Anda di halaman 1dari 59

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
di negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap
sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun
gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam
berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berperilaku yang dapat
mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat
pembangunan karena mereka tidak produktif.

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat
atau terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah
termasuk gangguan isi pikiran, pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti
apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan
jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
penderita skizofrenia. (Yusuf dkk, 2015)

Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang menepati urutan ke lima


yang memiliki penderita skizofrenia terbanyak setelah di Daerah Istimewah
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Bali. Prevalensi skizofrenia di Jawa
Tengah yaitu 0,23% dari jumlah penduduk melebihi angka nasional 0,17%
(Depkes RI, 2103). Berdasarkan data dari Tim Pengarah Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM) provinsi Jawa Tengah menyebutkan, bahwa penderita
gangguan jiwa di daerah Jawa Tengah tergolong tinggi, dimana totalnya adalah
107.000 penderita atau 2,3% dari jumlah penduduk. (Widiyanto, 2015)

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini:
1. Apa definisi dari waham?
2. Bagaimana etiologi dari waham?
3. Apa saja tanda dan gejala dari waham?

1
4. Apa saja klasifikasi dari waham?
5. Rentang rentan respon Waham ?
6. Bagaimana proses terjadinya waham?
7. Bagaimana penatalaksanaan waham?
8. Bagaimana konsep dasar aasuhan keperawatan keperawatan waham?
1.3 Tujuan
Tujuan mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosis
keperawatan waham :
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan pada
klien dengan diagnosis keperawatan waham.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian waham.
b. Mahasiswa mampu untuk memahami etiologi waham.
c. Mahasiswa mampu untuk memahami tanda dan gejala waham.
d. Mahasiswa mampu untuk memahami klasifikasi waham.
e. Mahasiswa mampu untuk memahami rentan respon waham.
f. Mahasiswa mampu untuk memahami proses terjadinya waham.
g. Mahasiswa mampu untuk memahami penatalaksanaan waham.
h. Mahasiswa mampu untuk memahami asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosis keperawatan waham.
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Memperoleh pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
diagnosis keperawatan waham serta meningkatkan keterapilan dan
wawasan.
2. Bagi pembaca
Memperoleh dan menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan pada
klien dengan diagnosis keperawatan waham.

2
3. Bagi FKK
Bahan masukan bagi calon perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan dengan masalah asuhan keperawatan pada klien dengan
diagnosis keperawatan waham

3
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Keperawatan Waham

Waham adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami suatu


kekacauan dalam pengoprasian dan aktivitas-aktivitas kognitif (Iskandar,
2012).

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian


realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat yang
intelektual dan latarbelakang budaya, ketidak mampuan merespon stimulus
internal dan eksternal melalui proes interaksi atau informasi secara akurat
(Iskandar, 2012).

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara


kuat atau terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah
termasuk gangguan isi pikiran, pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti
apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan
jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
penderita skizofrenia (Yusuf dkk, 2015).

2.2 Etiologi keperawatan waham

Keadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi dimana


seseorang melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar.
Individu ini biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan
cenderung menarik diri. Keadaan ini seringkali disebabkan karena merasa
lingkungannya tidak nyaman, merasa benci, kaku, cinta pada diri sendiri yang
berlebihan, angkuh dan keras kepala. Dengan seringnya memakai mekanisme
proyeksi dan adanya kecenderungan melamun serta mendambakan
sesuatusecara berlebihan, maka keadaan ini dapat berkembang menjadi
waham. Secara berlahan-lahan individu itu tidak dapat melepaskan diri dari
hayalannya dan kemudian meninggalkan dunia realitas.

4
Kecintaan pada diri sendiri, angkuh dank keras kepala, adanya rasa
tidak aman, membuat seseorang berhayal dia sering menjadi penguasa dan hal
ini dapat berkembang menjadi waham besar.

Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga


diri dan keutuhan keluarga merupakan penyebab terjadinya halusinasi dan
waham. Selain itu kecemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur
presepsi mengenai perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan
sendiri menurun sehingga segala sesuatu sukar lagi dibedakan, mana
rangsangan dari pikiran dan rangsangan dari lingkungan. Ada dua faktor yang
menyebabkan terjadinya waham:

1. Faktor predisposisi

Meliputi perkembangan sosial kultural, psikologis, genetik,


biokimia. Jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan
interpersonal terganggu maka individu mengalami stress dan kecemasan.
Berbagai faktor masyarakat dapat membuat seseorang merasa terisolasi
dan kesepian yang mengakitkan kurangnya rangsangan eksternal. Stres
yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme dalam tubuh sehingga
membuat tidak mampu dalam proses stimulus internal dan eksternal.

2. faktor resipitasi

Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya


waham yaitu klien mengalami hubungan yang bermusuhan, terlalu lama
diajak bicara, objek yang ada dilingkungannya dan suasana sepi (isolasi).
Suasana ini dapat meningkatkan stres dan kecemasan.

(Sutejo, 2018)

2.3 Tanda Dan Gejala Keperawatan Waham

Tanda dan gejala dengan perubahan proses fikir:

1. Kognitif

a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata

5
b. Individu sangat percaya pada keyakinanya
c. Sulit berfikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan

2. Afektif

a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan


b. Afek tumpul

3. Perilaku dan hubungan sosial

a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga

4. Fisik

a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
e. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

(Iskandar, 2012)

2.4 Klasifikasi Keperawatan Waham

1. Waham kebesaran
Meyakini bahwa dia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya ini pejabat di departemen kesehatan loh” atau “saya punya
tambang emas”.

6
2. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan /
mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Conto: “Saya tau seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya
karena mereka iri dengan kesuksesan saya”.
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian
putih setiap hari”.
4. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/ terserang
penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa dia
terserang kanker.
5. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/ meninggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”.
(Patricia, 2014)
2.5 Rentan Respon Waham

(Sumber: Iskandar, 2012)

7
2.6 Proses Terjadinya Waham

1. Fase of human need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien


baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.
Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.

2. Fase lack of self esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan


antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.

3. Fase control internal external

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak
sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah
suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan
untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang
lain.

8
4. Fase envinment support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam


lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan
kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai
dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta


menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

6. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap


waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain.

(Sutejo, 2018)

2.7 Penatalaksanaan Keperawatan Waham

Terapi yang diterima oleh pasien (Dermawan, 2018):

1. Electro Convulsif Therapie (ECT)


Suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Terapi

9
antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga,
terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.
2. Rehabilitasi
Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan
pasien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam
kehidupan masyarakat.

2.8 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Waham

1. Pengkajian
a. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan
kontrak dengan klien tentang : nama klien, panggilan klien, nama
perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
b. Keluhan utama / alasan masuk

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan


keluargadatang ke rumah sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi dan perkembangan yang dicapai.

c. Riwatan penyakit sekarang


Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mangalami
ganguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penilaian dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dantindakan kriminal. Dapat dilakukan pengkajian
pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya
gangguan :
1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
repon psikologis dari klien.
2) Biologis
Gangguan perkembangan individu pada prenatal, neonates dan anak
-anak.
3) Sosial budaya

10
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stres yang
menumpuk.
d. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital seperti; tanda-
tanda vital, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan,
kalua perlu kaji fungsi organ kalua ada keluhan.
e. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah
yang tarkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola
asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh, mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagia
yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri, status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan
klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai
laki-laki atau perempuan.
c) Peran, tugas yang diemban dalam keluarga/kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut.
d) Ideal diri, harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya.
e) Harga diri, hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
oenghargaan orang lain terhadap dirinya sebagai wujud harga diri
rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain, penilaian dan kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,
aktifitas motoric klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek

11
klien, interaksi selama wawancara persepsi klien, proses piker, isi piker,
tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
2) Klien mampu Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK),
menggunakan dan pakkaian.
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh
klien.
4) Istirahat dan tidur klien, aktifitas di dalam dan di luar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.
h. Masalah psikososial dan lingkungan

Data dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien

i. Pengetahuan
Data didapatkan melalaui wawancara dengan klien kemudian tiap
bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
j. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh : Elektro Convulsif Therapie (ECT),
terapi antara lain seperti; terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi
keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitias
sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat
melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan klien dengan waham berdasarkan pohon masalah:

a. Kerusakan komunikasi verbal


b. Gangguan proses pikir : waham
c. Harga diri rendah kronik

12
Pohon Masalah (Iskandar, 2012):

Kerusakan komunikasi verbal


Effect

Perubahan proses pikir: Waham


Core Problem

Harga Diri Rendah Kronik


Causa

3. Rencana Keperawatan Klien Gangguan Proses Pikir : Waham (Iskandar,


2012)

No Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa Keperawata Tujuan (Umum dan Tindakan Keperawatan
n Khusus)
1 Gangguan 1. Klien dapat 1.1 Bina hubungan saling percaya
proses pikir : membina hubungan dengan klien; beri salam
waham saling percaya terapeutik (panggil nama
klien), sebutkan nama
perawat, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan
yang tenang, buat kontrak
yang jelas (topik yang
dibicarakan, waktu dan
tempat).
1.2 Jangan membatah dan
mendukung waham klien :
a) Katakan perawatan
menerima keyakinan
klien: “saya menerima
keyakinan anda” disertai
ekspresi menerima.
b) Katakan perawat tidak
mendukung: “sukar bagi
saya untuk
mempercayainya”

13
disertai ekspresi ragu api
empati.
c) Tidak membicarakan isi
waham klien.
1.3 Yakinkan klien berada dalam
keadaan aman dan
terlindung :
a) Anda berada ditempat
aman, kami akan
menemani anda
b) Gunakan keterbukaan
dan kejujuran.
c) Jangan tinggalkan klien
sendirian.
1.4 Observasi apakah waham
klien mengganggu aktifitas
sehari-hari dan perawatan diri
2. Klien dapat 2.1 Berika pujian pada
mengidentifikasikan penampilan dan kemampuan
kemampuan yang klien yang realistis
dimiliki 2.2 Diskusikan klien
kemampuan yang dimiliki
pada waktu lalu dan saat ini
yang realistis (hati-hati
terlibat diskusi tentang
waham)
2.3 Tanyakan apa yang bisa
klien lakukan (kaitan dengan
aktifitas sehari-hari dan
perawatan diri) kemudian
anjurkan untuk
melakukannya saat ini
2.4 Jika klien selalu bicara
tentang wahamnya,
dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada
2.5 Perawat perlu
memperlihatkan bahwa klien
penting
3. Klien dapat 3.1 Observasi kebutuhan klien
mengidentifikasi sehari-hari
kebutuhan yang 3.2 Diskusikan kebutuhan klien
tidak terpenuhi yang tidak terpenuhi baik
selama di rumah maupun di
rumah sakit (rasa takut,
ansietas, marah)
3.3 Hubungan kebutuhan yang

14
tidak terpenuhi dan
timbulnya waham
3.4 Tingkatkan aktifitas yang
dapat memenuhi kebutuhan
klien dan memerlukan waktu
dan tenaga (aktifitas dapat
diilih bersama klien, jika
mungkin buat jadwal)
3.5 Atur situasi agar klien
mempunyai wakyu untuk
menggunakan wahamnya
4. Klien dapat 4.1 Berbicara dengan klien dalam
berhubungan dengan konteks realitas (realitas diri,
realistis realitas orang lain, realitas
tempat dan realitas waktu)
4.2 Sertakan klien dalam terapi
aktifitas kelompok : orientasi
realitas
4.3 Berikan pujian pada tiap
kegiatan positif yang
dilakukan klien
5. Klien mendapat 5.1 diskusikan dengan keluarga
dukungan keluarga tentang :
a) Gejala waham
b) Cara merawatnya
c) Lingkungan keluarga
d) Folow-up obat
5.2 Anjurkan keluarga
melaksanakan 5.1 dengan
bantuan perawat
6. Klien dapat 6.1 Diskusikan dengan klien dan
menggunakan obat keluarga tentang obat, dosis,
dengan benar frekuensi dan efek samping
akibat penghentian
6.2 diskusikan perasaan klien
setelah minum obat
6.3 Berikan obat dengan prinsip
5 benar

15
4. Implementasi dan Evaluasi

Tgl No. Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Evaluasi


Diagnosa Keperawatan Keperawatan
1 2 3 4 5 6
Senin 1 Gangguan proses SP1 Melakukan SP1 S: “saya hanya mau berbincang 10 menit saja”
23 juli fikir : waham Gangguan poroses gangguan proses pikir : “ mereka tidak percaya kalau saya ini presiden”
2012 pikir : waham waham “presiden kan enak bisa ngatur dan perintah, saya
1. Memantau gak senang kalau di atur”
08.00 orientasi realita “Bapak saya yang suka mengatur”
2. Mendiskusikan “Saya ingin ikut teman-teman pergi ruang
kebutuhan yang rehabilitasi terus bisa main tenis meja”
tidak terpenuhi “saya mau latihan setiap pagi pukul 09.00”
3. Membantu klien
memenuhi O:
kebutuhanya 1. Pembicaraan cepat
4. Menganjurkan 2. Afek labil
klien 3. Klien memasukkan latihan tenis meja ke
memasukkan dalam jadwal harian setiap hari pukul 09.00
dalam jadwal
kegiatan harian
klien A: SP1
P:
Perawat :
Lanjutkan SP2 pukul 09.30 diteras depan ruang
rehabilitasi
Klien :

16
16
Motivasi klien untuk latihan olahraga tenis meja
pada pukul 09.00 sesuai jadwal harian.
09.30 1 Gangguan proses SP2 Melakukan SP2 S: “Sekarang kita berbincang 15 yah’
pikir : Waham Gangguan proses pikir gangguan pola pikir : “saya tadi main tenis meja lo, dan menang”
: waham waham “saya juga bisa main gitar lo, waktu SMA saya
1. Mengevaluasi punya band sama teman-teman saya”
jadwal kegiatan “mari saya tunjukkan kehebatan saya main gitar”
harian klien “karna jadwal main musik disini setiap hari
2. Berdiskusi selasa dan kamis pukul 09.00 saya akan latihan
tentang sesuai jadwal”
kemampuan yang O:
dimiliki 1. Klien kooperatif
3. Melatih 2. Kontak mata baik
kemampuan yang 3. Klien membuat jadwal main latihan gitar
dimiliki sesuai jadwal di rumah sakit
A: SP2 tercapai
P:
Perawat : lanjutkan SP3 pukul 11.00 di ruamh
perawatan klien
Klien :
Motivasi klien latihan memainkan gitar setiap hari
selasa dan kamis pukul 09.00

17
11.00 Gangguan proses SP3 Melakukan SP3 S: “Kita berbicang 10 menit ya”
pikir : waham Gangguan pola pikir : gangguan proses pikir : “saya dapat obat 3 macam dari dokter”
waham waham “oh, berarti yang warnanya orange itu CPZ
1. Mengevaluasi gunanya untuk menenangkan”
jadwal kegiatan “terus yang warnanya putih itu supaya saya
harian klien rileks dan tidak tegang ya disebut THP”
2. Memberikan “terus yang warnanya merah jambu itu disebut
pendidikan HPL supaya saya tenang juga kan””
kesehatan tentang “semua obatnya harus saya minum sehari 3 kali
obat secara kan?”
teratur “saya akan minum obat sesuai jadwal dan
3. Menganjurkan teratur, baik dirumah sakit sekarang atau sudah
klien pulang ke rumah nanti”
memasukkan “saya akan minum obat setiap hari pukul 7 pagi,
dalam jadwal 1 siang dan 7 malam”
kegiatan harian O:
1. Kontak mata baik
2. Klien kooperatif
3. Klien memaasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian minum obat setiap pukul 7
pagi, 1 siang, dan 7 malam
A: SP3 tercapai
17
P
Perawat :
Lanjutkan Sp budaya gangguan proses pikir: waham
Klien :

18
Motivasi klien intuk minum obat sesuai dengan
jadwal

18

19
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Contoh Kasus Waham

Tn. B dibawah ke rumah sakit jiwa karena klien sering bingung,


sering marah-marah dengan orang lain, pasien mencurigai orang-orang di
sekitarnya. Pasien mengalami halusinasi pendengaran dan pengelihatan,
keluarga klien juga mengatakan bahwa klien mendapat wahyu dari Tuhan dan
mendapatkan amanat menyampaikan wahyu kepada orang lain. Klien juga
memiliki riwayat masuk rumah sakit jiwa sebanyak 5x dan pasien putus obat
selama 7 bulan terakhir.

3.2 Asuhan Keperawatan Waham

3.2.1 PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama : Tn B
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Candirejo, tonggalan, Klaten
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Suku : Jawa
No CM : 01.42.XX
Diagnosa Medis : Scizofrenia residual
Tanggal Masuk : 17 september 2018
Tanggal Pengkajian: 28 oktober 2018
b. Riwayat Penyakit
1) Alasan Masuk
Pasien 1 bulan sebelum masuk rumah sakit klien bingung, sering
marah-marah dengan orang lain, pasien mencurigai orang-orang di

20
sekitarnya. Pasien mengalami halusinasi pendengaran dan
pengelihatan, pasien putus obat selama 7 bulan.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Paseien sering mendengar suara-suara bisikan bahwa dia seorang
nabi, klien juga mengatakan sering melihat sosok “Tuhan”, dan
menganggap dirinya mendapat wahyu dari Tuhan untuk
menyampaikan kepada orang lain.
Masalah keperawatan: gangguan waham kebesaran
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien sebelmnya juga pernah opname di RSJD Dr.RM Soedjarwadi,
klien 5X keluar masuk di rumah sakit jiwa, pasien putus obat selama
7  bulan, Klien mendegar suara bisikan-bisikan selama 11 tahun,
pasien pernah mengalami cedera kepala sebelumnya.
Masalah keperawatan: gangguan presepsi sensori berhubungan
dengan pendengaran
4) Riwayat penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga
5) Diagnosa Medis pada saat MRS
Diagnosa Medis :
Axis 1 : Skizofrenia residual
Axis 2 : Kepribadian premorbid
Axis 3 : Penyakit organic yang menyertai post trauma kepala
Axis 4 : Stress psikososial
Axis 5 : -
6) Catatan penanganan kasus (sejak Klien masuk sampai pengambilan
kasus)
a) Terapi aktivitas kelompok
b) Terapi rehabilitasi
c) Terapi modalitas
d) Terapi obat

21
c. Pengkajian Psikososial
1) Genogram (minimal 3 generasi)

2) Konsep Diri
a) Gambaran Diri Klien mengatakan senang dan bersyukur dengan
semua bagian anggota tubuh yang dimiliki
b) Identitas Diri Klien adalah seorang laki-laki anak ke 7 dari 9
bersaudara, klien mempunyai seorang istri dan 2 orang anak.
c) Peran Diri Klien merupakan anak ke 7 dari 9 bersaudara, klien
seorang kepala keluarga yang mempunyai seorang istri dan 2
orang anak.Klien bekerja sebagai wirausahawan untuk memenuhi
kebutuhan rumahan rumah tangganya Di dalam suatu masyarakat
klien sering berperan aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan
d) Ideal Diri Klien mengatakan pernah belajar menjadi ustadz tetapi
tidak kuat menompang ilmu dan pasien selalu memikirkannya.
e) Harga Diri Klien mengatakan minder/malu karena tetangganya
tau klien di rawat di rumah sakit jiwa.
Masalah keperawatan: gangguan waham kebesaran
3) Hubungan sosial
a) Saat di rumah
1. Klien menganggap keluarga adalah nomer satu di dalam
hidupnya.

22
2. Istri klien jarang menjenguk klien di RS, tetapi saat keluar dari
RS Klien sering menemui keluarganya yang tinggal di
semarang.  
Masalah keperawatan: kurangnya disfungsi keluarga
b) Saat di rumah sakit
1. Interaksi klien dengan Klien di RS yang lain sangat baik
2. Hubungan klien dengan tenaga kesehatan di RS juga sangat
baik dan koopratif.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
4) Spiritual/Keyakinan
a) Nilai dan Keyakinan Klien beragama islam
b) Kegiatan Ibadah Saat di RS klien selelu aktif sholat dan berdoa
Masalah keperawatan: tidak ada masalsah keperawatan
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Keadaan umum klien baik
2) Tingkat Kesadaran : composmentis
e. Tanda Vital :
TD : 140/90
N : 80X / menit
S : 36,5
f. Ukur
BB : 65 kg
TB : 170 cm
g. Keluhan Fisik : Klien tidak mempunyai keluhan fisik
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
h. Status Mental
1) Penampilan
a) Penampilan klien rapih, klien selalu menjaga kebersihan dirinya.
b) Kuku klien sedikit panjang.
c) Rambut kurang tertata rapi/sedikit acak-acakan.
d) Gigi klien tampak bersih

23
2) Pembicaraan
Saat berbicara klien tampak lancar, klien mudah di ajak bicara,
volume suara keras dan jelas, saat berbicara klien sering menguap.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
3) Aktivitas Motorik
Klien tampak aktiv, kontak mata saat komunikasi cukup baik,
interaksi klien dengan orang laian baik.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
4) Alam Perasaan
Klien mengatakan sering melihat sosok Tuhan yang selalu
mendatanginya dan melindunginya. Klien mengatakan sering
mendengar bisikan-bisikan yang menyuruh klien utuk menjadi
seorang nabi.
Masalah keperawatan: waham kebesaran
5) Afek
Klien memiliki afek yang tajam karena ada perubahan dalam
roman mukanya saat ada stimulus menyenangkan atau
menyedihkan yang di berikan.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
6) Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata cukup baik, tetapi klien saat berinteraksi sering
menguap, kadang melihat kearah lain.
Masalah keperawatan: gangguan komunikasi verbal
7) Persepsi Sensori
Klien megalami halusinasi pengelihatan dan pendengaran karena
klien sering melihat sosok Tuhan dan sering mendengar bisikan-
bisikan suara. Klien mengatakan mendengar bisikan dan melihat
Tuhan pada saat klien bengong/pikirannya sedang kosong, suara
bisikan dan yang dilihat klien muncul terus menerus.
Masalah keperawatan: gangguan presepsi sensori

24
8) Proses Pikir
Saat diberikan pertanyaan dari perawat klien dapat menjawab
pertanyaan dengan cepat, akan tetapi pembicaraannya sering
melantur. Klien tidak menutup nutupi yang akan di bicarakannya.
Masalah keperawatan: gangguan komunikasi verbal
9) Isi Pikir
Klien mengatakan sering melihat Tuhan, klien mengaku bahwa
dirinya seorang nabi dan mendapat wahyu dari Tuhan untuk
disampaikan kepada orang lain.
Masalah keperawatan: waham kebesaran
10) Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat, dan orang masih jelas saat klien di berikan
pertanyaan.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
11) Memori Daya ingat
Klien cukup bagus, tetapi klien kurang dapat mengingingat nama-
nama orang yang baru berinteraksi dengan klien. Klien dapat
mengingat anggota keluarganya, alasan klien masuk rumah sakit
jiwa, aktivitas yang sering di lakukan di rumah.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dapat berkonsentrasi dengan baik. Klien dapat menghitung
dengan baik dan benar saat di berikan pertanyaan tentang hitung-
hitungan angka.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
13) Kemampuan Penilaian
Klien mengatakan bahwa ibadah dapat meningkatkan
keimanannya, oleh karena itu klien sealu beribadah dan berdoa
pada Tuhannya untuk menyembuhkannya, melindunginya dan
keluarganya.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

25
14) Daya Tilik Diri
Klien mengatakan dirinya di guna-guna oleh tetangganya sehingga
dia sering mengalami halusinasi seperti sekarang dan di bawa ke
rumah sakit. Klien juga menuduh tetangganya sengaja
memasukkannya ke rumah sakit jiwa. Klien tidak menyadari bahwa
dirinya mengalami suatu halusinasi, klien menganggap yang di
alami adalah sebuah kenyataan.
Masalah keperawatan: koping individu tidak efektif
i. Mekanisme Koping
1) Jenis Mekanisme Koping Cara klien mengatasi masalah bisikan-
bisikan yang klien dengaar adalah klien melakukan tekhnik nafas
dalam dan mendiamkan halusinasinya.  
2) Sumber Mekanisme Koping Dari dalam dirinya sendiri
j. Kebutuhan Persiapan Pulang

No Aspek yang Dinilai Tingkat


Kemampuan
0 1 2
1 Makan
a. Kemampuan menyiapkan makan 
b. Kemampuan memberikan alat makan 
c. Kemampuan mendapatkan alat makan dan 
minum di tempatnya

2 BAB/BAK
a. Kemampuan mengontrol BAK/BAB di WC 
b. Kemampuan membersihkan WC 
c. Kemampuan membersihkan diri 
d. Kemampuan memakai pakaian/celana 

26
3 Mandi
a. Kemampuan dalam mandi 
b. Kemampuan dalam menggosok gigi 
c. Kemampuan dalam keramas 
d. Kemampuan dalam potong kuku dan rambut 

4 Berpakaian/berdandan
a. Kemampuan memilih pakaian 
b. Kemampuan memakai pakaian 
c. Kemampuan mengatur frekuensi ganti pakaian 
d. kemampuan mencukur jenggot (laki-laki) 
e. Kemampuan berhias 
f. Kemampuan menyisir rambut 

5 Istirahat dan Tidur


a. Kemampuan untuk mengatur waktu tidur 
b. Kemampuan merapikan sprei dan selimut 
c. Kemampuan untuk tidur dengan bantuan obat 
6 Penggunaan Obat
Kemampuan pengaturan penggunaan obat 

7 Pemeliharaan Kesehatan
a. Perawatan lanjutan (Puskesmas, RS, RSI, 
perawat, dokter)
b. Perawatan pendukung (keluarga, pengawas

minum obat)

8 Kegiatan di Dalam Rumah


a. Kemampuan mempersiapkan makanan 
b. Kemampuan menjaga kerapihan rumah 
c. Kemampuan mencuci pakaian 
d. Kemampuan pengaturan keuangan 

27
9 Kegiatan di Luar Rumah
a. Kemampuan berbelanja 
b. Kemampuan transportasi 

k. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

l. Terapi Medis
1) Halloperidone, dosis 2x5mg/oral
2) Thirexyphenidyl, dosis 2x2mg/oral
3) Risperidone, dosis 2x2mg/oral

28
3.2.2 Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan
1. DS : Gangguan persepsi sensori
a. Klien mengatakan sering berhubungan dengan halusinasi
mendengar suara-suara bisikan pendengaran dan pengelihatan.
yang mengajaknya untuk menjadi
seorang nabi, klien juga
mengatakan sering melihat sosok
Tuhan.
b. Klien mengatakan mendengar
bisikan dan melihat Tuhan pada
saat Klien bingung/pikirannya
sedang kosong, suara bisikan dan
yang dilihat klien muncul terus
menerus
DO:
a. Klien mendengar suara-suara
bisikan Gangguan persepsi
sensori berhubungan dengan
halusinasi pendengaran dan
pengelihatan.
b. Klien sering melihat sosok Tuhan
c. Klien kadang tersenyum sendiri
d. Klien tampak sedikit gelisah
e. Klien sering melamun
2. DS: Waham kebesaran berhubungan
a. Klien mengatakan mendapat dengan halusinasi
wahyu dari Tuhan
b. Klien menganggap dirinya
seorang nabi karena mendapat
wahyu dari Tuhan

29
DO :
a. Klien menganggap dirinya nabi
b. Klien meyakini dirinya
mendapat wahyu dari Tuhan
c. Klien selalu bercerita ke orang-
orang bahwa dirinya mendapat
wahyu
3. DS : Koping individu tidak efektif
a. Klien mengatakan dirinya di berhubungan dengan gangguan
guna-guna oleh tetangganya proses pikir
sehingga dia sering mengalami
halusinasi seperti sekarang dan
di bawa ke rumah sakit.
b. Klien mengatakan pernah
belajar menjadi seorang ustadz
akan tetapi tidak kuat menopang
ilmu
DO :
a. Klien selalu bercerita tentang
tetangganya yng mengguna-
gunanya
b. Klien juga menuduh
tetangganya sengaja
memasukkannya ke rumah sakit
jiwa.

3.2.3 Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan halusinasi
pendengaran dan pengelihatan.
b. Waham kebesaran berhubungan dengan halusinasi.
c. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan gangguan proses
pikir.

30
3.2.4 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


1. Gangguan Setelah 4X pertemuan pasien Setelah 1x pertemuan a. Bina hubungan saling percaya
persepsi Sensori mampu : klien dapat b. Bantu klien mengenali halusinasi :
berhubungan a. Mengenali halusinasi yang menyebutkan : 1) Isi
dengan halusinasi di alaminya a. Isi, waktu, frekuensi, 2) Waktu terjadi
pendengaran dan b. Klien dapat mengontrol pencetus, perasaan 3) Frekuensi
pengelihatan halusinasi yang di alami b. Mampu memperagakan cara 4) Situasi pencetus
c. Mengikuti program dalam mengontrol halusina 5) Perasaan saat terjadi halusinasi
pengobatan secra optimal c. Latih mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik
Tahapan tindakannya meliputi:
1) Jelaskan cara menghardik halusinasi
2) Peragakan cara menghardik
3) Minta klien memperagakan ulang
4) Pantau penerapan cara ini, beri penguatan

31 30
perilaku klien
d. Masukan cara kontrol halusinasi dengan
menghardik dalam jadwal harian klien
Setelah 1x pertemuan a. Validasi maslah dan latihan sebelumnya
klien mampu : b. Latih bicara/ bercakap-cakap dengan orang
a. Menyebutkan kegiatan yang lain saat halusinasi muncul
sudah di lakukan c. Masukan cara control halusinasi dengan cara
b. Klien dapat bercakap-cakap berbincang-bincang dengan orang lain dalam
dengan orang lain untuk jadwal harian klien
mengalihkan perhatia
Setelah 1x pertemuan a. Validasi maslah dan latihan sebelumnya
klien mampu : b. Latih klien cara mengontrol halusinasi dengan
a. Menyebutkan kegiatan yang kegiatan harian agar halusinasi tidak muncul.
sudah dilaku Tahapannya:
b. Membuat jadwal kegiatan 1) Jelaskan pentingnya aktifitas yang teratur
sehari-hari dan mampu untuk mengatasi halusinasi
memperagakannya. 2) Diskusikan aktifitas yang biasa dilakukan
oleh klien
3) Latih klien melakukan aktifitas

32
31
4) Susun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai
dengan aktifitas yang telah di latih (dari
bangun pagi sampai tidur malam)
5) Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan
pengaturan terhadap perilaku pasien yang
positif.
c. Masukan cara kontrol halusinasi dengan cara
kegiatan sehari-hari dalam jadwal harian klien
Setelah 1x pertemuan a. Validasi maslah dan latihan sebelumnya
klien mampu : b. Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan
a. Menyebutkan kegiatan yang teratur minum obat
sudah dilakukan Tahapannya:
b. Menyebutkan manfaat dari 1) Jelaskan manfaat penggunaan obat pada
program pengobatan pasien dengan gangguan jiwa
2) Jelaskan akibat bila tidak di gunakan sesuai
program
3) Menyarankan
pada klien untuk melakukan kontrol jika obat

33

32
yang di berikan telah habis

c. Masukan cara kontrol halusinasi dengan cara


teratur minum obat dalam jadwal harian klien.
2. Waham kebesaran Setelah 3X pertemuan Setelah 1X pertemuan a. Bina hubungan saling percaya
berhubungan diharapkan klien mampu : di harapkan klien b. Bantu orientasi realita
dengan halusinasi a. Membantu rientasi realita mampu : Tahapannya :
b. klien dapat a. klien dapat berhubungan Berikan Support pada klien, klien tidak
mengidentifikasi dengan realita boleh menyalahkan klien
kemampuan dan asfek b. klien dapat mengidentifikasi c. Bantu klien memenuhi kebutuhannya
positif yang dimiliki kebutuhan yang tidak d. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal
c. klien dapat memiliki terpenuhi kegiatan harian klien
kemampuan yang dapat
digunakan
d. klien dapat menetapkan
kegaitan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.

34
Setelah 1x pertemuan a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
di harapkan klien b. Berdiskusi tentang kemampuan yang di miliki
mampu : 1) Tanyakan kemampuan yang di miliki klien
a. klien dapat memiliki 2) Diskusikan
kemampuan yang dapat c. Latih kemampuan yang dimiliki
digunakan
Setelah 1x pertemuan a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
di harapkan klien b. Berikan pendidikan kesehatan tentang
mampu : menggunakan obat yang teratur.
a. Menyebutkan kegiatan yang 1) Jelaskan manfaat penggunaan obat pada
sudah dilakukan pasien dengan gangguan jiwa
b. Menyebutkan manfaat dari 2) Jelaskan akibat bila tidak di gunakan
program pengobatan sesuai
program
3) Menyarankan pada klien untuk melakukan
kontrol jika obat yang di berikan telah
habis
33
c. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal

35
kegiatan

Individu tidak Setelah 3x pertemuan di Setalah 1x pertemuan pasien a. Bina hubungan saling percaya
efektif berhubungan harapkan klien mampu: diharapkan mampu: b. Bantu pasien mengenal koping yang tidak
dengan gangguan a. Mengenali koping yang tidak a. Berbicara terbuka dengan efektif
proses piker efektif orang lain c. Anjurkan kooping konstruktif: bicara terbuka
b.Dapat berbicara dengan b. Klien tidak menyalahkan dengan orang lain
terbuka orang lain d. Masukkan ke jadwal harian klien
c. Dapat melakukan kegiatan c. Klien menerima kondisinya
seperti biasa klien Sehat fisik seperti sekarang tanpa
dan psikologis menyalahkan orang lain
Setelah 1x pertemuan a. Bina hubungan saling percaya
klien mampu : b. Evaluasi jadwal kegiatan sebelumnya pada
a. Klien melakukan kegiatan klien
seperti biasa 1) Mengajarkan koping konstruktif:
b. Klien melupakan masalah melakukan kegiatan
yang di alam 2) Menganjurkan klien melakukan kegiatan

36
untuk melupakan masalah yang di alami
c. Jelaskan manfaat melakukan kegiatan untuk
klien
d. Masukkan ke dalam jadwal harian klien

35

37
3.2.5 Catatan Perkembangan

Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi


Senin 28 Gangguan persepsi sensori SP I SP I
oktober 2018 berhubungan dengan a. Memantu klien mengenalui halusinasi S : klien mengatakan mendengar suara bisikan-
halusinasi pendengaran dan 1) Isi bisikan untuk menyuruhnya menjadi
Pukul : 12.00
pengelihatan 2) Waktu seorang nabi dan pasien sering melihat
3) terjadi Tuhan. Halusinasi muncul saat klien
4) Frekuensi bingung, klien sering mengalami halusinasi
5) Situasi (terus menerus), klien mendiamkan
6) pencetus halusinasi yang terjadi.
7) Perasaan saat terjadi halusinas O : a. Melatih klien cara menghardik
b. Melatih mengontrol b. Klien dapat memperagakan ualang cara
halusinasi dengan cara menghardik. mengontrol halusinasi dengan cara
Tahapan tindakan meliputi: menghardik halusinasi yang muncul.
1) Menjelaskan cara menghardik c. Klien koopratif
halusinasi d. Klien mundah menerima masukan dari
2) Memperagakan cara menghardik perawat
3) Meminta klien memperagakan A : SP II dapat teratasi

36
38
ulang P : Lanjutkan intervensi
4) Memantau penerapan cara ini, beri
SP III
penguatan perilaku klien
Latih klien cara mengontrol halusinasi
c. Memasukan cara kontrol halusinasi dengan kegiatan harian agar halusinasi tidak
dengan menghardik dalam jadwal muncul
harian klien
Selasa 29 Gangguan persepsi SP II SP II
oktober sensori berhubungan a. Mengvalidasi maslah dan latihan S : a. klien mengatakan dapat melakukan cara
2018 pukul: dengan halusinasi sebelumnya mengontrol halusinasi dengan
12.00 pendengaran dan b. Melatih bicara/ bercakap-cakap menghardik halusinasi tersebut
pengelihata dengan orang lain saat halusinasi b. Klien mengatakan halusinasinya masih
muncul, dengan cara menjelaskan sering terjadi
manfaat berbincang/berinteraksi O : a. Klien dapat mempraktekan cara
dengan orang lain untuk mengalihkan mengontrol halusinasi dengan cara
halusinasi pada klien menghardik.
b. Melatih klien berbincang dengan orang
lain untuk mengalihkan halusinasi yang
di alami.
c. Memasukan cara kontrol halusinasi
c. Pasien dapat berbincang-bincang

39
37
dengan cara berbincang-bincang dengan orang lain dengan baik
dengan orang lain dalam jadwal d. Klien koopratif
harian klien e. Interaksi klien dengan orang lain baik
f. Komunikasi klien baik
A : SP II dapat teratasi
P : Lanjutkan intervensi
SP III
Latih klien cara mengontrol halusinasi
dengan kegiatan harian agar halusinasi tidak
muncul.
Rabu 30 Gangguan persepsi sensori SP III SP III
oktober berhubungan dengan a. Mengvalidasi masalah dan latihan S : a. Klien mengakatan saat halusinasi muncul,
2018 pukul: halusinasi pendengaran sebelumnya klien melakukan interaksi dengan teman
12.00 dan penglihatan. b. melatih klien cara mengontrol sekamarnya untuk mengontrol
halusinasi dengan kegiatan harian agar halusinasinya.
halusinasi tidak muncul, Tahapannya : b. Klien mengatakan saat melakukan
1) Menjelaskan pentingnya aktifitas interaksi halusinya dapat berkurang
yang teratur untuk mengatasi
halusinasi

40
38
2) Mendiskusikan aktifitas yang biasa O : a. Membuatkan jadwal kegiatan untuk
dilakukan oleh klien klien.
3) Menyusun jadwal aktifitas sehari- b. Klien paham pentingnyaa aktifitas untuk
hari sesuai dengan aktifias tyang menghilangkan halusinasi
telah di latih (dari bangun pagi c. Klien koopratif
sampai tidur malam) d. Klien mau melakukan aktifitas yang di
c. Memasukan cara kontrol halusinasi jadwalkan.
dengan cara kegiatan sehari-hari dalam e. Klien mampu melakukan kegiatan
jadwal klien. aktifitas yang di jadwalkan.

A : SP III dapat teratasi


P : Lanjutkan intervensi
SP IV
Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan
teratur minum obat
Kamis 31 Gangguan persepsi sensori SP IV SP IV
oktober berhubungan dengan a. Memvalidasi maslah dan latihan S : klien mengatakan sudah melakukan
2018 pukul: halusinasi pendengaran sebelumnya kegiatan sesuai yang di jadwalkan bersama-
12.00 dan pengelihatan b. Menjelaskan cara mengontrol sama. Klien mengatakan halusinasi tidak
halusinasi dengan teratur minum sering muncul saat klien melakukan

41
39
obat, Tahapannya : kegiatan.
1) Menjelaskan manfaat penggunaan O : a. klien jelas pentingnya obat yang di
obat pada pasien dengan gangguan berikan di rumah sakit
jiwa b. klien mengetahui akibatnya jika tidak
2) Menjelaskan akibat bila tidak di meminum obat sesuai program
minum sesuai program c. klien dapat menyebutkan manfaat terapi
3) Menyarankan pada klien untuk obat yang diberikan
melakukan control jika obat yang d. klien koopratif
di berikan telah habis e. klien mau melakukan saran yang di
berikan.
c. Masukan cara kontrol halusinasi
dengan cara teratur minum obat dalam A : SP IV dapat teratasi
jadwal harian klien. P : lanjutkan intervensi
a. Optimalkan konsumsi obat (teratur
minum obat)
b. Anjurkan untuk kontrol ke RS saat obat
habis
Senin, 28 Waham kebesaran SP I SP I
oktober berhubungan dengan a. Membina hubungan saling percaya S : Klien mengatakan mempunyai kekebalan

42
40

2018 halusinasi b. Membantu orientasi realita pada tubuhnya. Klien menganggap dirinya
Tahapannya : mempunyai kekebalan karena ada yesus di
Memberikan Support pada klien, dalam tubuhnya yang melindunginya.
tidak boleh O : a. Bicara sering melantur
menyalahkan klien b. Menjelaskan realita tentang yang di alami
klien
c. Menganjurkan klien memasukkan
c. Klien masih mempercayai bahwa dirinya
dalam jadwal kegiatan harian klien
mempunyai kekebalan
A : SP I teratasi sebagian

P : Lanjutkan SP II
Berdiskusi tentang kemampuan yang di
miliki.
Selasa 29 Waham kebesaran SP II SP II
oktober berhubungan dengan a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian S : klien mengatakan mempunyai kemampuan
2018 halusinasi klien dalam bidang wirausaha
b. Mendiskusikan tentang kemampuan
O : a. Klien adalah wirausahawan
yang di miliki seperti, menanyakan
b. support klien tentang kemampuan yang di
kemampuan yang di miliki klien
miliki klien

43

41
c. Melatih kemampuan yang di miliki c. klien koopratif
d. klien sering bercerita tentang usahanya
A : SP II dapat teratasi

P : lanjutkan intervensi SP III


Memberikan pendidikan kesehatan tentang
menggunakan obat yang teratu
Rabu 30 Waham kebesaran SP III SP III
oktober berhubungan dengan a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian S : klien mengatakan mendapatkan wahyu dari
2018 halusinasi klien Tuhan, sehingga klien menganggap dirinya
b. Memberikan pendidikan kesehatan nabi
tentang menggunakan obat yang
O : a. Klien mengalami waham kebesaran
teratur, sbb:
b. Klien bicara melantur
1) Jelaskan manfaat penggunaan obat
c. Klien adalah wirausahawan
pada pasien dengan gangguan jiwa
d. Klien mempunyai kemampuan di bidang
2) Jelaskan akibat bila tidak
wirausahan
digunakan sesuai program
A : SP III teratasi
3) Menyarankan pada klien untuk
P : Lanjutkan intervensi
melakukan kontrol jika obat yang

44
diberikan telah habis a. Optimalkan minum obat
b. Latih klien dengan kemampuan yang di
c. Anjurkan klien memasukkan dalam
milik.
jadwal kegiatan harian klien

42

45
3.3 Role Play Keperawatan Waham Kebesaran

Tn. B berumur 35 tahun dibawa ke RSJ oleh keluarga karena sudah 1


bulan ini mengalami perubahan perilaku. Dia menyampaikan ke setiap
orang bahwa dirinya seorang nabi dan mendapat wahyu dari Tuhan untuk
disampaikan kepada orang lain. Klien mengatakan bahwa dirinya seorang
nabi. Klien tampak berdandan seperti seorang nabi. Selama di RSJ klien
beribadah sholat dan berdoa selama 5x, setiap subuh, duhur, ashar, maghrib,
dan isya’. Setelah dikaji, pasien punya riwayat masuk RSJ pada tahun 2016
dan terakhir minum obat 7 bulan yang lalu.

SP I

Perawat : Assalamualaikum perkenalkan saya perawat nadia, yang dinas


pagi ini diruang kenari saya dinas dari pukul 07.00 sampai pukul
14.00. saya yang akan merawat bapak hari ini, nama bapak siapa?

Pasien : Bogel

Perawata : Bapak biasanya suka di panggil siapa?

Pasien : Gel

Perawat : Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak rasakan


sekarang?

Pasien : Iya bisa

Perawat : Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana


kalau 15 menit saja pak?

Pasien : Iya sus

Perawat : Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?

Pasien : Di sini aja sus karena saya terburu-buru

Perawat : Buru-buru kenapa pak, mau kemana?

46
Pasien : Saya mau menyampaikan wahyu kepada orang lain sus

Perawat : Dimana pak?

Pasien : Di masjid sus

Perawat : Kalau begitu apa saja pak yang bapak ingin sampaikan?

Pasien : Saya ingin menyampaikan bahwa Allah SWT itu Yang Maha
Esa dialah yang menjadikan dan berkuasa selama-lamanya atas
alam semsta dan segala isinya.

Perawat : Menurut bapak siapa nabi yanag mendapat wahyu terakhir dari
Tuhan?

Pasien : Nabi Muhammad sus

Perawaat : Seperti yang bapak sebutkan, bahwa tidak ada nabi lagi setelah
nabi Muhammad. Nah, kalau seperti itu, apa bapak masih
merasa kalau bapak seorang nabi?

Pasien : Kan saya memang nabi sus

Perawat : kalua seperti itu kita akan membicarakan hal itu lagi dilain
kesempatan ya pak. Coba bapak ceritakan kepada saya kegiatan
apa saja yang bapak lakukan dari mulai bapak bangun tidur
sampai akan tidur.

Pasien : Bangun tidur saya mandi dan sholat shubuh, jam 12 saya sholat
dhuhur, jam 3 saya sholat ashar, jam 6 saya sholat maghrib dan
jam 7 saya sholat isya’. Setelah itu jam 9 malam saya tidur sus.

Perawat : Bapak sudah makan?

Pasien : Sudah sus

Perawat : Bapak dalama sehari makan berapa kali?

Pasien : 3x sus

Perawat : Bagus sekalai pak, nah dalam 1 hari bapak berapa kali mandi?

47
Pasien : Saya manadi pagi saja sus

Perawat ; Menurut bapak dalam 1 hari kita sebaiknya manadi berapa


kali?

Pasien : 2x sus

Perawat : Iya pak bagus sekali. Jadi kita perlu mandi 2x sehari, pagi dan
sore. Agar badan kita bersih dan tidak gatal-gatal.

Pasien : Iya sus

Perwat : Bagaimana kalau sholat dan mandi kita masukan ke jadwal


kegiatan harian bapak. Apakah bapaka sudah mempunyai jadwal
kegiatan harian?

Pasien : Belum suster

Perawat : Baik pak, sekarang saya akan membantu bapak membuat


kegiatan hariannya. Silahkan bapak tulis disini, nomor, hari,
tanggal, jam, nama kegiatan dan evaluasi ya pak. Di evaluasi
ada 3 kolom; yang pertama kolom M (mandiri), yang kedua
kolom B (bantuan) dan kolom ketiga kolom T (tidak). bapak
bisa menuliskan kegiatan mandi dan sholat dalam kegiatan
harian bapak. Bapak mau dalam sehari berapa kali mandi dan
sholat?

Pasien : 2x kali mandi dan 5x sholat

Perawat : Baik pak, bapak silahkan tuliskan disini untuk kegiatan mandi
dan sholatnya. Disini ada kolom M, bapak silahkan centang jika
bapak melakukan kegiatan secara mandiri, kolom B jika bapak
melakukan kegiatan dengan bantuan dan kolom T jika bapak
tidak melakukan kegiatan yang bapak lakukan. Seperti itu pak,
apa ada yang ingin ditanyakan?

Pasien : Tidak ada sus

48
Perawat : Baik bapak hari ini kita sudah berbincang-bincang tentang apa
yang sudah bapak lakukan dalam 1 hari. Baik bapak coba
ceritakan lagi kita perlu mandi dan sholat berapa kali dalam
sehari?

Pasien : Kita mandi 2x dan sjholat 5x dalam sehari

Perawat : Bagus sekali pak, bapak menyebutkan dengan benar.


Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi pak?

Pasien : Iya sus

Perawat : Bapak ingin berbincang-bincang dimana dan jam berapa?

Pasien : Disini aja, jam 10 sus

Perawat : Mau berapa lama kita berbincang-bincang pak?

Pasien : 15 menit aja

Perawat : Baik pak, besok kita akan berbincang-bincang disini jam 10


pagi selama 15 menit setelah bapak minum obat. Kita
berbincang-bincang tentang hobi bapak, bagaimana pak?

Pasien : Iya sus

Perawat : baik pak kalau begitu kegiatan berbincang-bincang kita hari ini
selesai. Besok jangan lupa jadwal hariannya dibawa ya pak.
Silahkan melanjutkan kegiatannya lagi pak. Assalamu’alaikum
pak

Pasien : Wa’alaikumsalam sus

SP II

Peawat : Assalamu’alalikum pak Bogel. Bagaimana perasaan pak Bogel


saat ini?

Pasien : Bagus sus

49
Perawat : Bapak, coba saya lihat jadwal hariannya ya.

Pasien : Oh ya, ini sus silahkan

Perawat : Wah bagus sekali pak, sudah mengisi sesuai dengan yang
diajarkan kemarin ya

Pasien : Iya sus

Perawat : Bagaimana kalau kita bicarakan hobi bapak sekarang ya?

Pasien : Iya boleh sus

Perawat : Kemarin kita sudah membuat perjanjian untuk membahas hobi


bapak selama 15 menit

Pasien : Iya sus

Perawat : Kkalau boleh tahu apa saja hobi bapak Bogel? Saya catat ya
pak.

Pasien : Hobi saya memancing

Perawat : Bagus sekali pak, terus apalagi?

Pasien : Saya juga suka main volley dan main suling

Perawat : Wah bagus sekali, rupanya bapak Bogel selain banyak hobi
pandai main suling juga ya

Pasien : Iya dong sus, saya kan pernah juara 1 main suling

Perawat : Siapa yang dulu mengajarkan kepada bapak Bogel?

Pasien : Kakek saya yang dulu mengajari saya sus

Perawat : Bisa bapak Bogel peragakan kepada saya bagimana bermain


suling yang baik?

Pasien : Begini loh sus (memperagakan)

Perawat : Wah bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk
bakat bapak Bogel ini?

50
Pasien : Saya oke-oke saja sih sus

Perawat : Berapa kali dalam seminggu bapak Bogel bermain suling?

Pasien : 5x saja sus

Perawat : Apa yang bapak harapkan dari bermain suling ini?

Pasien : Supaya bakat yang saya punya ini bisa diterima banyak orang.

Perawat : Bagaimana perasaan bapak Bogel setelah berbincang-bincang


tentang hobi dan kemampuan bapak?

Pasien : Saya merasa nyaman aja sih sus

Perawat : Setelah ini coba bapak lakukan latihan bermain suling sesuai
jadwal yag kita buat ya

Pasien : Iya sus

Perawat : Bagaimana kalau berbincang-bincang saat ini kita lanjutkan


besok ya pak.

Pasien : Iya sus.

Perawat :Bapak maunya kita berbincang-bincang dimana dan jam


berapa?

Pasien : Disini aja sus sama seperti sekarang jam 10

Perawat : Baik pak, besok kita lanjutkan perbincangan kita disini jam 10.
Bagaimana kalau 15 menit lagi kita berbincang-bincangnya?

Pasien : Oke sus

Perawat : Baik pak, saat ini kita akhiri dulu perbincangan kita besok kita
lanjutkan sampai ketemu besok pak. Asslamu’alaikum

Pasien : Wa’alaikumsalam

51
SP III

Peawat : Assalamu’alaikum pak Bogel

Pasien : Wa’alaikumalam sus

Perawat : Bagaimana pak sudah dicoba bermain sulingnya?

Pasien : Sudah sus

Perawat : Bagus sekali pak. Bisa saya lihat jadwal harian pak Bogel?

Pasien : Ini sus

Perawat : Iya, bagus sekali pak, sudah melakukan secara mandiri. Baik
pak, sesuai perjanjian kita kemarin kita akan berbincang-
bincang disini selama 15 menit tetang obat yang pak Bogel
minum.

Pasien : Iya sus

Perawat : Pak Bogel, menurut bapak untuk apa kita minum obat?

Pasien : Saya tidak tahu sus untuk apa minum obat?

Perawat : Pak Bogel perlu minum obat agar pikirannya menjadi tenang
dan tidurnya juga tenanag pak. Bapak masih ingat ini obat apa
saja?

Pasien : Masih sus

Perawat : Kalau yang warna orange ini nama dan kegunaannya apa pak?

Pasien : Yang Orange namanya CPZ biar tenang

Perawat :Betul sekali pak. Nah untuk yang putih ini nama dan
kegunaannya apa pak?

Pasien : Yang ini THP gunanya agar rileks sus

Perawat : Bagus sekali pak Bogel. Bapak masih ingat dengan baik, nah
yang merah muda ini nama dan kegunaannya apa pak?

52
Pasien : Yang ini HLP kata dokter diminum agar pikirannya jadi teratur

Perawat : Betul sekali pak, bapak menyebutkan manfaat minum obat.


Menurut bapak penting tidak kita minum obat?

Pasien : Penting sus

Perawat : Betul sekali pak, bapak masih ingata ini diminum berapa kali
pak?

Pasien : Semuanya ini diminum 3x sehari, pukul 07.00, 13.00, 19.00

Perawat : Betul sekali pak, kalau nanti setelah minum obat mulut pak
Bogel terasa kering untuk membantu mengatasinya bapak perlu
minum air putih dan mngisap es batu.

Pasien : Iya sus

Perawat : Obat-obat ini diminum secara teratur dan kemungkinan akan


diminum dalam waktu yang cukup lama. Coba pak Bogel
rasakan perbedaan antara sebelum dan sesudah minum obat.

Pasien : Iya sus, setelah minum obat terasa lebih tenang

Perawat : Betul sekali pak, jadi obatnya harus diminum secara teratur

Pasien : Iya sus

Perawat : Bagaimana perasaan pak Bogel setelah kita berbincang-


bincang tentang obat yang bapak minum?

Pasien : Senang sekali sus

Perawat : Apa saja nama obatnya pak?

Pasien : CPZ, THP dan HLP sus

Perawat : Betul sekali pak, jam berapa saja diminum?

Pasien : Pukul 07.00, 13.00, 19.00

Perawat : Iya bagus sekali pak, mari kita masukkan kedalam jadwal
harian bapak.

53
Pasien : Iya sus

Perawat : Obatnya jangan lupa diminum ya pak. Trus jadwal yang


kemarin kita buat dilanjutkan ya pak

Pasien : Iya sus

Perawat : Baik pak, terima kasih atas waktunya silahkan bapak lanjutkan
kembali aktifitasnya kembali. Wassalamu’alaikum

Pasien : Waalaikumsalam

54
BAB 4

PEMABAHASAN

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan


secara kuat atau terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Waham adalah termasuk gangguan isi pikiran, pasien meyakini bahwa
dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang
spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia (Yusuf dkk, 2015).

Pada tanggal 17 september 2018 Tn. B dibawah ke rumah sakit


jiwa karena klien sering bingung, sering marah-marah dengan orang lain,
pasien mencurigai orang-orang di sekitarnya. Pasien mengalami halusinasi
pendengaran dan pengelihatan, keluarga klien juga mengatakan bahwa
klien mendapat wahyu dari Tuhan dan mendapatkan amanat
menyampaikan wahyu kepada orang lain. Klien juga memiliki riwayat
masuk rumah sakit jiwa sebanyak 5x dan pasien putus obat selama 7 bulan
terakhir.

Pada pasien dengan masalah waham kebesaran dapat muncul


beberapa masalah keperawatan seperti gangguan presepsi sensori
berhubungan dengan halusinasi pendengaran dan penglihatan, waham
kebesaran berhubungan dengan halusinasi, koping individu tidak efektif
berhubungan dengan gangguan proses pikir. Pada kasus Tn. B mimiliki
riwayat halusinasi dan gangguan pendengaran yang menyebabkan
timbulnya masalah gangguan waham kebesaran.

Berdasarkan hasil pengkajian masalah utama yang dialami Tn. B


adalah gangguan waham kebesaran, sehingga tindakan keperawatan yang
dilakukan bertujuan untuk mengingatkan pada pasien bahwa apa yang dia
lihat dan dengar tidak sesuai dengan kenyataan. Rencana intervensi yang
sudah di implementasikan pada Tn. B dengan masalah keperawatan
gangguan waham kebesaran antara lain, SP1 membina hubungan saling

55
percaya dengan berkenalan dan menjelaskan tujuan kedatangan perawat
dengan adanya kepercayaan pasien pada perawat akan membuat pasien
merasa nyaman. Kemudian mengidentifikasi perilaku waham kebesaran
dan tanda – tanda perilaku waham kebesaran.

Pada SP2 mengajarkan klien untuk mengontrol perilaku gangguan


waham kebesaran dengan mengajarkan untuk membuat jadwal kegiatan
harian pasien dalam agenda harian pasien. Pada saat evaluasi klien sudah
dapat mempraktekkan dan menunjukkan isi dari jadwal kegiatan harian
pasien.

Pada SP3 perawat mengajarkan cara mengontrol perilaku


gangguan waham kebesaran dengan minum obat secara teratur dan
mengevaluasi jadwal kegiatan pasien untuk menilai keberhasilan dalam
strategi pelaksanaan.

56
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara


kuat atau terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah
termasuk gangguan isi pikiran, pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti
apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan
jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
penderita skizofrenia.

Penyebab waham sendiri ada 2 faktor yang pertama faktor prediposisi


yaitu faktor perkembangan sosial kultural, psikologis, genetik, biokimia. Stres
yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme dalam tubuh sehingga
membuat tidak mampu dalam proses stimulus internal dan eksternal. Yang
kedua ada faktor respitasi yaitu dimana rangsangan lingkungan menjadi
pencetus terjadinya waham, yaitu klien mengalami hubungan yang
bermusuhan, terlalu lama diajak bicara, objek yang ada dilingkungannya dan
suasana sepi (isolasi). Suasana ini dapat meningktkan stres dan kecemasan.

Adapun tanda dan gejala dari penyakit waham yang pertama aspek
kognitif yang dimana seorang dengan gangguan waham tidak mampu
membedakan nyata dengan tidak nyata, individu sangat percaya pada
keyakinanya, sulit berfikir realita. Kedua ada aspek afektif yaitu Situasi tidak
sesuai dengan kenyataan dan afek tumpul. Yang ketiga ada aspek perilaku dan
hubungan soial yang meliputi hipersensitif, depresif, ragu-ragu, curiga,
mengancam secara verbal. Dan yang terakhir ada aspek fisik dimana individu
itu akan mengalami higiene kurang, muka pucat, sering menguap, BB

57
menurun, dan nafsu makan berkurang dan sulit tidur. Waham sendiri dibedakan
menjadi beberapa macam yaitu waham kebesaran, waham curiga, waham
agama, waham somatik, dan yang terakhir ialah waham nihilistik.

Penatalaksanaan pada seorang dengan gangguan waham adalah Electro


Convulsif Therapie (ECT) yaitu terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Selanjutnya
Rehabilitasi yaitu dimana seorang dengan gangguan waham dapat mengalami
perkembangan dan dapat melaksanakan sosialisasi secra wajar dalam
kehidupan masyarakat.

Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,


implementasi, dan evaluasi. Dan masalah yang sering muncul dalam gangguan
waham ini adalah Gangguan persepsi sensori, Waham kebesaran, Koping
individu tidak efektif berhubungan dengan gangguan proses pikir

5.2 Saran

Sebagai tenaga kesehatan juwa, kita hendaknya memperhatikan setiap


aspek yang mungkin dapat mempengaruhi waham seseorang, seperti
lingkungan, keluarga dan factor-faktor lain yang mungkin mendukung waham
yang dialami. Sehingga dengan mengidentifikasi setiap aspek yang mungkin
berpengaruh, diharapkan tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dan
dapat menghasilkan hasil yang optimal.

58
Daftar Pustaka

Dermawan, Deden. 2018. Modul Laboratorium Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Gosyen Publishing.

Patricia, dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik. Jakarta: ECG.

Sutejo. 2018. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: P ustaka Baru Press

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Damaiyanti, Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika


Aditama

59

Anda mungkin juga menyukai