Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK
“Perumusan Diagnosis Dan Tindakan Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah
Komunikasi”

OLEH :
Kelompok 7

Anisatul Fadhillah (183310800)


Dea Ayunisri (183310803)
Yayang Mutiara Rahma (183310832)

DOSEN PEMBIMBING :
Tasman,S. kep, M. kep, Sp. Kom

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, Semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih.

Padang, 5 Agustus 2021

Kelompok 7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk social dan membutuhkan orang lain agar dapat bertahan
hidup. Untuk dapat membina hubungan dengan oang lain, maka butuh komunikasi
sebagai alat untuk berinteraksi. Komunikasi dapat mempengaruhi perilaku dan sikap
seseorang. Pada proses keperawatan, komunikasi menjadi sangat penting karena
merupakan faktor penentu dalam keberhasilan memberikan asuhan keperawatan kepada
klien. Oleh Karena itu, seorang perawat perlu mempelajari konsep dasar komunikasi
sebagai dasar ilmu bagi perawat. Komunikasi merupakan proses yang sangat penting dan
berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi
lebih bermakna karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan (Purba, 2012).
Setiap makhluk hidup didunia ini akan mengalami proses menua, hal ini
dikarenakan proses menua merupakan hukum alam (Sunariani dkk, 2007). Proses menua
akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss) yang terkait banyaknya
perubahan yan terjadi pada lansia, perubahan seperti kemunduran pada sistem sensorinya
yang dapat menyebabkan terjadinya masalah komunikasi pada lansia.
Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya
bergantung pada kebutuhan psikologis akan tetapi juga tergantung dari perhatian terhadap
keadaan social, ekonomi, kultural, dan psikologis. Walaupun pelayanan kesehatan secara
medis pada pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan
komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan
kesehatan lansia. Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan
kapasitas fungsional, social, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien

B. Rumusan Masalah
1. Apa diagnosis keperawatan pada lansia dengan masalah komunikasi?
2. Apa tindakan keperawatan pada lansia dengan masalah komunikasi?
C. Tujuan
1. Tujuan umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah komunikasi

2. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui diagnosis keperawatan pada lansia dengan masalah
komunikasi
2) Untuk mengetahui tindakan keperawatan pada lansia dengan masalah
komunikasi
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Komunikasi
Komunikasi dalam keperawatan gerontik adalah komunikasi yang diaplikasikan
dalam praktik asuhan keperawatan lansia. Komunikasi dengan lansia adalah suatu proses
penyampaian pesan/gagasan dari perawat atau pemberi asuhan kepada lansia dan
diperoleh tanggapan dari lansia, sehingga diperoleh kesepakatan bersama tentang isi
pesan komunikasi. Tercapainya komunikasi berupa pesan yang disampaikan oleh
komunikator (perawat) sama dengan pesan yang diterima oleh komunikan (lansia).
Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh
pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Sementara ada yang berpendapat
bahwa komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan
rasa saling mengerti dan saling percayademi terwujudnya hubungan yang baik antara
seseorang dengan orang lain. Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini emosi
antara dua orang atau lebih.

B. Faktor yang mempengaruhi proses komunikasi


Faktor yang mempengaruhi proses komunikasi terdiri dari faktor penunjang dan
penghambat. Faktor penunjang dari aspek komunikator (perawat atau pemberi asuhan)
adalah memiliki kelebihan fisik maupun fisik maupun mental, memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman yang cukup mengenai komunikasi, menguasai isi pesan,
menguasai media, dan adanya lingkungan yang mendukung akan memperlancar
komunikasi. Faktor komunikasi dari aspek komunikan (lansia) adalah mempunyai sifat
terbuka, pengetahuan cukup, sehat fisik dan mentalnya.
Sedangkan faktor penghambat dapat muncul baik dari komunikator maupun
komunikan. Faktor penghambat dari aspek komunikator (perawat atau pemberi asuhan)
meliputi tidak menguasai pesan, kurang menguasai unsur lain, suasana kurang
mendukung, penyampaian pesan tidak jelas sehingga susah ditangkap oleh penerima.
Faktor penghambat dari aspek komunikan (lansia) meliputi pengetahuan komunikan
terlalu rendah sehingga sulit mencerna isi pesan, sifat tertutup atau lingkungan tempat
berkomunikasi yang kurang mendukung akan menghambat komunikasi.
Pada dasarnya yang mempengaruhi komunikasi adalah manusia, pesan dan
lingkungan.

C. Komunikasi yang Baik


Berkomunikasi dengan lansia mengandung ciri khusus dibanding komunikasi secara
umum. Pemberi asuhan atau dalam menyampaikan pesan harus bersifat Komunikasi
terapeutik yaitu komunikasi yang singkat,jelas, lengkap,dan sederhana sehingga proses
komunikasi dapat berlangsung sempurna, tidak menimbulkan interpretasi bagi penerima
pesan dan isi pesan dapat dipahami secara lengkap.
Kesabaran perawat atau pemberi asuhan dan kemauan mendengarkan serta dorongan
lisan merupakan perilaku bijaksana.Tanggapan serasi tanpa menyalahkan atau menggurui
membuktikan rasa tulus yang juga disebut empati.Sikap sopan santun dan jawaban jujur
(apalagi bila diucapkan pada saat yang tepat dan bijaksana) merupakan keharusan.Empati
menjadi landasan perilaku perawat atau pemberi asuhan.
Hubungan perawat dan pemberi asuhan dengan lansia sering disebut hubungan
interpersonal yaitu hubungan memulihkan atau menyembuhkan (hubungan terapeutik
atau Komunikasi terapeutik) atau hubungan membantu. Hubungan membantu ini adalah
suatu proses memberi bantuan yang dapat memperlancarperkembangan lanjut usia yang
dibantu. Hubungan membantu ini merupakan dasar dari kepedulian (caring). Kepedulian
adalah ciri khas dari profesi keperawatan.

D. Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi


1. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang dialami,
peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di
kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.Pendekatan ini
relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan solusinya karena riil dan mudah di
observasi.
2. Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku, maka
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama.Untuk melaksanakan pendekatan ini
perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu
yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab bagi klien.
3. Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dalam
lingkungan.Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan
kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien
dapat berinteraksi dengan sesama klien maupun dengan petugas kesehatan.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan Tuhan
atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.

E. Penggunaan komunikasi terapeutik pada lansia

Lansia sering mengalami gangguan komunikasi karena mengalami penurunan


pengliatan, pendengaran, wicara, dan persepsi. Semua ini menyebabkan penurunan
kemampuan lansia untuk menangkap pesan atau informasi serta melakukan transfer
informasi. Gangguan indra pada lansia yang tinggal di rumah sendiri atau di lingkungan
keluarga, di panti sosial tresna werda atau di rumah sakit disebabkan oleh gangguan
anatomik organ, gangguan fisiologis organ, kematangan/maturasi, degenerasi, atau
gangguan kognitif-persepsi. Ada dua tingkat gangguan komunikasi, yaitu gangguan pada
sistem pengindraan dan tingkat integratif.Gangguan pengindraan meliputi gangguan
penglihatan, gangguan pendengaran atau gangguan wicara.Sedangkan gangguan yang
melibatkan sistem integratif yang lebih tinggi adalah gangguan mental, gangguan
maturasi pikir (degenerasi proses pikir), atau gangguan kesadaran.

Bagaimana sikap penyampaian pesan dalam berkomunikasi dengan


lansia.Kemampuan komunikasi pada lansia dapat mengalami penurunan, akibat
penurunan fungsi berbagai sistem organ, seperti penglihatan, pendengaran, wicara,
persepsi dan lain-lain.Semua ini menyebabkan penurunan kemampuan lansia untuk
menangkap pesan atau informasi.Penurunan kemampuan melakukan komunikasi
berlangsung bertahap dan bergantung pada seberapa jauh gangguan indera dan gangguan
otak yang dialami lansia.

1) Lansia dengan Gangguan Penglihatan


Gangguan penglihatan pada lansia dapat terjadi baik karena kerusakan organ
misalnya kornea, lensa mata, kekeruhan lensa mata (katarak), atau kerusakan saraf
penghantar impuls menuju otak.Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga
dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total.
Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan perawat atau pemberi asuhan harus
mengoptimalkan fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat
mungkin harus diganti oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indera yang lain.
Ketika melakukan orientasi tempat tidur, ruan tamu, ruang makan, ruang perawatan,
ruang rekreasi, kamar mandi , dan lain-lain, klien lansia harus mendapatkan
keterangan yang memvisualisasi kondisi tempat tersebut secara lisan.
Misalnya,menerangkan letak meja dan kursi makan, menerangkan berapa langkah
posisi tempat tidur dari pintu, letak kamar amndi dan sebagainya.
Berikut penggunaan teknik komunikasi yang perlu diperhatikan selama
berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan penglihatan :
a. Perawat atau pemberi asuhan sedapat mungkin mengambil posisi yang dapat
dilihat oleh klien lansia bila ia mengalami buta parsial atau memberi tahu
secara verbal keberadaan/kehadirannya.
b. Perawat atau pemberi asuhan menyebutkan identitasnya dan menyebutkan
nama serta perannya.
c. Perawat atau pemberi asuhan berbicara dengan menggunakan nadan suara
normal karena kondisi lansia tidak memungkinkannya menerima pesan non-
verbal secara visual.
d. Nada suara perawat atau pemberi asuhan memegang peranan besar dan
bermakna bagi lansia.
e. Jelaskan alasan perawat dan pemberi asuhan menyentuh sebelum melakukan
sentuhan pada lansia.
f. Ketika perawat dan pemberi asuhan akan meninggalkan ruangan atau hendak
memutus komunikasi atau pembicaraan, informasikan kepada lansia.
g. Orientasikan lansia pada suara-suara yang terdengar di sekitarnya.
h. Orientasikan lansia pada lingkungannya bila lansia dipindahkan ke lingkungan
yang asing baginya.

2) Lansia dengan Gangguan Pendengaran


Gangguan pendengaran pada lansia dapat terjadi berupa penurunan pendengaran
hingga tuli (tuli lansia). Bentuk ketulian yang selama ini dikenal ialah :
a. Tuli perspektif yaitu tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf
b. Tuli konduktif yaitu tuli yang terjadi akibat kerusakan struktur penghantar
rangsang suara.

Pada kien lansia dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang


paling sering digunakan adalah media visual. Klien lansia menangkap pesan bukan
berupa suara yang dikeluarkan perawat/orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak
bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien lansia ini
sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan agar sikap dan gerakan perawat
dapat ditangkap oleh indera visualnya.

Berikut penggunaan komunikasi yang dapat digunakan klien lansia dengan


gangguan pendengaran :

a. Orientasikan kehadiran perawat dnegan menyentuh lansia tau memposisikan


diri didepannya.
b. Usahakan mengg8unakan bahsa yang sederhana  dan berbicara dengan
perlahan untuk memudahkan lansia membaca gerak bibir perawat.
c. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan lansia dan pertahankan sikap
tubuh serta mimik wajah yang lazim.
d. Jangan melakukan pembicaraan ketika perawat sedang mengunyah sesuatu
(mis: menguyah permen).
e. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan denan gerakan sederhana dan
perlahan.
f. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila diperlukan dan perawat mampu
melakukan.
g. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, sampaikan pesan
dalam bentuk tulisan atau gambar.

3) Lansia dengan Gangguan Wicara


Lansia dapat mengalami gangguan wicara, yang dapat terjadi akibat ompong,
kerusakan organ lingual, kerusakan pita suara, atau gangguan
persyarafan.Berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan wicara
memerlukan kesabaran agar pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar.Lansia
yang mengalami gangguan wicara umumnya telah belajar komunikasi dengan
menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan tulisan.
Pada saat berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan wicara, hal-hal
yang perlu  diperhatikan :
a. Perawat atau pemberi asuhan memperhatikan mimik dan gerak bibir lansia.
b. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali
kata-kata yang diucapkan lansia.
c. Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topik.
d. Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan perlahan.
e. Memperhatikan setiap detail informasi sehingga pesan dapat diterima dengan
baik.
f. Bila perlu, gunakan bahasa tulis dan simbol.
g. Bila memungkinkan, hadirkan orang yang biasa berkomunikasi lisan dengan
lansia untuk menjadi mediator komunikasi.

4) Lansia yang Tidak Sadar

Ketidaksadaran mengakibatkan fungís sensorik dan motorik lansia mengalami


penururnan sehingga sering kali stimulus dari luar tidak dapat diterima dan lansia
tidak dapat merespon kembali stimulus tersebut.Keadaan tidak sadar dapat terjadi
akibat gangguan organik pada otak, trauma otak yang berat, syok, pingsan, kondisi
tidur, kondisi anastesi, gangguan berat yang terkait dengan penyakit tertentu (koma
diabetikum).

Seringkali timbal pertanyaan tentang perlu atau tidaknya perawat atau


pemberi asuhan berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan kesadaran
ini.Bagaimanapun, secara etis penghargaan dan penghormatan terhadap nilai-nilai
kemanusiaan mengharuskan penerapan komunikasi pada lansia yang tidak sadar.

Pada saat berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan kesadaran,


hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

a. Perawat atau pemberi asuhan harus berhati-hati ketika melakukan


pembicaraan verbal dekat dengan lansia karena ada keyakinan bahwa
organ pendengaran merupakan organ terakhir yang mengalami
penurunan kemampuan menerima rangsangan pada individu yang
tidak sadar. Individu yang tidak sadar seringkali dapat mendengar
suara dari lingkungannya walaupun ia tidak mampu meresponnya
kembali.
b. Perawat atau pemberi asuhan harus mengambil asumís bahwa lansia
dapat mendengar pembicaraan kita. Usahakan mengucapkan kata
dengan menggunakan nada normal dan memperhatikan materi ucapan
yang kita sampaikan di dekat lansia.
c. Perawat atau pemberi asuhan harus memberi ungkapan verbal sebelum
menyentuh lansia. Sentuhan diyakini dapat menjadi salah satu bentuk
komunikasi yang sangat efektif pada lansia dengan penurunan
kesadaran.
d. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk
membantu lansia berfokus pada komunikasi yang dilakukan.

5) Lansia dengan Penurunan Daya Ingat


Lansia yang mengalami penurunan daya ingat atau demencia atau kepikunan
mengalami kesulitan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain. Hal ini sangat
mengecewakan dan membingungkan lansia maupun pemberi asuhan.
6) Lansia dengan Perilaku Sulit

Lansia yang mengalami penurunan daya ingat atau kehilangan memori,


memperlihatkan tingkah laku yang sulit. Untuk menjamin keamanannya dan
memberinya martabat, perawat atau pemberi asuhan harus bersikap :

a. Hindari sikap mengharapkan lansia ingat karena adanya penurunan daya ingat
membuat lansia tidak akan dapat mengingat banyak hal. Bahkan lansia akan
bingung bila kita mengajukan pertanyaan ”Apakah bapak tidak ingat?”
b. Bila lansia menjadi gelisah mereka menunjukkan perilaku yang sulit. Alihkan
perhatiannya dengan kegiatan yang lain, misalnya mengajaknya minum teh
bersama bila lansia mondar-mandir atau berjalan terus mengitari rumah
c. Ciptakan kegiatan dan komunikasi yang sederhana. Kegiatan hendaknya
dibuat menjadi lebih sederhana dan bertahap. Pasien demensia mampu
memusatkan pikiran dan menyelesaikan kegiatannya secara bertahap
d. Ciptakan rutinitas dengan menetapkan aktivitas yang tetap dilakukan setiap
hari termasuk bangun pagi, makan, dan berbagai kegiatan lain sehinga dapat
membantu mengurangi kegelisahan dan mengembangkan perasaan gembira
bagi penderita demensia Alzheimer
e. Beri penentraman hati dan pujian yang akan meningkatkan harga diri dan
memperkuat perilakunya
f. Hindari berdebat dengan pasien demensia
g. Libatkan dalam kegiatan sosial yang dapat menjamin pasien demensia kontak
langsung dengan orang lain
h. Ciptakan lingkungan tetap sederhana, aman, dan tenang

F. Definisi Diagnosa Keperawatan Gerontik


Dignosa keperawatan adalah “clinical judgment” yang berfokus pada respon
manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan
(vulnerability) baik pada individu keluarga, kelompok atau komunitas (NANDA, 2015-
2017).
Berdasarkan pengertian tersebut, pengertian dari diagnosis keperawatan gerontik
adalah keputusan klinis yang berfokus pada respon lansia terhadap kondisi kesehatan atau
kerentanan tubuhnya baik lansia sebagai individu, lansia di keluarga maupun lansia
dalam kelompoknya.
Contoh diagnose keperawatan lansia:
a. Defisit nutrisi
b. Resiko ketidkaseimbangan kadar glukosa darah
c. Gangguan eliminasi urine
d. Gangguan mobilitas fisik
e. Gangguan memori
f. Disfungsi seksual
g. Gangguan rasa nyaman
h. Resiko ketidakberdayaan
i. Defisit perawatan diri deficit pengetahuan
j. Gangguan komunikasi verbal
k. Gangguan integritas kulit/jaringan
l. Risiko cedera
m. Resiko jatuh
n. Resiko luka tekan

G. Tindakan Keperawatan Gerontik


Pelaksanaan tindakan merupakan tahap proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan), strategi ini terdapat dalamrencana
tindakan keperawatan. Tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal, diantaranya
bahaya – bahaya fisik dan pelindungan pada lansia, teknik komunikasi, kemampuan
dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak – hak dari lansia dan memahami
tingkat perkembangan lansia.Pelaksanaan tindakan gerontik diarahkan untuk
mengoptimalkan kondisi lansia agar mampu mandiri dan produktif.
Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Contoh tindakan:
Dx: Gg komunikasi verbal b.d Gg pendengaran
SIKI : promosi komunikasi : defisit pendengaran
Tindakan:
Observasi:
 Periksa kemampuan pendengaran
 Identifikasi metode komunikasi yang disukai pasien (mis, lisan, tulisan, gerakan
bibir, bahasa isyarat)
Terapeutik:
 Gunakan bahasa sederhana
 Verikasi apa yang disampaikan pasien
 Fasilitasi penggunaan alat bantu dengar
 Erhadapan langsung dengan pasien selama berkomunikasi
 Pertahankan kontak mata selama berkomunikasi
 Hindari merokok, mengunyah makanan atau permen karet dan menutup mulut
saat berbicara
 Hindari kebisingan saat berkomunikasi
 Hindari berkomunikasi lebih dari 1 m dari pasien
Edukasi:
 Anjurkan menyampaikan pesan dengan isyarat
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan
tetapi dalam dimensi nilai, waktu, dan ruang yang turut memengaruhi keberhasilan
komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan
bagi perawat. Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam
penggunaannya diperhatikan sikap dan teknik komunikasi terapeutik. Hal lain yang
cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan faktor
penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan
terapeutik.

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar
penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.Kepada pembaca
makalah ini, kami menyarankan agar dipahami betul materi yang kelompok kami
bahas.Supaya di saat kita melakukan penelitian skripsi kita nanti (Insha Allah)
mempunyai bekal ilmu pengetahuan yang membuat kita tidak canggung dalam
melakukan penelitian nanti.
DAFTAR PUSTAKA

1. 2018. Komunikasi Terapeutik Pada Lansia by Ngurah Jaya Antara. Universitas Prima
Indonesia. http://spada.unprimdn.ac.id/course/view.php?id=2164#section-6
2. Kholifah Nur, Siti. (2016). Keperawatan gerontik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
3. Wahjudi Nugroho,H. (2009). Komunikasi dalam keperawatan gerontik. Jakarta: EGC
4. Yenni Ferawati Sitanggang, dkk. (2021). Keperawatan gerontik. Yayasan Kita
Menulis
5. PPNI (2018).Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:Defenisi Dan Indikator
Diagnostik.Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI.
6. PPNI (2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Defenisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan .Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI.
7. PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Defenisi Dan Tindakan
Keperawatan.Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai