1. PERSIAPAN LINGKUNGAN
1. Nyalakan lampu untuk mengatur pencahayaan agar mudah dalam melakukan
pelaksanaan prosedur/tindakan serta interpretasi hasil pemeriksaan
2. Untuk menjaga privasi pasang sampiran
2. PERSIAPAN ALAT
1. Hammer perkusi / refleks hammer
2. Peniti/jarum pentul
3. Garpu tala
4. Snellen chart
5. Senter/pen light
6. Sumber bau-bauan seperti minyak kayu putih, teh, kopi, kina, gula, kopi, garam dalam
botol khusus
7. Penggaris dalam sentimeter
8. Otoskop dan optalmoskop
9. Arloji dengan jarum penunjuk detik
10. Pilinan kapas
11. Spatel lidah
12. Air panas dan dingin dalam tube atau botol
13. Bahan bacaan dengan hurup besar
14. Objek yang sudah dikenal seperti uang logam, kunci, gelas, pinsil, sisir, sendok.
15. Sarung tangan jika diperlukan
3. PERSIAPAN PASIEN
1. Perkenalkan diri dan verifikasi identitas pasien.
2. Posisikan pasien sesuai kenyamanan pasien maupun pemeriksa
3. Jelaskan kepada pasien prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan secara singkat
4. Tanyakan kesediaan pasien (inform concent)
4. PROSEDUR PEMERIKSAAN
PELAKSANAAN
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
PEMERIKSAAN
I. Keadaan Umum
1. Antropometri (BB dan TB) dan BMI
2. Tanda-tanda vital (HR, RR, T, dan BP)
V. Pemeriksaan Wajah
1. Berikan rangsangan geli dengan menggunakan kapar yang dipilin sambil melihat wajah
pasien apakah pasien tertawa atau tidak memberikan respon
2. Berikan rangsangan nyeri sambil melihat wajah pasien apakah pasien meringis,
mengerutkan dahi, dan menutup mata atau tidak memberikan respon
3. Catat apabila terjadi kelemahan otot wajah bell’s palsy
4. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui bahwa N. VII fasialis bekerja
Kelopak Mata
1. Minta pasien untuk melihat lurus ke depan
2. Amati kelopak mata kiri dan kanan, amati posisi, warna kelopak mata, karateristik
permukaan kelopak mata dan pinggiran kelopak mata, catat adanya kelainan : ptosis
(kelumpuhan saraf kranial III), lagoftalmos (kelopak mata tidak menutup), blefaritis
(radang kelopak mata), hordeolum (bintitan), edema kelopak mata.
3. Amati distribusi rambut pada kelopak mata dan arah lengkung bulu mata
4. Amati kelopak mata bawah, minta pasien membuka kelopak mata.
5. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui saraf kranial N. III Okulomotorius, N.IV
Trokhlearis, N. VI Abdusen berfungsi atau tidak.
Kornea
1. Amati kornea, catat adanya kelainan: kekeruhan (Normal: hitam transparan dan
jernih).
2. Lakukan uji sensitivitas kornea dengan gulungan kapas steril (Normal: tidak berkedip
ketika kornea disentuh)
3. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui bahwa saraf N.V trigeminus bekerja
Pupil
1. Atur pencahayaan menjadi sedikit redup
2. Pegang kepala dan dagu pasien agar tidak bergerak
3. Inspeksi ukuran, bentuk, kesimetrisan pupil dan reaksi terhadap cahaya
4. Uji reflek pupil dengan menggunakan senter kecil/pen light, senter mata dari arah
lateral ke medial, amati kontriksi pupil, bandingkan kanan dan kiri (Normal : reflek
pupil baik)
5. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui saraf kranial N. III Okulomotorius,
N.IV Trokhlearis, N. VI Abdusen berfungsi atau tidak.
Ketajaman penglihatan
1. Pastikan penerangan cukup
2. Pemeriksaan pertama, minta pasien untuk membaca surat kabar atau majalah dengan
suara lantang (perhatikan jarak membaca)
3. Minta pasien untuk menggunakan kaca mata dengan lensa korektif (jika diperlukan)
4. Pemeriksaan kedua, siapkan alat : bagan snellen letakkan dengan jarak 6 meter dari
pasien.
5. Atur posisi pasien duduk/atau berdiri, beritahu pasien untuk menebak hurup yang
ditunjuk pemeriksa.
6. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan alat, pasien diminta menutup salah satu mata.
7. Kemudian minta pasien untuk menebak hurup mulai dari huruf paling besar ke paling
kecil.
8. Tentukan ketajaman penglihatan pasien
(Ketajaman penglihatan pasien digambarkan 6/x dimana jarak pasien dan kartu sellen
adalah 6 meter dan hasil dari pemeriksaan terhadap pasien =x
Misal, jika x=12 maka ketajaman penglihatan pasien adalah 6/12, artinya pasien
hanya dapat membaca pada jarak 6 meter sementara rata-rata orang lain dapat
membaca pada jarak 12 meter)
9. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui bahwa saraf kranial N.II optikus bekerja
Pemeriksaan Lapang Pandang /Bidang visual perifer
1. Posisikan pemeriksa berdiri di depan pasien dengan jarak 60 cm.
2. Tutup mata kanan pasien dan mata kiri untuk pemeriksa
3. Minta pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pandangan pada satu
titik
4. Gerakan jari pada 4 arah (Normal bidang visual perifer/lapang pandang: Lateral 90°,
Superior 50°, Inferior 70 °, Medial 50 ° dari titik pusat visual)
5. Minta pasien untuk memberitahu ketika jari pemeriksa sudah terlihat
6. Lakukan prosedur yang sama pada mata kiri pasien dengan prosedur berlawanan
7. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui bahwa saraf kranial N.II optikus bekerja
4. Gerakkan daun telinga, tekan tragus dan catat adanya nyeri telinga.
5. Masukkan spekulum telinga, dengan lampu kepala/othoskop amati lubang telinga dan
catat adanya : cerumen atau cairan, adanya benjolan dan tanda radang, perdarahan.
6. Lakukan pada sisi telinga yang lain.
Pemeriksaan fungsi pendengaran
Uji nada suara normal
1. Pemeriksa di belakang klien dengan jarak 4-6 meter
2. Bagian telinga yang tidak diperiksa ditutup
3. Bisikkan suatu bilangan
4. Beritahu klien untuk mengulangi bilangan tersebut
5. Bandingkan dengan telinga kiri dan kanan
Uji detik arloji
1. Pegang arloji disamping telinga klien 2-3 cm
2. Beritahu klien menyatakan apakah mendengar arloji atau tidak
3. Kemudian jauhkan, sampai klien tidak mendengar (normal : masih terdengar pada
jarak 12,5
– 37,5 cm)
4. Lakukan pada kedua sisi telinga dan bandingkan
Test garputala
Rinne test
1. Pemeriksa duduk di sebelah sisi klien
2. Getarkan garputala dengan memegang tangkai garputala dan pukulkan pada telapak
tangan atau buku jari.
3. Letakkan pangkal garputala pada tulang mastoid, dan jelaskan klien agar
memberitahu atau mengacungkan jari telunjuk bila merasakan getaran dan
menurunkannya jika sudah tidak merasakan getaran
4. Bila klien tidak merasakan getaran, segera dekatkan ujung jari garputala pada lubang
telinga sekitar 1-2 cm, dan anjurkan klien agar memberitahu mendengar suara
getaran atau tidak. (Normal: klien masih mendengar saat ujung garputala didekatkan
pada lubang telinga atau hantaran udara lebih lama dari pada hantaran tulang).
Weber test
1. Getarkan garputala
2. Letakkan pangkal garputala di tengah-tengah dahi klien/puncak kepala klien
3. Tanya kepada klien, sebelah mana telinga mendengar lebih keras (lateralisasi
kana/kiri). (Normalnya getaran didengar sama antara kanan dan kiri).
Scwabach Test
1. Getarkan garputala
2. Letakkan ujung jari garputala pada lubang telinga klien
3. Kemudian sampai klien tidak mendengar, lalu bandingkan dengan pemeriksa.
Pemeriksaan lidah
1. Arahkan pasien untuk membuka mulut
2. Pemeriksa melihat apakah ukuran lidah abnormal, simetris atau tidak, atrofi,
instruksikan untuk menjulurkan lidah kemudian menariknya secara lembut
3. Kemudian arahkan pasien untuk menggerakan lidah
4. Lalu arahkan pasien untuk mendorongkan lidahnya ke dinding pipi. Lakukan pada
kedua sisi
5. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui saraf N.XII hipoglosus bekerja
X. Pemeriksaan Otot Aksesoris
Pemeriksaan Otot Trapezius
1. Posisikan pasien dalam keadaan duduk rileks dan tenang
2. Kemudian arah pasien untuk mgangkat bahu dengan tahanan menggunakan tangan dari
pemeriksa
3. Setelah itu arah pasien untuk meletakkan tangannya pada kepala untuk mengetahui
fungsi otot trapesius dalam abduksi bahu lebihh dari 90o
4. Catat apabila terdapat atrofi otot
5. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui N.XI aksesoris bekerja
Radius
1. Posisi lengan bawah sedikit fleksi pada bagian sendi siku-siku antara pronasi dan
supinasi
2. Diketuk pada bagian processus styloideus radii
3. Refleks (+) apabila terdapat gerakan ekstensi dan pronasi tangan
Patella
1. Pasien diposisikan duduk kemudian dari tungkai kebawah dibebaskan menggantung.
2. Lalu ketuk tendo pada bagian bawah patella (ligamen patella)
3. Refleks (+) apabila terdapat gerakan menendang
Achilles
1. Posisikan tungkai bawah pasien dalam sikap fleksi dan kaki pasien dalam sikap
dorsofleksi
2. Diketuk pada bagian tendon achilles
3. Reflek (+) apabila terdapat gerakan plantar fleksi
Refleks Patologis
Babinski
1. Posisi pasien dalam keadaan terbaring rileks dan tenang dengan tunkai bawah lurus.
2. Pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar posisi kaki tidak berubah
3. Gunakan bagian tumpul dari palu refleks secara perlahan pada telapak kaki pasien dan
tidak menimbulkan nyeri. Goresan dilakukan sepanjang sisi lateral plantar kaki dari
tumit ke ujung jari melintasi metatarsal hingga ke pangkal ibu jari
4. Interpretasi: Refleks Babinski dinyatakan positif (+) bila terdapat gerakan dorsofleksi
ibu jari yang mungkin disertai dengan mekarnya jari-jari lainnya.
Glabella
1. Posisikan pasien dalam keadaan terbaring rileks dan tenang dengan posisi tubuh lurus
2. Ketuk tepat ditengah dahi pasien menggunakan indeks jari
3. Refleks (+) apabila pasien mengedip setelah beberapa ketuk
XIII. Pemeriksaan Meningeal
Kaku Kuduk
1. Pasien dalam posisi terbaring
2. Letakkan tangan pemeriksa dibawah kepala pasien kemudian kepala ditekukkan
(fleksi) dan usahakan dagu mencapai bagian dada
3. Selama penekukkan kepala perhatikan adanya tahanan pada leher
4. Apabila (+) terdapat tahanan dan dagu tidak bisa mencapai dada
Kernig Sign
1. Pasien dalam posisi terbaring rileks dan tenang
2. Fleksikan paha pada persendian panggul sampai embuat sudut 90o
3. Kemudian tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk
sudut lebih dari 135o terhadap paha.
4. Apabila (+) terdapat tahanan kaku dan rasa nyeri lebih atau urang dari sudut 135°
Brudzinski I
1. Pasien dalam posisi terbaring rileks dengan tangan pemeriksa ditempatkan dibawah
kepala pasien
2. Kemudian tangan pasien satunya diletakkan di dada agar mencegah pasien mengangkat
badan
3. Fleksikan kepala pasien sehingga dagu menyentuh dada
4. Apabila (+) terdapat gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi pada sendi
lutut dan panggul kedua tungkai secara reflektorik
Brudzinski II
1. Pasien dalam posisi terbaring rileks dan tenang
2. Refleksikan tungkai pada bagian sendi lutut kemudian tungkai atas diekstensikan pada
sendi panggul
3. Apabila (+) terdapat gerakkan berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan
panggul secara reflektorik
Lasegue Sign
1. Pasien dalam posisi terbaring rileks dan tenang kemudian kedua tungkai dalam
keadaan lurus
2. Lalu satu tungkai diangkat lurus, ditekukkan pada bagian sendi panggulnya
3. Tahan posisi tungkai satunya agar tidak bergerak (tetap lurus)
4. Apabila (+) timbula rasa sakit sebelum tahanan mencapai sudut 70o tapi untuk pasien
lansia sudut yang digunakan adalah 60o
EVALUASI
1. Perhatikan respon pasien selama dan setelah tindakan
2. Sampaikan hasil pemeriksaan
Analisis data
Diagnosis :
1. Hambatan mobilitas fisik ybd gangguan neuromuskular
2. Hambatan komunikasi verbal