan Masyarakat dan Keuangan
Puskesmas
3) Pengelolaan Informasi Perbaikan Gizi Masyarakat
4) Pengelolaan Informasi Surveilance (Pencegahan & Pemberantasan Penyakit
Menular)
5) Pengelolaan Informasi Promosi/Penyuluhan Kesehatan
6) Pengelolaan Informasi Kesehatan Lingkungan
h. Pengelolaan Pelaporan Internal dan Ekternal Puskesmas (Kemenkes, 2011a)
Ruang Lingkup SIKDA GENERIK
Berdasarkan ruang lingkup tersebut diatas, maka SIKDA Generik dirancang untuk dapat
menangani berbagai kegiatan tersebut. Untuk itu Maka SIKDA Generik didisain menjadi
beberapa modul yaitu :
a. Modul Pendaftaran
b. Modul Pelayanan
c. Modul Apotik
d. Modul Laboratorium
e. Modul Radiologi
f. Modul Rawat Inap
g. Modul Kasir
h. Modul Kegiatan Luar Gedung
i. Modul Laporan (Kemenkes, 2011b)
Konsep SIKDA Generik
Ketersediaan informasi kesehatan sangat diperlukan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
yang efektif dan efisien. Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dijelaskan
mengenai tanggung jawab pemerintah dalam ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi
& fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Informasi kesehatan ini dapat diperoleh melalui Sistem Informasi
Kesehatan atau SIK. Dengan berlakunya sistem otonomi daerah, maka pengelolaan SIK
merupakan tanggung jawab dan wewenang masing-masing pemerintah daerah
a. Pemerintah pusat/Kementerian Kesehatan, bertanggung jawab dalam pengembangan
sistem informasi kesehatan skala nasional dan fasilitasi pengembangan sistem informasi
kesehatan daerah.
b. Pemerintah daerah provinsi/dinas kesehatan provinsi, bertanggung jawab dalam
pengelolaan sistem informasi kesehatan skala provinsi.
c. Pemerintah daerah kabupaten/kota / dinas kesehatan kab/kota, bertanggung jawab
dalam pengelolaan sistem informasi kesehatan skala kabupaten/kota. (Kemenkes, 2011b)

Kelemahan dan kekurangan sistem Informasi Kesehatan daerah generik


Penggunaan sistem komputerisasi juga tentu memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut di
antaranya yaitu:
a. Bergantung pada sumber listrik
Karena menggunakan komputer, semua hal yang berhubungan dengan teknologi informasi
untuk kesehatan bergantung pada sumber listrik. Apabila listrik padam, maka segala
pekerjaan yang berkaitan dengan penyimpanan dan pengolahan data akan sulit untuk
dilakukan menggunakan komputer. Hal ini tentu akan mengganggu pelayanan yang akan
diberikan kepada para pasien di rumah sakit.
a. Bergantung pada aplikasi
Selain bergantung pada sumber listrik, penggunaan teknologi informasi untuk kesehatan juga
bergantung pada aplikasi yang digunakan. Jika aplikasi yang digunakan sering bermasalah,
maka pelayanan kepada pasien juga akan buruk. Untuk itu, gunakan aplikasi yang tepat agar
pelayanan kepada pasien dapat dilakukan secara maksimal.
b. Perlu pelatihan khusus
Tidak semua orang dapat bekerja dengan komputer secara akrab, hal ini memberikan
kesulitan tersendiri. Untuk dapat menggunakan sistem komputerisasi tersebut maka petugas
rumah sakit harus melakukan pelatihan khusus. Terutama untuk menyesuaikan diri dalam
menggunakan aplikasi yang akan digunakan dalam pengolahan data pasien tersebut. Itulah
beberapa kekurangan dalam penggunaan teknologi informasi untuk kesehatan secara umum.
Walaupun menawarkan banyak kelebihan, penggunaan komputer juga memiliki kekurangan.
Dalam pelaksanaan nya sistem informasi kesehatan di Indonesia memiliki permasalahan yang
cukup kompleks ,Permasalahan mendasar Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini
antara lain :
a. Faktor Pemerintah Standar SIK belum ada sampai saat Pedoman SIK sudah ada tapi
belum seragam Belum ada rencana kerja SIK nasional Pengembangan SIK di kabupaten atau
kota tidak seragam
b. Fragmentasi Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang administasi
(kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi duplikasi data, data tidak lengkap,
tidak valid dan tidak conect dengan pusat. Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak
hambatan dan tidak tepat waktu) Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa: Puskesmas
harus mengirim lebih dari 300 laporan dan ada 8 macam software sehingga beban
administrasi dan beban petugas terlalu tinggi. Hal ini dianggap tidak efektif dan tidak efisien.
Format pencatatan dan pelaporan masih berbeda-beda dan belum standar secara nasional.
c. Sumber daya masih minim
Seperti kita ketahui bahwa dalam penerapan Sistem Informasi Kesehatan di Indoensia
tentunya tidak mudah. Beberapa tantangan dalam implementasinya masih banyak kita temui
sehingga memerlukan kebijakan dan kerjasama yang terintegrasi di dalamnya. Diantaranya
tantangan tersebut adalah
1. Globalisasi banyak ragam perangkat lunak Sistem Informasi Kesehatan sehingga
membingungkan unit operasional dalam menginputnya. Juga membingungkan pihak
pengambil kebijakan dalam menentukan model dan sistem yang nantinya akan digunakan
guna menghasilkan input, proses dan output yang maksimal sesuai dengan kebutuhan yang
ada.
2. Tantangan ekonomi global dan kemampuan keuangan pemerintah. Ini berkaitan dengan
ketersediaan kemampuan keuangan pemerintah dalam menyediakan budgeting guna
operasional dan penyiapan perangkat lunak dan perangkat keras dalam implementasi Sistem
Informasi Kesehatan
3. Tantangan untuk membangun jejaring lintas unit dan lintas sektor. Tantanngan ini
terkait integrasi dalam menyatukan input Sistem Informasi Kesehatan yang lintas sektor.
Karena masing – masing sektor atau unit punya definisi dan aplikatif sendiri dalam
meninterpretasikan datanya. Masing-masing Sistem Informasi cenderung untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya menggunakan cara dan format pelaporannya
sendiri. Sehingga unit – unit operasional dalam melaporkan datanya terbebani. Dampaknya
informasi yang di hasilkan kurang akurat.
4. Ancaman keamanan informasi. Ancaman ini tentunya tidak dapat di pandang sebelah
mata karena faktor keamanan informasi menjadi penting terkait dengan jenis data dan
informasi yang menjadi input dan output yang nanti dihasilkan.
5. Tantangan otonomi daerah. Ini sebagai implementasi dari UU No. 2 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah. Sehingga daerah punya otoritas dalam menentukan arah
kebijakan sendiri termasuk di dalamnya mengenai arah kebijakan Sistem Informasi
Kesehatan untuk kabupatennya
Setelah melihat permasalahan yang terjadi dalam sistem Informasi Kesehatan di
Indonesia maka pandangan Sistem Informasi Kesehatan di masa Depan Dalam upaya
mengatasi fragmentasi data, Pemerintah sedang mengembangkan aplikasi yang disebut
Sistem Aplikasi Daerah (Sikda) Generik. Sistem Informasi Kesehatan berbasis Generik
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Input pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik atau computerized. Input data hanya
dilakukan di tempat adanya pelayanan kesehatan (fasilitas kesehatan). Tidak ada duplikasi
(hanya dilakukan 1 kali). Akurat, tepat, hemat sember daya (efisien) dan transfaran. Tejadi
pengurangan beban kerja sehingga petugas memiliki waktu tambahan untuk melayani pasien
atau masyarakat. Data yang dikirim (uploaded) ke pusat merupakan data individu yang digital
di kirim ke bank data nasional (data warehouse). Laporan diambil dari bank data sehingga
tidak membebani petugas kesehatan di Unit pelayanan terdepan. Puskesmas dan Dinas
Kesehatan akan dilengkapi dengan peralatan berbasis komputer. Petugas akan ditingkatkan
kompetensinya melalui pelatihan untuk menerapkan Sikda Generik. Mudah dilakukan
berbagai jenis analisis dan assesment pada data. Secara bertahap akan diterapkan 3 aplikasi
Sikda Generik yaitu Sistem Informasi Manajemen Kesehatan, Sistem Informasi Dinas
Kesehatan dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
Soal tentang sikda generik

Pertanyaan :
Apa saja ruang lingkup sikda generik ?
a) Modul Pendaftaran, Modul Pelayanan, modul apotik, modul laboratorium,
modul radiologi, modul kasir
b) Manajemen ketersedian obat
c) Data mordilitas pasien
d) Rawat jalan

Anda mungkin juga menyukai