Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN JIWA


“WAHAM”

DISUSUN OLEH
NAMA MAHASISWA : AYU GALUH WIBOWO
NIM 011191073

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021
1. PENGERTIAN
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan, yang
tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini
berasal dari pemikiran yang tidak terkontrol (RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang, 2015).
Waham adalah keyakinan yang salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang salah
tentang realita eksternal dan dipertahankan dengan kuat (Keliat, B. A., Hamid, A. Y. S.,
Putri, Y. S. E., Daulima, N. H. C., dkk, 2019).
Waham adalah keyakinan yang salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang salah
tentang realita eksternal dan dipertahankan dengan kuat. Waham merupakan gangguan
dimana penderitanya memiliki rasa realita yang berkurang atau terdistorsi dan tidak dapat
membedakan yang nyata dan yang tidak nyata (Victoryna, 2020)
Gangguan proses pikir waham merupakan suatu keyakinan yang sangat mustahil dan
dipegang teguh walaupun tidak memiliki bukti-bukti yang jelas, dan walaupun semua
orang tidak percaya dengan keyakinannya (Bell, 2019)

2. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Kaplan dan Sadock beberapa hal yang harus dikaji antara lain sebagai berikut.
a. Status mental
1) Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal,
kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
2) Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
3) Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
4) Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas
diri dan mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
5) Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas
depresi ringan.
6) Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap
kecuali pada pasien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa pasien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
b. Sensorium dan kognisi
1) Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki
waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
2) Daya ingat dan proses kognitif pasien dengan utuh (intact).
3) Pasien waham hampir seluruh memiliki daya tilik diri (insight) yang jelek.
4) Pasien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi pasien
adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang, dan yang
direncanakan.

Tanda dan gejala waham dapat dikelompokkan sebagai berikut.


a. Kognitif
1) Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.
2) Individu sangat percaya pada keyakinannya.
3) Sulit berpikir realita.
4) Tidak mampu mengambil keputusan.
b. Afektif
1) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Afek tumpul.
Kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi berlebihan,
ambivalen.
c. Perilaku dan hubungan sosial
1) Hipersensitif
2) Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3) Depresif
4) Ragu-ragu
5) Mengancam secara verbal
6) Aktivitas tidak tepat
7) Streotif
8) Impulsif
9) Curiga
d. Fisik
1) Kebersihan kurang
2) Muka pucat
3) Sering menguap
4) Berat badan menurun
5) Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

3. KLASIFIKASI WAHAM
a. Waham Kendali Pikir (Thought Of Being Controlled)
Penderita percaya bahwa pikirannya, perasaan atau tingkah lakunya dikendalikan oleh
kekuatan dari luar.
b. Waham Kebesaran (delusion of grandiosty)
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini direktur sebuah bank
swasta lho..” atau “Saya punya beberapa perusahaan multinasional”.
c. Waham Tersangkut
Penderita percaya bahwa setiap kejadian di sekelilingnya mempunyai hubungan
pribadi seperti perintah atau pesan khusus. Penderita percaya bahwa orang asing di
sekitarnya memperhatikan dirinya, penyiar televisi dan radio mengirimkan pesan
dengan bahasa sandi.
d. Waham Cemburu
Cemburu disini adalah cemburu yang bersifat patologis.
e. Waham Bizarre
Merupakan waham yang aneh. Termasuk dalam waham bizarre, antara lain : Waham
sisip pikir/thought of insertion (percaya bahwa seseorang telah menyisipkan
pikirannya ke kepala penderita); waham siar pikir / thought of broadcasting (percaya
bahwa pikiran penderita dapat diketahui orang lain, orang lain seakan-akan dapat
membaca pikiran penderita); waham sedot pikir / thought of withdrawal (percaya
bahwa seseorang telah mengambil keluar pikirannya); waham kendali pikir; waham
hipokondri.
f. Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau saya mau masuk surga
saya harus membagikan uang kepada semua orang.”
g. Waham Somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya sakit
menderita penyakit menular ganas”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang
kanker.
h. Waham Nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya, semua
yang ada di sini adalah roh-roh”.
i. Waham Hipokondri
Penderita percaya bahwa di dalam dirinya ada benda yang harus dikeluarkan sebab
dapat membahayakan dirinya.
j. Waham Curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai
dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya
tahu..kalian semua memasukkan racun ke dalam makanan saya”.
k. Waham Diancam : Kepercayaan atau keyakinan bahwa dirinya selalu diikuti,
diancam, diganggu atau ada sekelompok orang yang memenuhinya.
l. Waham Kejar : Percaya bahwa dirinya selalu dikejar-kejar orang.

4. PENYEBAB
Menurut World Health Organization (2016) secara medis ada banyak kemungkinan
penyebab waham, termasuk gangguan neurodegeneratif, gangguan sistem saraf pusat,
penyakit pembuluh darah, penyakit menular, penyakit metabolisme, gangguan endokrin,
defisiensi vitamin, pengaruh obat-obatan, racun, dan zat psikoaktif.
a. Faktor Predisposisi
1) Teori Biologis
Pola keterlibatan keluarga relative kuat yang muncul di kaitkan dengan delusi
atau waham. Dimana individu dari anggota keluarga yang di manifestasikan
dengan gangguan ini berada pada resiko lebih tinggi untuk mengalaminya di
bandingkan dengan populasi umum.Studi pada manusia kembar juga menunjukan
bahwa ada keterlibatan factor.
2) Teori Psikososial
 Sistem Keluarga
Perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi
keluarga.Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Bayaknya masalah
dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan anak dimana anak tidak
mampu memenuhi tugas perkembangan dimasa dewasanya. Beberapa ahli
teori menyakini bahwa individu paranoid memiliki orang tua yang dingin,
perfeksionis, sering menimbulkan kemarahan,perasaan mementingkan diri
sendiri yang berlebihan dan tidak percaya pada individu. Klien menjadi orang
dewasa yang rentan karena pengalaman awal ini.
3) Teori Interpersonal
Dikemukakan oleh Priasmoro (2018) di mana orang yang mengalami psikosis
akan menghasilkan suatu hubungan orang tua-anak yang penuh dengan ansietas
tinggi.Hal ini jika di pertahankan maka konsep diri anak akan mengalami
ambivalen.
4) Teori Psikodinamika
Perkembangan emosi terhambat karena kurangnya rangsangan atau perhatian
ibu,dengan ini seorang bayi mengalami penyimpangan rasa aman dan gagal untuk
membangun rasa percayanya sehingga menyebabkan munculnya ego yang rapuh
karena kerusakan harga diri yang parah,perasaan kehilangan kendali,takut dan
ansietas berat.Sikap curiga kepada seseorang di manifestasikan dan dapat
berlanjut di sepanjang kehidupan. Proyeksi merupakan mekanisme koping paling
umum yang di gunakan sebagai pertahanan melawan perasaan
Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah:
1) Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat.
2) Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3) Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4) Perpisahan dengan orang yang di cintainya
5) Kegagalan yang sering di alami
6) Keturunan,paling sering pada kembar satu telur
7) Menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat misalnya menyalahkan
orang lain.

b. Faktor Presipitasi
1) Biologis
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang maladaptif
termasuk:
 Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi
 Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan.
2) Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering menunjukkan
episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasanya terdapat pada respon
neurobiologis yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap
dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa
bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan
terhadap penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain,
tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.
5. RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS WAHAM
Menurut Darmiyanti (2012), rentang respon waham sebagai berikut :

Adaptif Mal adaptif

Pikiran logis Distorsi Pikiran Gangguan proses pikir


 Persepsi akurat  Ilusi : Waham
 Emosi konsisten  Reaksi emosional  PSP Halusinasi
dengan pengalaman berlebihan dan kurang  Kerusakan emosi
 Perilaku sosial sesuai  Perilaku tidak sesuai  Perilaku tidak sesuai
 Hubungan sosial atau aneh atau tidak  Isolasi sosial
biasa
 Menarik diri

6. PROSES TERJADINYA WAHAM


Menurut Eriawan (2019) Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
a. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan
status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan
menderita. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan antara
kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self
ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau
telepon genggam.
b. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan tidak
berharga.
c. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang
sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan
koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien tidak merugikan orang lain.
d. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri dan
tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
e. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat pasien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi
sosial).
f. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang
salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan kejadian
traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang
hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
7. PSIKOPATOLOGI (SKEMATIK TERJADINYA WAHAM)
Menurut Stuart dan Sundeen dapat dirangkum proses masalah waham yaitu sebagai
berikut.

Causa :
GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH KRONIS

Core Problem :
ISOLASI SOSIAL

Effect :
GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

RESIKO PERILAKU KEKERASAN, KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL

8. DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA


Menurut Damaiyanti (2012) masalah keperawatan yang sering muncul pada klien
waham adalah Gangguan proses pikir: waham, Kerusakan komunikasi verbal dan Harga
diri rendah kronik.
9. INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA INTERVENSI
O
1. Gangguan Proses Pikir : Sp1:
Waham (Waham Kebesaram) Latihan orientasi realita : orientasi
Data Subjektif : orang, tempat, dan waktu serta
 Klien mengatakan bahwa ia lingkungan sekitar Sp2:
adalah artis, dan ultraman Minum obat secara teratur
yang tidak sesuai dengan Sp 3:
kenyataan Melatih cara pemenuhan kebutuhan dasar
Data Objektif : Sp 4:
 Klien tampak bingung, Melatih kemampuan positif yang dimiliki
banyak bicara dan hiperaktif
2. Gangguan Konsep Diri : Sp1:
Harga Diri Rendah Mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki oleh
Data Subjektif : pasien
 Klien merasa dibuang Sp 2:
oleh keluarganya dan 1. Menilai kemampuan yang dapat
merasa minder dengan digunakan
orang lain karena di 2. Menetapkan / memilih kegiatan
rawat di Yayasan sesuai kemampuan
Pemenang Jiwa 3. Melatih kegiatan sesuai kemampuan
Sumatera yang dipilih 2
Data Objektif : Sp 3:
 Klien tampak malu Melatih kegiatan sesuai kemampuan
karena belum ada yang dipilih 2
pekerjaan, dan ia malu Sp 4:
karena hanya tamatan Melatih kegiatan sesuai kemampuan
SD. Dan ia malu belum yang dipilih 3
menikah.
3. Resiko Perilaku Kekerasan SP1:
1. Identifikasi penyebab , frekuensi
Data Subjektif : perilaku kekerasan
 Klien mengatakan pernah 2. Mengontrol perilaku kekerasan
melempar barang-barang dengan tarik nafas dalam dan pukul
yang ada dirumahnya, kasur/bantal
pernah memukul temannya
dan marah-marah karena px SP2:
kalah main game di warnet. Kontrol perilaku kekerasan dengan minum
Data Objektif : obat secara teratur
 Klien tampak SP3:
memandang orang lain Kontrol perilaku kekerasan dengan
dengan tatapan berbicara baik-baik
bermusuhan dan SP4:
tampak gelisah. Spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Bell, V., Raihani, N., & Wilkinson, S. (2019). De-Rationalising Delusions. 1–34.
https://doi.org/10.1177/2167702620951553

Darmiyanti, A. (2012). Analisa Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi Ii Pada Tn. A
Dengan Gangguan Proses Pikir: Waham Studi Kasus di Ruang 23 Psikiatri RSUD Saiful
Anwar Malang (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).

Eriawan, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn “O” Yang Mengalami Bipolar
Dengan Masalah Keperawatan Waham Paranoid Di Ruangan Palm Rumah Sakit Khusus
Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019.

Keliat, B. A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Keliat B, dkk. (2014). Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta: EGC

Keliat, B.A., & Pawirowiyono, A. (2015). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok
Edisi 2. Jakarta: EGC.

Rsjsoerojo.co.id. 2021. Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang: Waham/Delusi
dapat menjagkit siapa saja, Yuk kenali gejalanya.

Victoryna, F., Wardani, I. Y., & Fauziah, F. (2020). Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa Ners untuk Menurunkan Intensitas Waham Pasien Skizofrenia. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 8(1), 45-52. https://doi.org/10.26714/jkj.8.1.2020.45-52

World Health Organization. (2016). Scizofrenia. : https://www.who.int/news-room/fact-


sheets/detail/schizophrenia

Anda mungkin juga menyukai