Anda di halaman 1dari 94

Pemeriksaan

Fisik Ibu

Kasyafiya Jayanti
Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu melakukan pememriksaan


tanda vital
2. Mahasiswa mengetahui dan terampil dalam
komponen dasar pemeriksaan fisik, yaitu
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
Pengkajian dan Pemeriksaan
Fisik Ibu

• Data yang didapakan dr wawancara/ anamnnesa pasien/


Data Subjektif keluarga pasien, meliputi keluhan, riwayat penyakit dll

•Data yang didapatkan dari pemeriksaan fisik pasien meliputi


inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik
dilkukan mulai dari TTV antopometri, tingkat kesadaram dan
Data Objektif pemeriksaan sistematis dari kepala sampai kaki. Data objektif
termasuk juga data dr pemriksaan diagnostic dan pemeriksaan
laboratorium

•Hasil interpretasi/ kesimpulan dr data S dan O


Analisa •Setelah data Subjektif dan Objektif terkumpul maka dpt ditarik
kesimpulan terkait masalah yang dialami oleh pasien .

•Seluruh tindakan yang dilaksanakan baik tindakan antisipatif,


Penatalaksanaan tindakan segera, tindakan komprehensif, penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/ rujukan
Pemeriksaan Fisik
01
PRINSIP
DASAR
PEMERIKSAA
N FISIK
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik  tindakan kebidanan untuk mengkaji bagian tubuh pasien
baik secara local atau head to toe guna memperoleh informasi atau data dari
keadaan pasien secara komprehensif untuk menegakkan suatu diagnosa
kebidanan

Pemeriksaan Fisik  proses pemeriksaan tubuh pasien untuk menentukan ada


atau tidaknya masalah fisik.

Tujuan pemeriksaan fisik  mendapatkan informasi valid tetang kesehatan


pasien

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.


Teknik pemeriksaan fisik ini bisa digunakan secara keseluruhan ataupun tidak
tergantung bagian tubuh yang akan diperiksa
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksa (bidan) harus bisa mengidentifikasi, menganalisis, dan
menyusun informaasi yang terkumpul menjadi suatu penilaian
komprehensif

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi (melihat), palpasi


(meraba), perkusi (mengetuk), auskultasi (mendengar). Teknik
pemeriksaan fisik ini bisa digunakan secara keseluruhan ataupun tidak
tergantung bagian tubuh yang akan diperiksa
Cara melakukan pemeriksaan
Fisik
● Sequential : per bagian, secara urut dan sistematis
Dilakukan dengan urutan dari kepala sampai dengan
kaki. Kepala, leher, dada, abdomen/ perut, tulang
belakang, ekstremitas, anal/ anus, alat genital dan
sistem saraf. Penderita akan cepat lelah jika diminta
untuk berganti-ganti posisi yaitu duduk, berbaring,
berbalik ke sisi kiri dan seterusnya.
● Proper Expose / hanya menampakkan atau
menyingkapkan bagian yang tepat/ bagian tertentu
saja (bagian yang akan diperiksa), tanpa
mempertunjukkan daerah/ area lainnya. Ketika
memeriksa payudara seorang wanita, perlu untuk
memeriksa adanya asimetri dengan melihat kedua
payudara pada saat yang bersamaan.
RINSIP DASAR PEMERIKSAAN FISIK

Jelaskan prosedur pemeriksaan fisik yang akan dilakukan pada klien


gunakan pendekatan pemeriksaan fisik berupa head to toe atau dengan
pemeriksaan system tubuh
Lakukan pemeriksaan fisik mulai dari arah luar ke tubuh area dalam
Gunakan teknik pemeriksaan yang dimulai dari daerah yang mengalami
kelianan (abnormal) ke daerah yang tidak mengalami kelainan
Lakukan pengamatan terhadap kesimetrisan pada daerah yang dilakukan
pemeriksaan fisik
Pada saat pemeriksaan posisi bidan di kanan pasien
Perhatikan pencahayaan, suhu dan suasana ruangan yg nyaman
bagian yang diperiksa tidak tertutup baju/ selimut tapi tetepa jaga privasi
klien
Lakukan pendokumentasian yang tepat setelah melakukan pemeriksaan
02
TEKNIK
PEMERIKSAA
N FISIK
TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK

01 02 03
INSPEKSI PALPASI PERKUSI

04
AUSKULTASI
1.
INSPEKSI
1. INSPEKSI

(PENGAMATAN)
Tujuan  evaluasi karakteristik yang dapat dilihat
 Langkah awal pemeriksaan
 Inspeksi  pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman
 Harus teliti dan mencakup semua bagian tubuh
 Data didapatkan dari hasil pengamatan dengan melihat
kesimetrisan suatu area tubuh, perubahan warna, adanya lesi
sampai luka atau perubahan-prubahan yang bersifat patologis
 Bagian tubuh dikaji terhadap warna, tonus, tekstur, masssa,rambut,
gerakan dan kesimetrisan
1. INSPEKSI
(PENGAMATAN)
1. Keadaan umum
 Inspeksi seluruh tubuh, missal menurunnya kesadaran, bentuk
kepala yg terlalu besar/kecil, gelisah/sakit
 Pemeriksaan tensi, nadi, RR, anggota gerak, leher kepala, muka,
anemia icterus dll
2. Menilai adanya tanda distress  napas cepat, whezzing (mengi),
batuk, pucat (hb), kesakitan, berkeringat, memegang bagian yang sakit,
sianosis, postur tubuh, sikap tubuh,gerakan tubuh,cara berjalan,
nspeksi ekstremitas, menilai status gizi, oedema
1. INSPEKSI
(PENGAMATAN)

nspeksi adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat. Inspeksi


merupakan metode observasi yang digunakan dalam pemeriksaan fisik.
 Inspeksi yang merupakan langkah pertama dalam memeriksa
seorang pasien atau bagian tubuh meliputi : ”general survey” dari
pasien.
1. INSPEKSI
(PENGAMATAN)

1. Menilai kesadaran
2. Menilai adanya distress
3. Menilai status mental
4. Tingkat kesadaran
1. INSPEKSI
(PENGAMATAN)
Penilaian kesadaran kualitatif
1. Composmentis  sadar sepenuhnya, memberikan respon
yang adekuat terhadap stimulus yang diberikan
2. Apatis  dalam keadaan sadar, tetapai acuh tak acuh thdp
keadaan sekitarnya , akan merespon bila diberikan stimulus
3. Somnolen  tingkat kesadaran lebih rendah dari apatis,
tampak mengantuk, selalu ingin tidur, tidak merespon
stimulus ringan, tp merespon stimulus kuat
4. Sopor  tidak merespon stimulus ringan/ sedang, sedikit
berespons pd stimulus kuat, refleks pupil positif
5. Koma  tingkat kesadaran paling rendah, pasien tdk
beraksi thdp stimulus apapun, refleks pupil thdp cahaya
tidak ada
1. INSPEKSI
(PENGAMATAN)

Penentuan kesadaran kuantitatif GCS (Glasgow Coma


Scale)

Didasarkan pada respon mata, pembicaraan, motoric dimana


masing-masing mempunyai scoring tertentu mulai dr yang
paling baik sampai buruk. Scoring paling jelek 3 dan paling
normal 15
1. INSPEKSI (PENGAMATAN)

I EYE OPEN SCORING


Spontan membuka mata 4
Terhadap suara membuka mata 3
Terhadap nyeri membuka mata 2
Menutup mata terhadap segala jenis rangsang 1

II VERBAL RESPON
Berorientasi baik 5
Bingung (bisa membentuk kalimat tapi arti keseluruhan kacau 4

Bisa membentuk kata tapi tidak mampu mengucapkan suatu 3


kalimat
Bisa mengeluarkan suarayang tidak punya arti (groaning) 2
Tidak ada suara 1
1. INSPEKSI (PENGAMATAN)

III MOTORIK RESPONSE SCORING


Menurut perintah 6
Dapat melokalisir rangsangan sensorik di kulit (raba) 5
Menolak rangsangan nyeri pafda anggota gerak (withdrwl) 4
Menjauhi rangsangan nyeri 3

Ekstensi spontan 2
Tidak ada gerakan 1

Ex : GCS 345
1. INSPEKSI
(PENGAMATAN)
Menilai adanya tanda distress

Apakah ada tanda distress kardiorespirasi? Hal ini bisa kita


tentukan apakah ada pernapasan cepat, suara whezzing
(mengi), atau batuk terus-menerus? Adakah tanda-tanda
kecemasan, misalnya mondar-mandir, ekspresi wajah, tangan
dingin berkeringat. Selanjutnya perhatikan apakah pasien
merasa kesakitan, ditandai dengan wajah pucat, berkeringat,
atau memegang bagian yang sakit.
1. INSPEKSI
(PENGAMATAN)

Cara melakukan inspeksi


Pastikan suhu ruangan dalam keadaan nyaman.
Gunakan penerangan yang baik, dianjurkan menggunakan cahaya
matahari
Lihatlah terlebih dahulu, sebelum menyentuh pasien.
Paparkan dengan lengkap bagian tubuh yang akan diperiksa sambil
menutup terlebih dahulu bagian-bagian yang belum diperiksa.
Bandingkan simetri bagian-bagian badan.
2. PALPASI
2. PALPASI (MERABA)

 Merupakan metode pemeriksaan dengan cara meraba menggunakan


satu atau dua tangan. Dengan palpasi dapat terbentuk gambaran
organ tubuh atau massa abnormal dari berbagai aspek
 Data yang didapatkan dr palpasi  kreptisi (pada dada), suhu
tubuh, vibrasi (pada punggung dan dada), kelembaban kulit, tekstur
kulit, elastisitas kulit, massa abnormal (kistik, lunak, kenyal, keras
dll)
 Batas organ dalam tubuh missal batas hati, dinilai pula apakah
massa bersifat mobile (mudah digerakkan) atau terfiksasi thdp kulit
dan organ sekitarnya.
2. PALPASI (MERABA)
 Cara melakukan palpasi
1. Seperti pada inspeksi, sebelumnya diawali dengan wawancara untuk
menggali riwayat penyakit dan juga supaya pasien menjadi tenang.
2. Daerah yang akan diperiksa harus bebas dari pakaian yang menutupi.
3. Yakinkan bahwa suhu telapak tangan pemeriksa tidak dingin.
4. Pada fase awal diusahakan supaya terjadi relaksasi otot di atas organ yang
akan dipalpasi yaitu dengan cara melakukan fleksi lutut dan sendi panggul.
5. Derajat kekakuan otot dapat diketahui dengan melakukan palpasi dangkal.
6. Kekakuan otot lebih sering terjadi karena rasa takut atau gelisah, yang harus
diatasi dengan melakukan pendekatan psikologis .
7. Pada saat palpasi disarankan untuk sejauh mungkin dengan daerah yang
sedang mengalami luka terbuka.
8. Berbeda dengan palpasi thoraks, palpasi abdomen dilakukan terakhir setelah
inspeksi, auskultasi dan perkusi.
2. PALPASI (MERABA)
8. Berbeda dengan palpasi thoraks, palpasi abdomen dilakukan terakhir
setelah inspeksi, auskultasi dan perkusi.
9. Cara meraba dapat menggunakan : a. Jari telunjuk dan ibu jari : untuk
menentukan besarnya suatu massa (bila massa berukuran kecil). b. Jari ke-2,
3 dan 4 bersama-sama : untuk menentukan getaran/ denyutan, konsistensi,
tekstur permukaan atau kualitas suatu massa secara garis besar. c. Seluruh
telapak tangan : untuk meraba kualitas suatu massa seperti lokasi, ukuran,
nyeri tekan, mobilitas massa (bila massa terletak jauh di bawah permukaan
tubuh atau berukuran cukup besar) serta menentukan batas -batas suatu
organ.
10. Saat melakukan palpasi, berikan sedikit tekanan menggunakan ujung atau
atau telapak jari dan lihat ekspresi pasien untuk mengetahui adanya nyeri
takan.
PALPASI RINGAN
 Menggunakan telapak tangan kanan/ ujung2 jari, jari merapat. Tangan
bergerak dr satu sisi kesisi lain shg tidak ada bagian terlewat, tangan hangat,
pasien rileks dg posisi terlentang, sendi dan lutut dalam keadaan flexi
 Beryujuan untuk memeriksa denyutan, rasa sakit, spasme otot, kekakuan
otot, tekstur permukaan kulit, temperatur, dan massa (ukuran, lokasi,
konsistensi, dan batas lesi).

PALPASI DALAM
• Digunakan untuk menentukan ukuran organ dan juga massa tumor/jaringan.
• Telapak tangan diletakkan di abdomen kemudian tekan dengan lembut
tetapi kuat.
• Pasien diminta bernafas dalam melalui mulut dan lengan pasien berada
disamping tubuh.
A. Palpasi ringan/ dangkal
B. Palpasi dalam
Palpasi
ringan
PALPASI
DALAM

1. Deep slipping palpation


2. Bimanual palpation
3. Deep press palpation
4. Ballootement
Deep slipping
palpation

Pemeriksa menggunakan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis yang
saling menyatu, secara perlahan dan bertahap palpasi organ atau
massa abdomen seluruh lapang abdomen (atas, bawah, kanan,
kiri).
Digunakan untuk memeriksa massa pada abdomen yang letaknya
dalam atau lesi pada organ gastrointestinal.
Bimanual
palpation

Menggunakan 2 tangan dimana satu tangan diletakkan pada abdomen,


tangan yang lain diletakkan pada posterior organ supaya organ
tersebut terfiksasi atau elevasi.
Digunakan untuk memeriksa lesi pada liver, limpa, ginjal, atau massa
abdomen.
Deep press
palpation

emeriksa menggunakan ibu jari atau 2-3 jari secara bersamaan


melakukan palpasi secara bertahap kemudian ditingkatkan tekanannya.
gunakan untuk mengidentifikasi lesi organ dalam dan mengetahui
lokalisasi nyeri abdomen, seperti pada inflamasi vesika urinaria atau
apendisitis.
ada saat jari dilepas secara cepat dari palpasi mengakibatkan rebound
ternderness yaitu suatu nyeri karena palpasi dalam dan pelan yang
kemudian dilepas secara cepat, hal ini mengindikasikan iritasi
peritoneal.
ballootement
3. PERKUSI
3. PERKUSI
● Pemeriksaan dengan cara mengetuk
● Suatu metode pemeriksaan fisik dengan cara melakukan pengetukan pada
bagian tubuh dengan menggunakan jari, tangan, atau alat kecil untuk
mengevaluasi ukuran, konsistensi, batas atau adanya cairan dalam organ tubuh.
Perkusi pada bagian tubuh menghasilkan bunyi yang mengindikasikan tipe
jaringan di dalam organ. Perkusi penting untuk pemeriksaan dada dan abdomen.
3. PERKUSI
Teknik perkusi ada 2 macam :
1. Perkusi langsung
2. Perkusi tidak langsung
4.
AUSKULTA
SI
4. AUSKULTASI
● Auskultasi adalah pemeriksaan dengan cara mendengarkan
bunyi yang berasal dari dalam tubuh, yang meliputi frekuensi,
intensitas, durasi dan kualitas, dengan bantuan alat yang
disebut stetoskop.
● Frekuensi adalah ukuran jumlah getaran sebagai siklus per
menit. Siklus yang banyak perdetik menghasilkan bunyi
dengan frekuensi tinggi dan sebaliknya. Intensitas adalah
ukuran kerasnya bunyi dalam desibel, lamanya disebut durasi
4. AUSKULTASI
● Stetoskop yang dianjurkan adalah stetoskop binaural. Stetoskop
ini terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian yang menempel ke
permukaan tubuh penderita dan ear pieces/ ear plug yang masuk
ke telinga pemeriksa.
03
PEMERIKSAA
N TANDA –
TANDA
VITAL
Permeriksaan Tanda-Tanda
Vital (TTV)
TEKANAN
NADI
Neptune is the
DARAH
Saturn is composed

01 02
farthest planet from mostly of hydrogen
the Sun and helium

RESPIRAT
SUHU
ION RATE
Mercury is the This gas giant is the

03 04 05
smallest planet in our biggest planet in our
Solar System Solar System
PEMERIKSAAN TANDA-
• TANDA
Dilakukan VITAL
setelah anamnesis
dimulai dari kesan umum, TTV, kemudian
dianalisis system organ secara sistematis
terdiri dari  pemriksaan tekanan darah,
nadi, laju pernapasan (Respiratory Rate), dan
suhu tubuh.
Jenis tekanan darah
1. Tekanan darah sistolik  tekanan maksimum
dinding arteri pada saat kontraksi ventrikel kiri.
2. Tekanan darah diastolik  tekanan minimum
dinding arteri pada saat relaksasi ventrikel kiri.

Pengukuran tekanan darah merupakan


gambaran resistensi pembuluh darah, cardiac
output, status sirkulasi dan keseimbangan
Faktor yang mempengaruhi
tekanan darah
1. Aktifitas fisik
2. Status emosional
3. Nyeri
4. Demam
5. Pengaruh cafein/ tembakau
6. Posisi berbaring TD lebih rendah drpd duduk/
berdiri
Hal yang perlu diperhatikan

1. Hindari pengukuran pada ekstremitas yang


terpasangn infus, trauma, tertutup gips
2. Bila akan mengulang prosedur pengukuran
tunggu sekitar 30 detik setelah skala 0
3. Memeriksa arteri brachialis
1. Pemeriksaan tekanan darah
Alat klinis yang biasa digunakan
dalam mengukur tekanan adalah
sphygmomanometer
Dua tipe tekanan gauge
dipergunakan dalam
sphygmomanometer. Pada
manometer merkuri, tekanan
diindikasikan dengan tinggi
kolom merkuri dalam tabung
kaca. Pada manometer aneroid,
tekanan mengubah bentuk
Prosedur pemeriksaan
. Pemilihan sphymomanometer
(blood pressure cuff) yang terdiri
dari cuff, bladder dan alat ukur air
raksa.
. Dalam melakukan pemeriksaan ini
harus diperhatikan :
Lebar dari bladder kira-kira 40 %
lingkar lengan atas (12 - 14 cm
pada dewasa).
Panjang bladder kira-kira 80 %
lingkar lengan atas.
Sphygmomanometer harus
dikalibrasi secara rutin.
Persiapan pengukuran tekanan
darah
Pada saat akan memulai pemeriksaan, sebaiknya
Pasien dalam kondisi tenang.
Pasien diminta untuk tidak merokok atau minum yang
mengandung kafein minimal 30 menit sebelum pemeriksaan.
Istirahat sekitar 5 menit setelah melakukan aktifitas fisik ringan.
Lengan yang diperiksa harus bebas dari pakaian.
Raba arteri brachialis dan pastikan bahwa pulsasinya cukup.
Pemeriksaan tekanan darah bisa dilakukan dengan posisi
pasien berbaring, duduk, maupun berdiri tergantung dari tujuan
pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan tersebut dipengaruhi oleh posisi pasien.
Persiapan pengukuran tekanan
darah
Posisikan lengan sedemikian sehingga arteri brachialis kurang
lebih pada level setinggi jantung.
Jika pasien duduk, letakkan lengan pada meja sedikit diatas
pinggangdan kedua kaki menapak di lantai.
Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar
posisi manometer selalu vertikal, dan pada waktu membaca
hasilnya, mata harus berada segaris horisontal dengan level air
raksa.
Pengulangan pengukuran dilakukan beberapa menit setelah
pengukuran pertama.
Pengukuran tekanan darah
kanan sistolik, ditentukan berdasarkan bunyi Korotkoff 1,
dangkan diastolik pada Korotkoff 5

da saat cuff dinaikkan tekanannya, selama manset menekan


ngan dengan sedikit sekali tekanan sehingga arteri tetap
distensi dengan darah, tidak ada bunyi yang terdengar melalui
etoskop. Kemudian tekanan dalam cuff dikurangi secara
rlahan. Begitu tekanan dalam cuff turun di bawah tekanan
tolik, akan ada darah yang mengalir melalui arteri yang terletak
bawah cuff selama puncak tekanan sistolik dan kita mulai
endengar bunyi berdetak dalam arteri yang sinkron dengan
nyut jantung. Bunyi-bunyi pada setiap denyutan tersebut disebut
nyi korotkoff. Ada 5 fase bunyi korotkoff
Pengukuran tekanan darah

apun Prosedur Pengukuran Tekanan Darah terdiri dari 2 teknik :


Palpatoir  Hasil pemeriksaan tekanan darah secara palpatoir
an didapatkan tekanan darah sistolik dan tidak bisa untuk
engukur tekanan darah diastolik.
Auskultatoir
Pengukuran tekanan darah
Klasifikasi TD Tekanan sistolik Tekanan Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 <80

Pre hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 90-99

Hipertensi stage 2 >160 >100


Pengukuran tekanan darah
salahan yang sering terjadi pada saat pengukuran tekanan
rah :
Ukuran bladder dan cuff tidak tepat (terlalu kecil atau terlalu
besar). Bila terlalu kecil, tekanan darah akan terukur lebih tinggi
dari yang sebenarnya, dan sebaliknya bila terlalu besar.
Pemasangan bladder dan cuff terlalu longgar, tekanan darah
terukur lebih tinggi dari yang seharusnya.
Pusat cuff tidak berada di atas arteri brachialis.
Cuff dikembangkan terlalu lambat, mengakibatkan kongesti
vena, sehingga bunyi Korotkoff tidak terdengar dengan jelas.
Saat mencoba mengulang pemeriksaan, kembali menaikkan
tekanan cuff tanpa mengempiskannya dengan sempurna atau
re-inflasi cuff terlalu cepat. Hal ini mengakibatkan distensi vena
sehingga bunyi Korotkoff tidak terdengar dengan jelas.
PEMERIKSAAN TANDA-
• TANDA
Tekanan darah VITAL
diukur menggunakan sebuah manometer berisi
air raksa. Alat itu dikaitkan pada kantong tertutup yang
dibalutkan mengelilingi lengan atas (bladder &cuff).
Tekanan udara dalam kantong pertama dinaikkan cukup di atas
tekanan darah sistolik dengan pemompaan udara ke dalamnya.
Ini memutuskan aliran arteri brakhial dalam lengan atas,
memutuskan aliran darah ke dalam arteri lengan bawah.
Kemudian, udara dilepaskan secara perlahan-lahan dari
kantong selagi stetoskop digunakan untuk mendengarkan
kembalinya denyut dalam lengan bawah.
Langkah langkah pemeriksaan
.
TD
Pastikan membran stetoskop terdengar suara saat diketuk dengan jari.
. Letakkan membran stetoskop pada fossa cubiti tepat di atas arteri
brachialis.
. Naikkan tekanan dalam bladder dengan memompa bulb sampai
tekanan sistolik palpatoir ditambah 30 mmHg
. Turunkan tekanan perlahan, ± 2-3 mmHg/detik.
. Dengarkan menggunakan stetoskop dan catat dimana bunyi Korotkoff I
terdengar pertama kali. Ini merupakan hasil tekanan darah sistolik.
. Terus turunkan tekanan bladder sampai bunyi Korotkoff V (bunyi
terakhir terdengar). Ini merupakan hasil tekanan darah diastolik.
. Untuk validitas pemeriksaan tekanan darah minimal diulang 3 kali.
Hasilnya diambil ratarata dari hasil pemeriksaan tersebut.
PEMERIKSAAN NADI/
ARTERI
Jantung bekerja memompa
darah ke sirkulasi tubuh
(dari ventrikel kiri) dan ke
paru (dari ventrikel
kanan). Melalui ventrikel
Sebagai akibatnya, timbullah
kiri, darah disemburkan
suatu gelombang tekanan
melalui aorta dan yang bergerak cepat pada
kemudian diteruskan ke arteri dan dapat dirasakan
arteri di seluruh tubuh sebagai denyut nadi. Dengan
menghitung frekuensi denyut
nadi, dapat diketahui
frekuensi denyut jantung
dalam 1 menit
Pemeriksaan Fisik

I. Pemeriksaan Nadi
II. Indikator menilai system kardiovaskuler
III. Denyut nadi diperiksa menggunakan jari tangan
(palpasi) atau dengan alat elektronik yang
sederhana maupun canggih
IV. Dilakukan pada daerah arteri radialis pada
pergelangan tangan, arteri brachialis pada siku
bagian dalam, arteri dorsalis pedis. Arteri
frontalispada ubun bayi
Prosedur pemeriksaan Nadi
(arteridapat
Penderita radialis)
dalam posisi duduk atau berbaring. Lengan
dalam posisi bebas dan rileks.
Periksalah denyut arteri radialis di pergelangan tangan dengan
cara meletakkan jari telunjuk dan jari tengah atau 3 jari (jari
telunjuk, tengah dan manis) di atas arteri radialis dan sedikit
ditekan sampai teraba pulsasi yang kuat.
Penilaian nadi/arteri meliputi: frekuensi (jumlah) per menit,
irama (teratur atau tidaknya), pengisian, dan dibandingkan
antara arteri radialis kanan dan kiri .
Bila iramanya teratur dan frekuensi nadinya terlihat normal
dapat dilakukan hitungan selama 15 detik kemudian dikalikan
4, tetapi bila iramanya tidak teratur atau denyut nadinya terlalu
lemah, terlalu pelan atau terlalu cepat, dihitung sampai 60
detik.
Prosedur pemeriksaan Nadi
(arteri radialis)
Apabila iramanya tidak teratur (irregular) harus dikonfirmasi
ngan pemeriksaan auskultasi jantung (cardiac auscultation) pada
eks jantung.
Prosedur pemeriksaan Nadi
(arteri karotis)
Perabaan nadi dapat memberikan gambaran tentang aktivitas
pompa jantung maupun keadaan pembuluh itu sendiri.
Kadang-kadang nadi lebih jelas jika diraba pada pembuluh
yang lebih besar, misalnya arteri karotis.
pada pemeriksaan nadi/arteri karotis kanan dan kiri tidak boleh
bersamaan
Pemeriksaan pulsasi arteri
tibialis posterior
Pemeriksaan pulsasi arteri dorsalis
pedis
pemeriksaan Nadi
. Hasil pemeriksaan nadi/arteri :
. Jumlah frekuensi nadi per menit (Normal pada dewasa : 60-100
kali/menit)
akikardia bila frekuensi nadi > 100 kali/menit,
radikardia bila frekuensi nadi< 60 kali/menit
. Irama nadi: Normal irama teratur
. Pengisian : tidak teraba, lemah, cukup (normal), kuat, sangat kuat
. Kelenturan dinding arteri : elastis dan kaku
. Perbandingan nadi/arteri kanan dan kiri (Normal : nadi kanan dan kiri
sama)
. Perbandingan antara frekuensi nadi/arteri dengan frekuensi denyut
jantung (Normal : tidak ada perbedaan)
PEMERIKSAAN
PERNAPASAN
❏Bernafas adalah
suatu tindakan
involunter (tidak
disadari), diatur
oleh batang otak
dan dilakukan
dengan bantuan
otot-otot
pernafasan,
Pemeriksaan pernapasan
Persiapan pemeriksaan : Pasien dalam keadaan tenang, posisi tidur terlentang.
Bidan meminta ijin kepada pasien untuk membuka baju bagian atas

pemeriksaan frekuensi pernapasan:


Pemeriksaan inspeksi : perhatikan gerakan nafas pasien secara menyeluruh tanpa
pasien mengetahui saat kita menghitung frekuensi nafasnya. Posisi pemeriksa ada
di bottom penderita di dekat telapak kaki pasien atau di samping kanan. Pada
nspirasi, perhatikan : gerakan iga ke lateral, pelebaran sudut epigastrium, adanya
etraksi dinding dada (supraklavikuler, suprasternal, interkostal, epigastrium),
penggunaan otot-otot pernafasan aksesoria serta penambahan ukuran
anteroposterior rongga dada.
Pemeriksaan palpasi : pemeriksa meletakkan telapak tangan untuk merasakan naik
urunnya gerakan dinding dada.
Pemeriksaan auskultasi : menggunakan membran stetoskop diletakkan pada
dinding dada di luar lokasi bunyi jantung. Pemeriksaan ini digunakan sebagai
konfirmasi dari inspeksi yang telah dilakukan.
Pemeriksaan pernapasan

nterpretasi pemeriksaan frekuensi dan irama pernapasan :


. Frekuensi : Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit dengan
inspeksi. Pemeriksa juga dapat melakukan konfirmasi pemeriksaan
dengan cara palpasi atau menggunakan stetoskop. Gerakan naik
(inhalasi) dan turun (ekshalasi) dihitung 1 frekuensi napas. Normalnya
frekuensi nafas orang dewasa sekitar 14 – 20 kali per menit dengan
pola nafas yang teratur dan tenang.
. Irama pernapasan : reguler atau ireguler
Pemeriksaan Suhu
Tubuh
Pemeriksaan Suhu Tubuh

Suhu merupakan gambaran hasil metabolisme tubuh.Termogenesis


produksi panas tubuh) dan termolisis (panas yang hilang) secara normal
iatur oleh pusat thermoregulator hipothalamus.
Pemeriksaan suhu dapat dilakukan di mulut, aksila , rektal
Pemeriksaan suhu dilakukan dengan menggunakan termometer baik
engan glass thermometer atau electronic thermometer. Bila
menggunakan glass thermometer, sebelum digunakan air raksa pada
ermometer harus dibuat sampai menunjuk angka 350C atau dibawahnya.
Pemeriksaan Suhu Tubuh

Pengukuran suhu oral biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat,
etapi termometer air raksa dengan kaca tidak seyogyanya dipakai untuk
engukuran suhu oral, yaitu pada penderita yang tidak sadar, gelisah atau
dak kooperatif, tidak dapat menutup mulutnya atau pada bayi dan orang
ua.
Prosedur Pemeriksaan Suhu
Tubuh
Prosedur Pemeriksaan Suhu secara Oral :
. Turunkan air raksa sedemikian sehingga air raksa pada termometer
menunjuk angka 350C atau dibawahnya dengan cara mengibaskan
termometer beberapa kali.
. Letakkan ujung termometer di bawah salah satu sisi lidah. Minta
pasien untuk menutup mulut dan bernafas melalui hidung.
. Tunggu 3-5 menit. Baca suhu pada termometer.
. Apabila penderita baru minum dingin atau panas, pemeriksaan harus
ditunda selama 10-15 menit agar suhu minuman tidak mempengaruhi
hasil pengukuran.
Prosedur Pemeriksaan Suhu
Tubuh

Prosedur Pengukuran suhu aksila :


. Turunkan air raksa sedemikian sehingga air raksa pada termometer
menunjuk angka 350C atau dibawahnya.
. Letakkan termometer di lipatan aksila. Lipatan aksila harus dalam
keadaan kering. Pastikan termometer menempel pada kulit dan tidak
terhalang baju pasien.
. Jepit aksila dengan merapatkan lengan pasien ke tubuhnya.
. Tunggu 3-5 menit. Baca suhu pada termometer
Prosedur Pemeriksaan Suhu
Tubuh

Prosedur pengukuran suhu secara rektal :


. Pemeriksaan suhu melalui rektum ini biasanya dilakukan terhadap
bayi.
. Pilihlah termometer dengan ujung bulat, beri pelumas di ujungnya
. Masukkan ujung termometer ke dalam anus sedalam 3-4 cm.
. Cabut dan baca setelah 3 menit (Catatan : pada prakteknya, untuk
menghemat waktu pemeriksaan, sambil menunggu pemeriksaan suhu
dilakukan pemeriksaan nadi dan frekuensi nafas).
Rata-rata suhu normal
dengan pengukuran oral
adalah 37 0C. Suhu rektal
lebih tinggi daripada suhu
oral ±0,4 -0,5 0C. Suhu
aksila lebih rendah dari suhu
oral sekitar 0,5 0C - 1 0C.
04
PROSEDUR
PEMERIKSAA
N FISIK
PERSIAPAN
A. Alat
Meteran, timbangan BB, penlight, stetoskop,
tensimeter/spyigmomanometer, thermometer,
stopwatch/jam, refelks hammer, handscoon bersih, buku
catatan
B. Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nayaman, hangat, dan
cukup penerangan
C. Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada, anjurkan
klien untuk rileks
PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah
kanan klien dan pasang handscoon bila diperlukan
4. Pemeriksaan umum meliputi :
Penampilan umum
Status mental
Nutrisi

Anda mungkin juga menyukai