G. Insiden
Beberapa kesalahan yang dapat terjadi dalam menjalankan pelayanan obstretrik yang di
rekam oleh Florida Medical Association:
Di tinjau dari seringnya Di tinjau dari derajat Ditinjau dari segi
kejadian kesalahan pembiayaan (Seringnya
kejadian kesalahan)
Diagnosis yang kurang tepat Perlukaan pada bayi Diagnosis yang kurang tepat
Kesalahan teknik operasi Anestesi yang kurang tepat Kesalahan teknik operasi
Perlukaan pada bayi Kesalahan petugas kesehatan Anestesi yang kurang tepat
Laporan Insiden
Insiden Maternal Insiden Neonatus Insiden organisasional
Komplikasi yang tidak APGAR score <7 dalam 5 Terlambat merespon panggilan
terdiagnosa menit darurat
Emboli pulmoner
Ruptur uterus
Komunikasi efektif dapat digunakan dalam semua tahap keperawatan maternitas, mulai
dari tahap kehamilan, melahirkan, dan nifas. Paa tahap kehamilan komunikasi efektif
dilakukukan pada saat kunjungan kehamilan (trimester I,II, dan III, dimana perawat ataupun
dokter memberikan penjelasan mengenai perkembangan kehamilan ibu dan pendidikan
kesehatan mengenai perawatannya kehamilannya.
Sebelum memasuki masa intranatal, rumah sakit maupun petugas kesehatan melakukan
komunikasi efektif baik pada pasien maupun keluarga mengenai bagaimana proses persalinan
yang akan dilakukan,apakah pasien bisa melahirkan secara normal ataupun secara secsio
ceasaria, itu semua beradasarkan hasil dari identifikasi perawat ataupun dokter selama proses
kehamilan klien.
Pada masa intranatal perawat melakukan komunikasi kepada ibu hamil untuk melakukan
instruksi cara mengedan dengan benar apabila si ibu melahirkan normal. Pada postnatal
komunikasi efektif dilakukan ketika masa perawatan setelah melahirkan, perawat dapat
mengkomunikasikan kepada ibu hamil tentang bagaimana car teknik menyusui an perawatan
terhadap alat reproduksi ibu pasca melahirkan.
SKP3. Peningkatan keamanan obat
Peningkatan keamanan obat diperlukan pada selama masa konsepsi hingga nifas, saat
masa prenatal apabila seorang ibu terindikasi mengalami suatu penyakit misalnya demam tifus,
yang memerlukan obat obatan tertentu seperti antibiotik maka pihak petugas kesehatan harus
melakukan identifikasi seksama terhadap obat obatan yang di berikan, dengan memahami
prinsip 6 benar khususnya pada obat obatan LASA (Look Alike Sound Alike), karena pada ibu
hamil sensitiv terhadap obat obatan karena dapat mengganggu janinnya. Misalkan saja
penggunaan obat obatan yang diberikan kepada ibu hamil dengan demam tifus contohnya
Ampisilin dan Amoxcisilin. Kedua obat ini memliki nama yang terdengar sama dan digunakan
untuk kasus yang sama tetapi memiliki perbedaan pada penggunaan dosis dan efeknya. Pada
Ampicilin digunakan 1gr/oral untuk 4xsehari. Dan Amoxicilin 1gr/oral untuk 3x sehari selama
14 hari. Dimana apabila terjadi kesalahan pemberian dosis atau tertukarnya dosis kedua obat ini
dapat memberika efek negativ pada janin dan ibunya.
Pada proses kelahiran memerlukan pemberian injeksi (untuk meningkatkan konstraksi
uterus), disini perawat juag harus meningkatkan kewaspadaan 6 benar. Pada masa postnatal
diberikan obat obatan pengontrol nyeri pasca bedah contohnya Paracetamol 500mg/oral sesuai
yang dibutuhkan.
SKP4. Tepat lokasi, Tepat Prosedur, Tepat pasien operasi
Penerapan SKP 4 lebih ditekankan pada masa intranatal khususnya pada prosedur sectio
ceasaria. Pada prosedur ini perawat dan tim kesehatan yang bertuagas harus memastikan pasien
yang akan di operasi dan tindakan apa yang akan dilakukan. Hal hal yang perlu dilakukan
sebelum operasi sectio ceasaria :
Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan sepert USGyang relevan
tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang;
Lakukan verifikasi ketersediaan setiap peralatan khusus dan/atau implant-implant yang
dibutuhkan.
Penilaian SKP 4. Pada keperawatan Maternitas
Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti untuk identifikasi lokasi
operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat preoperasi
tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat, dan fungsional.
Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum insisi / time-out tepat
sebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan.
Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses untuk memastikan
tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis.
Langkah dan Prosedur SKP.4 dalam Penerapannya Pada Keperawatan Maternitas Khususnya
Pada Sectio Ceasaria
Sesuai dengan sepuluh sasaran dalam safety surgery (WHO 2008). Yaitu:
1).Tim bedah akan melakukan operasi pada pasien dan posisi janin di dalam perut ibu.
2).Tim bedah akan menggunakan metode yang sudah di kenal untuk mencegah bahaya dari
pengaruh anastesi, pada saat melindungi pasien dari rasa nyeri.
3).Tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan bantuan hidup dari adanya bahaya
kehilangan atau gangguan pernafasan pada saat proses kelahiran maupun sesudah proses
kelahiran.
4).Tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan adanya resiko kehilangan darah.
5).Tim bedah menghindari adanya reaksi alergi obat dan mengetahui adanya resiko alergi obat
pada pasien.
6).Tim bedah secara konsisten menggunakan metode yang sudah dikenal untuk meminimalkan
adanya resiko infeksi pada lokasi operasi.
7).Tim bedah mencegah terjadinya tertinggalnya sisa kasa dan instrument pada luka
pembedahan.
8).Tim bedah akan mengidentifikasi secara aman dan akurat, specimen (contoh
bahan)pembedahan.
9).Tim bedah akan berkomunikasi secara efektif dan bertukar informasi tentang hal-hal penting
mengenai pasien untuk melaksanakan pembedahan yang aman.
10).Rumah sakit dan system kesehatan masyarakat akan menetapkan pengawasan yang rutin dari
kapasitas , jumlah dan hasil pembedahan.
1. Identifikasi Pasien yang jelas dan Selalu dipastikan identitasnya sebelum mendapatkan
tindakan
2. Pasien maupun staff berhak untuk dilindungi dari infeksi dan kontaminasi yang diatur
oleh Kebijakan Kontrol Infeksi
3. Selama Pasien dikondisikan atau tidak ada intervensi keperawatan, bed selalu dijaga
dengan posisi rendah dan terkunci, hanya dinaikkan bila akan melakukan intervensi,
tujuannya adalah untuk :
Pencegahan jatuh intrapartum, misalnya pada pasien dengan Epidural Infussion yang butuh bed-
rest
untuk mencegah jatuh setelah mobilisasi dari tempat operasi
4. Staf Perawat harus menjaga keselamatan pasien pada saat menggunakan peralatan
elektrik
5. Perhatikan label atau daftar alergi pasien
6. Perawat wajib ikut serta memperhatikan, merawat dan memelihara Peralatan Medis
Ruangan baik emergency maupun tidak yang dievaluasi setiap hari
7. Penilaian keselamatan pasien dapat dilakukan oleh setiap personil/praktisi kesehatan
8. Medikasi terhadap pasien diikuti oleh intervensi keperawatan dan Standar Operasionel
Prosedur yang ada
9. Kapabilitas untuk memulai operasi Caesar adalah selama 30 menit setelah
pengambilan keputusan dan Inform Consent