Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

(ASKEP) KEPERAWATAN ANAK 2


PERIOPERATIF CARE PADA ANAK

Dosen Pengajar : Ns. Rini Wahyuni Mohammad, S.Kep., M.Kep

OLEH:
KELOMPOK 5 | KELAS A
Sri Wita Hatibae 841420026
Sri Ilvana Rahman 841420034
Yayuk Yudistira Mauke 841420126
Pratiwi Djibu 841420018
Alfarhan Sidik Yahya 841420016
Agnes Pandaleke 841420003
Izzatul Magfirah Baba 841420019
Astri Hidayatullah A. Azis 841420020
Subhan Muttaqin Bilondatu 841420070

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya
dan telah melindungi penyusun hingga dapat menyusun dan menyelesaikan laporan mata kuliah
Keperawatan Anak 2 “Asuhan Keperawatan Perioperatif Care Pada Anak”.
Selama pembuatan laporan ini penyusun mendapatkan banyak dukungan dan juga bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pula penyusun ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada:
1. Ns. Rini Wahyuni Mohammad, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing yang memberikan
ide, dorongan,dan juga masukan kepada penyusun
2. Kedua orangtua yang selalu mensuport dan memeberikan dorongan untuk semangat kepada
penyusun
3. Teman-teman sekalian yang selalu mendukung menyusun dan menyelesaikan laporan
dengan semaksimal mungkin

Adapun laporan ilmiah tentang “Asuhan Keperawatan Perioperatif Care Pada Anak” ini
telah penyusun usahakan dengan semaksimal mungkin, tetapi penyusun juga menyadari bahwa
laporan ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
para pembaca yang budiman sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan laporan ini ke depannya.

Gorontalo, 19 November 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................3

A. Latar Belakang..........................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................3

C. Tujuan.......................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................5

A. Definisi......................................................................................................................................5

B. Fase Pelayanan Perioperatif......................................................................................................5

C. Peran perawat perioperative......................................................................................................6

BAB III KONSEP KEPERAWATAN............................................................................................8

A. Proses Asuhan Keperawatan Pre Operatif................................................................................8

B. Proses Asuhan Keperawatan Intra Operasi.............................................................................11

C. Proses Keperawatan Pasca Operasi.........................................................................................14

BAB IV PENUTUP.........................................................................................................................17

A. Kesimpulan.............................................................................................................................17

B. Saran........................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................18

ii
A. Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Operasi adalah suatu tindakan medis dilakukan secara invasive untuk mengobati
penyakit, injuri, sampai deformitas tubuh. Data yang diperoleh dari World Health
Organization (WHO) jumlah pasien dengan tindakan operasi mengalami peningkatan
yang signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 lalu sekitar 140 juta pasien tercatat
sebagai penerima tindakan bedah di seluruh dunia, sedangkan tahun 2012 angka tersebut
meningkat menjadi 148 juta jiwa. Pada tahun 2015 juga terjadi peningkatan sebanyak
4.511.101 per 100.000 populasi dengan posisi tertinggi yaitu di Benua Australia sebanyak
28.907 per 100.000 populasi (Ainia,dkk 2020).
Tindakan pembedahan ini biasanya menimbulkan pencederaan jaringan yang
berdampak langsung pada perubahan fisiologis maupun psikologis pada tubuh pasien.
Perioperatif merupakan tahapan dari pembedahan baik pra bedah (pre operasi), bedah
(intra operasi), dan pasca bedah (post operasi). Pre operasi merupakan fase atau proses
tindakan sebelum pembedahan dimulai sejak persiapan pembedahan sampai ke tahap
intra bedah (Ainia,dkk 2020).
Dampak yang muncul dari tindakan operasi atau pembedahan ini lebih ke rasa
kecemasan sebelum operasi (pre operasi), yang disebabkan oleh factor diagnosis
keganasan, anastesi, nyeri, perubahan penampilan, keterbatasan permanen. Selain itu
pasien menghadapi pembedahan dilingkupi rasa takut akan ketidaktahuan, takut dengan
anastesi, kehilangan pekerjaan, tanggung jawab mendukung keluarga, dan ancaman
ketidakmampuan permanen (Fitriana, 2020).
Dan Pada tindakan pembedahan (intra operasi) dengan malukan penyayatan juga
dapat menyebabkan kondisi trauma pada klien yang dapat menimbulkan gejala nyeri.
Nyeri merupakan salah satu masalah yang sering dikeluhkan pasien setelah menjalani
tindakan pembedahan (post operasi). Persepsi nyeri yang dirasakan oleh pasien post
operasi merupakan rasa ketidaknyamanan yang ditimbulkan karena adanya suatu cedera
fisik

3
Berdasarkan masalah diatas maka perlu diberikan asuhan keperawaran dari pre-
intra, dan post operasi, untuk itu penulis tertarik untuk membuat laporan tugas “Asuhan
Keperawatan Perioperatif Care Pada Anak”
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu keperawatan Perioperatif?
2. Bagaimana fase pelayanan Perioperatif?
3. Bagaimana peran perawat Perioperatif ?
4. Bagaimana proses asuhan keperawatan dari Pre Operatif, Intra operatif, dan pasca
opetarif?

C. Tujuan
Memberikan gambaran tentang bagaimana keperawatan Perioperatif dan
bagaimana asuhan keperawatan perioperatif

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi

Keperawatan perioperatif merupakan proses keperawatan untuk mengembangkan


rencana asuhan secara individual dan mengkoordinasikan serta memberikan asuhan pada
pasien yang mengalami pembedahan atau prosedur invasif (AORN, 2013).
Keperawatan perioperatif tidak lepas dari salah satu ilmu medis yaitu ilmu bedah.
Dengan demikian, ilmu bedah yang semakin berkembang akan memberikan implikasi
pada perkembangan keperawatan perioperatif (Muttaqin, 2009). Perawat kamar bedah
(operating room nurse) adalah perawat yang memberikan asuhan keperawatan
perioperatif kepada pasien yang akan mengalami pembedahan yang memiliki standar,
pengetahuan, keputusan, serta keterampilan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan
khususnya kamar bedah (AORN, 2013 dalam Hipkabi, 2014). Keperawatan perioperatif
dilakukan berdasarkan proses keperawatan sehingga perawat perlu menetapkan strategi
yang sesuai dengan kebutuhan individu selama periode perioperatif (pre, intra, dan post
operasi) (Muttaqin, 2009). Perawat kamar bedah bertanggung jawab mengidentifikasi
kebutuhan pasien, menentukan tujuan bersama pasien dan mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Selanjutnya, perawat kamar bedah melakukan kegiatan
keperawatan untuk mencapai hasil akhir pasien yang optimal (Hipkabi, 2014). Perawat
kamar bedah dalam pelayanannya berorientasi pada respon pasien secara fisik, psikologi
spiritual, dan sosial-budaya (AORN, 2013)

B. Fase Pelayanan Perioperatif


Tiga fase dalam proses pembedahan (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011) :
1) Fase pra operatif dimulai saat keputusan untuk melakukan pembedahan dibuat
dan berakhir ketika klien dipindahkan ke meja operasi. Aktifitas keperawatan
yang termasuk dalam fase ini antara lain mengkaji klien, mengidentifikasi
masalah keperawatan yang potensial atau actual, merencanakan asuhan
keperawatan berdasarkan kebutuhan individu, dan memberikan penyuluhan
praoperatif untuk klien dan orang terdekat klien.

5
2) Fase intra operatif dimulai saat klien dipindahkan ke meja operasi dan berakhir
ketika klien masuk ke unit perawatan pasca operatif (PACU), yang juga disebut
ruang pasca anastesi atau ruang pemulihan. Aktivitas keperawatan yang termasuk
kedalam fase ini antara lain berbagai prosedur khusus yang dirancang untuk
menciptakan dan mempertahankan lingkungan terapeutik yang aman untuk klien
dan tenaga kesehatan.
3) Fase pasca operatif dimulai saat klien masuk ke ruang pasca anastesi dan
berakhir ketika luka telah benerbenar sembuh. Selama fase pasca perioperative,
tindakan keperawatan antara lain mengkaji respon klien (fisiologik dan
psikologik) terhadap pembedahan, melakukan intervensi untuk memfasilitasi
proses penyembuhan dan mencegah komplikasi, memberi penyuluhan dan
memberikan dukungan kepada klien dan orang terdekat, dan merencanakan
perawatan dirumah. Tujuannya adalah membantu klien mencapai status
kesehatan yang paling optimal (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

C. Peran perawat perioperative


sangat luas, mulai dari praoperatif, intraoperatif, sampai ke perawatan pasien pasca
anestesi. Peran perawat di kamar berdasarkan fungsi dan tugasnya.
1) Peran Perawat Administratif
Perawat administratif berperan dalam pengaturan manajemen penunjang
pelaksanaan pembedahan. Tanggung jawab dari perawat administratif dalam kamar
operasi diantaranya adalah perencanaan dan pengaturan staf, manajemen penjadwalan
pasien, manajemen perencanaan material dan menajemen kinerja. Kemampuan
manajemen, perencanaan dan kepemimpinan diperlukan oleh seorang perawat
administratif di kamar operasi (Muttaqin & Sari, 2009).

2) Peran Perawat Instrument


Perawat instrumen adalah seorang tenaga perawat profesional yang diberikan
wewenang dan ditugaskan dalam pengelolaan alat atau instrumen operatif selama
tindakan dilakukan. Optimalisasi dari hasil operatif akan sangat di dukung oleh peran
perawat instrumen. Adapun beberapa modalitas dan konsep pengetahuan yang diperlukan

6
perawat instrumen dalam mempersiapkan instrument bedah, yaitu bahan jaitan, jarum
jahit bedah, persiapan bahan insisi, teknik penyerahan alat, fungsi instrument, dan
perlakuan jaringan (Muttaqin & Sari, 2009).

3) Peran Perawat Sirkuler


Perawat sirkuler adalah perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung
jawab membantu kelancaran tindakan pembedahan. Peran perawat dalam hal ini adalah
penghubung antara area steril dan bagian kamar operasi lainnya. Menjamin perlengkapan
yang dibutuhkan oleh perawat instrumen merupakan tugas lain dari perawat sirkuler
(Majid, 2011).

4) Peran Perawat Anestesi


Mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam tim anestesi untuk kelancaran
pelaksanaan pembiusan adalah peran perawat anestesi. Peran perawat anestesi mulai dari
tahap pra operasi, intraoperasi dan pasca operasi. Pada tahap praoperasi, perawat anestesi
berperan untuk melakukan sign-in bersama dengan dokter anestesi. Tahap intra operatif,
perawat anestesi bertanggung jawab terhadap kesiapan instrumen anestesi, manajemen
pasien termasuk posisi pasien yang aman bagi aktivitas anestesi dan efek yang
ditimbulkan dari anestesi (Muttaqin & Sari, 2009).

7
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Proses Asuhan Keperawatan Pre Operatif
1. Pengkajian Pre Operatif
Beberapa hal yang harus dikaji pada pasien pre operasi adalah (Togatorop & Via,
2020)
a. Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pekerjaan,
Pendidikan, golongan darah, alamat, nomor rekam medis, tanggal masuk RS, dan
diagnosa medis.
b. Ringkasan anamnesa pre operasi: keluhan ketika pasien dirawat inap hingga
sebelum dilakukan tindakan operasi.
c. Pengkajian psikologis: perasaan takut/cemas dan emosi klien
d. Pengkajian fisik : tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi nafas, nadi, dan
suhu).
e. Sistem integument : lihat apakah klien pucat, sianosis, dan adakah penyakit kulit
di badan klien.
f. Sistem kardiovaskuler : identifikasi adanya gangguan pada sistem kardiovaskuler,
validasi apakah klien memiliki riwayat penyakit jantung, kebiasaan konsumsi obat
jantung, kebiasaan merokok, minum alcohol, oedem, irama dan frekuensi jantung.
g. Sistem pernafasan: bagaimana frekuensi dan pola nafas klien.
h. Sistem gastrointestinal : apakah klien diare.
i. Sistem reproduksi: apabila wanita, apakah klien sedang menstruasi.
j. Validasi kesiapan fisik: apakah klien masih puasa, lavement, kapter,
menggunakan make up dan perhiasan, perlengkapan pakaian operasi, dan validasi
alergi obat.
2. Diagnosa Keperawatan Pre Operatif
Beberapa dignosa yang muncul pada klien pre operasi adalah :
a) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
b) Nyeri akut berhubungan dengan adanya agen pencedera baik fisiologi, kimiawi,
maupun fisik
c) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

8
3. Intervensi Keperawatan Pre Operatif

NO SDKI SLKI SIKI


1 Ansietas Setelah dilakukan intervensi (a) Intervensi utama
Defisini: keperawatan maka tingkat - Reduksi ansietas
Kondisi emosi dan ansietas menurun dengan kriteria - Terapi relaksasi
pengalaman subyektif hasil: (b) Intervensi
individu terhadap objek a) Verbalisasi Pedukung
yang tidak jelas dan kebingunganmenurun - Persiapan
spesifik akibat antisipasi b) Verbalisasi khawatir Pembedahan
bahaya yang akibat kondisi yang - Intervensi krisis
memungkinkan individu dihadapi menurun - Konseling
melakukan tindakan c) Perilaku gelisah menurun
untuk menghadapi d) Frekuensi nadi membaik
ancaman. e) Tekanan darah
membaik
DS dan DO yang
mendukung :
DS:
(a) Merasa bingung
(b) Merasa khawatir
dengan akibat dari
kondisi yang
dihadapi
(c) Sulit berkonsentrasi
DO :
(a) Tampak gelisah
(b) Tampak tegang
(c) Sulit tidur
(d) Frekuensi napas

9
meningkat
(e) Frekuensi nadi
meningkat
(f) Tekanan
darah
meningkat
(g) Tremor
(h) Muka tampak pucat
2 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan intervensi 1. Edukasi Kesehatan
keperawatan maka tingkat 2. Edukasi
Definisi: pengetauan membaik dengan perioperatif
Keadaan atau kriteria hasil:
kurangnya informasi 1. Kemampuan menjelaskan
kognitif yang berkaitan pengetahuan tentang suatu
dengan topik tertentu. topik meningkat
2. Pertanyaan tentang masalah
DS dan DO yang yang dihadapi menurun
mendukung: Perilaku membaik
DS:
1. Menanyakan
masalah yang
dihadapi
DO :
1. Menunjukkan
perilaku tidak
sesuai anjuran
2. Menunjukkan
persepsi yang
keliru terhadap
masalah
3. Menjalani
pemeriksaan

1
1
tidak tepat
4. Menunjukkan
perilaku
berlebih
(misalnya
apatis,
bermusuhan,
agitasi,
histeris).

4. Implementasi dan Evaluasi


a. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat.
Saat implementasi intervensi akan dilakukan tindakan observasi, teraupetik,
edukasi dan kolaborasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan 13 13 ketikan melakukan
implementasi intervensi dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan validasi,
penguasaan kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal, intervensi harus
dilakukan dengan cermat dan efisien paa situasi yang tepat, keamanan fisik dan
fisiologi dilindungi dan didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan.
b. Evaluasi
Kriteria yang diharapkan pada pembedahan meliputi: kelancaran persiapan (
identitas , status rekam medik, data penunjang, informed consent) pembedahan
optimal dilaksanakan, terdapat penurunan tingkat nyeri, terpenuhinya dukungan
pra bedah dan pemenuhan informasi, serta kelengkapan alat dan sarana ( seperti
benang, cairan intravena).

B. Proses Asuhan Keperawatan Intra Operasi


1. Pengkajian
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi
anaesthesitotal adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi

1
anaesthesi umum dan anasthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial.
Secara garis besaryang perlu dikaji adalah :
a. Pengkajian mental, bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar
atau terjagamaka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang
dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas atau
takut menghadapi prosedur tersebut.
b. Pengkajian fisik, tanda-tanda vital (bila terjadi ketidaknormalan maka perawat
harusmemberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
c. Transfusi dan infuse, monitor flabot sudah habis apa belum.
d. Pengeluaran urin, normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg
BB/jam.
2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa dignosa yang muncul pada klien intra operasi adalah :
a. Risiko Perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
b. Risiko Hipotermi berhubungan dengan suhu lingkungan rendah

1
3. Intervensi Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1 Resiko Pendarahan Setelah dilakukan intervensi 1. Pencegahan
keperawatan maka tingkat pendarahan
Definisi: pendarahan menurun dengan 2. Pemantauan
Berisiko mengalami kriteria hasil: cairan
kehilangan darah baik 1. Kelembapan 3. Pemantauan tanda
internal (terjadi di dalam membran mukosa vital
tubuh) maupun eksternal meningkat
(terjadi hingga keluar 2. Kelembapan kulit meningkat
tubuh). 3. Perdarahan menurun
4. Tekanan darah membaik
2 Risiko Hipotermi Setelah dilakukan intervensi 1. Manajemen
keperawatan maka termogulasi hipotermia
Definisi: membaik dengan kriteria hasil: 2. Pemantauan
Berisiko mengalami 1. Menggigil menurun hemodinamik
kegagalan termoregulasi 2. Pucat menurun invaif
yang dapat 3. Suhu tubuh membaik 3. Induksi
mengakibatkan suhu 4. Suhu kulit membaik hipotermia
tubuh berada di 5. Pengisian kapiler membaik
bawah rentang
normal.

4. Implementasi dan Evaluasi


a. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat.
Saat implementasi intervensi akan dilakukan tindakan observasi, teraupetik, edukasi
dan kolaborasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketikan melakukan implementasi
intervensi dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal, intervensi harus dilakukan

1
dengan cermat dan efisien paa situasi yang tepat, keamanan fisik dan fisiologi
dilindungi dan didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan
b. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil perkembangan ibu dan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak di capai didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan
keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan
respon prilaku klien yang tampil.

C. Proses Keperawatan Pasca Operasi


1. Pengkajian
Pengkajian pascabedah herniorafi dilakukan sejak pasien mulai dipindahkan dari
kamar operasi ke ruang pemulihan. pengkajian dilakukan saat memindahkan pasien
yang berada di atas brankar, perawat mengkaji dan melakukan intervensi tentang
kondisi jalan nafas, tingkat kesadaran, status vaskuler,sirkulasi, perdarahan, suhu
tubuh dan saturasi oksigen. Posisi kepala pada saat pemindahan sangat penting
dilakukan untuk menjaga kepatenan jalan nafas. Pengkajian di ruang pemulihan
berfokus pada keselamatan jiwa pasien fokus pengkajian meliputi : pengkajian
respirasi, sirkulasi, status neurologis, suhu tubuh, kondisi luka dan drainase,
nyeri,gastrointestinal, genitourinari, cairan dan elektrolit, psikologi dan keamanan
peralatan.
2. Diagnosa Keperawatan Pasca Operasi
Diagnosa yang sering muncul pada post operasi adalah :
a. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik
b. Risiko hipotermi perioperatif b.d suhu lingkungan rendah

1
3. Intervensi Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Manajemen
intervensi keperawatan Nyeri
Definisi: maka tingkat nyeri 2. Pemberian
Pengalaman sensorik atau menurun dengan kriteria Analgetik
emosional yang berkaitan dengan hasil: 3. Latihan
kerusakan jaringan aktual atau 1. Keluhan pernapasan
fungsional dengan onset nyeri 4. Terapi
mendadak atau lambat dan menurun Relaksasi
berintensitas ringan hingga berat 2. Meringis menurun 5. Pemberian obat
yang berlangsung kurang dari 3 3. Sikap protektif
bulan. menurun
4. Frekuensi nadi
DS: membaik
1. Mengeluh nyeri Tekanan darahmembaik
DO:
1. Tampak meringis
2. Bersikap proktektif
(misalnya, waspada, posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
6. Tekanan darah meningkat
2 Risiko hipotermi Setelah dilakukan 1. Manajemen
intervensi keperawatan hipotermia
Definisi: maka termoregulasi 2. Pemantauan

1
Berisiko mengalami penurunan suhu membaik dengan kriteria hemodinamik
tubuh di bawah 36oC secaratiba-tiba hasil: invasif
yang terjadi satu jam sebelum 1. Menggigil 3. Induksi
pembedahan hingga 24 jam setelah menurun 4. hipotermi
pembedahan. 2. Pucat menurun
3. Suhu tubuh
membaik
4. Suhu kulit
membaik
5. Pengisian
kapiler
membaik

5. Implementasi dan Evaluasi


a. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketikan melakukan implementasi intervensi
dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan kemampuan
interpersonal, intelektual, dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat
dan efisien paa situasi yang tepat, keamanan fisik dan fisiologi dilindungi dan
didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
b. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien pasca operatif meliputi :
1. Kembalinya fungsi fisiologis pada seluruh sistem secara normal
2. Tidak terjadi komplikasi pasca bedah
3. Pasien dapat beristirahat dan memperoleh rasa nyaman
4. Tidak terjadi luka operasi
5. Hilangnya rasa cemas

1
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata
“perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan, yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif. Dalam setiap fase
tersebut dimuali dan diakhiri dalam waktu tertentu dalam urutan peristiwa yang
membentuk pengalaman bedah, dan masingmasing mencakup rentang perilaku dan
aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan
proses keperawatan dan standart keperawatan
B. Saran
Diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan edukasi dalam mengatasi pasien
hernia inguinalis dengan tindakan operasi Herniatomy sesuai dengan standar operasional
yang berlaku sesuai dengan tahapan pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
pembuatan intervensi keperawatan, pelaksanaan implementasi dan evaluasi baik pre
operasi, intra operasi, maupun post operasi.

1
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Indira (2021) Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Kehamilan
Presbodengantindakan Sectio Caesareadi Rs Bhayangkara Polda Lampung Tahun 2021: thesis
AORN. (2013). Perioperative Standardsand Recommended Practices, 2013
edition.Denver :
AORN, Inc. HIPKABI. (2014). Buku Keterampilan Dasar Bagi Perawat Kamar Bedah.
Jakarta: Hipkabi Pr
Fitriana, & Chandra. (2020). Manajemen Non Farmakologis Terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi : Literature Review.
Ainia. N, & Fauzia. R. (2020). Kombinasi Virtual Reality Therapy Dan Asmaul Husna
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Rumah Sakit Roemani
Semarang: Thesis.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. ( 2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan indikator diagnositk. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. ( 2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan tindakan keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat
NasionalIndonesia.

Anda mungkin juga menyukai