Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah " asuhan keperawatan jiwa
dengan gangguan proses fikir (waham) " ini dapat dipergunakan sebagai acuan dan
pedoman maupun petunjuk bagi pembaca dalam proses belajar mengajar.

Terimakasih kami ucapkan kepadav ibu Ners. Nurbani M.Kep selaku dosen
pembimbing mata kuliah keperawatan jiwa dan kepada segenap pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan serta


pengalaman bagi kami dan pembaca, sehingga makalah ini dapat diperbaiki dan
dikembangkan bentuk maupun isinya agar kedepannya menjadi lebih baik.

Makalah yang sederhana ini masih sangat jauh dari kesempurnaan karena
pengalaman kami yang masih sangat minim. Oleh karena itu kami harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan
utama di negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap
sebagai gangguan yang menyebabakan kematian secara langsung, namun
gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam
berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berprilaku yang dapat
mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan
karena mereka tidak produktif (Hawari, 2000).
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/ terus terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan, Waham
dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logika, individu tidak mau
melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti-bukti yang objektif
tentang kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau
keinginan-keinginan dari penderita itu sendiri. Waham merupakan suatu cara
untuk memberikan gambaran dari berbagai problem sendiri atau tekanan-
tekanan yang ada dalam kepribadian penderita biasanya:
a) Keinginan yang tertekan.
b) Kekecewaan dalam berbagai harapan.
c) Perasaan rendah diri.
d) Perasaan bersalah.
e) Keadaan yang memerlukan perlindungan terhadap ketakutan
Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri dalam
memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana
yang dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan
terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan
yang dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan
terapeutik melalui usaha kesehatan dan tindakan keperawatan secara
komprehensif yang diajukan secara berkesinambungan karena penderita
waham dapat menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila tidak
mendapatkan perawatan secara intensif.
Berdasarkan hasil pencatatan jumlah penderita yang mengalami
gangguan jiwa di BPRS. Dadi Makassar pada bulan Januari sampai Maret
2008 sebanyak 2294 orang, halusinasi 1162 orang (50.65 %), menarik diri
462 orang (20.13 %), waham 130 orang (5.66 %), harga diri rendah 374
orang (16.30 %), perilaku kekerasan 128 orang (5.58 %), kerusakan
komunikasi verbal 16 orang ( 0.70 %), defisit perawatan diri 21 orang (0.91
%),percobaan bunuh diri 1 orang (0.04 %).

B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Waham
2. Apa saja komponen proses fikir
3. Apa saja tanda dan gejala
4. Apa penyebab waham
5. Bagaimana Proses Terjadinya Waham
6. Bagaimana Pohon Masalah
7. Bagaimana Penatalaksanaan

C. Tujuan
1. Memahami Pengertian Waham
2. Memahami Apa saja komponen proses fikir
3. Memahami apa saja tanda dan gejala
4. Memahami Apa penyebab
5. Memahami Bagaimana Proses Terjadinya Waham
6. Memahami Bagaimana Pohon Masalah
7. Memahami Bagaimana Penatalaksanaan
BAB II
KONSEP TEORI

A. Pengertian Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/ terus terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (keliat, 2014),
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
realita dan normal (stuart dan sundeen, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan
tetapi dipertahankan dan tidak dapat berubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
(depkes RI, 2000).

B. Komponen proses fikir


1. Bentuk Pikir
a) Dereistik : Titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses
mental individu dan pengalaman yang sedang terjadi.
b) Otistik : Hidup dalam alam pikiran sendiri.
c) Non Realistik : Sama sekali tidak berdasar pada kenyataan.

2. Isi Pikir
a) Obsesi : Pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya.
b) Phobia : Ketakutan yang patologis/tidak logis terhadap objek/situasi
tertentu.
c) Hipokondria : Keyakinan terhadap adanya gangguan organ dalam tubuh
yang sebenarnya tidak ada.
d) Depersonalisasi : Perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang
atau lingkungan.
e) Ide yang terkait : Keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi,
lingkungan yang bermakna dan terkait pada irinya.
f) Pikiran Magis : Keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-
hal yang mustahil/diluar kemampuannya.
g) Logoria : Banyak bicara, kata-kata yang dikeluarkan bertubi-tubi, mungkin
koheren dan inkoheren.
h) Kecepatan Bicara : Mengutarakan pikiran mungkin cepat/lambat sekali.
i) Preokupasi : Pikiran terpaku pada sebuah ide saja, yang berhubungan
dengan keadaan yang bernada emosional yang kuat
j) Pikiran tidak : Pikiran eksentrik, tidak cocok dengan banyak hal terutama
dalam memadai pergaulan dan pekerjaan.
k) Fikiran bunuh diri: mulai dari kadang memikirkan sampai terus menerus
memikirkan bagaimana cara bunuh diri.
l) Kegembiraan luar: timbul mengambang pada orang normal selama fase
permulaan narkose
m)Fantasi: isi fikir tentang kejadian atau keadaan yang di harapkan atau
diinginkan, tetapi dikenal sebagai tidak nyata.
n) Fikiran hubungan: pembicaraan orang lain dihubungkan dengan dirinya,
misalnya teman memakai baju merah di anggap marah pada dirinya.
o) Fikiran isolasi: rasa terisolasi, tersekat, terpencil, rasa di tolak sisial.
p) Fikiran rendah diri: merendahkan, menyalahkan diri.

C. Tanda dan Gejala


1. Meyakini memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulangkali
tetapi tidak sesuai kenyataan
2. Meyakini ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai
dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan
3. Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan
4. Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan
5. Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan (Keliat, 1999)

 Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham meliputi:


a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa dia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus dan di ucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “saya ini pejabat di departemen kesehatan lho! ” atau “saya punay
tambang emas”.waham
b. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/ mencederai dirinya dan di ucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai kenyataan. Contoh,”saya tau seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”.
c. Waham agama : individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara
berlebihan dan di ucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh,”kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari.”
d. Waham somatik: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan di ucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contoh,”saya sakit kanker.” ( kenyataannya pada pemeriksaan
laboratorium tidak ditemukan tanda- tanda kanker, tetapi pasien terus
mengatakan bahwa dia sakit kanker.)
e. Waham nihilistik: individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/
meninggal dan di ucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya.”ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh- roh.”
(keliat, 2014)
D. Penyebab Waham
1. faktor predisposisi
a) Biologis: gangguan perkembagan dan fungsi otak / sistem saraf pusat
yang menimbulkan hambatan perkembangan otak khususnya lobus
frontal, temporal dan limbic.
pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal,
nenoatus, dan kanak- kanak.
b) Psokososial
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
seperti penolakan dan kekerasan.
c) Sosial budaya
Kehidupan sosial budaya dapat juga mempengaruhi timbulnya waham
seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusakan,
kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan stress menumpuk.
2. Faktor prepesitasi
Riwayat prepesitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan
karakteristik umum, latar belkang, termasuk penganiaan fisik/ emosional,
tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak berguna ataupun tidak berdaya.
(keliat, 2014)

E. Proses Terjadinya Waham


1. Perasaan diancamoleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan terjadi
2. Individu mencoba mengingkari ancaman dari persepsi diri atau obyek realitas
dengan menyalah artikan kesan terhadap kejadian
3. Individu memproyeksikan pikiran perasaan internal pada lingkungan
sehingga perasaan, pikiran dan keinginan negatif/tidak dapat diterima menjadi
bagian eksternal
4. Individu mencoba memberi pembenaran/rasional alasan intepretasi personal
tentang realita pada diri sendiri atau orang lain.
F. Pohon Masalah

Effect Resiko Prilaku


Kekerasan

Core Problem Waham

Causa Harga Diri Rendah

G. Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,
kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan
memandang klien dengan waham ini sebagai pasien yang tidak dapat
disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila sudah dapat kontak
maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biar pun klien tidak
sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong
untuk bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang
lain di lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka
sabar.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan
terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi
seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang
semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham pada
gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai
suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 pengkajian

Selama pengkajian, perawat harus mendngarkan, memperhatikan dan


mendokumentasikan semua informasi, baik melalui wawancara maupun observasi yang
di berikan oleh pasien tentang wahamnya. Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang
dapat perawat gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien waham.

1) Apakah pasien memiliki fikiran/ isi fikir yang berulang- ulang diungkapkan dan
menetap?
Format pengkajian pasien waham.

Berikan tanda silang pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien

Proses fikir
[ ] sirkumtansial [ ] tangensial
[ ] flight of ideas [ ] bloking
[ ] kehilangan asosiasi [ ] pengulangan bicara
Isi fikir
[ ] obsesi [ ] fobia
[ ] depersonalisasi [ ] ide terkait
[ ] hipokondria [ ] pikiran magis
Isi fikir
[ ] agama [ ] somatik [ ] kebesaran [ ] curiga
[ ] nihilistik [ ] sisip pikir [ ] siar pikir [ ] kontrol pikir

2) Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3) Apakah pasien pernah merasasakan bahwa benda- benda di sekutarnya aneh dan
tidak nyata?
4) Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda- benda disekitarnya aneh dan
tidak nyata?
5) Apakah pasien permah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6) Apakah pasienmerasanbahwa pikiran ataun tindakannya dikontrol oleh orang
lain atau kekuasaan dari luar?
7) Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatanan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain bisa membaca pikirannya?

3.2 diagnosis keperawatan

Setelah pengkajian dilakukan dan data subjetif da objektif ditemukan pada pasien,
diagnosis keperawatan yang dapat di tegakkan adalah gangguan proses fikir: waham
3.3 Intervensi

Setelah diagnosis ditegakkan, petrawat melakukan tindakan keperawatan bukan hanya


pada pasien, tetapi juga keluarga. Tindakan keperawatan pasien waham dan keluarganya
meliputi:

A. Tindakan keperawatan pada pasien


1. Tujuan keperawatan
a) Pasien dapat berorientasi pada realitas secara bertahap
b) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
c) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
d) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
2. Tindakan keperawatan
a) Membina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien waham, perawat harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus perawat
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya yaitu:
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Berjabat tangan
3. Menjelaskan tujuan interaksi
4. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien
b) Membantu orientasi realitas
1. Tidak mendukung atau mebantah waham pasien
2. Meyakinkan pasien berada dalam keadaan aman
3. Mengobservasi pengaruh waham pada aktivitas sehari- hari
4. Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan
tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien
berhenti membicarakannya.
5. Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi pasien sesuai
dengan realitas
c) Mendiskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
d) Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien.
e) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki
f) Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki
g) Mendiskusikan tentang obat yang diminum
h) Melatih mkinum obat yang benar

B. Tindakan keperawatan pada keluarga


1. Tujuan keperawatan
a) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
b) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya
c) Keluarga mampu mempertahankan program penghobatan pasien secara
optimal
2. Tindakan keperawatan
a) Diskusikan masalah yanh dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah
b) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
c) Diskusikan dengan keluarga tentang
1. Cara merawat pasien waham di rumah
2. Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
3. Lingkungan yang tepat untuk pasien
4. Obat pasien ( nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat
penghentian obat)
5. Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
a. Berikan latihan kepada keluarga tentang cara merawat pasien waham
b. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga

3.4 implementasi
 Pada pasien

SP 1 pasien: membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak


terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraaktkan pemenuhan kebutuhan yang
tidak terpenuhi.

SP 2 pasien: mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktikannya

SP 3 pasien: mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

I. SP 1 PASIEN
a) Orientasi

“selamat pagi, perkenalkan nama saya A, saya perawat yang dinas pagi ini di
ruang melati. Saya dinas dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang nanti, saya yang akan
merawat anda hari ini. Nama anda siapa? Senang di panggil apa?”

“boleh kita berbincang- bincang tentang apa yang B rasakan sekarang?”. “


berapa lama B mau berbincang- bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”. “ dimana
enaknya kita berbincang- bincang B?”.

b) Kerja

“saya mengerti bahwa B adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi. Bisa kita
bicarakan pembicaraan yang tadi terputus B?”.
“Tampaknya B gelisah sekali, bisa B ceritakan apa yang B rasakan?”. “ O.... jadi
B merasa takut nanti di atur- atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri B sendiri?”. “siapa menurut B yang sering mengatur diri B?”. “Jadi
ibu yang sering mengatur ya B, Juga kakak dan adik B yang lain?”. “ kalau B sendiri
ingin yang seperti apa?”. “bagus B sudah punya rencana dan jadwal untuk diri
sendiri”. “coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut B”. “ Wah bagus sekali!
Jadi setiap harinya B ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan kalau di rumah
terus ya?”.

c) terminasi

“bagaimana perasaan B setelah berbincang- bincang dengan saya?”. “ apa saja tadi
yang telah kita bicarakan? Bagus!”. “Bagaimana kalau jadwal ini coba B lakukan,
setuju?”.

“ bagaimana kalau saya datang 2 jam lagi?”. “kita bercakap- cakap tentang
kemampuan yang pernah B miliki?”. “mau dimana kita bercakap- cakap?”.
“bagaimana kalau di sini lagi?”

II. SP 2 PASIEN
a) Orientasi

“ selamat pagi B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”. “apakah B sudah


mengingat- ingat apa saja hobi B?”. “Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut
sekarang?”. “ dimana enaknya kita berbincang- bincang tentang hobi B Tersebut?”.
“berapa lama kita mau berbincang- bincang?”. “bagaimana kalau 20 menit?”

b) Kerja
“apa saja hobi B? Saya catat ya B? Terus apa lagi?”. “wah, rupanya B pandai
main bola voli ya, tidak semua orang bisa bermain voli seperti itu loh B”.
Dapatkah B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main voli, siapa
yang dulu mengajarkan kepada B, di mana?”. “dapatkah B peragakan kepada
saya,bagaimana bermain volly yang baik itu?”. “wah, baik sekali
permainannya”. “coba kita buat jadwal kemampuan B ini ya, berapa kali
sehari/seminggu B mau bermain volly?”. “apa yang B harapkan dari
kemampuan bola volly ini?”. “ada yang tidak hobi B yang lain selain bermain
volly?”
c) Terminasi
“bagaimana perasaan B setelah kita bercakap- cakap tentang hobi dan
kemampuan B?”. “setelah ini,coba B lakukan latihan volly sesuai dengan jadwal
yang telah kita buat ya?”. “besok kita ketemu lagi ya B? Bagaimana nanti
sebelum makan siang? Dikamar makan saja ya?”. “nanti kita akan
membicarakan tentang obat yang harus B minum,setuju?”.

III SP 3 PASIEN

a) Orientasi

‘’selamat pagi B! Bagaimana B sudah dicoba latihan vollinya? Bagus sekali”

“sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu, bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang B minum ?

“ Dimana kita mau berbicara ?”

“ Berapa lama B mau kita berbicara ? Bagaimana kalau 30 menit ?”

b) Kerja

“B, berapa macam obat yang diminum? Jam berapa saja obat diminum?”

“B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.
Obatnya ada tiga macam, yang berwarna oranye namanya CPZ gunanya utuk
menenangkan , yang berwarna putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan
yang warnanya merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran B tenang .
semua ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Jika
nanti setelah minum obat mulut B terasa kering, untuk membantu mengatasinya B
bisa banyak minum dan mengisap-ngisap es batu. Sebelum minum obat ini, B
mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama B tertulis di situ, berapa dosis
atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah
nama obatnya sudah benar ?”

“obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya B tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum membicarakannya dengan
dokter.”

c) Terminasi

“ bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang B


minum ?”

“apa saja nama obatnya ? jam berapa mium obat ?”

“mari kita masukkan pada jadwal kegiatan abang, jangan lupa minum obatnya
dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster.”

“jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya B!”

“B, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 pagi dan ditempat sama ?
sampai besok !”

 Pada keluarga

SP 1 keluarga: membina hubungan saling percaya dengan keluarga,


mengidentifikasi masalah, menjelaskan proses terjadinya masalah, dan membantu
pasien untuk patuh minum obat.

SP 2 keluarga: melatih keluarga cara merawat pasien


SP 3 keluarga: membuat perencanaan pulang beserta keluarga.

I. Sp I Kelurga
1) Orientasi

“Selamat pagi Pak, Bu, perkenallkan nama saya A, saya perawat yang dinas di
ruang melati ini. Saya yang merawat B selama ini. Nama Bapak dan Ibu siapa,
senangnya dipanggil apa ?”

“ Bagaimana kalau kita sekarang membicarakan tentang masalah B dan cara


merawat B dirumah ?”

“Dimana kita mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau diruang wawancara?”

“Berapa lama waktu Bapak dan Ibu ?”

“Bagaiman kalau 30 menit.”

2) Kerja

“ Pak, Bu, apa masalah yang Bapak/Ibu rasakan dalam merawat B ? Apa yang
sudah dilakukan dirumah ?”

“ Dalam menghadapi sikap anak Ibu dan Bapak yang selalu mengaku-ngaku
sebagai nabi , tetapi nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan proses
berpikir. Untuk itu, akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali
anak Bapak dan Ibu berkata bahwa ia seorang nabi, Bapak/Ibu dengan mengatakan
pertama, “Bapak/ibu mengerti B merasa seorang nabi, tetapi suit bagi Bapak/Ibu
untuk mempercayainya karena setahu Bapak/Ibu semua nabi sudah meninggal”.
Kedua bapak dan Ibu harus lebih sering memuji B jika ia meakukan hal-hal yang
baik, dan ketiga sebaiknya hal-hal ini dilakukan oleh seluruh keluarga yang
berinteraksi dengan B. Bpak / Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang
kebutuhan yang diinginkan B, misalnya dengan mengatakan, “ Bapak / Ibu percaya
B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan pada Bapak / Ibu ! b kan punya
kemampuan....(kemampuan yang pernah dimiliki oleh anak).”
“keempat, katakan, ”bagaimana kalo dicoba lagi sekarang?” jika B mau
mencoba, berikan pujian.”

“Pak, Bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang. Obatnya ada tiga macam, yang berwarna oranye namanya CPZ gunanya
agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya supaya rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum
secara teratur 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan
dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan B
kambuh kembali.” (Libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat
kepada pasien).

“ B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika B minta obat sesuai jamnya ,
segera berikan pujian!”

3) Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kitabercakap-cakap tentang cara


merawat B dirumah?”
“Setelah ini coba Bapak dan Ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi
setap kali berkunjung ke rumah sakit”
“Baiklah bagaimana kalau Bapak dan Ibu dua hari lagi kesini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita
tadi”.
“Jam berapa Bapak dan Ibu bisa kemari? Baik saya tunggu, kita ketemu lagi
ditempat ini ya Pak Bu”.

II. SP 2 KELUARGA
1) Orientasi

“Selamat pagi Pak, Bu, sesuai jani kita dua hari yang lalu kita sekarang
bertemu lagi”.
Bagaimana Pak,Bu, ada pertanyaan tentang cara merawat B yang kita
bicarakan dua hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebutya Pak,Bu,? Kita
akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”
“Bearapa lama Bapak dan Ibu punya waktu?”

2) Kerja
“sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba
bapak dan ibu praktikkan cara bicara yang benar jika B sedang dalam
keadaan yang seperti ini”.

“bagus, betul begitu caranya”.


“sekarang coba praktikkan cara mmemberikan pujian pada
kemampuan yang dimiliki B. Bagus!”.
“Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan
kegiatan positif sesuai jadawal?”.
“bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara
merawat B.”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada
B”.
(ulangi lagi semua cara diatas langsung pada pasien)

3) Terminasi

“bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”


“Setelah ini, coba bapal/ibu lakukan yang sudah saya latih tdi setiap kali
bapak dan ibu membesuk B”.
“Baiklah bagaimana kalau Bapak dan Ibu dua hari lagi kesini dan kita
akan mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan
pembicaraan kita tadi”.
“Jam berapa Bapak dan Ibu bisa kemari? Baik saya tunggu, kita ketemu
lagi ditempat ini ya Pak Bu”.

III. SP 3 PASIEN
1) Orientasi
“Selamat pagi pak, bu, karena B sudah boleh pulang maka kita bicarakan
jadwal B selama dirumah.”
“bagaiman pak,bu selama bapak/ibu besuk apakah sudah terus dilatih
cara merawat B.”
“nah sekarang bagaimana jika kita bicarakan jadwal dirumah? Mari
bapak/ibu duduk disini!”
“berapa lama bapak/ibu punya waktu? Baik, 30 menit saja, sebelum
bapak/ibu menyelesaikan administrasi.”

2) Kerja
“Pak,Bu, ini jadwal B selam dirumah sakit, coba diperhatikan! Apakah
kira-kira dapat dilaksanakan semua dirumah? Jangan lupa
memperhatikan B, agar ia tetap menjalankan dirumah, dan jangan lupa
memberi tanda M (mandiri), B (bantuan, atau T (tidak melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak dan bapak/ibu selama dirumah. Jika, misalnya B
mengaku sebagai seorang nabi terus menerus dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat, atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain, jika hal ini terjadi segera hubungi suster E di
puskesmas indra puri, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini
nomor telepon puskesmasnya (0651)32xxx.”
selanjutnya, suster E yang akan membantu memantau perkembangan B
selama dirumah.”

3) Terminasi
“Apa yang ingin bapak/ibu tanyakan?bagaimana perasaan ibu dan
bapak? Sudah siap melanjutkan dirumah?”
“ini jadwal kegiatan harian nya. In i rujukan untuk suster E di PKM
indrapuri. Jika ada apa apa bapak/ibu juga menghubungi bungi kami.
Silakan menyelesaikan administrasi dikantor depan.”
3.5 evaluasi

1. klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham.


2. klien menyadari kaitan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan
keyakinannya (waham) saat ini.
3. klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham.
4. keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien.
5. klien menggunakan obat sesuai program.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat budi anna, 2014, model praktik keperawatan profesional jiwa, jakarta: buku
kedokteran EGC

Stuart and sundeen, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, jakarta: buku kedokteran EGC

http://ejurnal.akpermus.ac.id/index.php/2013/09/18/konsep-teori-pola-pikir-waham

Anda mungkin juga menyukai