Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN , DAN STRATEGI PELAKSANAAN

“WAHAM”
Untuk Memenuhi Tugas individu PKK III keperawatan jiwa

Dosen Pembingbing: Ns. Ernauli meliyana, S.kep.,M.kep

Disusun Oleh : Gery Tryantoro


Npm : 17.156.01.11.013
Kelas : IV-A Ilmu keperawatan
Kelompok :1

PROGRAM STUDY S1- ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES MEDISTRA
INDONESIA BEKASI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

I. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. DEFINISI
Waham adalah gangguan isi pikir yang ditandai dengan keyakinan tentang
diri dan lingkungan yang menyimpang dan dipertahankan secara kuat (Yudhi,
dkk. 2011).
Waham adalah keyakinan yang keliru tentang isi pikir yang dipertahankan
secara kuat atau terus menerus namun tidak sesaui dengan kenyataan (SDKI,
2017)
B. Etiologi
Menurut World Health Organization (2016) secara medis ada banyak
kemungkinan penyebab waham, termasuk gangguan neurodegeneratif, gangguan
sistem saraf pusat, penyakit pembuluh darah, penyakit menular, penyakit
metabolisme, gangguan endokrin, defisiensi vitamin, pengaruh obat-obatan,
racun, dan zat psikoaktif.
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis : Pola keterlibatan keluarga relative kuat yang muncul di
kaitkan dengan delusi atau waham. Dimana individu dari anggota
keluarga yang di manifestasikan dengan gangguan ini berada pada
resiko lebih tinggi untuk mengalaminya di bandingkan dengan
populasi umum.Studi pada manusia kembar juga menunjukan bahwa
ada keterlibatan factor
2) Teori Psikososial

System Keluarga: Perkembangan skizofrenia sebagai suatu


perkembangan disfungsi keluarga.Konflik diantara suami istri
mempengaruhi anak. Bayaknya masalah dalam keluarga akan
mempengaruhi perkembangan anak dimana anak tidak mampu
memenuhi tugas perkembangan dimasa dewasanya. Beberapa ahli
teori menyakini bahwa individu paranoid memiliki orang tua yang
dingin, perfeksionis, sering menimbulkan kemarahan,perasaan
mementingkan diri sendiri yang berlebihan dan tidak percaya pada
individu. Klien menjadi orang dewasa yang rentan karena
pengalaman awal ini.

3) Teori Interpersonal : Dikemukakan oleh Priasmoro (2018) di


mana orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan suatu
hubungan orang tua-anak yang penuh dengan ansietas tinggi.Hal
ini jika di pertahankan maka konsep diri anak akan mengalami
ambivalen

4) Psikodinamika : Perkembangan emosi terhambat karena


kurangnya rangsangan atau perhatian ibu,dengan ini seorang bayi
mengalami penyimpangan rasa aman dan gagal untuk membangun
rasa percayanya sehingga menyebabkan munculnya ego yang
rapuh karena kerusakan harga diri yang parah,perasaan kehilangan
kendali,takut dan ansietas berat.Sikap curiga kepada seseorang di
manifestasikan dan dapat berlanjut di sepanjang kehidupan.
Proyeksi merupakan mekanisme koping paling umum yang di
gunakan sebagai pertahanan melawan perasaan.
Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah:
 Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat.
 Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
 Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
 Perpisahan dengan orang yang di cintainya
 Kegagalan yang sering di alami
 Keturunan,paling sering pada kembar satu telur
 Menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat misalnya
menyalahkan orang lain.
b. Faktor Presipitasi
1. Biologi : Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang
maladaptif termasuk:
a) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
proses informasi
b) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
2. Stres lingkungan : Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap
stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
3. Pemicu gejala : Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang
sering menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa
terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan
kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja, 2011)

C. RENTANG RESPON

D. KLASIFIKASI
Menurut Kaplan dan Sadock (1997), tipe-tipe waham antara lain :
1. Tipe Eritomatik
Klien dicintai mati-matian oleh orang lain, biasanya orang yang sangat
terkenal, seperti artis, pejabat, atau atasanya. Klien biasanya hidup terisolasi,
menarik diri, hidup sendirian dan bekerja dalam pekerjaan yang sederhana.

2. Tipe Kebesaran (Magalomania)


Keyakinan bahwa seseorang memiliki bakat, kemampuan, wawacan
yang luar biasa, tetapi tidak dapat diketahui
3. Waham Cemburu
Cemburu terhadap pasangannya. Tipe ini jarang ditemukan (0,2%) dari
pasien psikiatrik. Onset sering mendadak dan hilang setelah
perpisahan/kematian pasangan. Tipe ini menyebabkan penyiksaan hebat dan
fisik yang bermakna terhadap pasangan, dan kemungkinan dapat membunuh
pasangan oleh karena delusinya.
4. Waham Kejar
Keyakinan merasa dirinya dikejar-kejar, diikuti oleh orang lain. tipe
ini paling sering ditemukan pada gangguan jiwa. Dapat berbentuk sederhana,
ataupun terperinci dan biasanya berupa tema yang berhubungan di fitnah
secara kejam, diusik, dihalang-halangi diracuni atau dihalangi dalam mengejar
tujuan jangka panjang.
5. Waham Tipe Somatik (Psikosis Hipokondrial Monosimptomatik)
Perbedaan dengan hopokondrial adalah pada derajat keyakinan yang
dimiliki klien. Menetapnya waham somatik yang tidak kacau tanpa adanya
gejala psikotik lainya menyatakan gangguan delusional/waham tipe somatic
6. Waham Nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,
diucapkan berulang kali tetapi tdak sesuai kenyataan.
7. Sisip Pikir
Percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya
8. Kontrol Pikir
Merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain
9. Siar Pikir
Percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar. Pernah lihat orang
gila berorasi seakan-akan berada di tengah keramaian dan omongannya di
dengan oleh semua orang. Waham siar pikir inilah yang diderita pasien
tersebut
E. TANDA DAN GEJALA WAHAM
Menurut Herman (2011 dalam Prakasa, 2020) bahwa tanda dan gejala gangguan
proses pikir waham terbagi menjadi 8 gejala yaitu, menolak makan, perawatan
diri, emosi, gerakan tidak terkontrol, pembicaraan tidak sesuai, menghindar,
mendominasi pembicaraan, berbicara kasar.
1. Waham Kebesaran
DS : Klien mengatakan bahwa ia adalah presiden, Nabi, Wali, artis dan
lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dirinya.
DO :
- Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
- Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti
- Klien mudah marah
- Klien mudah tersinggung
2. Waham Curiga
DS :
- Klien curiga dan waspada berlebih pada orang tertentu
- Klien mengatakan merasa diintai dan akan membahayakan
dirinya.
DO :
- Klien tampak waspada
- Klien tampak menarik diri
- Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
- Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
3. Waham Agama
DS : Klien yakin terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
DO :
- Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
- Klien tampak bingung karena harus melakukan isi wahamnya
- Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
4. Waham Somatik
DS :
- Klien mengatakan merasa yakin menderita penyakit fisik
- Klien mengatakan merasa khawatir sampai panic
DO :
- Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
- Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
- Klien tampak bingung
- Klien mengalami perubahan pola tidur
- Klien kehilangan selera makan
5. Waham Nihilistik
DS : Klien mengatakan bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
DO :
- Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
- Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
- Klien tampak bingung
- Klien mengalami perubahan pola tidur
- Klien kehilangan selera makan

F. FASE WAHAM

Menurut Eriawan (2019) Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam


yaitu:
1. Fase Lack of Human need : Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-
kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan
waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi
sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selfideal sangat tinggi.
Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang
dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam
kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia
eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat
tumbuh kembang (life span history).
2. Fase lack of self esteem : Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan
tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan
harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan
sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih,
berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap
memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-
nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh,
support system semuanya sangat rendah.
3. Fase control internal external : Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa
yang ia yakini atau apa- apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi
kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan
bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak
kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi
bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga
perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan
orang lain.
4. Fase environment support : Adanya beberapa orang yang mempercayai klien
dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan
klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan
kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan
tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase comforting : Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan


kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan
mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada
saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindar interaksi sosial (Isolasi sosial).
6. Fase improving : Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi,
setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap
dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan
orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara
konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa- apa yang
dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

II. POHON MASALAH

Resiko tinggi mencederai diri


orang lain dan lingkungan

Perubahan isi fikir : Waham

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


III. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
Masalah keperawatan yang perlu dikaji :
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2. Gangguan isi fikir : Waham
3. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data yang perlu dikaji :

1. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah


- Data Subjektif : klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
sendiri
- Data Objektif : Klien terlihat lebih suka sendiri, bngung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup
2. Perubahan isi fikir : Waham
- Data Subjektif : Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang
agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
- Data Objektif : Klien tampak tidak mempunyai orang lan, curiga,
bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik,
sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan/realitas, ekspresi wajah klien
tegang, mudah tersinggung
3. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
- Data Subjektif : Klien memberi kata-kata ancaman mengatakan benci dan
kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah, melukai/merusak barang-barang
dan tidak mampu mengendalikan diri
- Data Objektif : Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dan keras,
bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar
barang-barang

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Gangguan isi fikir : Waham

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Gangguan Isi Pikir : Waham
SP 1 Kebutuhan yang tidak terpenuhi
a. Tujuan :
- Klien bisa memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
b. Tindakan
- Bina hubungan saling percaya : Salam terapeutik perkenalan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu,
tempatdan topik pembicaraan)
- Identifikasi tanda dan gejala waham
- Bantu orientasi realitas : panggil nama, orientasi waktu, orang, tempat/
lingkungan
- Diskusikan kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi
- Bantu pasien memeuhi kebutuhan yang realistis
- Masukkan pada jadual kegiatan pemenuhan kebutuhan
STRATEGI PELAKSANAAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 PASIEN DENGAN WAHAN


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesaui
kenyataan, klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak
(diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat
menilai lingkungan/realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan isi fikir : Waham

3. Tujuan :
- Klien mampu mengidentifikasi kemampuan yang dmiliki
- Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
- Klien dapat berhubungan dengan realitas
- Klien dapat menggunakan obat dengan benar

4. Tindakan Keperawatan
- Identifikasi tanda dan gejala waham
- Bantu orientasi realitas : panggil nama, orientasi waktu, orang, tempat/
lingkungan
- Diskusikan kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi
- Bantu pasien memeuhi kebutuhan yang realistis
- Masukkan pada jadual kegiatan pemenuhan kebutuhan
B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum ibu, selamat pagi ibu, saya izin memperkenalkan diri,
perkenalkan nama saya Karina saya mahasiswa STIKes Medistra, saya senang
dipanggil Karina. Saya perawat yang bertugas pada pagi hari ini dari jam 08.00
sampai jam 14.00 siang nanti. Kalau boleh saya tahu nama ibu siapa ya ibu dan
ibu senangnya di panggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
c. Kontrak
1. Topik :
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kebutuhan apa saja yang
tidak terpenuhi selama ibu dirumah ataupun di Rumah sakit, bagaimana
ibu?”
2. Waktu :
“Berapa lama ibu mau mengobrol dengan saya? Bagaimana kalau kita
lakukan sesi ngobrol ini selama 15 menit?”
3. Tempat :
“Dimana kita duduk untuk bincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Bagaimana kalau 10 menit saja?

2. Fase Kerja
“Baik ibu, sekarang coba ibu ceritakan kepada saya apa saja kebutuhan yang tidak
terpenuh selamat di Rumah dan di Rumah Sakit? Coba sekarang kita buat jadwal apa
saa aktifitas yang bisa ibu lakukan.. jadi yang bisa ibu lakukan ada 2 yaitu bercocok
tanam dan bermain musik”
3. Terminasi :
- “Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bncang tadi? Ibu tadi sudah
menceritakan kepada saya tentang apa yang tidak terpenuhi selama dirumah dan
dirumah sakit dan tadi kita sudah selesai membuat jadwal aktifitas ibu. Coba
ceritakan kembali kemampuan apa yang ibu bisa lakukan? Baik ibu, nanti
diingat-ingat kembali aktifitas yang bisa ibu lakukan. Saya senang sekali bisa
berbincang-bncang dengan ibu”
- “bagaimana kalau besok jam 09.00 pagi kita berbincang-bincang lagi, apakah
ibu bersedia? Baik kalau begitu sampai bertemu besok pagi, saya pamit ya ibu,
Assalamualaikum”
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN - Basic
Course).Jakarta: EGC

Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai