Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AMENOREA

Disusun oleh:

1. Alwi hasan (2018.01.001)


2. Callista Werda El-Camela (2018.01.002)
3. Citra Intan Pramudya Rini (2018.01.004)
4. Hanifah Roosyida A (2018.01.007)
5. Maria Yesafilda Ndau (2018.01.018)
6. Veronicha Olivia P (2018.01.029)

Program S1 Keperawatan Tingkat 2


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth Surabaya
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan segala rahmat, taufik serta hidayatnya. Sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Keperaatan Maternitas I ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Aminorea ” dengan tepat waktu. Dalam makalah ini kami
menjelaskan tentang :
Penulisan makalah ini ditunjukkan untuk memenuhi penugasan yang diberikan
oleh dosen pembimbing mata kuliah kami, yaitu Ibu Retty Nirmala S,S.kep.,Ns.,M.kep
STIKes William Booth Surabaya. Dan sebagai tambahan ilmu dan wawasan kepada
para mahasiswa STIKes William Booth Surabaya dalam memahami asuhan
keperawatan aminorea.
Kami mengucapkan terimah kasih kepada seluruh pihak yang ikut berpartisipasi
dalam penulisan makalah ini. Sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik dan
tepat waktu. Oleh karena itu kami menyampaikan terimah kasih kepada :
1. Ibu Retty Nirmala S,S.kep.,Ns.,M.kep selaku dosen pembimbing
2. Kedua orang tua penyusun yang telah memberikan doa dan semangat serta
3. Teman – teman satu kelompok

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari jika terdapat banyak kesalahan.
Dan oleh karena itu, kami mengharapkan masukan yang berupa kritik dan saran dari
para pembaca dalam penyempurnaan penulisan makalah kami selanjutnya. Demikian
yang dapat kami sampaikan.

Surabaya, 11 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN .........................................................................................................2
1.1. Latar Belakang ................................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah ...........................................................................................2
1.3. Tujuan .............................................................................................................3
BAB II .............................................................................................................................
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................3
2.1. Pengertian. .........................................................................................................3
2.2. Klasifikasi Amonera ..........................................................................................3
2.3. Etiologi................................................................................................................4
2.4. Patofisiologis .....................................................................................................4
2.5. Manifestasi Klinis ..............................................................................................5
2.6. Komplikasi .........................................................................................................5
BAB III ............................................................................................................................
3.1. Pengkajian .............................................................................................................7
3.2. Diagnosa Keperawatan ..........................................................................................8
3.3. Intervensi ...............................................................................................................8
BAB IV ............................................................................................................................
4.1. KESIMPULAN .................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .................................................. Error! Bookmark not defined.

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Reproduksi adalah suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan
keturunan demi kelestarian hidup. Beberapa kejadian dari gangguan reproduksi
yang di alami oleh masyarakat salah satunya yang sering terjadi yaitu amenorea.
Amenorea adalah keadaan dimana haid berhenti atau tidak ada haid. Amenorea
di bagi menjadi dua yaitu Amenorea Primer dan Amenorea Sekunder.
Amenorea sekunder terjadi apabila seorang wanita pernah mengalami
haid namun haid itu menjadi berhenti. Keadaan yang paling sering menyebabkan
amenorea sekunder yaitu kehamilan, dapat pula terjadi karena perubahan dalam
pekerjaan, iklim atau lingkungan, atau mungkin gejala suatu penyakit.
Seadangkan Amenorea primer yaitu keadaan tidak terjadi menstruasi pada
wanita usia 16 tahun.
Dari kebanyakan penyakit reproduksi wanita,Amonera primer dan
Amonera sekunder adah gangguan kesehatan reproduksi yang sering terjadi.
Keadaan ini memerlukan penelusuran lebih lanjut untuk menggetahui penyebab
serta untuk segera memberikan penanganan. Oleh karena itu, kelompok kami
tertarik untuk mengambil kasus penyakit reproduksi ini.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari amenorea?
2. Bagaimana pengklasifikasian penyakit Amenorea
3. Bagaimana etiologi dan patofisiologi dari penyakit Amenorea?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis yang timbul pada penyakit
Amenorea?
5. Bagaimana Pemberian Asuhan Keperawatan Pada penyakit
Amenorea?

1
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian amonera.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit Amenorea
3. Untuk mengetahui tentang epitologi dan patofisiologi.
4. Untuk mengetahui Manifestasi klinis yang terjadi pada penyakit
Amenorea
5. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada penyakit
Amenorea

2
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.Pengertian
Amenorea adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang
wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan
menyusui, dan setelah menopause. Amenorea sendiri terbagi menjadi dua, yaitu
amenorea primer dan sekunder. Amenorea primer adalah keadaan tidak
terjadinya menstruasi pada wanita usia 18 tahun keatas, sedangkan amenorea
sekunder penderita pernah mendapatkan menstruasi, tetapi kemudian tidak
menstruasi lagi (Sarwono, 2009).
Amonerea adalah tidak terjadinya atau abnormalitas siklus mestruasi
seorang wanita pada usia produktif . atau tidak terjadinya pendarahan haid,
minimal 3 bulan berturut – turut.

2.2.Klasifikasi Amenorea
a. Amenora primer mengacu pada masalah ketika wanita muda yang berusia
lebih dari 18 tahun belum mengalami menstruasi tetapi telah menunjukkan
maturasi seksual, atau menstruasi mungkin tidak terjadi sampai usia 18 tahun
tanpa disertai adanya karakteristik seks sekunder.
b. Amenorea sekunder tidak adanya menstruasi selama 3 siklus atau 6 bulan
setelah menarke normal pada masa remaja, biasanya disebabkan oleh
gangguan emosional minor yang berhubungan dengan berada jauh dari
rumah, masuk ke perguruan tinggi, ketegangan akibat tugas-tugas. Penyebab
kedua yang paling umum adalah kehamilan, sehingga pemeriksaan
kehamilan harus dilakukan.

3
2.3.Etiologi
1. Hymen Imperforata : Selaput darah tidak berlubang sehingga darah
menstruasi terhambat untuk keluar.
2. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone – hormone yang tidak
mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi
haid atau hanya sedikit.
 Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan berat
badan
 Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
 Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor
 Endometrium tidak bereaksi
3. Penyakit lain : penyakit metabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan
hepar dan ginjal.

2.4.Patofisiologi
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari
sindrom hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari
amenore primer. Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetik..
Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Klien
dengan aminore primer yang diakibatkan oleh testicular feminization
menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki
tubuh feminin. Vagina kadang – kadang tidak ada atau mengalami kecacatan,
tapi biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong
dan tidak terdapat uterus. Keadaan seperti ini menyebabkan klien mengalami
amenore yang permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan
keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum.
Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus
terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan
pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya
endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini

4
adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis
anterior, seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab
amenore primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana
terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi
ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini
menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan
FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur menopause
adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang
masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea.
Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami
menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad (
oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi
hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-
hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi
mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang akan
keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti
kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.

2.5.Manifestasi Klinis
2.5.1.Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
a. Tidak terjadi haid
b. Produksi hornone estrogen dan progesteron menurun
c. Nyeri kepala
d. Badan lemah
2.5.2. Tanda dan gejala tergantung pada penyebabnya :
a. Jika penyebabnya adalah kegagalan dalam mengalami pubertas, maka
tidak akan ditemukan tanda-tanda pubertas seperti pembesaran
payudara,pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta
perubahan bentuk tubuh.

5
b. Jika penyebabnya adalah kehamilan , akan ditemukan morning sickness
dan pembesaran perut.
c. Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka
gejalanya adalah denyut jantung yang cepat,kecemasan,kulit yang hangat
dan lembab.
d. Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat (moon face), perut buncit,
dan lengan serta tungkai yang lurus.
2.5.3.Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada Amenorea:
a. Sakit kepala
b. Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan
tidak swedang menyusui ).
c. Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa).
d. Penurunan atau penambahan berat badan
e. Vagina yang kering
f. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan,yang mengikuti pola
pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.

2.6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya
adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen
IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya amenorrhea.Komplikasi lainnya muncul
gejala-gejala lain akibat hormon seperti osteoporosis.

2.7.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada amenorrhea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual
sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur,
rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan :
a. USG
b. Histerosalpingografi
c. Histeroskopi, dan
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI).

6
Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas
sekunder maka diperlukan pemeriksan kadar hormon FSH dan LH.
a. Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder, maka
dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar
hormon prolaktin dalam tubuh.
b. Selain itu, kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Apabila
kadar hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen / Progesterone
Challenge Test adalah pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap
lapisan endometrium alam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.

7
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
3.1.1. Anamnesa
Anamnesis yang akurat berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan sejakkanak-kanak, termasuk tinggi badan dan usia saat
pertama kali mengalami pertumbuhan payudara dan pertumbuhan
rambut kemaluan. Dapatkan pula informasi anggota keluarga yang
lain (ibu dan saudara wanita) mengenai usia mereka pada saat
menstruasi pertama, informasi tentang banyaknya perdarahan, lama
menstruasi dan periode menstruasi terakhir, juga perlu untuk
ditanyakan. Riwayat penyakit kronis yang pernah diderita, trauma,
operasi, dan pengobatan juga penting untuk ditanyakan. Kebiasaan-
kebiasaan dalam kehidupan seksual, penggunaan narkoba, olahraga,
diit, situasi dirumah dan sekolah dan kelainan psikisnya juga penting
untuk dianyakan.
3.1.2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang pertama kali diperiksa adalah tanda-
tanda vital dan juga termasuk tinggi badan, berat badan dan
perkebangan seksual. Pemeriksaan yang lain adalah :
1) Keadaan payudara
2) Keadaan rambut kemaluan dan genetalia eksternal
3) Keadaan vagina
4) Uterus : bila uterus membesar kehamilan bisa diperhitungkan
5) Servik : periksa lubang vagina

8
3.2. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat
tentangpenyakitnya (amenorrhea)
3) Harga diri rendah berhubungan dengan transisi perkembangan
4) Berduka antisipasi berhubungan dengan infertilitas.

3.3.INTERVENSI
1) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
Kriteria hasil :
a) Cemas berkurang
b) tidak menunjukan perilaku agresif

Intervensi :
a) Kaji tingkat kecemasan : ringan, sedang, berat, panic.
b) Berikan kenyamanan dan ketentraman hati
c) Beri dorongan pada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan kecemasan
d) Anjurkan distraksi seperti nonton tv, dengarkan radio, permainan
untuk mengurangi kecemasan.
e) Singkirkan stimulasi yang berlebihan

2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat


tentang penyakitnya ( amenorrhea )
Kriteria hasil :
pasien mengetahui tentang penyakitnya

Intervensi :
a) Mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang
dideritanya.
b) Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman pasien

9
c) Memberikan informasi dari sumber-sumber yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan

3) Harga diri rendah berhubungan dengan transisi perkembangan


Kriteria Hasil :
Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal.

Intervensi :
a) Tetapkan hubungan saling percaya perawat dan pasien
b) Cipakan batasan terhadap pengungkapan negative
c) Bantu untuk mengidentifikasi respon positif terhadap orang lain.
d) Bantu penyusunan tujuan yang realitas untuk mencapai harga diri
rendah yang tinggi.
e) Berikan penghargaan dan pujian terhadap pengembangan pasien dalam
pencapaian tujuan

4) Berduka antisipasi berhubungan dengan infertilitas.


Kriteria hasil :
a) Mengekspresikan rasa berduka
b) Membagi rasa berduka dengan orang – orang terdekat.

Intervensi :
a) Tetapkan hubungan saling percaya pasien / perawat
b) Dorong individu untuk berbagi rasa keprihatinan, ketakutan
c) Siapkan individu dan keluarga untuk menghadapi reaksi berduka
d) Tingkatkan keakraban diantara keluarga
e) Tingktkan proses berduka dengan masing – masing respon

10
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Penutup
Amenorea adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita. Hal
tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan
setelah menopause. Amenorea sendiri terbagi menjadi dua, yaitu amenorea primer
adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita usia 18 tahun keatas,
sedangkan amenorea sekunder penderita pernah mendapatkan menstruasi, tetapi
kemudian tidak menstruasi lagi (Sarwono, 2009).
;Klien dengan aminore primer yang diakibatkan oleh testicular feminization
menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki
tubuh feminin. Vagina kadang – kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi
biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan
tidak terdapat uterus. Keadaan seperti ini menyebabkan klien mengalami amenore
yang permanen.

11
Daftar Pustaka

Heffner,LJ.2006. At a Glance SISTEM REPRODUKSI edisi kedua. Jakarta:


Erlangga.
Hillegas, Kathleen B. 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan.
DalamPATOFISIOLOGI : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2.
Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit, dkk. Jakarta :
EGC
Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan.
2005. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN EDISI III JILID I. Editor : Arif Mansjoer,
dkk. Jakarta : Media Aesculapius
Alimul. 2003. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Kumala. 2005. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.

12

Anda mungkin juga menyukai