Anda di halaman 1dari 30

PEMERIKSAAN FISIK PADA

SISTEM PERSYARAFAN

Gery Tryantoro, S.Kep



Pengertian sistem persyarafan

Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan
saraf yang saling berhubungan,sangat khusus dan
kompleks untuk mengkoordinasikan, mengatur
danmengendalikan interaksi antara seorang
individu dengan lingkungan sekitarnya.

• Saraf otak ada 12 pasang, memeriksa saraf otak (I-


XII) dapat membantu menentukan lokasi dan jenis
penyakit.
Tujuan pemeriksaan fisik persyarafan

Bertujuan untuk mengevaluasi keadaan fisik klien


secara umum dan juga menilai apakah ada indikasi
penyakit lainnya selain kelainan neurologis. Dalam
melakukan pemeriksaan fisik diperhatikan : Harus
pula diperhatikan keamanan klien dan privacy klien.

Pengkajian fisik sitem persyarafan

Pemeriksan fisik sehubungan dengan sistem
persarafan untuk mendeteksi gangguan fungsi
persarafan. Dengan cara inspeksi, palpasi dan
perkusi menggunakan refleks hammer.

Secara umum dalam pemeriksaan fisik klien gangguan


sistem persarafan, dilakukan pemeriksaan :
1. Status mental
2. Orientasi
3. Registration (memori)
4. Perhatian dan perhitungan
5. Daya ingat (recall)
Pemeriksaan fisik pada persyarafan
Adapun cara dalam melakukan pemeriksaan fisik system
persyarafaan adalah :

• A. ANAMNESA
Perlu ditanyakan keluhan utama pasien.
Pada setiap keluhan ditanyakan 9. Nyeri kepala
1. Sejak kapan timbul
10. Muntah
2. Sifat serta beratnya
3. Lokasi serta penjalarannya 11. Fertigo
4. Sehubungannya dengan waktu 12. Gangguan penglihatan
/pagi, siang, malam, sedang tidur, 13. Gangguan pendengaran
waktu haid, habismakan, dsb. 14. Gangguan syraf otak lainnya
5. Keluhan lain yang ada kaitannya
15. Gangguan fungsi luhur
6. Pengobatan sebelumnya dan bagaimana
hasilnya 16. Gangguan kesadaran
7. Faktor yang memperberat atau 17. Gangguan motorik
memperingan keluhan
18. Gangguan sensibilitas
8. Serjalanan keluhan, apakah menetap,
bertambah berat1ringan, datang 19. Gangguan syaraf otonom
dalam bentukserangan, dsb.

PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN

Untuk mengikuti perkembangan tingkat kesadaran
dapat digunakan skala koma glasgowyang
memperhatikan tanggapan atau respon pasien
terhadap rangsang dan memberikan nilai pada
respon tersebut. tanggapan atau respon pasien yang
perlu diperhatikan ialah respon membuka mata (eye)
respon verbal (V) , dan respon motorik (M).
• Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
• 1. Kaku kuduk

a. Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan


dengan cara tangan pemeriksa ditempatkan di bawah
kepala pasien yang sedang berbaring
b.Kemudian kepala ditekukkan (fleksi)dan diusahakan
agar dagu mencapai dada.
c. Selama penekukan ini diperhatikan adanya tahanan.
d. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan
dagu tidak mencapai dada.
e. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat. pada
kaku kuduk yang berat, kepala tidak dapat
ditekuk, malah sering kepala terkedik ke belakang.
f. Pada keadaan yang ringan, kaku kuduk dinilai dari
tahanan yang dialami waktu menekukkan kepala

2 .Tanda Iaseque

pemeriksaan dilakukan sebagai berikut
a. Pasien berbaring lurus,
b. lakukan ekstensi pada kedua tungkai.
c. Kemudian salah satu tungkai diangkat lurus, di
fleksikan pada sendi panggul.
d. Tungkai yang satu lagi harus berada dalam keadaan
ekstensi atau lurus
e. Normal : jika kita dapat mencapai sudut 70 derajat
sebelum timbul rasa sakit atau tahanan
f. Laseq : bila timbul rasa sakit atau tahanan sebelum
kita mencapai 70

3. Tanda kerniq
pemeriksaan dilakukan sebagai berikut
a.pasien berbaring lurus di tempat tidur.
b.pasien difleksikan pahanya pada sendi panggul
sampai membuat sudut 90o,
c.Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada
persendian lutut.
d.biasanya dapat dilakukan ekstensi sampai sudut
135o, antara tungkai bawah dan tungkai atas.
e.tanda kerniq bila terdapat tahanan dan rasa nyeri
sebelum tercapai sudut135o

4.Tanda brudzinsky

pemeriksaan dilakukan sebagai berikut a
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Dengan tangan yang ditempatkan di bawah kepala pasien

yang sedang berbaring,kita tekukkan kepala sejauh mungkin


sampai dagu mencapai dada.
c. Tangan yang satunya lagi sebaiknya ditempatkan di
dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan.
d. Brudzinsky I ditemukan fleksi pada kedua tungkai
• 5. Tanda brudzinsky II

pemeriksaan dilakukan seagai berikut


a. Pasien berbaring di tempat tidur
b . Satu tungkai di fleksikan pada sendi panggul, sedang tungkai
yang satu lagi beradadalam keadaan lurus.
c. Brudzinsky I ditemukan tungkai yang satu ikut pula fleksi,
tapi perhatikanapakah ada kelumpuhan pada tungkai.

5. Tanda brudzinsky II

Pemeriksaan dilakukan seagai berikut
a. Pasien berbaring di tempat tidur
b. Satu tungkai di fleksikan pada sendi panggul,
sedang tungkai yang satu lagi beradadalam keadaan
lurus.
c. Brudzinsky I ditemukan tungkai yang satu ikut pula
fleksi, tapi perhatikanapakah ada kelumpuhan pada
tungkai.
• PEMERIKSAAN KEKUATAN MOTORIK
• 1.Inspeksi
- perhatikan sikap pasien waktu berdiri, duduk,
berbaring dan bergerak,
- perhatikan bentuknya apakah ada deformitas,
- perhatikan ukuran nya apakah sama bagian tubuh kiri
dan kanan
- perhatikan adanya gerakan abnormal yang tidak dapat
dikendalikan sepertitremor, khorea, atetose, distonia,
ballismus, spasme, tik, fasikulasi dan miokloni.
•2.palpasi

- Pasien disuruh mengistirahatkan ototnya .


- Palpasi otot untuk menentukan konsistensi dan nyeri
tekan, tonus otot

3. pemeriksaan gerakan aktif
Pasien disuruh menggerakan bagian ekstremitas
atau badannya dan kita pemeriksa menahan
gerakan tersebut
Kita pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas
atau badan pasien dan disuruhia menahan
• 4. penilaian status motorik dilakukan dengan

melihat
1. Fungsi motoris denga menilai besar dan bentuk otot,
tonus otot dan kekuatan otot ekstremitas(skala0-5)
• PEMERIKSAAN SENSORIK
• 1. pemeriksaan sensibilitas : pemeriksaan rasa raba,
pemeriksaan rasa nyeri, pemerisaan rasa suhu
• 2. Pemeriksaan rasagerak dan rasa sikap
• 3. pemeriksaan rasa getar
• 4. pemeriksaan rasa tekan
• 5. pemeriksaan rasa interoseptif : perasaan tentang
organ dalam
• 6. nyeri rujukan
• PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS
• 1. pemeriksaan N. I : olfaktorius

• Fungsi : sensorik khusus(menghidu, mambau)

• Cara pemeriksaan :
a. Periksa lobang hidung apakah ada sumbatan atau kelainan
setempat, misalnya ingus atau polip ,karena dapat mengurangi
ketajaman penciuman .
b. Gunakan zat pengetes yang dikenal sehari hari seperti kopi, teh ,
tembakau dan jeruk
c. Jangan gunakan zat yang dapat merangsang mukosa hidung (NV)
20 seperti mentol,amoniak, alkohol dan cuka.
d. Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan disuruh pasien
menciumnyae.tiap
lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup
lobamg hidungyang lainnya dengan tangan.
e. Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup
lobang hidung yang lainnya dengan tangan
• 2. pemeriksaan N. II : Optikus
• cara pemeriksaan jika pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan nervus II
dan pemeriksa juga tidak mencurigai adanya gangguan, maka biasanya dilakukan
• pemeriksaan nervus II , yaitu
a. ketajaman penglihatan
b. Lapangan pandangan
■ bila
ditemukan kelainan, dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti. perlu dilakukan
pemeriksaan oftalmoskopik

• Pemeriksaan ketajaman penglihatan


1. Dilakukan dengan cara memandingkan ketajaman penglihatan pasien dengan
pemeriksa yang normal
2 Pasien disuruh mengenali benda yang letaknya jauh, misalnya jam dinding dan ditanyakan
pukul berapa.
3 Pasien disuruh membaca huruf yang ada di koran atau di buku
4. Bila ketajaman penglihatan pasien sama dengan pemeriksa, maka dianggap normal.
5. Pemeriksaan ketajaman penglihatan yang lebih teliti dengan pemeriksaan visusdengan
menggunakan gambar snellen.
6. Pemeriksaan snellen charta.
a. Pasien disuruh membaca gambar snellen dari jarak 6 m
b. Menentukan sampai barisan mana ia dapat membacanya.
c. Bila pasien dapat membaca sampai barisan paling bawah, maka ketajaman
penglihatannya normal(6/6)
d. Bila tidak normal

Pemeriksaan Okulomotor dan

Throklear
Prosedur pemeriksaan:
• 1. Inspeksi mata pasien untuk mendeteksi apakah ada ptosis atau juling

• 2. Pasien diminta untuk duduk tegak dan tidak menggerakkan kepala, minta
pasien untuk melihat gerakan tangan atau jari pemeriksa dengan arah huruf
H . Pemeriksa menggerakkan tangan atau jari ke arah samping kanan kiri, atas,
bawah dan diagonal). Bola mata harus bergerak secara bersamaan dan simetris

• 3. Saat mengarahkan tangan ke samping (arah lateral), perhatikan apakah ada


• nistagmus pada pasien atau tidak

• 4. Refleks pupil disarafi oleh nervus II (optikus) dan nervus III (okulomotor).
Nervus II untuk menghantarkan rangsangan cahaya sedangkan nervus III untuk
kontraksi otot pupil. Pupil pasien diperiksa dengan menggunakan senter
atau penlight. Pupil yang normal akan mengecil (konstriksi) bila disinari cahaya.
Refleks konsensual (refleks tak langsung) diperiksa dengan menyinari salah satu
mata dan menghalangi mata sebelahnya dengan meletakkan tangan pemeriksa
di hidung pasien. Refleks pupil konsensual yang normal adalah kedua pupil
akan mengecil secara bersamaan walaupun hanya 1 mata yang disinari
cahaya[4]
• 5 .Pemeriksaan N-V Tregiminus
• Prosedur pemeriksaan:
• 1. Pasien diminta untuk menutup mata
• 2. Gunakan kapas dan jarum tumpul untuk memeriksa sensorik di wajah.
Sentuh tiga bagian kulit wajah pasien dan tanyakan apakan pasien dapat
merasakan stimulus tersebut dan dapat membedakan sentuhan halus dan
nyeri

• 3. Reflek kornea diperiksa dengan menyentuhkan ujung kornea dengan


pilinan kapas. Dikatakan normal bila pasien segera mengedipkan mata

• 4. Pemeriksaan fungsi motorik nervus V (trigeminal) dengan mempalpasi otot


maaseter dan temporalis. Pasien diminta untuk mengatupkan gigi rapat-rapat
dan membuka mulut. Lesi nervus trigeminal unilateral dapat menyebabkan
deviasi rahang ke bagian yang lumpuh

• 5. Refleks hentakan rahang (jaw jerk reflect) dapat diperiksa dengan meminta
pasien merilekskan otot rahangnya dan membuka sedikit mulut. Pemeriksa
menempatkan ibu jari ke dagu pasien dan memukulkan palu refleks dengan
ibu jari pasien sebagai alasnya. Refleks yang normal adalah pasien sedikit
megatupkan mulutnya setelah mendapatkan rangsangan
• 6. Pemeriksaan N-VI Abdusen

• cara pemeriksaannya
1. pemeriksa melakukan wawancara dengan pasien.

2. Selama wawancara, pemeriksa memperhatikan celah matanya, apakah ada


ptosis, eksoftalmus dan strabismus juling dan apakah ia cendrung
memejamkan matanya karena diplopia

3. Setelah itu lakukan pemeriksaan yang lebih teliti mengenai ptosis, besar
pupil, reaksi cahaya pupil, reaksi akomodasi, kedudukan bola mata,gerakan
bola mata dan nistagmus

4. untuk menilai m. Levator palpebra, pasien disuruh memejamkan


matanya,kemudia disuruh ia membuka matanya.

5. waktu pasien membuka matanya, kita tahan gerakan ini dengan jalan
memegang menekan ringan pada kelopak mata.

6. Dengan demikian dapat dinilai kekuatan kelopak mata.


7. Untuk menilai pupil, perhatikan besarnya pupil pada kiri
dan kanan,apakah sama ukurannya, apakah bentuknya
bundar atau tidak rata tepinya.pupil mengecil, midriasis
pupil membesar
8. Reflek cahaya pupil terdiri dari reaksi cahaya
langsung atau tidak langsung., caranya
9. Pasien disuruh melihat jauh.
10. Setelah itu pemeriksa mata pasien di senter1 diberi
cahaya dan lihat apakah ada reaksi pada pupil. normal
akan mengeciliii.
11. Perhatikan pupil mata yang satunya lagi, apakah ikut
mengecil karena penyinaran pupil mata tadi disebut
dengan reaksi cahaya tak langsungi.
12. Cegah reflek akomodasi dengan pasien disuruh tetap
melihat jauh
• 7.Pemeriksaan N. VII Fasialis
a. Perhatikan muka pasien, apakah simetris atau
tidak, perhatikan kerutan dahi, pejaman mata, plika
nasolabialis dan sudut mulut.
b. Bila asimetris muka jelas disebabkan kelumpuhan jenis
perifer.
c. Pada kelumpuhan jenis sentral, kelumpuhan nyata bila
pasien disuruh melakukangerakan seperti menyeringai
dan pada waktu istirahat, muka simetris.
d. Suruh pasien mengangkat alis dan mengkerutkan dahi.
e. Suruh pasien memejamkan mata
f. Suruh pasien menyeringai /menunjukkan gigi geligi)
g. Gejala chvostek, dengan mengetuk N VII .di bagian
depan telinga.(+) bila ketokan menyebabkan
kontraksi otot mata yang di persyarafi.

8. Pemeriksaan N VIII Akustikus

cara untuk menilai keseimbangan
a. tes romberg yang dipertajam
- Pasien berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki
yang lain,tumit kaki yang satu berada di depan
jari9jari kaki yang lain
- Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian
ditutup
- Orang normal mampu berdiri dalam sikap romberg
yang dipertajam selama 30 detik atau lebih

b. Tes melangkah di tempat
- Pasien disuruh berjalan di tempat dengan mata ditutup,
sebanyak 50 langkah dengan kecepatan berjalan seperti
biasa
- Suruh pasien untuk tetap
Tes abnormal jika kedudukan pasien beranjak lebih dari
1m dari tempat semula atau badan berputar lebih 30o
• c. Tes salah tunjuk

- Pasien disuruh merentangkan lengannya dan


telunjuknyamenyentuh telunjuk pemeriksa
- Kemudian pasien disuruh menutup mata, mengangkat
lengannyatinggi9tinggi dan kemudian kembali ke
posisi semula
- Gangguan(+) bila didapatkan salah tunjuk

9. Pemeriksaan N.IX Glossofaringeus

Prosedur pemeriksaan:
1. Pemeriksaan klinis untuk nervus glossofaringeal
biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan
nervus vagus. Pemeriksaan yang bisa dilakukan
adalah pemeriksaan reflek muntah (gag reflex).
Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan karena tidak
nyaman bagi pasien. Sebelum melakukan
pemeriksaan pemeriksa harus menjelaskan prosedur
pemeriksaan. Bagian dinding faring posterior
disentuh dengan menggunakan depressor lidah,
normalnya pasien akan mengeluarkan reflek muntah
• 10.Pemeriksaan N..X Vagus
• cara pemeriksaan fungsi motorik
- pasien disuruh menyebutkan aaaaaa
- perhatikan kualitas suara pasien, apakah suaranya
normal, berkurang, serak atautidak sama sekali
- pasien disuruh memakan makanan padat, lunak dan
menelan air
- perhatikan apakah ada kesalahan telan atau tidak bisa
menelan atau disfagia
- pasien disuruh membuka mulut
- perhatikan palatum mole dan faring, perhatikan sikap
palatum mole, arkus faringdan uvula dalam keadaan
istirahat dan bagaimana pula waktu bergerak,
misalnyawaktu bernafas atau bersuara. Abnormal bila
letaknya lebih rendah terhadapyang sehat.

11. Pemeriksaan N. XI Akssesorius

cara pemeriksaan
a. Untuk mengukur kekuatan otot
sternocleidomastoideus dilakukan dengan cara
- Pasien disuruh menggerakkan bagian badan yang
digerakkan olehotot ini dan kita tahan gerakannya.
- Kita gerakkan bagian badan pasien dan disuruh ia
menahannya.
- Dapat dinilai kekuatan ototnya.

12.Pemeriksaan N. XII Hipoglosus

cara pemeriksaan :
a. Suruh pasien membuka mulut dan perhatikan lidah
dalam keadaan istirahat dan bergerak
b. Dalam keadaan istirahat kita perhatikan
- besarnya lidah
- kesamaan bagian kiri dan kanan
- adanya atrofi
- apakah lidah berkerut
c. Apakah lidahnya mencong bila digerakkan atau di
julurkan
• PEMERIKSAAN REFLEK
1. Reflek tendon dalam (bisep dan trisep)
2. Reflek superficial
a. Reflek kulit perut
b. Kreamaster (L1-2)
c. Reflek anus (S3-4-5)
d. Reflek bulbokavernosus
e. Reflek planter ( L 5,S 1-5)
• H. PEMERIKSAAN REFLEK PATOLOGIS

• 1. Babinski
Telapak kaki digores dari tumit menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu
jari,timbul dorso fleksi ibu jari dan pemekaran jari-jari lainnya.
• 2. .Shadock
Tanda babinski akan timbul dengan menggores punggung kaki dari arah lateral
kedepan.
• 3. Openheim
mengurut tibia dengan ibu jari, jario telunjuk, jari tengah dari lutut
menyusur kebawah (+ = babinski)
• 4. Gordon
Otot gastroknemius ditekan (+ sama dengan babinski)
• 5. Scahaefer
Tanda babinski timbul dengan memijit tendon achiles
• 6. Rosollimo
Mengetok bagian basis telapak jari kaki (+) fleksi jari-jari kaki
• 7. Mendel rechtrew
Mengetok bagian dorsal basis jari kaki (+) fleksi jari
• 8. Hoffman – Trommer
Positif timbul gerakan mencengkram pada petikan kuku jari telunjuk atau
jari tengah
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai