PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan kesan umum, tanda vital dan
kemudian analisis sistem organ secara sistematis. Pemeriksaan ini sangat penting
dalam menilai sistem berbagai organ yang bekerja dalam tubuh seseorang.
Pemeriksaan tanda vital terdiri dari pemeriksaan tekanan darah, nadi, laju
pernafasan (respiratory rate) dan suhu. Semua komponen tersebut harus dinilai
pada saat melakukan pemeriksaan fisik. Hasil yang didapat dari pemeriksaan ini
menentukan ada atau tidaknya masalah fisik. Tujuan pemeriksaan fisik adalah
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
tanda vital terdiri dari pemeriksaan tekanan darah, nadi, laju pernafasan
secara urut dan sistematis. Mulai dari kepala sampai dengan kaki.
menyingkapkan bagian yang tepat atau bagian tertentu saja (bagian yang
2
a. Inspeksi
b. Palpasi
atau dua tangan. Dengan palpasi dapat terbentuk gambaran organ tubuh
3
Konsistensi massa : Konsistensi paling baik diraba dengan ujung
Lokasi massa
c. Perkusi
pada bagian tubuh dengan menggunakan jari, tangan, atau alat kecil
perkusi yaitu :
pada paha.
4
Nada suara sonor/ resonan : dihasilkan oleh perkusi di atas paru
normal.
emfisematous.
d. Auskultasi
berasal dari dalam tubuh, yang meliputi frekuensi, intensitas, durasi dan
ukuran jumlah getaran sebagai siklus per menit. Siklus yang banyak
durasi.
Auskultasi paru
Auskultasi jantung
5
aliran darah yang ditimbulkan selama siklus jantung. Untuk dapat
maupun pulmonal.
Perlu diperhatikan status dan tingkat kesadaran pasien pada saat pertama
kali bertemu dengan pasien. Apakah pasien sadar atau tidak? Apakah
pasien terlihat mengerti apa yang kita ucapkan dan merespon secara
tepat atau tidak? Apakah pasien terlihat mengantuk? Apakah pada saat
6
Tabel 1. Skala Glasgow Coma Score/GCS
Spontan 4
Terhadap pembicaraan 3
Respon motorik:
Terhadap perintah 6
- Reaksi menghindar 4
- Reaksi fleksi-dekortikasi 3
- Reaksi ekstensi-deserebrasi 2
Tidak merespon 1
Respon vebral:
Tidak berespons 1
7
b. Menilai adanya tanda distress
Apakah ada tanda distress kardiorespirasi. Hal ini bisa kita tentukan
apakah ada pernapasan cepat, suara whezzing (mengi), atau batuk terus-
kanan pasien berfungsi atau tidak. Bila tidak berfungsi seperti pada
8
Gambar 1. Kiri : Raynaud’ phenomena , kanan : Akromegali
b. Cara berpakaian
ekspresi wajah.
9
Gambar 3. Kiri & tengah : Myxedema, Puffy face pada Hipotiroidisme
10
Gambar 6. Kiri : Cushing’s syndrome, kanan : striae pada Cushing’s Syndrome
Suara yang normal tergantung pada kondisi lidah, bibir, langit-langit dan
11
f. Postur Tubuh, gerakan tubuh dan cara berjalan
Gambar 10. Abnormalitas gait. Dari kiri ke kanan : spastic gait , scissors gait ,
12
Tabel 5. Abnormalitas Gerak Tubuh
g. Inspeksi Tangan
apakah terdapat fleksi pada tangan dan lengan seperti pada hemiplegi atau
tebal.Edema lokal lengan dan tangan terjadi pada obstruksi vena, blokade
13
Warna: Warna kulit tangan biasanya sama dengan warna kulit wajah. Perhatikan
perubahan warna jari-jari perokok akan terlihat lebih gelap. Hal ini harus
dibedakan jika pasien yang diperiksa berasal dari ras yang memang berkulit gelap.
Suhu Kulit Hal ini telah dibahas pada saat berjabat tangan.
Kuku: Koilonikia terjadi pada kekurangan zat besi kronis, dimana bentuknya
pemendekan fascia palmar, menyebabkan deformitas fleksi pada jari manis dan
14
Sendi: Artritis sering melibatkan sendi-sendi kecil pada tangan.Yang sering
interphalang).
Pembuluh darah: Eritema palmaris terjadi pada hipertiroidisme dan penyakit liver
kronis karena vasodilatasi tenar dan hipotenar. Spider nevi merupakan tanda
Gambar 13. Kiri dan tengah : spider nevi, kanan : Eritema palmaris
15
bunyi yang terdengar melalui stetoskop. Kemudian tekanan dalam
b. Pengukuran nadi
dalam satu menit. Kadang-kadang nadi lebih jelas jika diraba pada
pedis.
c. Pemeriksaan pernafasan
16
pernafasan aksesoria serta penambahan ukuran anteroposterior
rongga dada.
rongga dada.
menit dengan pola nafas yang teratur dan tenang. Serta irama
rektal lebih tinggi daripada suhu oral ±0,4 -0,5 0C. Suhu aksila
17
2.4. Pemeriksaan Kepala dan Leher
a. Pemeriksaan Kepala
Pertama kali yang dilihat adalah bentuk dan ukuran kepala. Apakah
b. Pemeriksaan rambut
rambut. Warna rambut bisa hitam, putih atau adakah rambut jagung
mudah dicabut atau tidak. Pada pasien malnutrisi, tekstur rambut kasar,
c. Pemeriksaan wajah
18
tanpa ekspresi/ wajah topeng. Adanya asimetri wajah menunjukkan
VII) pada pasien stroke atau Bells palsy (wajah tertarik pada sisi sehat).
Bells Palsy
19
fasialis, tepat atau sedikit di bawah arkus zigomatikus (di depan liang
fasialis (sudut mulut, ala nasi sampai seluruh muka) pada sisi yang sama.
d. Pemeiksaan mata
Inspeksi:
inferior.
e. Pemeriksaan hidung
Inspeksi:
20
Perhatikan mukosa yang menutup septum dan konka, warna dan
oleh virus), adakah oedema dan pucat (rinitis alergik), polip, dan
ulkus.
septum nasi.
Palpasi:
f. Pemeriksaan telinga
g. Pemeriksaan mulut
Inspeksi:
21
dan nodul. Bercak-bercak pigmentasi pada ras kulit hitam masih
- Lidah: Menilai lidah dan dasar mulut, termasuk warna dan papilla,
tongue spatel lidah kita tekan pada bagian tengah, mintalah pasien
10.
h. Pemeriksaan Leher
Regio Colli
22
pembuluh karotis dan kelenjar limfe. Pemeriksaan dilakukan pada kedua
Pemeriksaan trachea
asimetris.
Palpasi: Palpasi trachea dilakukan dengan cara ujung jari telunjuk dan
kiri dengan trachea dan pasien diminta menelan ludah. Bandingkan pada
kedua sisi. Bila kedua jari tangan bisa masuk maka posisi trachea
normal, tetapi bila salah satu jari ada yang terhalang masuk, artinya ada
sisi. Deviasi trachea dapat juga disebabkan oleh adanya kelainan dirongga
dada, seperti atelektasis, masa tumor paru atau pneumothorak yang luas.
23
Pemeriksaan Kelenjar Limfonodi
leher.
mobile atau terfiksasi, konsistensi, nyeri tekan atau tidak, adakah luka pada
kelenjar tersebut.
24
Gambar 18. Limfonodi leher
mengindikasikan keganasan.
25
Pemeriksaan kelenjar tiroid
a. Inspeksi
Inspeksi kelenjar tiroid dilakukan dari posisi depan untuk menilai apakah
inflamasi.
Gambar 20. Inspeksi kelenjar tiroid, kiri : saat istirahat, kanan : pada gerakan
menelan
juga dari belakang pasien. Pemeriksaan dari depan, tiroid dipalpasi adakah
menilai apakah kelenjar tiroid teraba atau tidak, bergerak atau tidak. Bila
kelenjar tiroid sama seperti pemeriksaan dari depan. Dalam kondisi normal:
26
Gambar 21. Palpasi kelenjar tiroid
Pemeriksaan jantung
Inspeksi: inspeksi untuke kelainan kulit atau bekas operasi jantung. Bentuk
posisi jantung seperti yang terdapat pada sindrom Marfan. Cari iktus
27
kordis dengan memperhatikan lokasi apeks jantung. Posisi apeks normal 1
Getaran karena adanya bising jantung ( thrill ) atau bising nafas sering
tangan dan jari ( palmar ) atau dengan meletakkan sisi medial tangan,
terutama pada palpasi untuk meraba thrill. Pada keadaan normal hanya
impuls dari apeks yang dapat diraba, lokasinya di sela iga 5 linea
menyolok apeks atau ventrikel kiri dan biasanya bergeser ke lateral karena
pulmonal) atau karena aliran tinggi dengan dilatasi (pada ASD) yang
disebut tapping . Bising jantung dengan gradasi 3-4 biasanya dapat teraba
sebagai thrill.
28
Perkusi: Perkusi berguna untuk menetapkan batas-batas jantung terutama
jaringan paru pada keadaan dekompensasi, emboli paru atau effusi pleura.
Perkusi batas kiri redam jantung (LBCD - left border o f cardiac dullness)
dilakukan dari lateral ke medial dimulai dari sela iga 5, 4 dan 3. LBCD
akan terdapat kurang lebih 1-2 cm medial darilinea klavikularis kiri dan
bergeser lebih ke medial 1 cm pada sela iga 4 dan 3. Batas kanan redam
perkusi bagian lateral kanan dari sternum. Pada keadaan normal RBCD
akan berada di dalam batas dalam sternum. Kepekakan RBCD diluar batas
kelenjar susu yang besar, dalam hal ini perkusi harus dilakukan dengan
menyingkirkan kelenjar susu dari daerah perkusi (oleh penderita atau oleh
tangan kiri pemeriksa jika perkusi dilakukan dengan satu tangan). Adanya
sonor.
29
Auskultasi: Auskultasi jantung berguna untuk menemukan bunyi-bunyi
tepat perlu dikenal dengan baik siklus jantung. Bunyi jantung diakibatkan
karena getaran dengan masa amat pendek. Bunyi timbul akibat aktifitas
kontraksi otot miokard serta aliran cepat saat katup semiluner mulai
pulmonal.
Pemeriksaan Paru
dada, kelainan bentuk dada, menilai frekuensi, sifat dan pola pernafasan.
Palpasi: Terdapat empat kegunaan yang dapat dipetik dari cara ini :
2. Penilaian abnormalitas
sekitar tepi kosta, tangan berada di sebelah lateral rongga dada. Setelah
30
yang longgar diantara kedua ibu jari. Beritahukan pasien untuk
31
Perkusi:
dengan jari-jari sedikit meregang. Jari tengah tangan kiri tersebut ditekan
dengan dinding dada sejajar dengan iga pada daerah yang akan diperkusi.
Bagian tengah falang medial tangan kiri tersebut kemudian diketuk dengan
redup. Tentukan batas tersebut dengan menghitung mulai dari ICS 2 kanan
peranjakan antara inspirasi dan ekspresi. Letakan 2 jari tangan kiri tepat
dibawah batas tersebut pasien menarik napas dan dilakukan perkusi pada
kedua jari tersebut. Dalam keadaan normal akan terjadi perubahan bunyi
32
kanan dan kiri. Dalam keadaan normal didapatkan hasil perkusi yang
Gambar 25. Area perkusi dada anterior (kiri) dan posterior (kanan)
yang tenang dan dangkal akan menimbulkan bising vesikuler yang dalam
Vesikuler: suara napas pokok yang lembut dengan frekuensi dimana fase
inspirasi langsung diikuti dengan fase ekspresi tanpa diselingi jeda, dengan
33
Bronkial: suara napas pokok yang keras dan berfrekuansi tinggi, dimana
fase ekspirasi menjadi lebih panjang dari fase inspirasi dan diataranya
tiupan dalam tabung. Dalam keadaan normal dapat didengar pada daerah
manubrium sterni.
Trakeal: suara napas yang sangat keras dan kasar, dapat didengar pada
daerah trakea.
Amforik: suara napas yang didapatkan bila terdapat kavitas besar yang
Ronchi basah: suara napas yang terputus-putus bersifat non musical, dan
biasanya terdengar pada saat inspirasi akibat udara yang melewati cairan
dalam saluran napas. Ronchi basah halus terjadi karena adanya cairan pada
bronchiolus, sedangkan ronchi basah lebih halus berasal dari alveoli yang
frekuansi yang relatif rendah, terjadi karena udara yang mengalir melalui
Bunyi gesekan pleura: terjadi karena pleura parietal dan viseral yang
34
Hippocrates succussion: suara cairan pada rongga dada yang terdengar
hidropneumotoraks.
Pneumothorax click: bunyi yang bersifat ritmik dan sinkron dengan saat
Inspeksi:
Auskultasi:
suara bila perut lapar atau melilit), bila tidak segera terdengar,
35
lanjutkan mendengar selama 5 menit. Tentukan normal atau
Palpasi:
36
Tangan kanan dimasukkan di belakang margin kosta kiri pada garis
37
- Abnormal palpasi :
Rovsing’s sign (+): terasa sakit jika ditekan di area kiri bawah.
Psoas sign (+): terasa sakit jika tungkai bawah difleksikan ke arah
perut.
Perkusi:
hepar.
Puddle sign: Pasien dengan prone posisi (siku dan lutut naik/tiarap)
38
sisi lateral abdomen. Ketukan dilanjutkan terus sambil steteskop
39
16. Menentukan batas perubahan bunyi perkusi dari timpani ke
redup
Teknik Undulasi
pasien
merasakan getaran
Inspeksi:
40
perubahan warna kulit : hematom, echymosis, dll. Serta menilai
Palapasi:
- Meraba kulit untuk menilai suhu pada daerah sendi dengan daerah
pada tonjolan pada caput humerus lateral; jika terdapat nyeri tekan
cuff.
- Menilai axillary nerve injury, menilai sensasi dengan pin prick test
di daerah deltoid.
41
- Menilai gerak rotasi eksternal dan internal 0 – 90 derajat.
- Inspeksi :
- Palpasi:
42
- Pemeriksaan ROM pada kedua elbow secara aktif dan pasif:
- Jika dicurigai adanya tennis elbow, maka: lakukan pronasi lengan bawah
pasien, ekstensi wrist dan jari-jari dengan diberikan tahanan. Jika nyeri ada
- Jika dicurigai adanya golfer elbow, maka: lakukan supinasi lengan bawah
pasien, ekstensi wrist dan jari-jari dengan diberikan tahanan. Jika nyeri ada
- Inspeksi Telapak Tangan, dilakukan baik kanan maupun kiri Pada daerah
dorsal manus. Membandingkan telapak tangan kanan dan kiri. Menilai ada
tidaknya amputasi jari. Menilai perubahan warna pada telapak tangan dan
Bouchard (PIP).
43
- Rheumatoid Arthritis; Pembengkakan MCP, Swan neck
- Pada daerah palmar: Menilai warna kulit, ada tidaknya nodul, atrofi
merupakan normal.
44
- Pemeriksaan ROM telapak tangan, dilakukan baik pada kanan dan
kiri:
Flexi dan Extensi pada sendi MCP, PIP, dan DIP: mengepalkan
45
BAB III
KESIMPULAN
dengan pemeriksaan kesan umum, tanda vital dan kemudian analisis sistem organ
46
DAFTAR PUSTAKA
Bickley, Lynn S. betes Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Edisi 8.
Setiati S, dkk. Panduan sistematis untu diagnosis fisik, Anamnesis & Pemeriksaan
47