Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ratna Nur Kumala

NIM : P1337424417005
Mata Kuliah : Sistem Informasi Kesehatan
Dosen Pengampu : Rizky Amelia, S.SiT, M.Kes

1. Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia dari masa ke masa

2. Penggunaan Sistem Informasi Kesehatan di Instansi Pelayanan Kesehatan

Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional di Indonesia


Dalam Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional, Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. System
Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sistem informasi
kesehatan adalah gabungan perangkat dan prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus
informasi (mulai dari pengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi) untuk
mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan
kinerja system kesehatan. Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan
informasi di seluruh tingkat pemerinah secara sistematis dalam rangka penyelenggaraan
pelayanan kepada masyarakat. Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan
mengalami 3 pembagian masa sebagai berikut : 
a. Era Manual (sebelum 2005) 
b. Era Transisi (tahun 2005 – 2011) 
c. Era Komputerisasi (mulai 2012) 
Masing-masing Era Sistem Informasi Kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda sebagai
bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman (kemajuan Teknologi Informasi dan
Komunikasi - TIK).
a. Era Manual
1) Aliran data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke
pusat melalui berbagai jalan
2) Data dan Informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di
Departemen Kesehatan.
3) Bentuk data : agregat.
4) Sering terjadi duplikasi dalam pengumpulan data.
5) Sangat beragamnya bentuk laporan.
6) Validitas diragukan.
7) Data sulit diakses.
8) Karena banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data
sulit dioah dan dianalisis.
9) Pengiriman data masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah
lingkungan.

b. Era Transisi
1) Komunikasi data sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau
beberapa masih terfragmentasi)
2) Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data individual.
3) Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual.
4) Keamanan dan kerahasiaan data kurang terjamin.

c. Era Komputerisasi
1) Pemanfaatan data menjadi satu pintu (terintegrasi).
2) Data individual (disagregat).
3) Data dari Unit Pelayanan Kesehatan langsung diunggah (upload) ke bank data di
pusat (e-Health).
4) Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank
data.
5) Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login).
6) Lebih cepat, tepat waktu dan efisien.
7) Lebih ramah lingkungan.

Sistem Informasi Kesehatan di Masa Depan


Dalam upaya mengatasi fragmentasi data, Pemerintah sedang mengembangkan aplikasi yang
disebut Sistem Aplikasi Daerah (Sikda) Generik. Sistem Informasi Kesehatan berbasis
Generik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Input pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik atau computerized.
2) Input data hanya dilakukan di tempat adanya pelayanan kesehatan (fasilitas
kesehatan).
3) Tidak ada duplikasi (hanya dilakukan 1 kali)
4) Akurat, tepat, hemat sember daya (efisien) dan transfaran. Tejadi pengurangan beban
kerja sehingga petugas memiliki waktu tambahan untuk melayani pasien atau
masyarakat.
5) Data yang dikirim (uploaded) ke pusat merupakan data individu yang digital di kirim
ke bank data nasional (data warehouse)
6) Laporan diambil dari bank data sehingga tidak membebani petugas kesehatan di Unit
pelayanan terdepan.
7) Puskesmas dan Dinas Kesehatan akan dilengkapi dengan peralatan berbasis komputer.
8) Petugas akan ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan untuk menerapkan Sikda
Generik.
9) Mudah dilakukan berbagai jenis analisis dan assesment pada data.
10) Secara bertahap akan diterapkan 3 aplikasi Sikda Generik yaitu Sistem Informasi
Manajemen Kesehatan, Sistem Informasi Dinas Kesehatan dan Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit.
Penggunaan Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas Srondol, Kota Semarang
Berdasarkan pengalaman praktik lahan pada bulan November 2019, Puskesmas
Srondol menerapkan sistem informasi puskesmas menggunakan SIMPUS dan Primary Care
(P-Care).
1. Peningkatan kualitas sistem informasi kesehatan dimulai dari membangun sistem
informasi di Puskesmas, sebagai unit pelayanan dasar menghasilkan data kesehatan.
Puskesmas menjadi sumber data primer dari sistem informasi kesehatan yang
memegang peranan penting dalam sistem informasi kesehatan daerah (Kemenkes,
2012). Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah suatu tatanan
manusia/peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu proses manajemen
Puskesmas mencapai sasaran kegiatannya. Sumber informasi utamanya adalah SP2TP
yang terdiri dari komponen pencatatan dan komponen pelaporan yang terutama
dibutuhkan untuk menunjang kegiatan manajemen Puskesmas adalah komponen
pencatatannya, karena informasi yang dapat dihasilkan dari komponen ini lebih
lengkap dari komponen pelaporannya. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(SIMPUS) di Puskesmas Srondol diakses atau digunakan oleh seluruh petugas yang
memberikan pelayanan kepada pasien. Masing-masing bagian atau ruangan memiliki
penanggung jawab sendiri. Setiap hari kerja, petugas harus memasukkan data
kunjungan pasien ke dalam SIMPUS. Data yang harus dimasukkan oleh petugas ke
dalam SIMPUS terdiri dari data sosial dan data medis pasien. Data sosial meliputi:
nomor rekam medis, nama lengkap pasien, tanggal lahir, tempat lahir, jenis kelamin,
golongan darah, alamat, nomor KTP/NIK, nomor telepon, nomor KK/C1, dan nomor
jaminan sosial. Data medis meliputi tanggal registrasi/pendaftaran, disabilitas,
anamnesis, pemeriksaan fisik (berat badan, tinggi badan), diagnosis, kode diagnosis,
pemeriksaan laboratorium, dan obat.
2. P-CARE atau kepanjangannya Primary Care merupakan sistem informasi pelayanan
pasien yang ditujukan untuk pasien berstatus BPJS-Kesehatan (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Bidang Kesehatan) berbasis komputer dan online via internet. Sesuai
dengan namanya maka P-CARE yang ditujukan bagi pelayanan primer (puskesmas)
dan didalamnya melakukan pengolahan data mulai dari pendaftaran, bagian
penegakan diagnosa, pemberian terapi, hingga pemeriksaan laboratorium. P-CARE
dikembangkan oleh PT. ASKES, merupakan pengembangan dari aplikasi pelayanan
kesehatan yang dulunya digunakan untuk SIDokkel digunakan juga di Puskesmas
terutama untuk verivikasi peserta secara online. Pada dasarnya, P-Care mempunyai 2
fungsi besar, yaitu (1) Pendaftaran Pasien, dimana entry data dilaksanakan oleh
petugas pendaftaran, dan (2) Pelayanan Pasien, dimana entry data dilaksanakan oleh
dokter (atau petugas Balai Pengobatan), didalamnya juga terdapat fitur pembuatan
rujukan, dimana datanya akan dapat langsung terbaca di FasKes Rujukan. Selain
kedua fungsi tersebut terdapat fitur tambahan seperti preview data kunjungan, jumlah
peserta BPJS yang terdaftar di suatu faskes primer.
Daftar Refrensi
Fitriana, B. R. D., Hidana, R., & Parinduri, S. K. (2020). ANALISIS PENERAPAN SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DENGAN MODEL HUMAN
ORGANIZATION TECHNOLOGY (HOT)-FIT DI PUSKESMAS TANAH SAREAL
KOTA BOGOR TAHUN 2019. PROMOTOR, 3(1), 18-27.
Fendi Hidayat. 2019. KONSEP DSAR SISTEM INFORMASI KESEHATAN. Yogyakarta :
Deepublish

Anda mungkin juga menyukai